Kel 4 Filsafat (Hakikat Peserta Didik)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

HAKIKAT PESERTA DIDIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Azizah Hanum OK, M. Ag

Disusun Oleh : Kelompok 4

Alci Adek Putri Arianto (0306193178)

Aldiansyah Siregar (0306193180)

Nova Purnama Sari Br. Sitepu (0306193176)

Nur Atika Shofia Herman (0306193200)

Rosmawani Siregar (0306193205)

Siti Halimah (0306193177)

SEMESTER VI/ PGMI-5

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan hidayah dan
rahmat-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyiapkan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat beriring salam kami hadiahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad
Saw, semoga kita termasuk kedalam umat yang mendapatkan syafaatnya di akhir kelak nanti,
aamiin.

Tak lupa kami ucapkan juga terimakasih banyak atas bimbingan dan arahannya kepada
Ibu Dr. Azizah Hanum OK, M. Ag yang mengampu kami dalam mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam. Adapun judul makalah kami berkaitan dengan “Hakikat Peserta Didik”
yang diharapkan semoga kita dapat memahaminya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, khususnya bagi kami
selaku penyusun. Terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta sarannya dari semua pihak-
pihak yang bersifat membangun yang senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah berperan serta
dalam penyusunan tugas makalah ini mulai dari awal hingga akhir. Jika terdapat kekeliruan
kata ataupun kalimat, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Medan, 17 April 2022

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik ................................................................................... 4


B. Hakikat Peserta Didik ....................................................................................... 7
C. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik dalam Pendidikan Islam ....................... 9
D. Karakteristik Peserta Didik ............................................................................. 12
E. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik ...................................................... 14
F. Tata Krama Peserta Didik Kepada Pendidik .................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat dimana anak-anak berada.

Peserta didik memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan peserta didik terletak dalam pola
pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu dipilih dan
dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan
guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik.

Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain yang memiliki minat kemampuan,
kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik. Untuk itu dalam hal
ini, diperlukan pemahaman dari guru untuk mengetahui bagaimana hakikat peserta didik yang
tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari peserta didik.
2. Jelaskan mengenai hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam.
3. Jelaskan sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam.
4. Jelaskan karakteristik peserta didik.
5. Jelaskan tugas dan tanggung jawab peserta didik.
6. Jelaskan tata krama peserta didik kepada pendidik.

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari peserta didik.
2. Menjelaskan hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam.
3. Menjelaskan sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam.
4. Menjelaskan karakteristik peserta didik.
5. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab peserta didik.
6. Menjelaskan tata krama peserta didik kepada pendidik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Secara umum peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya malalui lembaga
pendidikan. Peserta didik pada dasarnya merupakan manusia yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, yang memerlukan bantuan dari orang lain (orang dewasa)
untuk menjalankan pertumbuhan dan perkembangannya.

Secara etimologi peserta didik dalam Bahasa Arab disebut dengan Tilmidz jamaknya
adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang
menginginkan pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya
adalah Thullab, yang artinya adalah "mencari" maksudnya adalah "orang-orang yang mencari
ilmu".

Dalam filsafah pendidikan Islami semua makhluk adalah peserta didik. Sebab dalam
Islam Allah SWT pada hakikatnya adalah pendidikan untuk seluruh makhluk ciptaannya.
Allah adalah yang menciptakan sekaligus memelihara makhluk. Pemeliharaannya mencakup
kependidikannya. Baik dalam ta‟lim, ta‟dib ataupun tarbiyah. Maka dari itu, dalam filsafat
pendidikan Islam peserta didik itu adalah mencakup seluruh makhluk Allah SWT. Baik itu
malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan dan sebagainya. Namun dalam artian khusus peserta
didik dalam filsafat pendidikan Islam menurut Al-rasyid peserta didik adalah seluruh insan,
basyar, atau bani adam yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kepada
kesempurnaan atau suatu kondisi yang dipandang sempurna (Al-Insan Kamil).

Peserta didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Para pendidik selalu
berhubungan pada peserta didik tetapi setelah tugas pendidikan selesai, anak didik dituntut
untuk mengamalkan ilmu yang telah diberi pendidik untuk mengamalkannya didalam
kehidupan bermasyarakat. Perserta didik dituntut hidup mandiri, mampu menyelesaikan
tugas-tugas pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya

Ada banyak istilah yang sering digunakan terhadap kata peserta didik menurut Engr
Sayyid Khaim Hussayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan bahwa kata

4
murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan, menurut Abudin
Nata, kata murid diartikan orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik dengan cara sungguh-sungguh sebagai
bekal hidupnya agar bahagia dunia akhirat. Istilah murid sering digunakan dalam ilmu
tassawuf sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tassawuf kepada seorang gutu yang
disbut syeikh.

Disamping itu di jumpai istilah lain yang sering di gunakan dalam Bahasa Arab yaitu
tilmidz yang berarti pelajar, bentuk jama‟nya adalah talamiz, kata ini lebih merujuk kepada
pelajar yang belajar dari madrasah, kata lainnya yang sering digunakan adalah thalib yang
artinya pencari ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Kata inilah yang banyak di pakai Az-Zarnuji
dalam kitab Ta‟lim Muta‟allim untuk memberi julukan pada murid. Kata ini berasal dari kata
Thalaba-yathlubu-thaliban yang merupakan isim fa‟il yang berarti oranng yang meminta.
Pengertian ini dapat dipahami karena seorang peserta didik adalah orang yang sedang
meminta pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya agar
berbahagia dimasa depan didunia dan aakhirat kelak. Kata Al-Thalib ini lebih sering
digunakan untuk pelajar pada perguruan tinggi atau biasa yang disebut dengan mahasiswa .

Ada juga yang menyebutkan peserta didik sebagai anak didik yang dalam pengertian
umum adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau kelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sementara dalam arti yang sempit, anak didik adalah anak
pribadi yang belum dewasa yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Namun, dalam
Bahasa Indonesia makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim
semuanya bermakna anak yang sedang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan
dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan
semua orang yang sedang belajar, baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Selanjutnya terdapat kata Al-muta‟allim kata ini berasal dari bahasa arab, Allama-
yu‟allimu-ta‟liman. Yang berarti orang yang mencari ilmu pengetahuan. Istilah ini termasuk
yang sering digunakan para ulama pendidikan dalam memperjelas pengertian murid,
dibandingkan dengan istilah lainnya. Kata ini bersifat universal dengan kata lain almutaallim
mencakup pengertian istilah murid, tilmidz, thalib dan sebagainya.

Didalam dalam buku karangan Al-Rasydin mengenai definisi peserta didik adalah yang
mendefinisikan bahwa peserta didik adalah manusia belum dewasa, dan karenanya ia

5
membutuhkan suatu pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dari orang dewasa agar
mengantarkannya menuju kedewasaan. Ada juga yang mengatakan bahwa peserta didik
adalah manusia yang mempunyai fitrah atau potensi untuk mengembangkan dirinya.

Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik bukanlah binatang, tetapi
ia adalah manussia yang mempunyai akal. Peserta didik adalah unsur manusiawi yang
penting dalam interaksi interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan, peserta
didik memiliki kedudukan yang menempati possisi kedudukan dalam sebuah interaksi.

Fitrah atau potensi tersebut mencakup akal, hati dan jiwa yang mana kalanya
diberdayakan secara baik akan menghantarkan seseorang agar bertauhid kepada Allah Swt.
Ada juga yang mendefinisikan makna peserta didik adalah setiap manusia yang menerima
pengaruh positif dari setiap orang dewasa atau pendidik. Dan ada juga yang mengatakan
bahwa peserta didik adalah setiap anak yang belajar lembaga-lembaga pendidikan.

Makna fitrah merupakan suatu potensi yang ada pada diri setiap individu yang meliputi
akal, hati dan jiwa seseorang individu apabila dikelola dengan baik akan dapat
menghantarkan kita dalam beriman kepada Allah SWT. Peserta didik akan menerima apa
yang diberikan kepada dirinya baik yang positif dan negative dan seorang pendidiklah yang
nantinya akan memberikan nilai-nilai positif kepadanya.

Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik dan
memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya,
menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi,
kita tidak boleh melalaikan tugas ini, terlebih lagi Nabi bersabda :

“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik” (hadits diriwayatkan oleh
Ibnu Majah 2/1211, tetapi Al-Albani menilainya dha‟if)”

Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada dalam
keadaan tidak berdaya (hulpeoosheid). Dalam Al-Quran dijelakan :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)

6
Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari
pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan
suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas
pendidikan agama peserta didik. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :

Artinya : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membaa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orangtua nyalah yang menjadikan
anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi (HR.Muslim).

B. Hakikat Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta didik, tidak dapat
dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat manusia, karena manusia hasil
dari suatu proses pendidikan. Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah
makhluk ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yaitu melalui proses yang bertahap.

Sebagai makhluk ciptaan, manusia memiliki bentuk yang lebih baik, lebih indah dan lebih
sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah, hingga manusia dinilai sebagai makhluk
lebih mulia, sisi lain manusia merupakan makhluk yang mampu mendidik, dapat dididik,
karena manusia dianugerahi sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Itulah antara lain
gambaran tentang pandangan Islam mengenai hakikat manusia, yang dijadikan acuan
pandangan mengenai hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam. Peserta didik dalam
pendidikan Islam harus memperoleh perlakuan yang selaras dengan hakikat yang
disandangnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam peserta
didik tidak hanya sebatas pada obyek pendidikan, melainkan pula sekaligus sebagai subyek
pendidikan.

Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami 1, semua makhluk pada dasarnya adalah
peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu‟allim, atau muaddib, Allah SWT
pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta
dan memelihara seluruh makhluk. Pemeliharaan Allah Swt mencakup sekaligus
kependidikan-Nya, baik dalam arti tarbiyah, ta‟alim, maupun ta‟adib. Karenanya, dalam

1
Ismail Baharuddin. “Hakikat Peserta Didik Persfektif Filsafat Pendidikan Islam”. (Sumatera
Utara : IAIN Padangsidempuan), hlm. 35

7
perspektif falsafah pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup seluruh makhluk Allah Swt,
seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

Hal diatas tergambar dalam al-Qur'an surat al-Baqorah ayat 30-31 :

‫ا ْذ ِا فِاى َو ِاا ٌل ِا اِّن ْذ ِا ْذ َو ٰۤل ِإِى َو ِا َو ُّب َو َو َوا َو ِا ْذ‬ ‫ِّن َو َو َو َو ْذ ِا ُ فِا ْذهَو ُّب ْذ ِا ُ َو ْذ فِا ْذ َوه َو َو ْذ َو ُ َو ُ ْْٓذو ۗ َو ِا ْذ َو ًة ْذ َو‬ ُ ‫اُ َو ِّن ُ َو اَو ْذ‬
‫َو ْذ َو ُ وْذ َو َوا َو َو ْذا َو ُ ِا ِّنا ْْٓذ َو َوا ۗ َو َو َو اُ َو ِّن ُ ِا َو ْذ ِا َو‬

‫َو َوا َّل َو ٰۤل َو َو ْذاَو ْذ َو َو ُ َّلهَو ُ َّل َوا َو َو هُ ْذ َوا َوى ْذ َو ٰۤل ِإِى َو ِا فَو َو َوا َو ْذا ِأُـُوْذ ِاا ْذ ِا َو ْذ َو ِا ٰۤل ْٓ َوُا ِا ِا ْذ ُ ْذ ُ ْذ ٰۤل ِا ِا ْذ َو‬

Artinya : "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat : "Sesungguhnya


aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata : "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman : "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui. "Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman :
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"

Ada dua peserta didik yang diperbincangkan dalam ayat ini, yaitu malaikat dan Nabi
Adam. Pendidiknya adalah Allah, Dia mengajarkan malaikat dan juga Adam. Malaikat
diberikan hak berbicara mengenai apa yang akan Allah lakukan yaitu penciptaan manusia
sebagai kholifah di muka bumi. Dan Nabi adam sebagai peserta didik tidak hanya menerima
transfer ilmu, tanpa usaha dari Allah. Tetapi Allah memberikan daya kepadanya, berupa
indra, akal dan atau qolbu, sehingga membuat Adam aktif dan memperoleh ilmu
mengungguli malaikat, malaikat tidak menguasai ilmu yang di kuasai Adam.

Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, pada hakikatnya semua manusia adalah
peserta didik. Sebab, pada hakikatnya, semua manusia adalah makhluk yang senantiasa
berada dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan, atau suatu tingkatan yang
dipandang sempurna dan proses itu berlangsung sepanjang hayat.

Dalam buku Filsafat pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,dalam perspektif
filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik terdiri dari beberapa macam yaitu :

8
a. Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-
anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam keluarga.
b. Peserta didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di
lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti disekolah, pondok pesantren,
tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-anak seperti TPA,
majelis taklim, dan sejenis, bahwa peserta pengajian di masyarakat yang dilaksanakan
seminggu sekali atau sebulan sekali, semuanya orang-orang yang menimba ilmu yang
dapat dipandang sebagai anak didik.
c. Peserta didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan
tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran dan berbagai
hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.

Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dan hal
yang terkait dengan hakekat peserta didik yaitu :

1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai diri sendiri


2. Peserta didik mengikuti priode-priode perkembangan tertentu dan mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus di sesuaiakan dalam proses
pendidikan
3. Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman, kasih
sayang, rasa harga diri dan realisasi diri
4. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang di sebabkan oleh faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat dan
lingkungan yang mempengaruhinya.

C. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Pada kenyataannya, anak didik itu terdiri atas sifat-sifat yang berbeda yaitu :

1. Peserta didik yang belum mengerti apapun tentang ilmu pengetahuan atau peserta
didik yang hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengerti dan belum memahami
sesuatu. Peserta didik yang belum mengerti sesuatu, seperti peserta didik yang duduk
ditaman kanak-kanak atau sekolah dasar yang belum mengenal sesuatu

9
2. Peserta didik yang mengenal dan baru mengetahuinya tetapi belum begitu memahami
ilmu pengetahuan yang dimaksudkan. Peserta didik baru mengenal sesuatu namun
belum memahami secara mendalam
3. Peserta didik yang sudah mengenal, memahami, mengetahuinya, tetapi belum
mengamalkannya dalam kehidupan.
4. Peserta didik yang telah memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam
kehidupan.

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dalam proses belajar mengajar, baik secara lansung maupun tidak langsung. Al-Ghazali2,
yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta
didik, yaitu :

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS.
Ad-Duha : 4)

ۗ‫َو َو ْذ ٰۤل ِا َو ُ َو ْذ ٌل َّل َو ِا َو ْذاُ ْذ ٰۤل ى‬

Artinya : "Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan"

3. Bersikap tawadlu` (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi


untuk kepentingan pendidiknya
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia
terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam, dalam
belajar
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun
untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah)
6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah
(konkret) menuju pelajaran yangsukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu `ain
menuju ilmu yang fardhu kifayah (QS. al-insyiqaq :19)

‫َو َو ۗ ٍۗق‬ ‫َو َو ْذ َو ُ َّل َو َو ًة َوا ْذ‬

Artinya : "Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)".

2
A. Samad Usman, Adul Hadi. “Hakikat Peserta Didik dalam Pendidikan Islam (Suatu Kajian
Teori)”, hlm. 106

10
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih padailmu yang lainnya,
sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yangdipelajari, sehingga
mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah
9. Memprioritaskan ilmu dinayah yang terkait dengankewajiban sebagai makhluk
Allah SWT sebelum memasuki ilmu duniawi
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang
bermafaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselamatan
hidup dunia akhirat
11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang
sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode madzab yang
diajarkan oleh pendidik-pendidik pada umumnya, serta diperkenankan bagi
peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik.

Dalam pandangan Islam, kepemilikan sifat-sifat merupakan persyaratan agar


mempermudah suatu jalan proses pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan, berkahnya
ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Sesuai dasarnya ilmu itu datangnya
dari haqq dan karenanya ia merupakan cahaya kebenaran yang akan menerangi kehidupan
para pencarinya.

Sebagai yang Al-Haqq atau Yang Maha Benar, Allah Swt. Maha benar, Allah SWT Maha
suci dan kesuciannya hanya bisa dihampiri oleh orang yang suci. Oleh sebab itu lah sifat
pertama yang harus dimiliki peserta didik adalah mensucikan diri (tazkiyah) sebelum
menuntut ilmu pengetahuan. Mentazkiyah kan dirinya dari kotoran, najis, makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan lain-lain semuanya menggunakan cara-cara yang baik, halal dan bersih.

Adapun sifat-sifat terpuji yang dimiliki setiap peserta didik atau penuntut ilmu
pengetahuan adalah :

1. Mentauhidkan Allah SWT. Dalam arti mengaku dan meyakini bahwa semua ilmu
pengetahuan berssumber dari-Nya. Diantara ilmu itu ada yang didatangkan para Nabi
dan Rasul, dan adapula yang dihamparkan-Nya dialam semesta, termasuk dalam diri
manusia.
2. Menyiapkan dan mensucikan diri, baik dari jasmani maupun rohani untuk di ta‟lim,
ditarbiyah, dan dita‟dib oleh Allah. Karena dalam perspektif pendidikan islam, pada

11
hakikatnya Allah adalah Al-„aalim dan manusia muta‟alim. Sebagai Al‟aalim Allah
Maha Mengetahui dan Maha Suci. Oleh karena itu hanya diri dan jamani yang suci
sajalah yang memiliki dan dapat menghampiri Al-„ilm.
3. Peserta didik harus senantiasa mengharap ridha Allah dalam aktifitasnya menuntut
ilmu pengetahuan. Karena dalam perspektif filsafah pendidikan Islam, sebagai sesuatu
yang datangnya dari Allah.
4. Peserta didik harus senantiasa berdoa kepada Allah, agar kedalam dirinya senantiasa
ditambahkan ilmu pengetahuan. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan pada
Allah. Ayat alqur‟an yang mengajarkan kita sebuah permohonan adalah “Ya Allah Ya
Tuhan ku, tambahilah ilmu pengetahuan ku”
5. Setelah ilmu diraih, maka pengamalannya merupakan bentuk yang konkrit dari akhlak
terpuji peserta didik terhadap Allah Swt. Karena sebagai Al-alim, Allah adalah
pemilik ilmu pengetahuan dan karena kemurahannya lah diberikannya ilmu itu kepada
kita selaku manusia. Dan kita sebagai manusia harus mengamalkan ilmu tersebut, dan
apabila tidak mengamalkannya maka telah melakukan sifat tercela.

Selanjutnya menurut Al-Imam Alghazali mengenai etika pelajar adalah :

1. Seorang pelajar harus membersihkan jiwanya dari akhlak yang tercela


2. Seorang pelajar hendaknya tidak banyak melibatkan diri dengan urusan duniawi
3. Seorang peserta didik jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang dimilikinya
4. Bagi pelajar permulaan belajar janganlah melibatkan atau mendalami perbedaan
pendapat para ulama
5. Seorang pelajar jangan menenggelamkan diri pada suatu cabang ilmu saja
6. Seorang pelajar harus mengetahui sebab kemuliaan ilmu
7. Seorang peserta didik harus mengetahui hubungan macam-macam ilmu dan
tujuannya.

D. Karakteristik Pesert Didik

Peserta didik dapat dilihat dari bebrapa tingkat, seperti dapat dilihat dari usia, sejak anak
didik di taman kanak-kanak, tingkat setingkat tsanawiyah, aliyah dan mahasiswa yang
berkaitan dengan usia peseta didik. Karakteristik peserta didik berdasarkan beberapa
tingkatan yakni :

12
1. Tingkatan Usia
a) Tahapan asuhan (usia 0-2 tahun), individu belum ada kesadaran dan daya intelektual
b) Tahap jasmani (usia 2-12 tahun), fase kanak-kanak mulai memiliki potensi biologis,
pedagogis, dan psikologis, sehingga seorang anak sudah dapat mulai dibina, dilatih,
dibimbing, disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya
c) Tahap psikologis (usia 12-20 tahun), fase tamyiz yaitu dimana anak bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Anak sudah dapat dibina dan dibimbing untuk
melaksanakan tugas yang menuntut komitmen dan tanggung jawab dalam arti yang
luas
d) Tahap dewasa (usia 20-30 tahun), anak sudah memiliki kematangan dalam bertindak,
bersikap dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri
e) Tahap bijaksana (usia 30 sampai akhir hayat), pada fase ini manusia sudah memiliki
jati dirinya yang hakiki. Pendidikan yang di lakukan dengan cara mengajak mereka
agar mau mengamalkan ilmu, keterampilan, pengalaman harta benda, kekuasaan dan
pengaruhnya untuk kepentingan masyarakat.

2. Teori Fitrah

Rasulullah bersabda, “ Setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, sehingga kedua
orang tuanyalah yang membuat ia nasrani, yahudi dan majusi.” Dalam hal ini fitrah yang
ada pada manusia adalah potensi dasr yaitu berupa kecendrungan untik beragama dan
menyukai kebaikan, berilmu menyukai kebenaran, berseni menyukai keindahan serta naluri
(insting).

3. Tingkat Kecerdasan

Manusia memiliki tingkat kecerdasan (IQ), kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika,


kecerdasan estetika, kecerdasan etika dan sosial, kecerdasan emosional dan kecerdasan oleh
gerak tubuh.

4. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Kondisi objektif tentang kemampuan ekonomi peserta didik, serta status sosial yang
mereka miliki. Dengan kondisi sosial ekonomi dapat di ketahui kemampuan ekonomi peserta
didik, serta kedudukannya di dalam masyarakat.

13
E. Tugas dan Tanggung-jawab Peserta Didik

Tugas utama peserta didik adalah belajar, menuntut ilmu dan mempraktikkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari kegiatan pembelajar adalah
menta‟lim, mentarbiyah dan menta‟adibkan ilmu kedalam diri setiap peserta didik. Al‟ilm
yang akan dita‟limkan, ditarbiyah atau dita‟dibkan tersebut adalah Al-haqq yaitu semua
kebenaran yang akan datang dan bersumber dari Allah. Baik yang datangnya melalui para
Nabi dan Rasul maupun yang dihamparkannya pada seluruh alam semesta, termasuk dalam
diri manusia itu sendiri, belajar dapat diperoleh dimana saja.

Berkenaan dengan tugas utama yang harus dilakukan peserta didik ini dalam hadits Nabi
sudah ditegaskan, Rasulullah Saw, berpesan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi setiap muslim dan muslimat dan merupakan keutamaan dalam mencari ilmu sesuai
dengan hadits Rasulullah “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu,
niscaya Allah mudahkan jalannya menuju syurga”. Belajar dapat dilakukan dengan banyak
membaca, meneliti, melatih membiasakan diri, menulis, meneliti, mendengarkan nasihat,
memetik ibrah dan hikmah maupun dengan cara yang lainnya yang dapatmenggapai suatu
ilmu (al-„ilm).

Tanggung jawab peserta didik adalah memelihara agar semua potensi yang
dianugerahkan Allah kepadanya dapat diberdayakan sebagaimana mestinya. Athiyyah Al-
abrasy mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus senantiasa dilakukan para
peserta didik adalah :

a) Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu


membersihkan hatinya dari sifat yang ssangat buruk, karena belajar-mengajar itu
merupakan suatu ibadah dan ibadah itu harus dilakukan dengan hati yang bersih
b) Peserta didik harus belajar dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai
keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah
c) Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan keluarga dan tanah air
d) Tidak selalu sering menukar guru, dan hendaklah berfikir panjang seebelum menukar
guru
e) Hendaklah menghormati guru, memuliakan dan meanggungkannya karena Allah serta
berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik

14
f) Jangan merepotkan guru, jangan berjalan didepannya, jangan mulai berbicara sebelum
diizinkan guru
g) Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan rahasia,
dan jangan pula menipunya
h) Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar
i) Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik
j) Peserta didik haruss memberikan salam kepada guru
k) Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik diwaktu senja dan
menjelang subuh atau diantara waktu isya‟ dan makan sahur
l) Bertekat untuk belajar seumur hidup.

F. Tata Krama Peserta Didik Kepada Pendidik

Tata krama dalam menuntut ilmu, hal ini seperti yang disinggung oleh Imam Al-Ghazali
bahwa tata krama murid seorang murid kepada guru adalah mendahuluinya dalam
memberikan penghormatan dan salam, sedikit berbicara dihadapannya, tidak membicarakan
hal yang tidak ditanyakan, tidak bertanya sebelum minta izin, dan tidak mengkontradiksikan
pendapatnya dengan orang lain, yang mengakibatkan orang lain menjadi lemah.

Dalam Ihya‟ Ulumiddin, Al-Ghazali mengklasifikasikannya ketaatan yang harus di


lakukan peserta didik sebagai berikut :

1) Membersihkan Jiwa

Seorang peserta didik harus membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk, seperti
pemarah, rakus dan sombong. Ia senatiasa menekankan bahwa kegiatan belajar adalah ibadah
spritual dan pelaksanaannya mensyaratkan pembersihan hati.

2) Memusatkan perhatian kepada pelajaran

Seorang peserta didik seyogyanya memusatkan perhatian kepada pelajaran dan jangan
sampai terganggu dengan urusan-urusan duniawi dan seyogyanya pergi jauh dari keluarga
atau tanah airnya. Bagi Al-Ghazali konsentrasi penuh adalah suatu keharusan.

15
3) Menghormati guru

Peserta didik harus tunduk dihadapan gurunya dan mematuhi setiap perintahnya. Jika
berbeda pendapat, ia sebaiknya mengikuti pendapat gurunya dan menyampingkan
pendapatnya. Peserta didik harus rajin bertanya tapi harus sangat menekankan adab.

4) Mengetahui hubungan antara ilmu dan tujuan

Peserta didik mengetahui hubungan antara ilmu dan tujuan, sehingga dapat memilih mana
ilmu yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak. Hal ini sangat menentukan ke arah mana
ia akan berjalan dan menentukan suatu keutamaan baginya untuk mengetahui apa yang ia
pelajari.

Adapun menurut syeikh Al Zanuji yang paling terpenting adalah mengagungkan seorang
guru dalam kitab ta‟lim Mutaallim dijelaskan “bagi seorang pelajar hendaknya mencapai
keridhoan dari sang guru dan menjauhi murkanya serta menjalankan semua perintah nya
selain perintah melakukan hal yang maksiat”. Sebagai seorang pendidik kita tidak akan
pernah memperoleh kesuksesan sebuah ilmu dan kemanfaatan dari ilmu itu terkecuali dengan
mengagungkannya.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya malalui lembaga
pendidikan. Peserta didik pada dasarnya merupakan manusia yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, yang memerlukan bantuan dari orang lain (orang dewasa)
untuk menjalankan pertumbuhan dan perkembangannya.

Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta didik, tidak dapat
dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat manusia, karena manusia hasil
dari suatu proses pendidikan. Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah
makhluk ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yaitu melalui proses yang bertahap.

Peserta didik dapat dilihat dari bebrapa tingkat, seperti dapat dilihat dari usia, sejak anak
didik di taman kanak-kanak, tingkat setingkat tsanawiyah, aliyah dan mahasiswa yang
berkaitan dengan usia peseta didik.

Tata krama dalam menuntut ilmu, hal ini seperti yang disinggung oleh Imam Al-Ghazali
bahwa tata krama murid seorang murid kepada guru adalah mendahuluinya dalam
memberikan penghormatan dan salam, sedikit berbicara dihadapannya, tidak membicarakan
hal yang tidak ditanyakan, tidak bertanya sebelum minta izin, dan tidak mengkontradiksikan
pendapatnya dengan orang lain, yang mengakibatkan orang lain menjadi lemah.

B. Saran

Demikianlah makalah kami yang berisikan mengenai “Hakikat Peserta Didik”. Kami
menyadari bahwa makalah kami ini tentunya tidak luput dari adanya kekurangan dan
kesalahan serta harapan yang dicapai. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
juga saran guna sebagai penunjang pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan
dipahami bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin. 2015. Falsafah Pendidikan Islam. Medan : Cita Pustaka Media Perintis

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia

Saputra, Indra. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 1 November 2015. P. ISSN : 20869118

Samad Usman, Abdul Hadi. Hakikat Peserta Didik dalam Pendidikan Islam (Suatu Kajian
Teori). Jurnal Mimbar Akademika, Vol. 5 No. 2 Desember 2020

Syafaruddin, dkk. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Medan : Hijri Pustaka Utama

18

Anda mungkin juga menyukai