Bahan 2
Bahan 2
Bahan 2
DISUSUN OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di Indonesia belum diikuti dengan
pemanfaatan teknologi secara optimal dalam dunia industri saat ini. Hal tersebut mengakibatkan proses
bisnis dalam suatu perusahaan atau industri kurang dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Peran
teknologi informasi juga kurang dapat dioptimalkan karena keterbatasan sumberdaya manusianya dan
juga sumberdaya perusahaan berupa asset TI yang kurang memadai. Untuk itu suatu organisasi
memerlukan adanya strategi tata kelola yang dijadikan acuan untuk menjalakan setiap proses bisnisnya
agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Peranan teknologi informasi yang signifikan ini tentu harus diimbangi dengan pengaturan dan
pengelolaan yang tepat, sehingga kerugian-kerugian yang mungkin akan terjadi dapat dihindari atau di
minimalisir semaksimal mungkin maka diperlukan audit Teknologi Informasi (TI). Wardiani : 2007
( dalam Maulana Ashari : 2015).
Penerapan framework atau kerangka kerja yang dijadikan acuan oleh pihak management dimulai dari
tahap perencanaan hingga evaluasi dalam mencapai tujuan IT governance pada penerapan TI di suatu
organisasi dinilai penting karena dalam mencapai strategi dan tujuan organisasi terdapat ketentuan
seperti: (COBIT ver.4.1 Framework hal.10, Rolling Meadow ITGI : 2007).
1. Berfokus pada proses bisnis untuk memungkinkan penyelarasan antara tujuan bisnis dan tujuan
TI.
2. Membangun orientasi untuk menentukan lingkup TI.
3. Diterima secara umum dan dapat dimengerti.
4. Menyediakan peraturan yang baku.
PT.INKA (Persero) merupakan sebuah industri produksi kereta api di Indonesia yang sudah
menggunakan teknologi informasi dalam menunjang proses bisnisnya. PT. INKA juga merupakan
industri produksi kereta api terbesar dan tertua di Asia Tenggara dengan tingkat produksi yang tinggi
hingga saat ini. Sehingga kami memilih PT. INKA (Persero) sebagai tempat praktek Industri agar
mendapatkan gambaran dunia kerja sekaligus untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang
telah kita dapat di bangku kuliah.
Adapun hasil yang kami harapkan adalah nilai maturity level pada layanan SPR dan menganalisa gap
antara nilai maturity level saat ini dan nilai maturity level yang diharapkan. Sehingga kedepannya PT.
INKA (Persero) dapat melakukan perbaikan sistem dan layanan khususnya pada layanan SPR pada
aplikasi INKA Office guna mencapai nilai maturity level yang diharapkan.
Identifikasi Masalah
1. Menu layanan SPR masih belum dapat menunjang secara maksimal layanan perbaikan dan
perawatan asset TI.
2. Fitur dalam menu SPR khususnya pada form admin masih kurang mempermudah admin dalam
menelola data pengajuan perbaikan dan perawatan asset TI.
3. Pelayanan SPR dilakukan dengan waktu yang relative lama.
4. Tidak terdapat SOP atau aturan dalam menjalankan layanan SPR.
5. Kurangnya pengelolaan kualitas pada menu SPR.
6. Kurangnya penilaian resiko dan pengelolaan masalah yang muncul ketika masuknya keluhan
perbaikan dan perawatan asset TI.
7. Kurangnya managemen pemeliharaan asset TI terhadap dokumentasi pengadaan barang, status
keadaan barang, dan tracking riwayat kondisi barang.
Hal tersebut membuat kami berinisiatif melakukan pengukuran tingkat kematangan IT pada salah satu
layanan devisi IT yakni SPR (Surat Permintaan Perbaikan dan Perawatan) asset TI sehingga nilai
tesebut dapat dijadikan acuan perbaikan sehingga mempersempit gap yang ada dan mewujudkan
keselarasan IT Governance dengan business goal.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengukur tingkat kematangan layanan IT pada PT. INKA persero khususnya
layanan SPR menggunakan COBIT 4.1 Terutama pada domain PO8, PO9, AI2, AI3, DS1,
DS3, DS4, DS5, DS10, dan DS11.
2. Bagaimana penerapan audit menggunakan Framework Cobit 4.1 khusus menu SPR pada
Aplikasi INKA Office .
Tujuan Penelitian
1. Mengukur tingkat kematangan atau kedewasaan dari sistem informasi office management pada
PT. INKA pada layanan Surat Permintaan Perbaikan dan Perawatan.
2. Analisis penilaian kematangan atau kedewasaan dari sistem informasi office management pada
PT. INKA pada layanan Surat Permintaan Perbaikan dan Perawatan.
3. Membandingkan nilai tingkat kematangan saat ini dan nilai tingkat kematangan yang
diharapkan guna mengetahui dan memperbaiki gap yang ada.
2. Mengetahui tingkat kematangan atau kedewasaan dari sistem informasi office management
pada PT. INKA pada layanan Surat Permintaan Perbaikan dan Perawatan.
3. Mengetahui perbandingan nilai tingkat kematangan saat ini dan nilai tingkat kematangan yang
diharapkan guna mengetahui dan memperbaiki gap yang ada.
4. membantu Perusahaan melakukan penilaian mutu suatu layanan sehingga dapat mengevaluasi
sistem yang ada dan dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan sistem selanjutnya.
Batasan Masalah
1. Penelitian ini didasarkan pada framework COBIT 4.1 Terutama pada domain PO8, PO9, AI2,
AI3, DS1, DS3, DS4, DS5, DS10, dan DS11.
2. Kuesioner yang dirancang berdasarkan manajemen guidelines Critical Success Factors (CSF),
Key Goal Indicators (KGI) dan Key Performance Indicators (KPI) yang didapatkkan dari
kebijakan, prosedur institusi dan hasil wawancara adapun penyebaran kuesioner menggunakan
metode slovin.
3. Audit sistem informasi yang dilakukan hanya berkaitan dengan operasional dan fungsionalitas
menu SPR pada Aplikasi INKA OFFICE.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tata kelola IT
Tata kelola IT merupakan salah satu upaya penyelarasan antara tujuan bisnis atau
organisasi dengan IT. Tata kelola It juga memungkinkan perusahaan memanfaatkan informasi
secara optimal sehingga dapat memanfaatkan keuntungan, memanfaatkan peluang, dan
mendapatkan keunggulan kompetitif. Tata kelola IT mengintegrasikan berbagai best practice
untuk memastikan bahwa IT mendukung tujuan bisnis perusahaan.
Tata kelola IT merupakan tanggungjawab eksekutif, dan dewan direksi yang terdiri dari
kepemimpinan, struktur organisasi, dan proses yang memastikan bahwa IT pada perusahaan
mendukung dan memperluas strategi dan tujuan organisasi, kebutuhan akan jaminan tentang
nilai IT, managemen risiko yang terkait dengan IT dan peningkatan persyaratan untuk control
informasi sekarang ini dipahami sebagai elemen kunci dari tata kelola IT pada suatu organisasi.
Organisasi harus memenuhi persyaratan kualitas, fidusia, dan keamanan informasi pada
semua aset organisasi. Pengelolaan harus mengoptimalkan penggunaan sumerdaya TI yang
tersedia, termasuk aplikasi, informasi, infrastruktur, dan sumberdaya manusianya guna
mencapai tujuan organisasi tersebut. Selanjtnya organisasi juga harus memahami arsitektur
perusahaannya untuk memutuskan tata kelola dan control apa yang harus dipakainya untuk
mencai tujuan organisasinya.
Penyelarasan strategis Cobit berfokus pada memastikan keterkaitan bisnis dan rencana
TI, mendefinisikan, mempertahankan dan memvalidasi proposisi nilai IT, dan menyelaraskan
operasi TI dengan operasi perusahaan.
1. Pengiriman nilai adalah tentang melaksanakan proposisi nilai sepanjang siklus
pengiriman, memastikan bahwa TI memberikan manfaat yang dijanjikan terhadap
strategi, berkonsentrasi pada mengoptimalkan biaya dan membuktikan nilai intrinsik TI.
2. Manajemen sumber daya adalah tentang investasi optimal, dan pengelolaan yang tepat
dari sumber daya TI yang penting: aplikasi, informasi, infrastruktur, dan SDM. Masalah-
masalah utama berhubungan dengan optimalisasi pengetahuan dan infrastruktur.
3. Manajemen risiko membutuhkan kesadaran risiko oleh pejabat perusahaan senior, yang
jelas pemahaman tentang keinginan perusahaan untuk mengambil risiko, memahami
kepatuhan persyaratan, transparansi tentang risiko signifikan terhadap perusahaan dan
embedding tanggung jawab manajemen risiko ke dalam organisasi.
4. Pengukuran kinerja melacak dan memantau implementasi strategi, proyek penyelesaian,
penggunaan sumber daya, kinerja proses dan penyampaian layanan menggunakan
Balanced scorecards yang menerjemahkan strategi ke dalam tindakan untuk mencapai
tujuan yang dapat diukur di luar akuntansi konvensional. (IT Governance Institute :
2007)
B. COBIT 4.1
COBIT ( Control Objective for Information and related technology) merupakan salah
satu framework tata kelola IT dimana Cobit memberikan best practice untuk seluruh domain
dan proses kerangka kerja dan menyajikan kegiatan dalam struktur yang dapat dikelola dan
logis. Best practice ini akan membantu mengoptimalkan investasi yang didukung dengan IT.
Memastikan penyampaian layanan dan memberikan ukuran yang dapat digunakan untuk
menilai ketika sesuatu dijalankan dengan salah.
Agar TI berhasil memenuhi persyaratan bisnis, managemen harus menempatkan kontrol
sistem internal atau kerangka kerja. Kerangka kerja COBIT berkontribusi akan kebutuhan
tersecut dengan cara :
1. Membuat link pada kebutuhan isnis
2. Mengatur kegiatan bisnis dalam model proses yang diterima secara umum
3. Mengidentifikasi sumberdaya utama TI untuk dimanfaatkan dengn optimal
4. Menentukan tujuan pengendalian managemen untuk dipertimbangkan
Orientasi bisnis Cobit menghubungkan sasaran bisnis dengan sasaran TI. Menyediakan metrik
dan model kedewasaan untuk diukur seberapa pencapaian mereka, dan mengidentifikasi
tanggungjawab terkait pemilik bisnis dan proses TI.
Fokus proses Cobit diilustrasikan oleh model proses yang membagi TI menjadi 4
domain dan 34 proses yang sejalan dengan tanggungjawab untuk merencanakan, membangun,
menjalankan, dan memantau, menyediakan pandangan TI secara menyeluruh. Konsep
arsitektur perusahaan membantu mengidentifikasi sumberdaya yang penting untuk keberhasilan
proses, yakni aplikasi, informasi, infrastruktur, dan sumberdaya manusianya. Singkatnya, untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan perusahaan dalam mencapai tujuannya perlu
pengelolaan sumberdaya TI oleh satu set kerangka kerja tete kelola IT. Kerangka Cobit
diciptakan dengan karakteristik utama keberadaan berfokus pada bisnis, berorientasi pada
proses, berbasis control, dan berdasarkan pengukuran. Untuk itu terdapat domain-domain
antara lain :
Maturity Models
Pemodelan kematangan managemen dan control atas proses TI didasarkan pada
metode mengevaluasi organisasi, sehingga bias dinilai dari tingkat kematangan yang tidak
ada (0) untuk dioptimalkan (5).
N
n= 2
1+ N (e)
Keterangan :
n = Ukuran Sampel/Jumlah Responden
N = Ukuran Populasi/ Jumlah Populasi
e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bias
ditolerir; e = 0,1
Dari jumlah 652 pengguna layanan SPR ditemukan total 392 orang sampel dari 12
divisi pada PT. INKA (Persero )untuk mengisi kuisioner dengan tingkat toleransi kesalahan (e)
= 10% atau 0,1. Dengan rincian sebagai berikut :
D. Skala Likert
Banyak sekali skala pengukuran yang dapat kita gunakan dalam melakukan sebuah
penelitian. Misalnya, skala thurstone, guttman, dan likert. Skala thurstone dapat digunakan
untuk menduga preferensi individu dengan menggunakan nilai frekuensi responnya. Posisi dari
butir-butir pertanyaan dapat diperoleh dengan mengambil rataan dari persentil sebaran normal
baku berdasarkan proporsi preferensi responden terhadap sebuah butir pertanyaan
(Lipovetsky,2007 dalam Weksi Budiaji : 2013).
Skala guttman menggunakan skala kumulatif dimana jika individu setuju pada butir
pertanyaan tertentu, maka individu tersebut juga setuju pada semua butir pertanyaan lain yang
lebih lemah (pertanyaan sebelumnya). Skala guttman jarang dipakai peneliti karena
membutuhkan upaya yang lebih gigih untuk mendapatkan butir-butir pertanyaan yang valid
(Uhlaner ; 2002 dalam Weksi Budiaji ; 2013).
Skala yang paling mudah digunakan adalah skala likert. Skala likert menggunakan
beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu dengan merespon 5 titik pilihan
pada setiap butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju (Likert ; 1932 dalam Weksi Bidiaji ; 2013). Misalnya, menggunakan skala likert
untuk mengukur perilaku kerjasama individu yaitu dengan mengukur variabel ideologi,
perspektif, pelatihan pribadi, dan pelatihan orang lain. Di bidang pertanian, skala likert juga
sering digunakan untuk mengukur preferensi individu seperti pada preferensi konsumen
terhadap penerimaan produk makanan yang telah dimodifikasi (Herath et al. 2013 dalam
Weksi Budiaji ;2013) dan preferensi petani terhadap karakteristik tanaman gandum yang ingin
diusahatanikan (Nelson 2013 dalam Weksi Budiaji ;2013).
Skala likert adalah skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert (1932). Skala
likert mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga
membentuk sebuah skor/nilai yang merepresentasikan sifat individu, misalkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku. Dalam proses analisis data, komposit skor, biasanya jumlah atau rataan,
dari semua butir pertanyaan dapat digunakan. Penggunaan jumlah dari semua butir pertanyaan
valid karena setiap butir pertanyaan adalah indikator dari variabel yang direpresentasikannya
(Weksi Budiaji ; 2013).
E. Key Performance Indicators (KPI)
Mengidentifikasi Key Performance indicators dilakukan dengan mendefinisikan
pengukuran seberapa baik prosesproses TI dilakukan, hal ini akan mengindikasikan
kemungkinan terpenuhi atau tidaknya pencapaian tujuan. KPI, disamping merupakan indikator
terpenuhinya pencapaian, juga merupakan indikator kapabilitas, praktek dan keahlian yang
baik. KPI mengukur pencapaian aktivitas yang merupakan tindakan yang harus diambil pemilik
proses untuk mencapai proses yang lebih efektif (Christina Juliane, 2014).
Sehingga KPI merupakan indicator pengukuran yang biasanya digunakan untuk
memantau kinerja suatu proses bisnis. Dengan menyusun indicator bagaimana tujuan proses
bisnis dapat dicapai maka kita akan mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan bisnis tercapai.
KPI organisasi kemudian diturunkan menjadi KPI dan sasaran kinerja untuk masing – masing
divisi serta karyawan, untuk menyelaraskan setiap aktifivas karyawan dalam organisasi dengan
visi misi nilai dan strategi organisasi. Sebagai hasilnya adalah karyawan akan melaksanakan
aktivitas dan mengambil tindakan yang memang seharusnya dilakukan untuk mencapai sasaran
kerja yang diinginkan.
F. Critical Succes Factor (CSF)
Critical Success Factors (CSF) berfungsi sebagai panduan bagi manajemen dalam
menerapkan kendali untuk teknologi informasi dan proses-prosesnya. CSF merupakan aktivitas
yang dapat bersifat strategis, teknis, organisasional, proses atau kebiasaan prosedural. CSF
umumnya terkait dengan kemampuan dan keahlian serta harus bersifat singkat, terfokus dan
berorientasi pada tindakan, serta mempengaruhi sumberdaya yang sangat penting dalam sebuah
proses (Christina Juliane, 2014).
CSF berisi koleksi kegiatan yang harus dilakukan untuk memastikan keberhasilan proses bisnis
untuk mencapai tujuannya.
G. Key Goal Indicators (KGI)
Mengidentifikasi Key Goal Indicators, ditentukan beberapa parameter informasi yang
dijadikan acuan. Yaitu ketika teknologi informasi telah maksimal dalam membantuk
menjalankan bisnis. Pihak manajemen dapat melihat ukuran tersebut dari beberapa kriteria
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
1. Organisasi dan Managemen Industri
a. Gambaran Umum Perusahaan
PT. INKA (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang manufaktur transportasi darat Kereta Api. Sebagai pabrik kereta
api terbesar di Kawasan Asia Tenggara sampai saat ini PT. INKA (Persero) melayani
proyek pembuatan kereta api dari berbagai negara. Seperti saat ini PT. INKA (Persero)
sedang menjalin kerjasama dengan Bangladesh, Filiphina, Srilanka, hingga zimbabwe.
Sedangkan dalam negeri PT. INKA (Persero) sedang mengerjakan project Light Rail
Transit (LRT) area Jabodetabek setelah menyelesaikan proyek LRT Palembang sebagai
sarana transportasi pendukung Asian Games 2018.
Kantor pusat PT. INKA (Persero) berdiri di Kawasan Jalan Yos Sudarso,
Madiun, Jawatimer. Berdiri di lahan sekitar 22,5 Hektar. PT. INKA (Persero) juga
memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan berencana akan membangun kantor
perwakilan di Banyuwangi. PT. INKA (Persero) sendiri berdiri pada 18 Mei 1981
secara formal namun baru mengalami penyerahan operasional pabrik oleh PJKA pada
29 Agustus 1981. Awalnya PT. INKA (Persero) berada pada pembinaan Departemen
Perhubungan, namun saat ini berada dibawah naungan Kementrian BUMN.
Karakter Kokoh dan Kuat, digambarkan dalam pemakaian garis tebal yang
membentuk gerak dan lingkaran yang menyatu utuh, menggambarkan perusahaan
yang tangguh menghadapi perubahan lingkungan bisnis.
Karakter Dinamis dalam Menjalankan Aktivitas, digambarkan oleh panah yang
bergerak melingkar dua arah dengan tujuan tanpa balas, memberi gambaran
pencapaian pengembangan usaha secara terus menerus menggambarkan tujuan
perusahaan tumbuh dan berkembang.
Karakter Industri Kereta Api, digambarkan oleh elemen dua kepingan serta garis
lingkaran putih yang terdapat pada lingkaran panah, sehingga gerakan dua arah
dengan kepingan serta garis lingkaran putih sebagai porosnya, memberi kesan gerak
roda industri kereta api dan transportasi yang terus menerus.
Karakter Terbuka, dengan ditambahkan kata “INKA” memberikan kemudahan
kepada siapa saja untuk mengenali logo/lambang maupun keberadaan PT INKA
(Persero), menggambarkan bahwa PT INKA (Persero) terbuka kepada para
stakeholder.
Pemilihan warna merah, hitam, dan putih memberikan gambaran tentang Tri
Prasetya INKA, yaitu lntegritas, Mutu, dan Profesional.
Menjabat sebagai Komisaris PT INKA (Persero) mulai Oktober 2017, beliau juga aktif
sebagai Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia. Lahir di Ujung Pandang tahun
1961, beliau mendapatkan gelar sarjana Bidang Studi Geologi di Universitas Pajajaran
lalu dilanjutkan di Universite de Bretagne Occidentale, Prancis pada Bidang Studi
Marine Geology tamat pada tahun 1994.
DIREKSI
ORGAN DIREKSI
Menu SPR atau Surat Permintaan Perbaikan dan Perawatan merupakan layanan IT yang
ditujukan untuk menampung keluhan kerusakan maupun kebutuhan IT mengenai perbaikan
atau perawatan aset TI. Menu SPR sendiri terdapat pada aplikasi INKA OFFICE, sehingga
karyawan khususnya pengguna aset TI perusahaan dapat mengadukan keluhan ataupun
permintaan perbaikan dan perawatan aset TI pada bagian IT maintenance dengan lebih
mudah melalui akses menu SPR pada aplikasi INKA OFFICE. Pada menu SPR terdapat
satu admin tetap yang bertugas menampung keluhan maupun permintaan perawatan dan
perbaikan, membantu memberikan solusi dan penanganan keluhan, dan mengelola data
SPR. Adanya menu SPR pada aplikasi INKA OFFICE tentunya memudahkan karyawan
dalam melaporkan atau mengajukan perbaikan dan perawatan aset TI, memudahkan
perusahaan juga dalam mengelola keluhan dan aset TI.
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tentang “Audit Menu SPR menggunakan Cobit 4.1 pada PT. INKA
(Persero)” kami menggunkan metode penyebaran kuisioner dan wawancara dengan staff IT
dan admin menu SPR. Kuisioner sendiri merupakan Teknik pengumpulan data dengan
format pertanyaan secara tertulis yang biasanya berupa pertanyaan maupun pertanyaan agar
responden dapat memberikan informasi, sedangkan wawancara sendiri merupakan
pengumpulan data melalui sesi tanya jawab dengan narasumber yang erat hubungannya
dengan studi yang sedang dilakukan.
5. Pengumpulan Data
Kami melakukan metode pengumpulan data melalui beberapa tahapan berikut :
a. Wawancara
Kami melakukan sesi wawancara secara langsung dengan admin menu SPR pada
awal perkenalan setelah ditentukan topik penelitian. Kami melakukan sesi
wawancara secara langsung guna mendapatkan informasi sebanyak mungkin untuk
penelitian ini, beruntungnya admin menu SPR mengijinkan kami melihat menu SPR
dan mengetahui proses pada menu SPR.
b. Penyebaran Kuisioner
Pembentukan kuisioner kami dasarkan pada Cobit 4.1 bagian maturity model setiap
domain yang kami gunakan, dari maturity model setiap domain dan hasil
wawancara dengan admin menu SPR kami kemudian menyusun indicator KPI,
CSF, dan KGI dimana setiap butirnya kami sesuaikan dengan maturity model dan
tujuan menu SPR itu sendiri. Dari indicator yang telah terbentuk kemudian barulah
kami membuat butir pertanyaan yang nantinya kami gunakan sebagai sumber
informasi dari responden mengenai menu SPR dimana kuisioner juga kami plah
antara User dengan Staff TI.
c. Studi Literatur dan Dokumentasi
Pada tahap ini kami melakukan studi literatur dari berbagai sumber seperti jurnal
ilmiah nasional maupun internasional, ebook Cobit 4.1 dan beberapa referensi yang
kami dapatkan dari internet seperti ebook dan karya ilmiah.
7. Analisis Kuisioner
Analisis kuisioner kami mulai dengan penyusunan indicator KPI, CSF dan KGI setelahnya
barulah kami menyusun butir pertanyaan. Diharapkan dari adanya kuisioner reponden dapat
memberikan informasi dengan menjawab setiap pertanyaan dengan mengisi penilaian yang
menggunakan skala likert. Dari adanya kuisioner juga kami dapat mengatur hal-hal apa saja
yang ingin kita ketahui melalui penyusunan variable pertanyaan sesuai dengan kebutuhan
informasi yang kami butuhkan.
8. Analisis responden
Dari jumlah 652 pengguna layanan SPR ditemukan total 392 orang sampel dari 12 divisi
pada PT. INKA (Persero )untuk mengisi kuisioner dengan tingkat toleransi kesalahan (e) =
10% atau 0,1. Dengan rincian sebagai berikut :
Maintenance dan
wawancara menu SPR
dengan admin SPR
Selasa, 7 Agustus Mencari referensi yang
2018 sesuai dengan tujas project
Rabu, 8 Agustus Mempelajari konsep audit
2018 dan menyusun langkah
kerja audit
Kamis, 9 Memilih Domain pada
Agustus 2018 Conit 4.1 yang digunakan
untuk melakukan audit
menu SPR
Jumat, 10 Mempelajari domain dan
Agustus 2018 mempelajari indikator KGI,
CSF, dan KGI
Senin, 13 Menyusun indikator KPI,
Agustus 2018 CSF, dan KGI dalam setiap
domain yang telah dipilih
Selasa, 14 Konsultasi mengenai
Agustus 2018 indikator yang telah dibuat
dengan pembimbing
lapangan
Rabu, 15 Menyusun kuisioner setiap
Agustus 2018 domain
Kamis, 16 Menyusun kuisioner setiap
Agustus 2018 domain
Jumat, 17 Konsultasi mengenai
Agustus 2018 pertanyaan yang telah
disusun dalam kuisioner
dengan pembimbing
lapangan
Senin, 20 Mempelajari rumus slovin
Agustus 2018 dan skala likert
Selasa, 21 Menghitung penentuan
Agustus 2018 sampel pada setiap divisi
dengan menggunakan
rumus slovin
Rabu, 22
Menyusun laporan PI
Agustus 2018
Kamis, 23
Menyusun laporan PI
Agustus 2018
Jumat, 24 Menyebar kuisioner pada
Agustus 2018 setiap divisi
Senin, 27 Menyusun laporan PI
Agustus 2018
Selasa, 28 Mengambil Kuisioner dan
Agustus 2018 menghitung jumlah poin
nilai kematangan tata
kelola IT pada menu SPR
Rabu, 29 Menganalisa hasil
Agustus 2018 kuisioner dan nilai maturity
level yang ada
Kamis, 30 Membuat analisis Gap dan
Agustus 2018 laporan akhir untuk
perusahaan
Jumat, 31 Presentasi Project dan
Agustus 2018 menyerahkan laporan akhir
pada pembimbing lapangan
c. Keterlibatan Mahasiswa
Selama mahasiswa melakukan Praktik Industri (PI), mahasiswa lebih banyak
melakukan instruksi yang diberikan dari pihak industri serta mengikuti setiap kegiatan
yang dilaksanakan. Hal tersebut meliputi pembagian tugas setiap individu bedasarkan
Job Desk masing masing.
2. Tahapan Audit SI
3. Penyusunan indicator kinerja
a. Domain PO 8 (Pengelolaan Kualitas)
PO 8 : Pengelolaan Kualitas
KGI
CSF
Membuat list risiko dari keluhan yang masuk
1 dan menetapkan skala prioritas permasalahan.
[KGI.1; KGI.2]
Merancang risk management terhadap layanan
2 perbaikan dan perawatan aset TI .[KGI.1;
KGI.2; KGI.3]
Menetapkan solusi dan penanganan resiko
3 yang muncul guna menghindari dampak
terhadap proses bisnis yang berlangsung.
[KGI.3]
Merealisasikan penerapan Risk Management
4 dalam melangsungkan setiap proses layanan
SPR. [KGI.4]
DS 10 : Pengelolaan Masalah
KGI
Menu SPR dapat membantu staff helpdesk
1 dalam melakukan pengelolaan masalah
untuk memastikan kepuasan pengguna.
Terbentuknya kesadaran akan kebutuhan
2 pengelolaan masalah.
DS 11 : Pengelolaan Data
KGI
1 Menu SPR membantu staff helpdesk
dalam pengelolaan data untuk
mengoptimalkan penggunaan informasi
dan memastikan bahwa informasi yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan.
2 Menu SPR memiliki akuntabiltas dalam
pengelolaan data perbaikan dan perawatan
aset TI.
3 Kualitas dan keamanan data terorganisir
dengan baik oleh menu SPR.
CSF
Melakukan pengelolaan data perbaikan
1
dan perawatan asat TI. [KGI.1]
Bertanggungjawab menginputkan data
2 dengan akurat dan mengelola data SPR
dengan baik. [KGI.2]
Menggunakan standar tertentu misalkan
ISO guna menjamin keamanan data dan
3
kualitas pengelolaan data. [KGI.3; KGI.1;
KGI.2]
Menu SPR memiliki fitur pengelolaan
laporan secara otomatis oleh sistem agar
4
data yang dihasilkan lebih akurat dan
dapat diakses secara realtime. [KGI.4]
KPI
1 Menu SPR dapat melakukan pengelolaan
data untuk mengoptimalkan penggunaan
informasi dan memastikan bahwa
informasi yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan.
2 Menu SPR memiliki akuntabiltas dalam
pengelolaan data perbaikan dan perawatan
aset TI.
3 Menu SPR dapat mengelola kualitas dan
keamanan data.
4 Tersedianyan laporan data yang tepat dan
realtime.
4. Analisis Hasil
a. Penghitungan Kuisioner
Hasil perhitungan kuisioner pada masing-masing divisi adalah sebagai berikut :
PO 8 Pengelolaan Kualitas
PO 8 Pengelolaan Kualitas
DS 10 Pengelolaan Masalah
DS 11 Pengelolaan Data
Indeks Komulatif
Nama Domain Hasil Indeks
Setiap Domain
PO 8 3
3
PO 9 3
AI 2 3
3
AI 3 3
DS 1 3
DS 3 2
DS 4 2
2.5
DS 5 2
DS 10 3
DS 11 3
Maturity Level
Menu SPR 2.833333333
Dari hasil diatas kita dapat menyimpulkan bahwasannya maturity level menu SPR pada
PT. INKA (Persero) berada pada level 3. Dimana pada maturity level 3 menu SPR berada
pada posisi proses yang telah didefinisikan artinya organisasi telah memiliki prosedur baku
formal dan tertulis yang telah disosialisasikan ke segenap jajaran manajemen dan karyawan
untuk dipatuhi dan dijalankan dalam aktifitas sehari-hari. Berdasarkan kondisi pemanfaatan
TI yang berjalan pada menu SPR terhadap kondisi ideal yang diinginkan (maturity level 3-
Defined Process). Namun pada beberapa domain masih terdapat Gap dimana dari nilai
harapan 3 nyatanya pada domain DS 3 (Pengaturan Kinerja dan Kapasitas), DS 4
d. Analisa Gap
DS 4 DS 1
DS 3
Dari diagram diatas masih terdapat 3 domain yang berada pada level 2 sehingga
perusahaan masih harus melakukan upaya perbaikan guna mencapai nilai maturity level
yang diinginkan pada ketiga domain tersebut. Kami mengusulkan beberapa usulan dari
jangka pendek hingga jangka panjang untuk membantu perusahaan memiliki gambaran
dalam mengoptimalkan kinerja menu SPR.
e. Usulan perbaikan
1. Domain DS 3 (Mengatur Kinerja dan Kapasitas)