0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan12 halaman

Kel. 6

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

TEORI DAN TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF (L3)

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pengembangan
Kognitif AUD

Dosen Pengampu : Muhammad Arif Muchlisin, M. Pd

Disusun oleh:

Aisyah Zaina 11190184000072

Ayu Magfiroh 11190184000073

Lona Nurul Azizah 11190184000082

Septi Silvi Yani 11190184000093

SEMESTER 4
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori
Dan Tahap Perkembangan Kognitif (L3) “. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Metodologi Pengembangan Kognitif
AUD, Pak, Arif Muchlisin, M. Pd.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan dan sumber internet yang berkaitan dengan Pengantar Metodologo Kognitif
AUD. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Pak, Arif Muclisin, M. Pd selaku dosen
mata kuliah Metodologi Pengembangan Kognitif AUD atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dan
semangat sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi terkait. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah, baik dari segi materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Sawangan, 05 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Albert Bandura ............................................................................................ 2
B. Teori Sosial Kognitif Bandura .................................................................................... 2
C. Aplikasi Teori Belajar Sosial Bandura ........................................................................ 6
D. Penerapan Teori Bandura dalam Pendidikan .............................................................. 7
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya
dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama. Contoh pengetahuan ini yaitu
aturan, hukum, moral nilai, dan sistem ba hasa. Pengetahuan ini muncul dalam
kebudayaan tertentu dan dapat berbeda dari kelompok yang satu dengan yang lain.
Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu
ob jek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak
berinteraksi dengan orang lain, kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial
dikembangkan.
Dalam suatu hal, anak memiliki kebutuhan tertentu yang bergan tung dari
kondisi-kondisi sosial. Kebutuhan yang pertama adalah rasa harga diri (sense of
importance). Kebutuhan akan harga diri ini meli puti keinginan akan kebenaran sosial
(social approval) dan keingin an perasaan berhasil. Setiap orang, bahkan seorang
anak, mempunyai perasaan bahwa setidaknya ia harus dianggap sama dengan orang
lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar dari Seorang Tokoh Albert Bandura ?
2. Bagaimana Teori Sosial Kognitif Bandura ?
3. Bagaimana Cara Mengaplikasikan Teori Belajar Sosial Bandura ?
4. Bagaimana Cara Menerapkan Teori Bandura dalam Pendidikan ?

C. Tujuan
1. Memahami Biografi Albert Bandura
2. Memahami Teori Sosial Kognitif Bandura
3. Memahami Cara Mengaplikasikan Teori Belajar Sosial Bandura
4. Memahami Cara Menerapkan Teori Bandura dalam Pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Albert Bandura


Albert Bandura Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta
Kanada, pada tanggal 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di
desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat
pendidikan di University of British Columbia, dalam Jurusan Psikologi. Dia
memperoleh gelar Master di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D).
Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik,
setelah lulus ia bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada
nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan
seterusnya menerima anugerah American Psychological
Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahu 1980.
Semenjak penelitian awal Bandura, ratusan penelitian eksperimental lainnya
mengenai anak, remaja, dan orang dewasa telah menunjukkan hasil yang serupa,
sehingga meyakinkan banyak psikolog bahwa mengobservasi agresi itu sendiri dapat
meningkatkan agresivitas (Komisi Kekerasan dan Remaja APA, 1993: Bushman &
Anderson, 2001; Eron, 1995).
Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi kontak
terhadap kekerasan dalam film maupun televisi, semakin kuat pula kemungkinan
seseorang untuk berperilaku secara agresif, bahkan setelah para peneliti mengontrol
kelas sosial, kecerdasan, dan factor-faktor lainnya (Anderson & Bushman, 2001).

B. Teori Sosial Kognitif Bandura


Berikut adalah Teori Sosial Kognitif Bandura :
1. Reciprocal Determinism Revisited merupakan pembelajaran untuk
mengembalikan pada konsep pengaruh timbal balik (resiprocal determinism) dan
mengujinya dalam keterangan konsep komponen teori kognitif sosial.

2
Jika karakteristik seseorang, lingkungan, atau perilaku berubah, situasi berubah,
dan perilaku, situasi, dan orang-orang dievaluasi ulang.. Teori belajar sosial dari
Bandura didasarkan pada 3 konsep, yaitu :
• Determinis Resiprokal
Determini resiprokal dalah konsep yang penting dalam teori belajar
sosial Bandura, karena menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah
laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar
untuk menganalisis fenpmena psiko-sosial diberbagai tingkat kompleksitas
dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta
fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.

• Tanpa Reinforsemen
Menurutnya, reinforsemen penting dalaa menentukan apakah tingkah
laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar lewat apa yang dia lihat dengan
mengamati sesuatu dan kemudian mengulangnya. Belajar melalui
reinforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi, itu merupakan pokok dari teori belajar sosial.
• Kognisi dan Regulasi Diri
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidak senangan atau
ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep
Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri.

3
2. Struktur Kepribadian
• Sistem Self (Self System)
Sistem Self (Self System) diakui sebagai unsur struktur kepribadian.
Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi, dimana
pusat atau pemulanya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis
yang mengontrol tingkah laku, tapi mengacu ke struktur persepsi, evaluasi,
dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur
tingkah laku secara ontonom, tetapi self menjadi interaksi resiprokal.
• Regulasi Diri
Menurut Bandura manusia mempunyai kemampuan berpikir, dan
dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi
perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Orang memotivasi dan
membimbing tingkah lakunya sendiri dengan strategi proaktif,
menciptakan ketidakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan
dan usahanya berdasarkan atisipasi apa saja yang dibutuhhkan untuki
mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dipakai untuk melakukan
pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitor da
mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil
pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.
A. Faktor Eksternal
Faktor eksternal mempengaruhi bagian diri dengan dua cara,
pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi
tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-
pengaruh diri seseorang, melalui orang tua dan guru anak-anak
belajar baik-buruk, tingkah laku ynag dikehendaki dan tingkah laku
yang tidak dikehendaki. Kedua, faktor eksternal meempengaruhi
regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah
intrinsik tidak selalu memberi kepuasan , orang membutuhkan
insentif yang berasal dari lingkungan eksternal.

4
B. Faktor Internal
Banduran mengemukakan 3 bentuk pengaruh internal, yaitu :
1. Observasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan faktor
kualitas dan kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku,
dan seterusnya.
2. Reaksi-diri-afektif : akhirnya berdasarkan pengamatan dan
judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau
negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri
sendiri. bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi
kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi
positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.
3. Efikasi Diri (Self-Efficacy)
Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu
tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi
kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhunungan dengan
keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan
tindakan yang memuaskan.

3. Sumber Efikasi Diri


Bandura juga menjelaskan, bahwa keyakinan seseorang terhadap kemampuan
mereka dalam melaksanakan tugasnya dikembangkan oleh empat sumber utama,
yaitu:
- Mastery experience (penguasaan pengalaman) merupakan sumber efficacy
yang utama, karena berdasarkan pada pengalaman individu. Secara umum,
prestasi yang diperoleh dengan hasil baik meningkatkan penghargaan efficacy,
hal terjadi sebaliknya bagi yang mengalami kegagalan, memiliki
kecenderungan pengharapan efficacy yang rendah.
- Vacarious experiences, diperoleh melalui behavioral models, yaitu melalui
pengamatan orang lain yang mampu melakukan aktivitas dalam situasi yang
menekan tanpa mengalami akibat yang merugikan dapat menumbuhkan
pengharapan bagi pengamat, sehingga akan timbul keyakinan bahwa nanti nya
ia juga akan berhasil jika dia berusaha secara intensif dan tekun.

5
- Social persuasion, kepercayaan diri orang lain dapat menambah atau
mengurangi self-efficacy, yaitu peringatan atau kritik dari sumber yang
dipercaya dapat menambah kekuatan self-efficacy serta perilaku yang dipaksa
agar tampak seperti perilaku realistis dapat mengurangi kekuatan self-efficacy.
- Keyakinan fisik dan emosional, perasaan yang kuat biasanya memiliki
performansi yang lebih rendah; ketika pengalaman seseorang menunjukkan
ketakutan yang hebat, kecemasan yang sangat atau rasa stres mencapai
puncaknya.

Atau untuk simpelnya dapat dilihat kolom beriku :

C. Aplikasi Teori Belajar Sosial Bandura


Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para
pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia
anggap kurang menarik. Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:
• Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat
orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya
makan mie instan yang sama.

6
• Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan
seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser
band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya.

D. Penerapan Teori Bandura dalam Pendidikan


Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran Proses pembentukan perilaku
dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara,
diantaranya adalah dengan modeling. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan
ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman,
hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar
dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata,
kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong
munculnya perilaku yang diharapkan.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori
Bandura Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data
di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan
informasi dari teman dan gurunya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal
04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga
mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di
University of British Columbia, dalam Jurusan Psikologi. Dia memperoleh gelar
Master di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga
meraih gelar doctor (Ph.D).
Teori Sosial Kognitif Bandura :
1. Reciprocal Determinism Revisited
2. Struktur Kepribadian
3. Sumber Efikasi Diri
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para
pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia
anggap kurang menarik.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori
Bandura Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data
di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan
informasi dari teman dan gurunya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari masih terdapat kekurangan,
terutama pada ketersediaan dan mencari sumber bahan bacaan atau referensi materi
sulit ditemukan, sehingga materi yang disampaikan juga sedikit dan kurang lengkap,
hanya garis besarnya saja yang mampu kami tuliskan pada makalah ini. Oleh karena
itu, harapan kami pada pemakalah dengan judul yang sama berikutnya mampu
memenuhi kekurangan dan ketidak lengkapan tersebut dengan materi dari sumber
yang relevan dan resmi. Sehingga makalah berikutnya akan memiliki kesempurnaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul muklid.2009, self eficiasy, 4(1) . 1-17

Herly janet lesiloli, 2018, penerapan teori belajar sosial albert bandura, 4(3). 1-17

Indrijati, Herdina, M.Ps.,DKK, 2016, Psikolog Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia
Dini Sebuah Bunga Rempai, Jakarta : Prenadamedia Group

Qumruin nurul laila. 2015, pemikiran pendidikan moral albert bandura, 3(1). 1-17

Sri suwartini, 2016. Terori kependidikan sosial kognitif albert bandura, 5(1). 37-45

Anda mungkin juga menyukai