Revisi Seminar KMB
Revisi Seminar KMB
Revisi Seminar KMB
MAKALAH
Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan
di RSUD Palembang BARI
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
i
VISI, MISI DAN MOTTO RSUD PALEMBANG BARI
VISI
• Menjadi rumah sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia.
MISI
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi padakeselamatan dan
ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan danpelatihan di
Indonesia.
MOTTO
• Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.T Dengan Hernia inguinalis dextra Di Beda Sentral RSUD Palembang
BARI”
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang BARI tahun 2022. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
2. Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
3. Dr.Amalia, M.Kes sebagai Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
4. Dr.Alfarobi, M.Kes sebagai Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
5. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
6. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai kepala Sub Bagian Kerjasama Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
7. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD Palembang
BARI
8. Ismardi, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
9. dr. H. Yulius Fitora, M.Kes Kepala Instalani Rawat Inap RSUD Palembang BARI
10. Yandrimond, SST . Ns. Imawan Saputra, S.Kep dan Ns. Ronal Sinaga, S.Kep
Pembimbing Klinik RSUD Palembang Bari
11. Miskiyah Tamar,M.Kep Selaku Pembimbing Akademik IkesT Muhammadiyah
Palembang
iii
12. Seluruh karyawan dan Karyawati RSUD Palembang BARI
13. Seluruh dosen dan staf IkesT Muhammadiyah Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima dengan senang
hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................................i
VISI, MISI DAN MOTTO RSUD PALEMBANG BARI..........................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Penelitian.......................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. Profil RSUD Palembang BARI.....................................................................................3
B. Tinjauan Teori................................................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................................14
A. PENGKAJIAN.............................................................................................................14
B. ANALISIS DATA.......................................................................................................25
C. RENCANA KEPERAWATAN...................................................................................27
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN.............................................30
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................34
A. Nyeri akut berhubungan dengn agen pencedera fisik..................................................34
B. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan. 35
C. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasif..............................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................36
A. Kesimpulan..................................................................................................................36
B. Saran............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................40
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus
bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi
dan inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan tindakan
operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2017
dan Greenberg et al, 2018).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2018). Faktor risiko yang dapat
menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis,
konstipasi, ascites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot
dinding perut (usia tua, kehamilan, prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan
hernia insisional, overweightdan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2018 dan Burney, 2019).
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut, tetapi
jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus dapat terperangkap di
dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika
tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan
darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya
dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia inguinalis tidak berulang
(Herry Setya, 2018).
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian hernia
inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi bimodal (dua
modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40
tahun (Greenberg et al, 2018 dan Sjamsuhidajat, 2016). Prevalensi hernia pada
olahragawan diantaranya adalah atletik dengan nyeri punggung kronik adalah 50%.
Olahraga yang meningkatkan risiko hernia inguinalis adalah olahraga atletik dan sepak
bola (R. G. Holzheimer, 2015).
1
Faktor risiko hernia inguinalis diantaranya adalah batuk kronik. Menurut
penelitian case control Fahmi O Aram, 2009 menemukan bahwa batuk kronik menjadi
faktor risiko terjadinya hernia inguinalis dengan odds ratio 3,8. Sedangkan merokok
bukan faktor langsung terjadinya hernia inguinalis, melainkan faktor penyebab batuk
kronik yang menjadi faktor terjadinya hernia inguinalis. Sembelit juga merupakan faktor
risiko terjadinya hernia inguinalis. Pada saat sembelit tekanan intraabdomen meningkat
karena mengedan sehingga terjadi penonjolan pada kanalis inguinalis yang merupakan
saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding anterior abdomen. Angka kejadian
hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis (Sjamsuhidajat, 2018 dan
Lavelle et al 2019).
Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki
daripada perempuan. Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap
tahunnya meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2015 sampai tahun 2018
penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran
yang paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara
Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah
Negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada
tahun 2018. Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di
Indonesia periode Januari 2016 sampai dengan Februari 2018 berjumlah 1.243 yang
mengalami gangguan hernia inguinalis, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%)
(DepKesRI, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, kelompok tertarik untuk menyusun Asuhan
Keperawatan Pada Tn T dengan hernia inguinalis dextra di ruang instalasi bedah sentral
Rumah Sakit umum daerah Palmbang Bari dengan menggunakan pendekatan
managemen keperawatan dan di dokumentasikan dengan pendekatan metode SOAP.
B. Rumusan Penelitian
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan hernia Inguinalis dextra di
Istalasi Ruang Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
C. Tujuan
2
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan diagnosa
hernia Inguinalis dextra di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan hernia
Inguinalis di Ruang Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
b) Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan
prioritas diagnosa pada Tn. T Dengan hernia Inguinalis di Ruang Bedah Sentral
RSUD Palembang BARI
c) Mampu membuat rencana asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan hernia
Inguinalis di Ruang Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
d) Mampu melakukan implementasi Keperawatan Pada Tn. T Dengan hernia
Inguinalis di Ruang Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
e) Mampu melakukan evaluasi tindakan Keperawatan Pada Tn. T Dengan hernia
Inguinalis di Ruang Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2005 yakni Gedung Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006)
pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan
pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik,
Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP,
dan Cafetaria. Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUDSKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan Keputusan Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD
Palembang Bari sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan yang
dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi
Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung
CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe B
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan
Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah kota palembang
provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung
Rehabilitasi Medik serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah,
Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan Musholah.
a. Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI merupakan geduang Poliklinik atau Puskesmas Panca Usaha.
b. Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997,
tanggal 10 November 1997 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum kelas C.
c. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu akreditas penuh
tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 07
November 2003.
5
d. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal
05 Februari 2008.
e. Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah PalembangBARI menjadi kelas B, tanggal 02 April
2009.
f. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerah palembang BARI
berdasarkan keputusan wali kota Palembang No. 915 B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
g. KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat lengkap kepada
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012
3. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
a. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik atau
Puskesmas Panca Usaha.
b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG sebagai Direktur
RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H. Dahlan Abbas, SpB.
d. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana Tugas dr. M. Faisal
Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah Puspita, H. A, MARS
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
f. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H., M.M., MARS
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6
4. Fasilitas dan Pelayanan
a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
2) Farmasi atau Apotek 24 Jam
3) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
4) Intalasi Bedah Sentral (IBS)
5) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
6) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)
7) Rehabilitation Medik
8) Radiologi 24 jam
9) Laboratorium Klinik 24 Jam
10) Patologi Anatomi
11) Bank Darah
12) Hemodialisa
13) Medical Check Up
14) ECG dan EEG
15) USG 4 Dimensi
16) Endoskopi
17) KamarJenazah
18) Ct Scan 64 Slides
b. Pelayanan
1) Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
2) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
3) Poliklinik Spesialis Bedah
4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5) Poliklinik Spesialis Anak
6) Poliklinik Spesialis Mata
7) Poliklinik Spesialis THT
8) Poliklinik Spesialis Syaraf
9) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
10) Poliklinik Spesialis Jiwa
7
11) Poliklinik Jantung
12) Poliklinik Gigi
13) Poliklinik Psikologi
14) Poliklinik Terpadu
15) Poliklinik Akupuntur
16) Poliklinik Rehabilitasi Medik
8
11) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
12) Kasir
13) Hemodialisa
f. Fasilitas kendaraan operasional
1) Ambulance 118
2) Ambulance bangsal
3) Ambulance siaga
4) Ambulance trauma center
5) Mobil jenazah
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Hernia merupakan suatu benjolan atau penonjolan isi perut dari rongga normal mulai
lubang congenital atai didapat (Wijayaningsih, 2013)
Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2012:153). Hernia inguinalis merupakan hernia yang paling umum
terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia unguinalis
terjadi diketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah
melalui celah hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari perempuan (Huda dan
Kusuma, 2015)
2. Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjaidnya Hernia Inguinalis lateral
yaitu:
a. Defek dinding otot abdomen
Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) atau di dapat seperti usia, keturunan,
akibat dari pembedahan sebelumnya.
1. Peningkatan tekana intra abdominal
2. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan obesitas.
9
Adanya benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat
defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan
tekanan intra abdominal.
3. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta congenital dengan
adanya penonjolan dari prossus vaginalis peritonel. Semua keadaan yang
menyebabkan kenaikan tekanan intra abdomen seperti kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan saat defekasi, dan mengejan saat
miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dan menjadi pencetus terjadinya Hernia
kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Suratan dan Lusianah (2010) manifestasi klinis Hernia inguinalis lateral
yaitu :
a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang.
b. Menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidak
hanya didapatkan didaerah inguinal tapi menyebar kedaerah pinggul, belakang
perut, dan daerah genital yang disebut reffered pain. Nyeri biasanya meningkat
dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri akan
mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi
strangurasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga menjadi
merah dan panas.
d. Menimbulkan gejala sakit saat berkemih (dysuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
10
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostic pada pasien Hernia
inguinalis lateral yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. USG
c. Urinalisis
d. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus
6. Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) komplikasi yang mungkin terjadi pada Hernia
inguinalis lateral yaitu :
a. Hernia berulang
Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga muncul hernia
baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut kiri dan sudah dioperasi
sekarang muncul hernia baru diperut kanan.
1. Obstruksi usus parsial atau total
Karena terjadinya perlengketan usus akibat hernia obstruksi usus parsial
maupun total bisa terjadi di dalam usus halus atau. Pada kasus obstruksi usus
parsial, sedikit makanan atau cairan masih bisa melewati usus. Sedangkan
pada kasus obstruksi usus total, tidak ada apa pun yang bisa melewati usus.
2. Luka pada usus
Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat memicu
robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi usus ke rongga
perut dan menyebabkan infeksi (peritonitis).
3. Gangguan suplai darah ketestis jika pasien laki-laki
Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit, maka timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah.
a. Infeksi luka bedah
11
Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka
operasi akibat adanya tekanan intra abdominal sehingga luka operasi
yang terbuka kembali.
b. Fistel urin dan feses
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritoniti
ssehingga peristaltik usus menurun mengakibatkan sembelit.
7. Klasifikasi
Menurut Suratun dan Lusianaj (2010) klasifikasi Hernia inguinal terbagi menjadi :
a. Hernia indirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut bias mengecil,
menghilangkan pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat
benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.
b. Hernia direk atau medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada
lansia. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju annulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun arteri inguinali seksternal yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior rmaka Hernia ini
jarang menjadi irreponible.
8. Penatalaksanaan
a. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.
1) Suntikan
2) Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
3) Sabuk hernia
12
4) Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil.
Umumnya tindakan operatif merupakan tindakan satu-satunya yang rasional.
5) Pengobatan konservatif
6) Pengobatan operatif
7) Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibukadan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi.
Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
8) Herniorapy
Dilakukan tindakan memperkecilannulus inguinalis Internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
9) Medikasi
Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari
kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap
makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.
10) Medikasi
Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya ranitidine,
asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk membasmi infeksi
ketorolac 30mg injeksi, amoxicillin dan asam klavulanat, serta obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit seperti dulcolax 10mg suppositoria
(Jitowiyono& Kristiyanasari, 2012).
13
9. Pathway
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri dibagian bawah perut sebelah kanan
dan merasa ada benjolan
Faktor Predisposisi : Hernia
Faktor Presipitasi : Nyeri dan ada benjolan dibagian perut bawah sebelah kanan
15
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini (PQRST)
Data Subejktif :
a. Pasien mengatakan nyeri dibagian perut bawah sebelah kanan pasca oprasi
P : Nyeri bertambah saat beraktivitas
Q : Seperti diiris-iris
R : bagian perut bawah
S : Skala 6 ( 1 – 10 )
T : Intermiten
b. Pasien mengatakan badan menggigil kedinginan
c. Pasien mengatakan sulit bergerak / beraktivitas
Data Objektif :
a. Pasien terlihat meringis akibat nyeri dibagian luka operasi
b. Kesadaran composmentis (GCS: 15, E:4, M:5, V:6)
Masalah keperawatan : tidak ada
16
5. Riwayat Keluarga : Tidak ada
1) Genogram
xx
433
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
= Pasien
= Anak
= Hubungan perkawinan
= Meninggal
17
6. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat
sampai pengambilan kasus kelolaan)
Pasien masuk rumah sakit 10 november 2022 dengan keluhan sering merasa
nyeri di bagian bawah perut kanan, ada benjolan sudah 1 bulan sejak SMRS, pasien
mengeluh nyeri di bawah perut bagian kanan karna ada benjolan.
7. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)
A. Peningkatan Kesehatan
1. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif : Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya
Data Objektif : Pasien bisa menjawab pertanyaan tentang etiologi dan penyebab
penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
B. Nutrisi
Frekuensi makan sehari
1) Sebelum sakit 3 kali sehari dan setelah sakit 2 kali sehari
2) Waktu makan sebelm sakit Pagi, Siang, malam dan setelah sakit Pagi dan sore
3) Porsi makan yang sebelum dan sesudah sakit di habiskan
4) Penggunaan alat bantu makan tidak ada
5) Makanan pantang/yang tidak disukai tidak ada
6) Makanan yang disukai sebelum dan sesudah sakit adalah ikan
7) Pembatasan makanan dan Jenis makanan yang dibatasi sebelum dan sesudah sakit
tidak ada
8) Nafsu makan sebelum dan sesudah sakit Baik
9) Rasa mual, hipersaliva, sensasi asam pada mulut, Muntah, Perasaan cepat
kenyang setelah makan, Perasaan kembung sebelum dan sesudah sakit tidak ada.
18
C. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
1) Frekuensi BAK sebelum sakit 5 – 6 kali sehari dan setelah sakit 3-4 kali
2) Pancaran normal, jumlah urine sebelum sakit Normal dan setelah sakit + 100
cc
3) Warna urine sebelum sakit dan setelah sakit warnanya kekuningan.
4) Disuria, Nokturia, Perasaan penuh pada kandung kemih sebelum sakit dan
setelah sakit tidak ada.
5) Perasaan setelah BAK sebelum sakit dan setelah sakit: baik
6) Kesulitan memulai berkemih, dorongan berkemih, Inkontinensia urine sebelum dan
sesudah sakit: tidak ada 40
b. Buang Air Besar (BAB)
1) Frekwensi sebelum sakit: 1 – 2 kali sehari dan setelah sakit hanya 1 kali sehari.
2) Konsistensi sebelum dan setelah sakit: Lunak / padat, Bau normal, warna
kekuningan
3) Nyeri saat defekasi, Flatulans, Sensasi penuh pada rektal Dorongan kuat untuk
defekasi, Kemampuan menahan defekasi, Mengejan yang kuat saat defekasi
sebelum dan sesudah sakit tidak ada
D. Aktivitas / Istirahat
a. Jumlah jam tidur siang sebelum sakit dan setelah sakit: 2 jam Jumlah jam tidur
malam sebelum sakit: 6 – 7 jam dan setelah sakit: 5 – 6 jam
b. Kebiasaan konsumsi obat tidur / stimulant / penenang sebelum dan setelah sakit:
tidak pernah menggunakan obat
c. Kegiatan pengantar tidur tidak ada dan kesulitan memulai tidur tidak ada,
perasaan waktu bangun tidur baik, mudah terbangun tidak ada, dan penyebab
gangguan tidur tidak ada.
19
Skala aktivitas :
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : Mandiri, 1 : alat bantu, 2 : : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
ketergantungan total
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur / intoleransi aktivitas
E. Persepsi / Kognitif
Data Subjektif : Pasien mengatakan mengetahui tentang etiologi dan penyebab
penyakitnya
Data Objektif : Pasien bisa menjawab pertanyaan tentang etiologi dan penyebab
penyakitnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
F. Persepsi Diri
Data Subjektif : Pasien merasa cemas dengan keadaannya.
Data Objektif : Tampak gelisah
Masalah keperawaan : anxietas
G. Peran Hubungan
Data Subjektif : Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik dan tidak
ada masalah ataupun perselisihan
Data Objektif : Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
20
H. Seksualitas
Data Subjektif : Pasien mengatakan telah memiliki 4 orang anak
Data Objektif : Pasien dan istrinya tampak saling menyayangi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
I. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif : Pasien mengatakan awalnya tidak terima dengan penyakitnya,
namun seiring waktu mulai menerima dan sabar dalam menghadapi penyakit yang di
alaminya serta berikhtiar untuk menjalani pengobatan.
Data Objektif : Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada keluarganya, pasien
tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
J. Prinsip Hidup
Data Subjektif :
Budaya : Pasien mengatakan budaya yang diikuti pasien yaitu budaya masyarakat
Sumatera Selatan
Spritual / Religius : Pasien mengatakan berusaha melaksanakan sholat 5 waktu,
pasien merasa penyakitnya saat ini merupakan ujian dan bentuk kasih sayang
Allah terhadapnya
Psikologis : Pasien mengatakan berharap segera sembuh
Sosial : Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan di lingkungan tempat
tinggalnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
K. Keselamatan / Perlindungan
Data Subjektif : Pasien merasa aman selama di rumah sakit
Data Objektif : Tingkat Kesadaran pasien Composmentis dan pagar bed pasien
selalu terpasang.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
21
L. Kenyamanan
Data Subjektif : - Pasien mengeluh nyeri bawah peut bagian kanan
P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas
Q : Nyeri seperti menyut
R : Nyeri bawah perut bagian kanan
S : Skala nyeri 6 (skala 1-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
Data Objektif : - Pasien tanpak meringis - Nafsu sedikit berubah
Masalah keperawatan : Nyeri akut
2) Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif : Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma
Data Objektif :
Inspeksi : Ictus cordis terkompensasai
Palpasi : Kardiomegali (-)
Perkusi : Redup (-) Pekak (-)
Auskultasi : HR 90 x/mnt
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
22
3) Sistem Persarafan
Data Subjektif : Kesadaran biasanya compos mentis
Data Objektif :
Memori : Panjang
Perhatian : Dapat mengulang
Bahasa : Baik (dengan komunikasi verbal menggunakan bahasa daerah)
Orientasi : Baik (Terhadap orang, tempat dan waktu)
Masalah keperawatan : Tidak ada keperawatan
4) Perkemihan
Data Subjektif : Pasien mengatakan BAK 4x/hari, berwarna kuning.
Data Objektif :
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada distensi vesika urinaria, tidak ada nyeri tekan pada vesika
urinaria
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5) Sistem Pencernaan
Data Subjektif : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit nafsu makannya
tinggi
Data Objektif : Pasien tampak lesu
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi : Timpani Bising usus 12x/menit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6) Sistem Muskuloskeletal
Data Subjektif : pasien mengatakan bahwa sering merasakan
pegal dan nyeri pada perut bagian bawah kanan
Data Objektif : Klien tampak susah beraktivitas dan hanya berbaring di tempat tidur
23
Inspeksi : Tidak ada fraktur
Ada luka pada perut bagian bawah kanan
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik
7. Sistem Endokrin
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif : Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Sistem Penginderaan
a. Penglihatan
Data Subjektif : pasien mengatakan penglihatannya kabur
Data Objektif : -
Inspeksi : Inspeksi (bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, skela berwarna
putih)
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
Masalah keperawatan : -
b. Pendengaran
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif :
Inspeksi : Bentuk simetris antara telinga kiri dan kanan, tidak ada lesi dan
telinga bersih.
Palpasi : Tidak ada benjolan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Penghidung
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif :
Inspeksi : Hidung simestris
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Pengkajian Psikososial
24
Persepsi klien terhadap penyakitnya: Pasien berharap agar cepat sembuh dan dapat
melakukan aktivitas. Pasien mengatakan keluarganya selalu mendukung dalam
proses penyembuhan. Tampak hubungan pasien dengan keluarga baik. Tampak
keluarga mendukung pasien sepenuh hati.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. Reaksi saat interaksi
√ Kooperatif Tidak kooperatif
Jelaskan : -
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f. Status Emosional
√ Tenang Cemas Marah
Menarik diri Tidak sabar lainnya :-
Jelaskan : Klien dalam keadaan tenang pada saat pengkajian
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
25
b. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Normal
Pemeriksaan pemeriksaan Laboratorium
11-11-2022 Darah rutin :
HB 14,4 L: 13.0:16.0:P12.014.0
Eritrosit 4,72 4.5-59(4.5-.5.5)
Leuksit 6.800 5.000-10.000
Trombosit 291.000 150.000-450.000
Hermatrokrit 40,0 L: 40-48:P:36-42
Basofil 0 0-1%
Eosomofil 0 1-3%
Batang 0 3-6%
Segmen 60 50-60%
Limfosit 40 20-40%
Monosit 0 2-8%
6. Terapi
JENIS DOSIS CARA PEMBERIAN
Infus RL 20x/m
Captrofil 2x3
Cepotaxime 1 gram Infeksi bakteri gram positif
Ketorolac 3X30 GRAM dan gram negatif.
Infus D5% 20x/m
Ceftriaxone 1x1
26
B. ANALISIS DATA
27
3 DS : - Tindakan operasi Risiko Infeksi
DO : (D.0142)
- TTV Terputusnya
kontinuitas /
- TD : 130/80 mmHg
jaringan
- Nadi : 90x/menit
- RR : 22x/menit
Adanya lukan
- Suhu : 36,5 C
o
operasi
Tempat keluar
masuknya
mikroorganisme
Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Keengganan melakukan pergerakan
3. Risiko infeksi b.d peningkatan organisme patogen lingkungan
28
C. RENCANA KEPERAWATAN
29
e. Pantau TTV
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Mobilitasi fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Keengganan melakukan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
pergerakan (D.0054) keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi adanya nyeri
ditandai dengan; jam maka Mobilitasi fisik atau keluhanfisik lainnya
DS : meningkat dengan kriteria - Identifikasi toleransi fisik
- Klien mengatakan takut hasil : melakukan Mobilisasi
Bergerak - Dari Nyeri - Monitor frekuensi jantung
- Klien mengatakan semua meningkat : 1 dan tekanan darah sebelum
aktivitasnya dibantu oleh menjadi menurun : memulai
keluarganya dan perawat 5 - Mobilisasi Monitor kondisi
DO : - Dari kelemahan umum selama melakukan
- Ku: Lemah fisik meningkat : 1 Mobilisasi
- Tampak berbaring ditempat menjadi menurun : b. Terapeutik
tidur 5 - Fasilitasi aktivitas Mobilisasi
- klien nampak susah bergerak - Dari gerakan denganalat bantu (mis.
terbatas meningkat : tongkat, kruk)
1 menjadi menurun - Libatkan keluarga untuk
5 membantu pasien dalam
meningkatkan Mobilisasi
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
Mobilisasi
- Anjurkan melakukan
Mobilisasi dini
- Ajarkan Mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalansesuai
30
toleransi
3. Risiko infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (L.14539)
dibuktikan dengan Efek Setelah dilakukan a. Observasi
prosedur Infasif (terdapat luka intervensi keperawatan - Monitor tanda dan gejala
operasi pada perut bawah) selama 2 x 24 jam maka infeksi lokandan patagenik
Ds : tingkat infeksi menurun b. Terapeutik
Do : dengan kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung
- Nampak luka operasi pada - Dari Nyeri meningkat : 1 - Cuci tangan sebelum dan
bagian perut kanan bawah menjadi menurun : 5 sesudah kontak dengan
- Luka nampak agak - Dari kemerahan pasien dan lingkunganpasien
kemerahan ( pada hari kedua) meningkat : 1 menjadi c. Edukasi
- Luka agak basah ( pada hari menurun 5 - Jelaskan tanda dan gejala
kedua ) Dari nafsu makan menurun infeksi
: 1 menjadi meningkat : 5
Nampak luka operasi pada - Ajarkan cara mencuci tangan
perut kanan bawah panjang 7
denganbenar
cm
- - Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
31
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
32
tanda vital sebelum - Klien
dan sesudah nampak lebih
pemberian analgesik tenang
Hasil: - TTV :
- TD : 120/90 TD: 120/90
15;40 mmhg mmHg
- N : 80 x/menit N : 80
- S : 36,20C x/menit
- P : 20 x/menit S : 36,20C
4. Mengajarkan teknik P: 20 x/menit
non farmakologis A : Nyeri Akut
untuk mengurangi b.d agen
rasa nyeri yaitu pencedera fisik
melakukan P:
pengaturan posisi Intervensi
dan relaksasi 1,2,3,5 dan 8
5. Kolaborasi dilanjutkan
pemberian analgetik
Hasil:
- pemberian injeksi
Ketorolac 1
ampul /IV/ 12 jam
2. Gangguan 1. Mengindentifikasi 18:50 S:
16:00
mobilitas adanya nyeri atau - Klien
fisik b.d keluhan fisik mengatakan
Keengganan lainnya Hasil : masih takut
melakukan 16:10 - Klien mengatakan untuk
pergerakan masih Nyeri bila Bergerak
bergerak - Klien
2. Mengidentifikasi mengatakan
toleransi fisik aktivitasnya
33
16:20 melakukan masih
Mobilisasi Hasil ; dibantu
- Klien belajar oleh
duduk ditempat keluarganya
tidur O:
3. Memonitor - Ku: baik
frekuensi jantung - Klien
dan tekanan darah duduk
16:30
sebelum memulai ditempat
Mobilisasi Hasil : tidur
-T: A : Gannguan
TD : 150/90 mobilitas fisik
mmHg, b.d
16:40
N : 88x/i Keengganan
4. Memonitor kondisi melakukan
umum selama pergerakan
melakukan P : Intervensi
Mobilisasi Hasil dilanjutkan
- Klien masih lemah
16:50
baru keluar dari
ruang operasi
5. Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
17:00
meningkatkan
Mobilisasi Hasil ;
- Keluarga bersedia
membantu Klien
6. Menjelaskan tujuan
17:10
dan prosedur
Mobilisasi Hasil :
34
17:20 - Klien mengerti
dan bersedia
mengikuti
prosedur
mobilisasi
7. Menganjurkan
melakukan
Mobilisasi dini
Hasil :
- Klien masih mulai
bergerak ( belajar
duduk )
8. Pemberian
Antibiotik Hasil:
9. Cefrtiaxon 2 gr/ 12
jam
3. Risiko 20:00 1. Memonitor tanda 07:00 S:
infeksi dan gejala infeksi - Klien
(D.0142) 20:10 lokal dan patogenik mengatakan
dibuktikan Hasil bekas luka
dengan Efek - Luka agak basah opersinya
prosedur 2. Membatasi jumlah kering
20:20
Infasif pengunjung Hasil O:
(terdapat - Menganjurkan - Nampak
luka operasi keluarga pasien luka
pada perut untuk membatasi Operasi
bawah) pembesuk untuk dibagian
mengurangi Perut kanan
kebisingan bawah,
3. Menjelaskan tanda dengan
20:30
dan gejala infeksi lebar luka
35
Hasil sekitar 7 cm
- Menunjukkan - Nilai
kemampuan untuk Leukosit
mencegah ( 4,9-
timbulnya infeksi 11ribu/ul)
4. Mengajarkan cara - SB : 36,2ºC
20:40 mencuci tangan A : Risiko
dengan benar Hasil : infeksi
- Menunjukkan P : Lanjutkan
kemamauan untuk Intervensi
mencuci tangan
20:50
dengan benar
5. Menganjurkan
meningkatkan
asupan Nutrisi Hasil
:
- Mampu
menghabiskan
Porsi yang
diberikan
6. Kolaborasi
21:00
pemberian obat
hasil
Injeksi Ceftriaxone
2 gr / iv / 12 jam
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan. Pengkajian yang
kami lakukan dalam asuha keperawatan pada klien Tn. T dengan Hernia inguinalis yang
dilakukan di ruang bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI meliputi,
biodata, keluhan utama (saat masuk RS), riwayat kesehatan saat ini (PQRST), riwayat kesehatan
terdahulu, hingga pemeriksaan fisik sampai data penunjang. Pengkajian kami lakukan dengan
menggunakan instrumen sebagai pedoman yaitu menurut 12 domai NANDA.
Data pengkajian yang kami lakukan pada studi kasus pada klien Tn. T dengan Hernia
inguinalis yang dilakukan di ruang bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
data-data yang kami temukan diantaranya adalah keluhan utama yaitu keluhan utama yaitu nyeri
di bagin bawah perut sebelah kanan dan merasa ada benjolan. Setelah dikaji Klien mengatakan
pernah mempunyai riwayat sakit asma, pasien mengatakan tidak pernah di operasi sebelumnya
dan tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien selama terdiagnosa Hernia inguinalis pasien
sudah tau tentang penyakit yang dideritanya, Pasien makan 2x sehari, BAK 3-4 kali, BAB 1-2
x/hari, pola tidur 5-6 jam/hari. TD: 120/90 N: 88 x/menit S: 36,5 C, RR: 22 x/menit.
Dari uraian pengkajian diatas, naka kami mengambil 3 diagnosa yaitu: Nyeri akut
berhubungan dengn agen pencedera fisik, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keengganan melakukan pergerakan, Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasif.
37
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan pengaturan posisi dan relaksasi.
Penatalaksanaan nyeri di bagi menjadi 2 yaitu dengan menggunakan obat dan tanpa
menggunakan obat. Penanganan nyeri tanpa obat dapat dilakukan secara mandiri atau
dengan bimbingan dokter atau perawat diantaranya relaksasi nafas dalam Bertujuan untuk
menurunkan kecemasan dan mengurangi nyeri, Tehnik ini sangat sederhana tetapi bila
dilakukan dengan baik dapat mengurangi rasa nyeri. Caranya yaitu tarik nafas dalam dari
hidung kemudian mengeluarkannya secara berlahan melalui mulut. Lakukan berulang kali
sesuai kebutuhan.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah.
Hernia inguinalis merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi diketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah hernia tipe
ini sering terjadi pada laki-laki dari perempuan. Hernia inguinalis dapat diderita oleh
semua umur, tetapi angka kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya
umur dan terdapat distribusi bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya
pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40 tahun.
2. Didapatkan pengkajian pada Tn.T dengan riwayat kesehatan saat ini yaitu : klien
mengatakan nyeri dibagian bawah perut sebelah kanan dan merasa ada benjolan. P :
Nyeri bertambah saat beraktivitas. Q : Seperti diiris-iris. R : bagian perut bawah. S :
Skala 6 (1 – 10). T : Intermiten. Pasien mengatakan badan menggigil kedinginan.
Pasien mengatakan sulit bergerak / beraktivitas. Pasien terlihat meringis akibat nyeri
dibagian luka operasi. Kesadaran composmentis (GCS: 15, E:4, M:5, V:6). (TTV :
TTV - TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 22x/menit. Suhu : 36,5oC).
3. Diagnosa yang didapatkan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik, gangguan mobilitas fisik b.d keengganan melakukan pergerakan, dan risiko
infeksi b.d peningkatan organisme patogen lingkungan.
4. Rencana yang dilakukan pada asuhan keperawatan Tn.T adalah edukasi perawatan
luka setelah operasi dan disertai kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
farmakologi dan intervensi lanjutan.
5. Melakukan asuhan keperawatan pada Tn.T sesuai yang telah direncanakan, dan
didapatkan hasil evaluasi dari beberapa diagnosa dengan masalah teratasi sebagian.
39
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan mengenai Laporan Kasus pada pasien Hernia
Inguinalis Dextra ini adalah :
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk pelayanan kesehatan agar laporan ini dapat dijadikan refrensi
untuk melihat perbandingan dalam melakukan asuhan keperawatan terutama pada
penderita Hernia Inguinalis Dextra.
2. Bagi Institusi
Diharapkan laporan ini dapat dikembangkan untuk dijadikan refrensi dalam bahan ajar
keperawatan terutama dalam membuat asuhan keperawatan pada penderita
appendisitis Hernia Inguinalis Dextra.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam membuat asuhan keperawatan
pada penderita Hernia Inguinalis Dextra dan sebagai media untuk menambah
pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan serta hasil
yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data untuk membuat laporan kasus
berikutnya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Huda dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jitowiyonno &
Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi pendekatan
Muttaqin A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan. Jakarta : Salamba
Medika.
Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator
Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SuratandanLusinah(2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis lateral.
Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.
Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., & Zanotti, M.
(2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-Based Guide to Planning
Care. Mosby.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott Williams & Wilkins.
41