LAPORAN KASUS CHF Revisi Ke3
LAPORAN KASUS CHF Revisi Ke3
LAPORAN KASUS CHF Revisi Ke3
Dina Andrini
Ika Minarsih
Juli Mardiana
Riani Lestari
Rofiah
Salina
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan ini. Penulisan
laporan ini dilakukan dalam rangka Memenuhi Tugas Praktik Keperwatan Medikal
bedah Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jambi. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini.
Akhir kata, Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
KELOMPOK
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................3
D. MANFAAT PENULISAN................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................5
A. KONSEP DASAR PENYAKIT........................................................................5
1. Definisi Gagal Jantung Kongestif............................................................5
2. Klasifikasi................................................................................................5
3. Etiologi....................................................................................................6
4. Manifestasi Klinis...................................................................................6
5. Patofisiologi............................................................................................8
6. Pathway CHF.........................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................11
8. Penatalaksanaan....................................................................................11
B. REVIEW ARTIKEL......................................................................................28
1. Analisis Evidence Based Nursing.......................................................29
2. Pertanyaan Klinis.................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................31
A. PEMBAHASAN KASUS...............................................................................31
B. RANCANG IDE-IDE BARU..........................................................................32
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................34
A. KESIMPULAN................................................................................................34
B. SARAN............................................................................................................34
DAFTAR LAMPIRAN
Asuhan Keperawatan
Jurnal
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar istilah
kardiovaskuler. Kardiovaskuler adalah sistem pompa darah dan saluran-salurannya
(sampai ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan serta oksigen dalam darah
keseluruh tubuh (Purba, 2016). Jantung merupakan organ tubuh manusia yang
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya
jika jantung kita mempunyai masalah mengingat bahwa banyak kematian disebabkan
oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018).
Penyakit Jantung adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit jantung, tetapi yang
paling umum adalah penyakit jantung koroner dan stroke, namun pada beberapa
kasus ditemukan adanya penyakit kegagalan pada sistem kardiovaskuler (Purba,
2016).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulantanda
dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atausaat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung.CHF dapat disebabkan
oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinyapengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi distolik) dan atau kontraktilitasmiokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo
dkk. 2015). Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya dikenal dengan
istilah gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat memompa
cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh membutuhkan oksigen dan
nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal
jantung kiri dan gagal jantung kanan (Mahananto & Djunaidy, 2017).
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia 2 2
disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta
kematian. Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut,
45% disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta
dari 39,5 juta kematian (WHO,2015).
Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data menunjukan prevalensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5% dari
total penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi
penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki
prevalensi lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi
Kalimantan Timur yaitu 1,8% (Kemenkes RI, 2018).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang salah
mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal
jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan
beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal tergantung bagian
jantung mana yang mengalami gangguan (Russel, 2011).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang
mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia,
fistula 3 3 arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri,
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit
jantung kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif
(chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016).
Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema, anorexia, mual,
dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri menimbulkan gejala cepat
lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan penurunan fungsi ginjal. Bila jantung
bagian kanan dan kiri sama-sama mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran
darah dan adanya bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi
sitemik dan sirkulasi paru (Aspani, 2016).
Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan
menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada
penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi
aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas
kulit (Aspani, 2016). Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki
kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,
memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume cairan
yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).
CHF merupakan klien dengan jumlah yang cukup banyak, berdasarkan data
yang diperoleh dari bagian rekam medik Ruang Jantung di RSUD Raden Mattaher
Jambi Berdasarkan data tersebut diatas menunjukan angka terjadinya kasus CHF
cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan dampak bagi tubuh terutama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk
membuat laporan asuhan keperawatn dengan pendekatan asuhan keperawatan
dengan judul: “Asuhan Keperawatan Pada Klien Congestive Heart Failure di RSUD
Raden Mattaher Jambi”.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Congestive Heart Failure di RSUD
Raden Mattaher Jambi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk Mengatahui dan asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Heart
Failure
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart Failure di
RSUD Raden Mattaher Jambi
b. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Congestive
Heart Failure di RSUD Raden Mattaher Jambi
c. Untuk menyusun Intervensi keperawatan pada pasien dengan Congestive
Heart Failure di RSUD Raden Mattaher Jambi
d. Untuk melaksanakan Implementasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure di RSUD Raden Mattaher Jambi
e. Untuk melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Congestive
Heart Failure di RSUD Raden Mattaher Jambi
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Klien dan Keluarga
Menambah pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat sehingga mandiri
merawat pasien Congestive Heart Failure dirumah.
2. Bagi RS UD Mattaher Jambi
Memberikan bahan informasi bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure
3. Bagi Jurusan Keperawatan
Menambah sarana bacaan dan menambah informasi bagi mahasiswa/I
keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongesti adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa aadarah yang adekuat untuk memnuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif
paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan( AHA,
2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.
Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2017).
CHF adalah sindrom klinis yang kompleks di hasilkan dari setiap gangguan
struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel atau ejeksi darah ( AHA,2015).
2. Klasifikasi
a. Gagal jantung akut-kronik
1) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan
kardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat
mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.
2) Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan ditandai dengan penyakit
jantung iskemik, penyakit paru kronis. Gagal jantung kronik terjadi retensi
air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia,
akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
b. Gagal jantung kanan-kiri
1) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah
secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan
kelainan pada katub aorta/mitral.
2) Gagal jantung kanan disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal
jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung
5. Patofisiologi
Menurut Safery (2015) Respon kompensasi terhadap Cardiac Output yang
tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk
mempertahankan perfusi organ- organ tubuh yang vital.
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua
pengaruh utama :
a. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
b. Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi perifer menggeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang
vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital, seperti otak.
Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung. Peningkatan
peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap cardiac out put, namun
selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan
serabut- serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang
tidak berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume
ventrikel dapat memperberat preload dan kegagalan komponen- komponen. Jenis
kompensasi yang kedua yaitu dengan mengaktivkan sistem renin angiotensin yang
akhirnya berdampak pada peningkatan preload maupun afterload pada waktu
jangka panjang dan seterusnya. Kompensasi yang ketiga yaitu dengan terjadinya
perubahan struktur micardium itu sendiri yang akhirnya lama- kelamaan
miocrdium akan menebal atau menjadi hipertropi untuk memperbaiki kontraksi
namun ini berdampak peningkatan kebutuhan oksigen untuk miocardium.
a. Kegagalan ventrikel kiri
Kegagalan ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung
oksigen guna memenuhi kebutuhan tubuh berakibat dua hal :
1) Tanda- tanda dan gejala- gejala penurunan cadiac output.
2) Kongesti paru- paru.
b. Dispnea
Pernafasan yang memerlukan tenaga merupakan gejala dini dari kegagalan
ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas karena cairan di
dalam alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan tubuh, misal
menaiki tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan tersebut
memerlukan peningkatan oksigen.
c. Orthopnea
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring terlentang dan orang harus
tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi. Bila
orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah pada
pembuluh- pembuluh paru- paru meningkat.
d. Kegagalan ventrikel kanan
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru. Kegagalan
ventrikel kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema
pada ekstrimitas. Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan
intra vaskuler, tekanan di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi
sehingga cairan didorong melalui pembuluh darah masuk ke rongga perut
(acites) akibatnya akan mendesak diafragma yang akhirnya akan susah
untuk bernafas.
6. PATHWAY CHF
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubhan preload atau
perubahan afterload.
b. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis ( iskemia) yang ditandai dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, tirah baring dan kelemahan.
3. Intervensi Keperawatan
fraction (fe)
menurun
Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan fungsi
Definisi : ketidakcukupan diharapkan toleransi aktivitas tubuh yang
energi untuk melakukan meningkat dengan Kriteria mengakibatkan
aktivitas sehari - hari Hasil kelelahan
: 2. Monitor kelelahan
Penyebab : 1. keluhan lelah menurun fisk dan emosional
3. Monitor pola dan
1. Ketidakseimb 2. Dyspnea saat aktivitas jam tidur
ngan antara dan menurun 4. Monitor lokasi dan
suplai ketidaknyamnan
3. Dyspnea setelah aktivitas
kebutuhan selama melaukan
menurun
oksigen aktivitas Sediakan
2. Tirah baring 4. Frekuensi nadi meningkat lingkungan
3. Kelemahan nyaman dan
rendah stimulus
4. Imobilitas 5. Lakukan latihan
5. Gaya hidp rentang gerak pasif
monoton dan/atau aktivitas
Gejala dan tanda mayor 6. Berikan aktivitas
: distraksi yang
menenagkan
1. Mengeluh lelah 7. Fasilitasi duduk di
2. Frekuensi jantung sisi tempat tidur
meningkat >20% dar 8. Anjurkan tirah
kondisi istirahat baring
Gejala dan tanda minor 9. Anjurkan
: melakukan
1. Dyspnea saat/setelah aktivitas secara
aktivitas bertahap
2. Merasa tidak 10. Anjurkan strategi
nyaman setelah koping untuk
beraktivitas megurangi
3. Merasa lemah kelelahan
4. Tekanan darah 11. Kolaborasi dengan
berubah ahli gizi tentang
>20% dari kondisi cara meningkatkan
istirahat asupan makan
5. Gambaran EKG
menunjukkan
aritmia saat/setelah
aktivitas
6. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
7. sianosis
4. Implementasi Keperawatan
Populasi Penelitian dilakukan pada pasien CHF yang dirawat di IGD RSUD
Tugurejo Semarang
Intervensi Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik
Pada Pasien Congestive Heart Failure
Comparation Tidak ada pembanding dalam penelitian ini
Outcome Posisi semi fowler 45o dapat meningkatkan saturasi oksigen dengan
rata-rata 6 poin dan menurunkan respirasi rate dengan rata-rata 10
poin. Perubahan posisi dapat menjadi implementasi keperawatan
dalam meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan respirasi
rate.
2. Pertanyaan Klinis
Apakah pemberian perubahan posisi dapat berpengaruh terhadap perubahan
hemodinamik pada pasien Congestive Heart Failure?
Tahun (2021)
Judul Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan
Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien Congestive
Heart Failure
Author Yulianti, Y., & Chanif, C. Ners Muda, 2(2), 82-90.
A. Tujuan Studi kasus ini bertujuan menerapkan perubahan posisi (head
up 30o, semi fowler 45o dan high fowler 90o) untuk
peningkatan saturasi oksigen & penurunan respirasi rate pada
asuhan keperawatan pasien congestive heart failure di IGD
RSUD Tugurejo Semarang.
Method Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus deskriptif yang
menggambarkan pengelolaan kasus dalam mengaplikasikan
evidence based nursing practice dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan.
Instrumen Penelitian Format asuhan keperawatan pada pasien congestive heart
failure
Hasil Hasil studi kasus pada dua responden menunjukkan nilai saturasi
oksigen dan respirasi rate dari posisi head up ke semi fowler
meningkat lebih tinggi, sedangkan pada satu responden
menunjukkan nilai saturasi oksigen dan respirasi rate
mengalami peningkatan lebih tinggi pada posisi high fowler.
Namun dari posisi sebelum diberikan intervensi ke posisi head
up tidak mengalami kenaikan lebih banyak jika di bandingkan
dengan semi fowler dan high fowler. Hal ini menyatakan bahwa
posisi head up kurang efektif jika diberikan pada pasien gagal
jantung. Kesimpulan dari penerapan studi kasus ini adalah
tindakan perubahan posisi (head up, semi fowler, high fowler)
hanya sebagai tindakan pendamping dalam meningkatkan
saturasi oksigen dan menurunkan respirasi rate. Rekomendasi
pada temuan studi kasus ini adalah perawat dapat mengkaji
perbedaan status pernafas (SaO2 & RR) pada pasien CHF
dengan posisi semi fowler dan high fowler sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Kesimpulan Hasil studi kasus menunjukkan bahwa posisi semi fowler 45o
dapat meningkatkan saturasi oksigen dengan rata-rata 6 poin
dan menurunkan respirasi rate dengan rata-rata 10 poin.
Perubahan posisi dapat menjadi implementasi keperawatan
dalam meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan
respirasi rate
A. Pembahasan Kasus BAB IV
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Kasus
Berdasarkan data fokus yang didapatkan dari pengkajian pada pasien Tn. H
keluhan utama yang ditemukan yaitu pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
terasa di tusuk-tusuk sampai ke lengan belakang skala nyeri 7 nyeri terasa terus
menerus, Pasien mengatakan sesaknya masih terasa saat beraktivitas seperti ke wc
atau berpindah tempat, aktivitas dibantu oleh keluarga, hal ini memiliki kesuaian
dengan teori Menurut Nurarif & Kusuma (2015) bahwa pasien dengan CHF
mengalami Dispnea, Mudah lelah, Kegelisahan dan kecemasan. Selain itu Menurut
Safery (2015) Respon kompensasi terhadap Cardiac Output yang tidak adekuat
memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi
organ- organ tubuh yang vital dimana gejala klinis yang ditemukan pada Tn. H sesak
jika harus tidur berbaring hal ini memiliki kesamaan teori Menurut Safery (2015)
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring terlentang dan orang harus tidur
pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi. Bila orang tidur
terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah pada pembuluh- pembuluh
paru- paru meningkat.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut dalam memberikan tindakan
keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada pada teori, akan tetapi harus
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan
dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8.Sounders: Elsevier Philadelphia.
Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure. Procedia
ComputerScience, 124, 197–204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.
Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data
Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Retrieved from
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin
-jantung.pdf.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Udjianti, Wajan J. 2017. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Yulianti, Y., & Chanif, C. (2021). Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan
Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure.
Ners Muda, 2(2), 82-90.
LAMPIRAN