PPG KB 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

KEGIATAN BELAJAR 4:

PENGEMBANGAN
PROFESIONALISME GURU PAK

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan:


 Memahami pengembangan profesionalisme guru PAK
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan :
1. Menjelaskan model pengembangan profesionalisme guru PAK
2. Menjelaskan strategi peningkatan profesionalitas guru PAK
3. Menjelaskan konsep pengembangan keprofesian berkelanjutan guru PAK

URAIAN MATERI

A. Model pengembangan profesionalitas Guru PAK


Pengembangan profesionalitas guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi,
kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Menurut Danim (Sukaningtyas, 2005) dari
perspektif institusi, pengembangan profesionalitas guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah
keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa pengembangan guru berdasarkan
kebutuhan institusi adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan
kebutuhan individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian
dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan
waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian
secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan
mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu
keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi obyektif saat ini berkaitan dengan
berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu (1) perkembangan
Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4)
implementasi kurikulum 2013.
Perkembangan IPTEK yang cepat, menuntut setiap guru dihadapkan pada
penguasaan hal-hal baru berkaitan dengan materi pembelajaran atau pendukung
pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk pembelajaran, program
multimedia, dan lain sebagainya.
Diberlakukannya pasar bebas melalui AFTA mengindikasikan bahwa setiap
lulusan pendidikan di Indonesia akanbersaing dengan lulusan dari sekolah-sekolah yang
berada di Asia. Kondisi ini semakin memaksa guru untuk segera dan dengan cepat
memiliki kualifikasi dan meningkatkannya untuk nantinya bisa menghasilkan lulusan
yang kompeten
Kebijakan otonomi daerah telah memberikan perubahan yang mendasar terhadap
berbagai sektor pemerintahan, termasuk dalam pendidikan. Pengelolaan pendidikan
secara terdesentralisasi akan semakin mendekatkan pendidikan kepada stakeholders
pendidikan di daerah dan karena itu maka guru semakin dituntut untuk menjabarkan
keinginan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi
yang dimilikinya
Pencanangan implementasi K-13 menunjukkan bahwa kualifikasi
profesionalisme harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru apabila menginginkan
lulusan yang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan. Lebih khusus lagi, Sanusi
et.al (Sanusi,1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi
dalam pendidikan, yakni sebagai berikut
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan, yang dapat dikembangkan segala potensinya: sementara itu pendidikan
dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik
secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik
peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab
permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi di mana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah
yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik, dengan misi instrumental yakni merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu
Menurut Mohammad Surya dengan merujuk pada pendapat Hermawan Kertajaya
mengemukakan model pengembangan profesionalitas dengan pola “growth with
character”(Surya, 2010) yaitu pengembangan profesionalitas yang berbasis karakter.
Dengan menggunakan model tersebut, profesionalitas dapat dikembangkan dengan
mendinamiskan tiga pilar utama karakter yaitu: keunggulan (excellence), kemauan kuat
(passion) pada profesionalisme, dan etika (ethical).
1. Excellence (keunggulan), yang mempunyai makna bahwa GPAI harus memiliki
keunggulan tertentu dalam bidang dan dunianya, dengan cara :
1) commitment atau purpose, yaitu memiliki komitmen untuk senantiasa berada
dalam koridor tujuan dalam melaksanakan kegiatannya demi mencapai
keunggulan;
2) opening your gift atau ability, yaitu memiliki kecakapan dalam menemukan
potensi dirinya;
3) being the first and the best you can be atau motivation; yaitu memiliki motivasi
yang kuat untuk menjadi yang pertama dan terbaik dalam bidangnya; dan
4) continuous improvement; yaitu senantiasa melakukan perbaikan secara terus
menerus.
2. Passion forProfesionalisme, yaitu kemauan kuat Guru PAK yang secara intrinsik
menjiwai keseluruhan pola-pola profesionalitas. yaitu:
1) passion for knowledge; yaitu semangat untuk senantiasa menambah pengetahuan
baik melalui cara formal ataupun informal;
2) passion for business; yaitu semangat untuk melakukan secara sempurna dalam
melaksanakan usaha, tugas dan misinya;
3) passion for service; yaitu semangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya; dan
4) passion for people; yaitu semangat untuk mewujudkan pengabdian kepada orang
lain atas dasar kemanusiaan.
3. Ethical atau etika yang terwujud dalam watak yang sekaligus sebagai fondasi utama
bagi terwujudnya profesionalitas paripurna. Dalam pilar ketiga ini, sekurang-
kurangnya ada enam karakter yang esensial yaitu:
1) trustworthiness, yaitu kejujuran atau dipercaya dalam keseluruhan kepribadian
dan perilakunya;
2) responsibility yaitu tanggung jawab terhadap dirinya, tugas profesinya, keluarga,
lembaga, bangsa, dan Allah;
3) respect; yaitu sikap untuk menghormati siapapun yang terkait langsung atau
tidak langsung dalam profesi;
4) fairness; yaitu melaksanakan tugas secara konsekuen sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku;
5) care; yaitu penuh kepedulian terhadap berbagai hal yang terkait dengan tugas
profesi; dan
6) citizenship; menjadi warga negara yang memahami seluruh hak dan
kewajibannya serta mewujudkannya dalam perilaku profesinya.

B. Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru PAK


1. In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal di
kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan.
2. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia
kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional
guru.
3. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara
sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah
swasta, dan sebagainya.
4. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu,
melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya.
5. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di
lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, di mana program disusun
secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi.
6. Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat
dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa
kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun
karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan
lain-lain sebagainya.
7. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas,
rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan
rekan sejawat dan sejenisnya.
8. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga
merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru.
Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan
memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang
berprestasi.
9. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala
dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah.
10. Seminar, Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi
ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peingkatan
keprofesian guru.
11. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop
dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
12. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
13. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat,
buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
14. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat
berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik
atau animasi pembelajaran.
15. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat
berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta
karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.
Untuk meningkatkan profesionalitas guru PAK di sekolah, perlu dirumuskan
sebuah instrumen yang jelas dan akurat yang dapat merekam dan menggambarkan
indeks kinerja guru PAK selama melaksanakan tugasnya sebagai guru. Berdasarkan
item-item yang ada dalam standar kompetensi guru PAK yang telah dikemukakan di
atas dan pilar-pilar peningkatan profesionalitas guru, dapat disusun sebuah instrumen
indeks kinerja guru PAK.

C. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru di Kemenag RI


Berdasarkan PMA No. 38 Tahun 2018 tentang Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guru yang diinisiasi direktorat GTK Ditjen Pendis Kemenag RI
merupakan PMA yang melahirkan konsep pengembangan profesianalisme gur berbasis
KKG/MGMP.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru yang selanjutnya disebut PKB
Guru adalah pengembangan kompetensi bagi guru yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan. PKB Guru bertujuanuntuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional guru dalam mengemban tugas sebagai
pendidik.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru diperuntukkan (pasal 4) :
1. Guru PNS yang bertugas di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama;
2. Guru Pendidikan Agama PNS yang bertugas di satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah;
3. Guru PNS Kementerian Agama yang bertugas di satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
4. Guru bukan PNS yang bertugas di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama;
5. Guru bukan PNS yang bertugas di satuan pendidikan dalam binaan Kementerian
Agama yang diselenggarakan oleh masyarakat; dan
6. Guru Pendidikan Agama bukan PNS yang bertugas di satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru sesuai dengan pasal 5


dilaksanakan dengan prinsip: komprehensif, mandiri, terukur, terjangkau,
multipendekatan dan inklusif. Penjelasan keenam prinsip tersebut adalah :
1. Komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, bermakna
pengembangan kompetensi guru dilaksanakan secara utuh meliputi kompetensi
pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional.
2. Mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, bermakna pengembangan
kompetensi guru dapat menumbuhkan kesadaran dan inisiatif bagi guru.
3. Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c bermakna pengembangan
kompetensi guru dapat dipantau dan dievaluasi serta berdampak langsung pada
prestasi peserta didik.
4. Terjangkau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d bermakna pengembangan
kompetensi guru dapat dilaksanakan dengan mudah oleh guru tanpa meninggalkan
tugas di satuan pendidikan.
5. Multipendekatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e bermakna
pengembangan kompetensi guru dilakukan dengan beragam metode untuk
mengakomodir semua kondisi guru.
6. Inklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f bermakna pengembangan
kompetensi guru dapat diikuti oleh semua guru tanpa memandang keterbatasan fisik
dan perbedaan sosial ekonomi, jenis kelamin, suku dan golongan.

Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru terdiri atas (pasal 6) :


1. Pengembangan diri yang meliputi pendidikan dan pelatihan fungsional dan kegiatan
pengembangan diri lainnya yang dilakukan sendiri oleh guru atau forum kerja guru.
2. Publikasi ilmiah yang meliputi presentasi pada forum ilmiah dan publikasi pada
penerbitan ilmiah.
3. Karya inovatif yang meliputi:
a. penyusunan standar, pedoman pembelajaran, dan instrumen penilaian;
b. pembuatan media dan sumber belajar; dan
c. pengembangan atau penemuan teknologi tepat guna.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru diselenggarakan melalui tahapan


perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan. Perencanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi :
1. persyaratan peserta;
2. asesmen guru;
3. analisis kebutuhan pengembangan profesi;
4. rencana pengembangan profesi; dan
5. pengembangan bahan dan pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru

Pelaksanaan PKB dapat dilakukan oleh Pemerintah, penyelenggara pendidikan,


asosiasi atau organisasi profesi dan lembaga atau organisasi terkait dengan ketentuan :
1. mengacu pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal;
2. melakukan penilaian terhadap kemajuan dan hasil belajar peserta, selama dan di akhir
program;
3. menerbitkan sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat kompetensi; dan
4. membangun komunitas belajar di lingkungannya untuk meningkatkan kompetensi
guru.
Kementerian, Kantor Wilayah, dan Kantor Kementerian Agama melakukan
pemantauan dan evaluasi program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap aspek kemajuan dan capaian pelaksanaan.
Dan semua kegiatan pengembanganh keprofesian berkelanjutan guru harus dilaporkan
kepada Kementerian Agama di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Biaya pelaksanaan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru
dapat bersumber dari anggaran pendapat dan belanja negara, anggaran pendapat dan
belanja daerah, dan sumber lain yang tidak mengikat, yang meliputi :
1. biaya mandiri;
2. hibah; dan
3. corporate social responsibility.

Anda mungkin juga menyukai