LP Gastritis
LP Gastritis
LP Gastritis
Oleh:
7. Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan gastritis yaitu (Azer
& Akhondi, 2020):
1. Gastritis terkait dengan H.Pylori: Memberikan triple-therapy dari
klaritromisin / penghambat pompa proton / amoksisilin selama 14
hingga 21 hari dianggap sebagai pengobatan lini pertama.
Klaritromisin lebih disukai daripada metronidazol karena tingkat
kekambuhan dengan klaritromisin jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan triple-therapy menggunakan metronidazole.
2. Gastritis autoimun: Diperlukan penggantian kekurangan zat besi dan
vitamin B12 (1000 mikrogram parenteral atau 1000 hingga 2000
mikrogram oral). Pantau kadar zat besi dan folat, dan hilangkan
koinfeksi apa pun dengan H. pylori. Lakukan surveilans endoskopi
untuk risiko kanker dan tumor neuroendokrin lambung (NET)
3. Bentuk pengobatan lain pada gastritis termasuk penghentian alkohol,
merokok, obat anti inflamasi, makanan pedas, serta mengelola stres,
terapi imunomodulator pada enteropati autoimun, dan modifikasi pola
makan pada gastritis eosinofilik.
8. Clinical Pathway
Gastritis
↑ HCl Erosi mukosa Mukosa lambung Iritasi sampai mukosa usus Klien tidak mengetahui Tindakan hospitalisasi
lambung kehilangan integritas kondisinya
jaringan
Iritasi Erosi mukosa usus Ansietas
Menurunkan tonus dan Usaha mencari
Erosive dan ulserasi
peristaltik lambung sumber informasi
Eksfeliasi
(Pengelupasan)
Peningkatan peristaltik
Iritasi lapisan Refluk isi Hemoragik Defisit pengetahuan
usus
mukosa duodenum ke
lambung
Hematemesis dan Diare
Pelepasan mediator nyeri melena
(histamin, bradikinin, Menekan reflek
prostaglandin, serotonin, muntah
Syok hipovolemik
ion kaliun, dll)
Mual
Resiko
Merangsang
ketidakseimbangan
nosiseptor (reseptor
Dorongan ekspulsi cairan
nyeri)
isi lambung ke
Dihantarkan medula mulut
spinalis
Muntah
Korteks
somatosensorik
Nyeri
epigastrium Menurunkan Aoreksia
sensori untuk
makan
Nyeri akut
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
b) CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H. pylori
c) Pemeriksaan serologi untuk H.pylori : sebagai diagnosis awal
d) Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis
2) Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit dan Trombosit
3) Endoskopi
Pemeriksaan ini meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran
endoskopinya meliputi: Eritematous atau eksudatif, erosi flat, erosiraised, atrofi,
hemoragik, hyperplasia rugae. Pada pemeriksaan endoskopi di dapatkan adanya
gambaran lesi mukosa akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan
tepi rata.
4) Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana hasilnya
meliputi :
a) Etiologi
Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori
b) Topografi
Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi antrum
atau korpus.
c) Morfologi
Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia
intestinal, Helicobacter pylori.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri epigastrium
b. Deficit nutrisi berhubungan dengan muntah
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengna syok hipovolemik
d. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus
e. Deficit pengetahuan berhubungan dengan usaha mencari informasi
f. Ansietas berhubungan dengan tindakan hospitalisasi
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Mengetahui daerah nyeri, kualitas,
tindakan keperawatan Observasi
kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus,
selama 1x24 jam nyeri 1. Identifikasi lokasi,
yang dirasa pasien berat ringannya nyeri yang dirasakan
karakteristik, durasi,
berkurang dengan
2. Mengetahui tingkat keparahan nyeri
kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri dari yang dirasa
intensitas nyeri
meningkat (1) 3. Mengetahui keadaan tidak
2. Identifikasi skala nyeri
menjadi menurun (5) menyenangkan pasien yang tidak
3. Identifikasi respon nyeri
2. Meringis dari sempat dan tidak bisa digambarkan oleh
non verbal
meningkat (1) pasien
4. Identifikasi faktor yang
menjadi menurun (5) 4. Mengetahui sejauh mana faktor yang
memperberat dan
3. Gelisah dari dapat meningkatkan nyeri sehingga
memperingan nyeri
meningkat (1) meniminalkan nyeri timbul kembali
5. Monitor efek samping
menjadi menurun (5) 5. Mengetahui apakah pasien memiliki
penggunaan analgetik
4. Kesulitan tidur dari alergi pada analgetik yang diberikan
Terapeutik
meningkat (1) 6. Berikan terapi 6. Mengurangi rasa nyeri
menjadi menurun (5) nonfarmakologis 7. Dengan istirahat dapat memberikan
5. Frekuensi nadi dari 7. Fasilitasi istirahat dan relaksasi sehingga nyeri dapat
memburuk (1) tidur berkurang
menjadi membaik (5) Edukasi 8. Mengetahui kualitas nyeri yang
8. Jelaskan penyebab,
dirasakan pasien
periode, dan pemicu
9. Memudahkan pasien dalam mengurangi
nyeri
nyeri yang dirasa
9. Jelaskan strategi
10. Mengurasi rasa nyeri
meredakan nyeri
11. Obat-obatan analgetik akan memblok
10. Ajarkan teknik
reseptor nyeri sehingga nyeri tidat
nonfarmakologis untuk
dapat dipersepsikan
mengurangi nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Dengan nutrisi yang tepat dapat
tindakan keperawatan (I.03119)
memberikan nutrisi yang cukup
selama 1x24 jam asupan Observasi
nutrisi pasien kembali 1. Identifikasi status nutrisi 2. Mengetahui apakah pasien memiliki
adekuat dengan kriteria
2. Identifikasi alergi dan alergi atau tidak
hasil:
1. Porsi makanan yang intoleransi makanan 3. Memotivasi pasien untuk mencukupi
dihabiskan dari 3. Identifikasi makanan nutrisinya
menurun (1) menjadi yang disukai 4. Mengetahui apakah pasien kehilangan
membaik (5) 4. Monitor berat badan berat badan
2. Berat badan dari 5. Monitor hasil 5. Mengetahui apakah adanya kelainan
memburuk (1) pemeriksaan pada pasien
menjadi membaik (5) laboratorium 6. Tindakan untuk membersihkan dan
Terapeutik membuat nyaman pasien saat makan
6. Lakukan oral hygiene
7. Menarik pasien untuk mengkonsumsi
sebelum makan, jika
makanan yang disediakan
perlu
8. Untuk mencegah konstipasi
7. Sajikan makanan yang
9. Membantu dalam proses penyembuhan
menarik dan suhu yang
10. Memudahkan pasien saat makan
sesuai
11. Makanan yang sehat memudahkan
8. Berikan makanan tinggi
pasien untuk segera sembuh
serat
12. Membantu proses penyembuhan
9. Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
Edukasi
10. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
11. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan 1. Perubahan status hidrasi, membran
ketidakseimbangan tindakan keperawatan (I.03098)
mukosa, turgor kulit menggambarkan
cairan selama 1x24 jam Observasi
masalah teratasi dengan 1. Monitor status hidrasi berat ringannya kekurangan cairan
kriteria hasil:
2. Monitor berat badan 2. Kebersihan nutrisi dapat diketahui
1. Asupan cairan dari
harian melalui peningkatan berat badan 500
menurun (1) menjadi
3. Monitor hasil gr/minggu
meningkat (5)
laboratorium 3. Mengetahui apakah adanya kelainan
2. Kelembaban
Terapeutik yang dirasakan pasien
membrane mukosa
4. Catat intake-output dan
4. Mengukur keseimbangan cairan
dari menurun (1)
hitung balance cairan 24
elektrolit dimana terjadi patologi dapat
menjadi meningkat
jam
segera melakukan tindakan
(5)
3. Edema dari 5. Berikan asupan cairan 5. Meniminalkan dehidrasi
meningkat (1) Kolaborasi 6. Mengeluarkan kelebihan cairan dalam
6. Kolaborasi pemberian
menjadi menurun (5) tubuh pasien
diuretik
4. Dehidrasi dari
meningkat (1)
menjadi menurun (5)
5. Tekanan darah dari
memburuk (1)
menjadi membaik (5)
4. Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare (I.03101) 1. Mengetahui penyebab diare sehingga
tindakan keperawatan Observasi
dapat menentukan intervensi
selama 1x24 jam proses 1. Identifikasi penyebab
defekasi pasien kembali selanjutnya
diare
normal dengan kriteria
2. Apakah ada kesalahan pasien dalam
hasil: 2. Identifikasi riwayat
1. Control pengeluaran mengkonsumsi makanan
pemberian makanan
feses dari menurun 3. Mengetahui tidak terjadi dehidrasi pada
3. Monitor warna, volume,
(1) menjadi pasien melalui tinja
frekuensi, dan
meningkat (5) 4. Untuk menentukan intervensi yang
konsistensi tinja
2. Keluhan defekasi akan dilakukan
4. Monitor tanda dan gejala
lama dan sulit dari 5. Mengetahui seberapa banyak tinja yang
meningkat (1) hypovolemia dikeluarkan
menjadi menurun (5) 5. Monitor jumlah 6. Memantau keseimbangan eletrolit
3. Mengejan saat pengeluaran diare dalam darah
defekasi dari Terapeutik 7. Mendiagnosis sejumlah penyakit pada
6. Ambil sampel darah
meningkat (1) sistem pencernaan
untuk pemeriksaan darah
menjadi menurun (5) 8. Makan sedikit memberikan kesempatan
lengkap dan elektrolit
pada lambung untuk mengosongkan
7. Ambil sampel feses
sehingga tidak terjadi perasaan penuh
untuk kultur, jika perlu
pada lambung
Edukasi
9. Menurunkan pergerakan usus dan
8. Anjurkan makanan porsi
muntah
kecil dan sering secara
bertahap
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(misal atapulgit, smektit)
5. Deficit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan 1. Mengetahui sejauh mana informasi
tindakan keperawatan (I.12383)
yang didapat sebelum dilakukan
selama 1x24 jam deficit Observasi
pengetahuan pasien 1. Identifikasi kesiapan dan edukasi
meningkat dengan kemampuan menerima 2. Faktor apa yang dapat memotivasi
kriteria hasil:
informasi pasien dan keluarga dalam menerima
1. Keluhan mual dari
2. Identifikasi faktor-faktor informasi
meningkat (1)
yang dapat 3. Memudahkan pasien dan keluarga
menjadi menurun (5)
meningkatkan dan dalam menerima informasi
2. Perasaan ingin
menurunkan motivasi 4. Supaya keluarga lebih memahami
muntah dari
perilaku hidup bersih tentang infomasi yang diberikan
meningkat (1)
dan sehat 5. Keluarga dan pasien mengetahui faktor
menjadi menurun (5)
Terapeutik resiko yang dapat mempengaruhi
3. Sediakan materi dan
kesehatannya
media pendidikan
6. Dengan mengajarkan keluarga dan
kesehatan
pasien diharapkan dapat dilakukan
4. Berikan kesempatan
dikehidupan sehari-hari
untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
6. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Mengetahui sejauh mana ansietas yang
tindakan selama 1x24 Observasi
dirasakan
jam pasien lebih tenang 1. Identifikasi saat tingkat
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui apa saja yang
ansietas berubah
1. Perilaku gelisah dari
menyebabkan ansietas
2. Monitor tanda ansietas
meningkat (1)
3. Membuat pasien nyaman dan percaya
Terapeutik
menjadi menurun (5)
3. Ciptakan suasana untuk mencerikana hal yang
2. Perilaku tegang dari
terapeutik untuk membuatnya ansietas
meningkat (1)
menumbuhkan 4. Memberikan dukungan pada pasien
menjadi menurun (5)
kepercayaan untuk mengurangi kecemasan
3. Konsentrasi dari
4. Motivasi 5. Mengurangi kecemasan pasien
memburuk (1)
mengidentifikasi situasi 6. Mengeksplorasi perasaan pasien
menjadi membaik (5)
yang memicu kecemasan 7. Untuk mengurangi ketegangan
4. Pola tidur dari
Edukasi 8. Memberikan relaksasi sehingga ansietas
memburuk (1) 5. Anjurkan keluarga untuk
dapat berkurang
menjadi membaik (5) tetap bersama pasien
9. Mengurangi ansietas yang dialami
6. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
7. Latih pengalihan
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Dapus
Azer, S. A & Akhondi, H. 2020. Gastritis.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544250/. (diakses: 27 Oktober
2020).
Megawati, Andi & Nosi, Hasna. 2014. Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Di Rawat Di Rsud Labuang
Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 4 No 6 Hal:709-
716
Nisa, Shugufta. 2018. Gastritis (Warm-e-meda): A review with Unani approach.
International Journal of Advanced Science and Research. Vol 3 No 3
Page:43045
Syafi’I, M & Andriani, Dina. 2019. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Berobat Di Puskesmas. Jurnal
Keperawatan dan Fisioterapi (JKF). Vol 2 No 1 Hal 52-60.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan III. Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. DPP
PPNI