LK Nifas Fix
LK Nifas Fix
LK Nifas Fix
Oleh :
Asuhan kebidanan pada Ny.W usia 32 tahun P4104 Nifas Normal hari ke-21 telah
di periksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di
Mengetahui,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya laporan komprehensif ini dapat terselesaikan. Laporan
ini berjudul “Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Fisiologis ”.
Dengan tersusunnya laporan ini saya harapkan dapat menjadi pegangan
dan pedoman mahasiswa khususnya untuk mahasiswa kebidanan dalam
pembelajaran mengenai Asuhan Kebidanan Nifas.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan pada isinya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Dan
akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
para pembacanya.
NIM. P07224219015
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian
sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Sedangkan
kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat proses atau setelah
perempuan bersalin kurang dari 24 jam. Menurut WHO, diseluruh dunia setap
menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilannya, persalinannya, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahunnya karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi peringkat
tertinggi di Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di
Indonesia terus mengalami penurunan. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator melihat derajat kesehatan perempuan. AKI
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millennium yaitu tujuan ke lima yaitu meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi
sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Berdasarkan hasil survei AKI telah
menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk
mewujudkan target tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan
komitmen usaha keras yang terus menerus. AKI di Provinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2010 adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 106 per 100.000 kelahiran hidup.
Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira kira 6 minggu.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar
bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis
(Sulistyawati A, 2009).
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu
banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
(Sarwono, 2010)
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO,
2014). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat
tajam dari tahun 2007 yang sudah mencapai 228. Angka kematian ibu di
Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain di ASEAN seperti di
Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiran hidup, dan Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2015). Penyebab kematian ibu sangatlah beragam, akan tetapi kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Depkes RI,
2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas
fisiologis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu nifas
fisiologis
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada ibu nifas fisiologis
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada ibu
nifas fisiologis
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada ibu nifas fisiologis
5) Merancang intervensi pada ibu nifas fisiologis
6) Melakukan implementasi pada ibu nifas fisiologis
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum
Fisiologis
I. PENGKAJIAN
A) Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Nama selain sebagai identitas, upayakan agar
bidan memanggil dengan nama panggilan
sehingga hubungan komunikasi antara bidan
dan pasien menjadi lebih baik dan akrab
(Sulistyawati, 2012).
Umur : Umur pasien seharusnya didapatkan dari
anamnesa dan dicatat untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
fisiknya belum siap dan termasuk dalam
menunda dan usia 20-35 tahun adalah masa
reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35
adalah termasuk fase mengentikan dan dapat
juga terjadi faktor risiko (Sulistyawati, 2010).
Agama : Sebagai dasar bidan untuk memberikan
dukungan dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga (Sulistyawati, 2010).
Suku/bangsa : Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada
adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Sulistyawati, 2010).
Pendidikan : Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektual sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikanya
(Sulistyawati, 2010).
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial
ekonominya karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).
Alamat : Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi
pasien data ini juga memberi gambaran
mengkaji jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2010).
2. Keluhan Utama:
Alasan wanita tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor,
kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit,
atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan kata-katanya
sendiri (dapat berhubungan sistem tubuh) (Varney, 2007).
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada
jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati,
2009).
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya (Sulistyawati, 2010).
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati, 2010).
Lama haid : 4-7 hari (Manuaba, 2008).
Jumlah menstruasi: Data ini menjelaskan seberapa banyak
darah menstrusi yang di keluarkan
(Sulistyawati, 2010).
6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
o
K
1
2
8. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, dkk. 2009).
Data Bayi :
1) Lahir tanggal :……, jam :…………..
2) Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3) Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
4) Kecacatan : Ada/tidak
5) IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Eliminasi
a) BAK : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
b) BAB : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
7) Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat
ketombe, rambut tampak kuat, distribusi rambut
merata dan tekstur rambut lembut (Priharjo,
2006).
Wajah : Tidak/ terdapat kloasma gravidarum dan tidak
pucat (Tambunan dkk., 2011).
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, dan pandangan tidak kabur.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen/
sekret (Tambunan dkk., 2011 & Uliyah dkk.,
2008).
Hidung : Bersih, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak
ada polip, tidak terdapat peradangan (Tambunan
dkk., 2011).
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat,
tidak terdapat stomatitis, tidak/ terdapat caries
dentis, terdapat bintil kecil berwarna abu-abu,
merah muda atau agak kemerahan pada daerah
mulut, tidak/ terjadi pembesaran pada tonsil dan
uvula (Varney, 2008).
Leher : Terjadi hyperpigmentasi pada leher
(Prawirohardjo, 2009; Tambunan dkk, 2011).
Dada : Simetris, bentuk dada elips, dan tidak terdapat
retraksi dinding dada (Tambunan, 2011).
Payudara : Terjadi perubahan warna pada aerola dan
mengalami hiperpigmentasi, dan tidak terdapat
retraksi atau dimpling, terdapat pengeluaran ASI
(Dewi dan Tri Sunarsih, 2010).
Payudara mencapai maturitas yang penuh
selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi.
Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang
dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi (Bobak, 2005).
Kolostrum merupakan ekskresi cairan
dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan pada hari pertama sampai hari
keempat postpartum. ASI transisi yang keluar
setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,
yaitu sejak hari keempat sampai hari kesepuluh.
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan
seterusnya, tampak berwarna putih,
kandungannya relatif konstan. Mengkaji simetris
atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau
tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak
(Ambarwati dkk, 2009).
Abdomen : Terdapat linea nigra/ alba, dan tidak/ terdapat
stirae alba/ bivide, tidak terdapat luka bekas
operasi, dan tidak tampak asites (Helen Farer,
1999).
Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra (1 – 3 hari),
Lochea sanguilenta (3 – 7 hari), Lochea serosa (7
- 14 hari) dan Lochea alba (>14 hari) (Varney,
2007).
Ekstremitas : Bawah, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema, dan tidak terdapat varices (Ambarwati
dkk, 2009).
Atas, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema (Ambarwati dkk, 2009).
Palpasi
Kepala : Tidak teraba massa (Prawirohardjo, 2009).
Wajah : Tidak terjadi oedema (Prawirohardjo, 2009).
Mata : Tidak terjadi pembengkakan pada palpebra
(Prawirohardjo, 2009).
Hidung : Tidak terjadi fraktur (Prawirohardjo, 2009).
Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena
jugularis, dan kelenjar limfe (Prawirohardjo,
2009).
Payudara : Tidak ada benjolan atau massa, konsistensi teraba
padat berisi, dan tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe (Prawirohardjo, 2009).
Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi nafas tambahan, Bunyi Jantung I
dan II terdengar jelas dan teratur (Varney, 2008).
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2008).
Perkusi
Dada : Pada paru menghasilkan bunyi sonor dengan
amplitudo lebih tinggi nada lebih redah. Pada
jantung bunyi terdengar redup, berlangsung
singkat dan beramplitudo rendah tanpa resonansi
(Swartz, 2005).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
c. Pemeriksaan Diagnostik lainnya
4. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain
dimana tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan
sekarang dan terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut
dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan
pengkajian.
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien.
Rasional : Penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum
merupakan hak klien (Varney, 2007).
2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas.
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Berikan KIE tentang mobilisasi pada Ibu.
Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.
Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam asuhan kebidanan postpartum fisiologis harus dilakukan
pengkajian data dengan sangat teliti dan selengkap mungkin. Data yang
diperoleh ini adalah diperlukan untuk melakukan tindakan atau langkah
selanjutnya. Dan dari danalisa data hasil pengkajian maka akan ditemukan
suatu diagnosa atau masalah dari klien.
Kemudian di lakukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
klien dan lakukan diskusi bersama klien agar klien benar-benar mampu
memahami dan melaksanakan rencana tindakan. Tetapi disini pelaksanaan
tindakan haruslah disesuaikan dengan prioritas masalah dan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun. Kemudian setelah itu kita lakukan
evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan untuk melihat dan
memberikan penilaian terhadap kelancaran atau berhasil tidaknya asuhan
kebidanan yang telah dilakukan.
B. Saran
1. Bidan
Bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus sesuai dengan
standar asuhan kebidanan sehingga masalah yang dihadapi klien dapat
cepat teratasi.
2. Klien
Klien harusnya dapat bekerjasama dengan lebih baik dengan petugas
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Bobak, M. Irene, at.al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. edisi 4. Alih
Bahasa : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC
Marmi, SST. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sulistyawati dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika
Tambunan dkk. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Uliyah dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta:
Salemba