Revisi Kasus KDP
Revisi Kasus KDP
Revisi Kasus KDP
K DENGAN GASTROENTRITIS
AKUT (GEA) DI RUANG ANAK RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2022
MAKALAH
KELOMPOK I
Palembang, 2022
Menyetujui:
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
ii
VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI
VISI
MISI
MOTTO
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An._ di Ruang Zaal Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI tahun 2022” tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang
BARI tahun 2022. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada :
iv
11. Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik IKesT
Muhammadiyah Palembang
12. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI
13. Seluruh dosen dan staf IKesT Muhammadiyah Palembang
Palembang, 2022
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………….………………………… ii
VISI,MISI DAN MOTO RSUD PALEMBANG BARI…..………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………...……………………… iv
DAFTAR ISI………………………………….……………..……………. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan . ........................................................................................... 3
C. Waktu dan tempat ............................................................................ 3
vi
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 27
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 29
4. Implementasi................................................................................ 38
5. Evaluasi........................................................................................ 38
A. Pengkajian ...................................................................................... 40
B. Analisa data .................................................................................... 53
C. Prioritas Masalah Keperawatan ...................................................... 54
D. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 54
E. Rencana Keperawatan ...................................................................... 55
F. Implementasi Keperawatan .............................................................. 58
G. Evaluasi ........................................................................................... 60
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hivovolemia ................................................................................... 63
B. Diare .......................................................................................... 63
C. Hipertermi ........................................................................................ 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 66
B. Saran .. ............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut merupakan peradangan pada lambung, usus halus,
dan usus berat dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan menifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
ketidaknyamanan pada abdomen (Muzayyanah Afif, 2018). Gastroenteritis ini
merupakan masalah global dan banyak terjangkit di negara-negara berkembang
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih,
kemiskinan, dan pendidikan yang rendah. Insiden diare bervariasi di setiap
daerah di setiap wilayah, musim, dan masa endemik, kedaan ini ditunjukkan
dengan tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit
tersebut, khususnya yang terjadi pada anak dibawah 5 (lima) tahun. Dimana
saat usia anak dibawah lima tahun, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk
belum sempurna, akibatnya anak bisa dengan mudah terserang penyakit (J.
Trianto, 2018).
Setiap tahun lebih dari 1,7 milyar kasus diare di dunia yang dilaporkan
pada semua kelompok umur. Angka kematian karena diare di dunia mencapai
11% dengan kelompok paling berisiko adalah balita. Data World Health
Organization (WHO) menunjukan bahwa lebih dari 760 ribu anak balita
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare (World Health Organization,
2019). Diare merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara
berkembang, dengan kisaran 1,3 miliar episode dan 3,2 juta kematian setiap
tahun pada balita. Secara keseluruhan rata-rata anak-anak mengalami diare 3,3
episode per tahun, namun di beberapa tempat melebihi 9 episode per tahun. Di
daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita menghabiskan 15%
waktunya dengan diare. Sekitar 80% kematian berhubungan dengan diare dan
terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. 4 Tujuh puluh dua persen kematian
yang berhubungan dengan diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan
1
2
elektrolit, serta obat antidiare untuk diare akut non infeksi, sedangkan untuk
diare akut infeksi ditambahkan dengan pemberian antibiotik (Iasa et al., 2021).
Upaya untuk menurunkan angka kematian karena diare dengan
melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat.Perawat sebagai tenaga
kesehatan dapat memberikan kontribusi dalam penanganan diare sesuai
dengan perannya. Peran perawat adalah sebagai pemberi pelayanan yang
mencakup pemberi rasa nyaman, pelindung, komunikator, mediator dan
rehabilitator. Setelah terjadi peningkatan penyakit diare peran perawat sebagai
pendidik sangatlah penting untuk memberikan pemahaman kepada individu,
keluarga ataupun masyarakat di semua lingkup pelayanan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada pasien bertujuan untuk
mempertahankan kondisi sehat pasien, meningkatkan kesehatan, dan
mencegah terjadinya suatu penyakit dan komplikasi. Perawat sebagai salah
satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan sarana
kesehatan misalnya puskesmas, dan posyandu. Di lingkungan puskesmas
perawat berinteraksi dengan anggota keluarga yang memerlukan informasi
kesehatan. Upaya penyuluhan kesehatan dalam hal ini pendidikan kesehatan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan pasien dan keluarga
(Rasiman, N. B. 2020).
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya
maupun masyarakatnya, begitu pula promosi kesehatan memberikan
pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat. Sebagai pendidik perawat
membantu pasien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pendidikan
yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis, yang diterima dan
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi terhadap penyakit diare.
Meningkatkan kualitas kesehatan atau mempertahankan tingkat kesejahteraan
yang optimum, mencegah penyakit, menangani penyakit, menurunkan ansietas
4
5
6
b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H.
Dahlan Abbas, SpB.
d. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: Pelaksana
Tugas dr. M. Faisal Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah
Puspita, H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
f. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H.,
M.M., MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
4. Fasilitas dan Pelayanan
a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam
2) Farmasi atau Apotek 24 Jam
3) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis
4) Bedah Sentral
5) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)
6) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)
7) Rehabilitation Medik
8) Radiologi 24 jam
9) Laboratorium Klinik 24 Jam
10) Patologi Anatomi
11) Bank Darah
12) Hemodialisa
13) Medical Check Up
14) ECG dan EEG
15) USG 4 Dimensi
16) Endoskopi
17) Kamar Jenazah
18) Ct Scan 64 Slides
9
b. Pelayanan
1) Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)
2) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam
3) Poliklinik Spesialis Bedah
4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5) Poliklinik Spesialis Anak
6) Poliklinik Spesialis Mata
7) Poliklinik Spesialis THT
8) Poliklinik Spesialis Syaraf
9) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
10) Poliklinik Spesialis Jiwa
11) Poliklinik Jantung
12) Poliklinik Gigi
13) Poliklinik Psikologi
14) Poliklinik Terpadu
15) Poliklinik Akupuntur
16) Poliklinik Rehabilitasi Medik
c. Pelayanan Rawat Inap
1) Rawat Inap VIP dan VVIP
2) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
3) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
4) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
5) Perawatan Anak
6) Perawatan Bedan
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
d. Instalasi Gawat Darurat
1) Dokter j aga 24 j am
2) Ambulans 24 Jam
e. Pelayanan Penunjang
10
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis terbagi menjadi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
Gastroenteritis akut dan Gastroenteritis kronis. Gastroenteritis akut atau
GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Gastroenteritis juga merupakan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Nari, 2019).
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu,
disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir,
darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri
abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Asyikin,
2019).
Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan
tiga kali atau lebih perhari. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer (Fithriyana, 2017).
Berdasarkan dari berbagai pengertian tersebut dapat di artikan
gastroentritis merupakan inflamasi atau peradangan pada saluran
pencernaan yang mengakibatkan diare dengan frekuensi lebih banyak
lebih dari 3-4 kali dalam 24 jam dan konsistensi cair berlangsung selama
kurang dari 2 minggu yaitu akut dan lebih dari 2 minggu disebut kronis.
12
2. Etiologi
Gastroenteritis akut (GEA) berdasarkan penyebabnya
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu diare infeksi mikroorganisme (jasad
renik) seperti bakteri, virus, parasit, dan diare non infeksi seperti faktor
psikologis karena ketakutan atau kecemasan. Organisme penyebab
gastroenteritis akut yang sering ditemui diantaranya Campylobacter,
E.coli, Rotavirus, Shigella, Salmonella dan Giardia Lamblia (Pramudya
Rio R, 2018). Distribusi penyakit gastroenteritis akut jika dilihat dari
etiologi atau penyebabnya yang memiliki distribusi paling tinggi adalah
infeksi bakteri. Bakteri ini akan menjadi patogen jika jumlahnya
meningkat didalam saluran pencernaan dan menghasilkan enterotoksin
sehingga muncul keluhan berupa diare. Kebersihan pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang serta kebiasaan mengkonsumsi makanan atau
minuman dari sumber yang kurang bersih ini merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit gastroenteritis akut akibat infeksi (Saputra Wayan dkk,
2021). Etiologi dari penyakit dari gastroenteritis sangatlah bermacam-
macam diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel Etiologi gastroenteritis
Virus Rotavirus 1-3, agen serupa Norwalk, Adeno Virus
Enteric, Calicivirus
Bakteri Salmonella, Shigella, E. Coli, Vibro Cholera, Vibrio
lainnya, Compylobacter Fetus, Yersinia Enterocolitica
Protozoa Giardia Lambia, Entamoeba Histolityca,
Cryptosporidium
Sumber :Pramudya Rio R, 2018
3. Manifestasi Klinis
Infeksi merupakan penyebab utama gastroenteritis akut, baik oleh
bakteri, parasit maupun virus. Penderita gastroenteritis akut sering
mengeluh flatulen, malaise, anoreksia dan lemah, nyeri lambung, diikuti
berat badan turun. Pada diare yang hebat sering kali disertai muntah,
13
suhu tubuh dalam batas normal pada manusia yaitu dalam batas 36,5
–37,5°C (Kasper dkk, 2018). Pusat pengaturan suhu terletak di bagian
anterior hipotalamus. Temperatur tubuh dikontrol oleh hipotalamus.
Ketika vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terpapar pirogen
eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen, zat metabolik asam
arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan pembuluh darah ini
(Kurniawati Asti, 2018)
d. Nyeri Perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit
perut banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanykan adalah apakah nyeri
perut yang timbul ada hubungannya dengan makanan, apakah
timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ketempat lain, bagaimana
sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari
berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum
akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat
pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus kemudian timbul
nyeri di sekitar umbilicus dan apabila nyeri yang dirasakan cukup
tinggi maka dapat menjalar ke punggung bagian tengah. Abnormalitas
pada rektum ditandai dengan nyeri pada perut bagian paling bawah,
sedangkan nyeri perut akibat adanya abnormalitas pada bagian kolon
akan terasa pada rongga perut bagian bawah (Pramudya Rio R, 2018).
Manifestasi klinis diare dalam Manalu dkk, 2021 adalah sebagai
berikut:
1) Bayi/anak gelisah (sering menangis), suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkrang/tidak ada nafsu makan.
2) Sering BAB dengan konsistensi fases cair, dapat mengandung
darah atau lendir, warna fases berubah kehijauan karena
bercampur empedu.
3) Lecet pada area anus atau perineum karena seringnya defekasi,
fases menjadi lebiih asam akibat banyaknya asam laktat.
4) Dapat disertai muntah
16
3. Klasifikasi
Menurut Akhidatul (2020) klasifikasi gastroenteritis dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Gastroenteritis akut diartikan sebagai penurunan konsistensi feses
atau peningkatan frekuensi pengeluaran feses (lebih dari tiga kali
dalam 24 jam) dengan atau tanpa disertai muntah dan demam dan
terjadi kurang dari 14 hari.
b. Gastroenteiritis kronik diartikan sebagai penurunan konsistensi feses
atau peningkatan frekuensi pengeluaran feses dengan atau tanpa
muntah dan demam dan terjadi lebih dari 14 hari.
17
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penderita diare bila tidak segera
ditangani dengan benar dapat terjadi Dehidrasi (ringan sedang, berat,
hipotonik, isotonik, atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia,
hipoglikemia, intolerasni sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktase, terjadi kejang pada dehidrasi hipertonik.
Selanjutnya dapat terjadi malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare
(Wasliah et al., 2020).
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik.
5. Implementasi
a. Penggantian Cairan dan Elektrolit
Jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar. Untuk mengetahui cairan yang dibutuhkan dapat
menggunakan rumus, salah satunya adalah dibawah ini. Kebutuhan
cairan BD plasma-1.025×berat badan kg×4ml 0,001. Metode pierce
berdasarkan keadaan klinis:
Dehidrasi ringan : kebutuhan cairan 5% x kgBB
Dehidrasi sedang : kebutuhan cairan 8% x kgBB
Dehidrasi berat : kebutuhan cairan 10% x kgBB
18
b. Pemberian Antibiotic
Pemberian antibiotik jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian antibiotic. Antibiotik diindikasikan pada pasien yang
memiliki gejala dan ditandai dengan demam, fases berdarah, leukosit
pada fases, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
perisisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik
dapat secara empiris dilakukan namun terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap dan serum elektrolit (Na+,
K+,C1)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan kusmaull)
c. Immunoassay : Toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus),
antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)
d. Feses:
1) Feses lengkap
Pemeriksaan laboratorium pada pasien penderita
gastroenteritis akut dimulai dari pemeriksaan feses adanya
leukosit, kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada
19
b. Pathway
Faktor malabsorbsi Faktor makanan
Faktor psikologis Faktor infeksi
C.
• Karbohidrat • Makanan
• Lemak • Rasa takut • Bakteri
basi
• Protein • Cemas • Virus
• Beracun
• Alergi
makanan
DIARE
Resiko Hipertermi
ketidakseimbangan Defisit nutrisi
elektrolit
22
f. Riwayat Nutrisi
Riwayat Nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum
mengalami diare, meliputi:
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan
air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena
botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
gangguan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak
merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau
sedang anak merasa haus ingin minum banyak.
Sedangkanpada dehidrasi berat, anak malas minum atau
tidak bisa minum (Adhiningsih, 2019)
g. Pemeriksaan Fisik
a) Respirasi
• Inspeksi : adanya frekuensi pernafasan yang
meningkat, irama pernafasan tidak teratur, dan
adanya penumpukan sekret.
• Palpasi : vokal fermitus sama kanan dan kiri
• Perkusi : paru normal
• Auskultasi : anak akan mengalami depsnea,
pernafasan cepat > 30 x/menit karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
b) Kardiovaskuler
• Palpasi : anak dengan diare kronis akan mengalami
nadi cepat dan lemah > 120 x/menit. Hal ini akibat
dari manifestasi pola pernafasan, badan terasa panas
tetapi suhu akral dingin karena perfusi jaringan
menurun sehingga cardiac output meningkat.
25
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih
Intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat. Berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
diagnosa medis GE yaitu:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses penyakit.
28
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Putri, et al,. 2019).
1. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan
menghindari
makanan, pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung lactose
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic/
spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
Hipertermi Setelah Manajemen Hipetermia
Definisi : Suhu tubuh dilakukan (I.15506)
meningkat diatas rentang tindakan Observasi :
normal tubuh keperawatan 1. Identifikasi penyebab
Penyebab : selama 3 x 24 hipertermia
1. Dehidrasi jam diharapkan 2. Monitor suhu tubuh
2. Terpapar Lingkungan suhu tubuh tetap 3. Monitor komplikasi
panas berada pada akibat hipertermia
3. Proses penyakit (mis: rentang normal, Terapeutik :
infeksi, kanker) dengan kriteria 1. Sediakan lingkungan
4. Ketidaksesuaian hasil : yang dingin
pakaian dengan suhu SLKI : 2. Longgarkan atau
lingkungan Termoregulasi lepaskan pakaian
5. Peningkatan laju (L.14134) 3. Basahi dan kipasi
metabolisme 1. Mengigil permukaan tubuh
6. Respon trauma 2. Kulit Merah 4. Berikan cairan oral
7. Aktifitas berlebihan 3. Pucat 5. Lakukan pendinginan
8. Penggunaan inkubator 4. Suhu Tubuh eksternal (mis,
Gejala dan Tanda 5. Suhu Kulit kompres dingin pada
Mayor : 6. Kejang dahi, leher, dada,
Subjektif : - 7. Tekanan abdomen, aksila)
Objektif : Darah 6. Hindari pemberian
1. Suhu tubuh diatas antipiretik atau
nilai normal aspirin
32
Subjektif : - Teraupetik :
Objektif : 1. Lakukan oral hygine
1. Berat badan menurun sebelum makan, jika
minimal 10% perlu
dibawah rentang 2. Sajukan makanan
ideal. secara menarik dan
Gejala dan Tanda suhu yang sesuai
Minor : 3. Berikan makanan
Subjektif : tinggi serat
1. Cepat kenyang 4. Berikan makanan
setelah makan tinggi kalori dan
2. Kram/nyeri abdomen protein
3. Nafsu makan 5. Berikan suplemen
menurun makanan, jika perlu
Objektif : Edukasi
1. Bising usus hiperaktif 1. Anjurkan posisi
2. Otot pengunyah duduk, jika mampu
lemah 2. Ajarkan diet yang
3. Membran mukosa diprogramkan
pucat Kolaborasi
4. Sariawan 1. Kolaborasi pemberian
5. Serum albumin turun medikasi sebelum
6. Rambut rontok makan (mis, Pereda
berlebihan nyeri, antimietik),
7. Diare. jika perlu
Kondisi Klinis Terkait: 2. Kolaborasi dengan
1. Stroke ahli gizi untuk
2. Parkiston menentukan jumlah
3. Mobius syndrome kalori dan jenis
4. Cerebral palsy nutrient yang
5. Cleft lip dibutuhkan, jika perlu
6. Amyotropic lateral
sclerosis
7. Kerusakan
neuromuskular
8. Luka bakar
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit crohn’s
34
13. Eterokoliti
14. Fibrosis klistik
4. Implementasi
Implementasi Tahap proses keperawatan dengan melakukan
berbagai strategi tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam
masalah keperawatan gastroenteritis akan dilakukan implementasi:
a. Melakukan pengkajian terhadap asupan nutrisi.
b. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi.
c. Menjelaskan pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada
anak 0-5 tahun.
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Evaluasi
Evaluasi Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan
dan perbaikan, bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap
perencanaan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari perencanaan keperawatan. Sesuai dengan standar diagnosis
keperawatan indonesia dan juga telah disusun dengan standar luaran
keperawatan indonesia dan juga standar intervensi keperawatan
indonesia.
a. Evaluasi Formatif Hasil merupakan observasi dan analisa perawat
terhadap respon pasien dan keluarga segera pada saat setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat,
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
38
TINJAUAN KHUSUS
A. Pengkajian
Nama : Kelompok 1
Tempat Praktek : Ruang GE RSUD Palembang BARI
Tanggal Praktek : 27 September – 02 Oktober 2022
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 September 2022 jam 07.00 WIB
1. Identitas
Inisial nama :An.K No RM :59.99.45
Tempat,tanggal :Palembang,07-01- Tgl masuk :27-09-22
lahir 2021
Usia :1 tahun 9 bulan Tgl pindah :28-09-22
ruangan
Jenis kelamin :Perempuan Tgl pengkajian :29-09-22
Alamat :Perum Top Anggrek 1 Sumber :Keluarga
informasi
Status :Anak kandung Status :Orang tua
Agama :Islam Alamat :Perum Top
Anggrek 1
No.Telepon :- No.Telepon :-
Suku :Melayu Pendidikan :Strata 1
Pekerjaan :Belum sekolah Pekerjaan :
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama (saat masuk RS)
An.K dibawa ke RSUD Palembang BARI dengan keluhan muntah (+)
dan BAB cair dengan frekuensi 5 kali/hari
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
Keluarga An.K mengatakan An.K masih BAB cair dan muntah (+),
suhu tubuh panas dan lemas/nafsu makan kurang
c. Riwayat perjalanan penyakit
-
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran anak : G1P1A0
39
40
Pre natal : Normal (Ibu An.K mengatakan pada saat hamil tidak memiliki
riwayat penyakit)
Intranatal : Normal (Ibu An.K mengatakan bahwa tindakan persalinan
normal)
Post natal : Normal (Ibu An.K mengatakan saat melahirkan An.K hanya
mengetahui anaknya sehat dengan berat badan dan panjang)
e. Riwayat masa lampau
Penyakit waktu kecil : Tidak ada
Pernah dirawat di RS : Tidak pernah
Obat-obatan yang digunakan : -
Tindakan (operasi) : tidak pernah
Alergi : makanan ikan laut
Kecelakaan : Tidak pernah
Imunisasi : Lengkap sesuai umur klien
f. Riwayat keluarga
Ibu An.K mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
turunan dari keluarga.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
g. Riwayat sosial
Yang mengasuh : Orang tua
41
Masalah Keperawatan
BAB
Warna kuning muda frekuensi 5 kali/hari
Konsistensi : Cair ( √ ), Lendir (-), Darah (-), Ampas (-), konstipasi (-)
Jalan napas : Sputum ( - ), warna sputum ( - ), konsistensi :
Batuk ( - ) frekuensi:
43
Dada
Bentuk : simetris ( √ ), barrel chest/dada tong ( - ), pigeon chest/ dada
burung ( - ), benjolan ( - ), dll
Paru-paru
Inspeksi: RR 29 kali/menit
Palpasi : Normal ( √ ), Ekspansi pernapasan ( - ), Taktil fremitus ( - )
Perkusi : Normal/sonor ( √ ), Redup/pekak ( - ), Hiper sonor ( - )
Auskultasi : Irama ( √ ), Teratur ( √ )
Suara napas : Vesikuler ( √ ), Bronkial ( - ), Amforik ( - ), Cog well
breath sound ( - ), Metamorphosing breath sound ( - )
Suara tambahan : Ronki ( - ), Pleural friction ( - )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-Hipovolemia
-Diare
d. Aktivitas/Istirahat (Istirahat, Aktivitas, Keseimbangan Energi,
Respon Kardiovaskuler/Pulmonal & Perawatan Diri)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis/denyut apeks normal
Palpasi : Ictus cardi teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
Kebiasaan sebelum tidur (perlu makan, dibicarakan cerita, benda yang
dibawa tidur, dll) : menonton kartun melalui handphone
Kebiasaan tidur siang : 1-2 jam/hari
Skala aktivitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
44
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
0 mandiri, 1 alat bantu, 2 dibantu orang lain, 3 dibantu orang lain dan
alat, 4 bergantung total
Personal hygine
Mandi : 1-2 kali/hari
Sikat gigi :1-2 kali/hari
Ganti pakaian : 2 kali/hari
Memotong kuku : 1 kali/7-10 hari
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
e. Persepsi/Kognisi (Perhatian, Orientasi, Sensasi Persepsi, Kognisi &
Komunikasi)
1) Kesan utama
Tampak sakit : Ringan ( - ), sedang ( √ ), berat ( - ), pucat ( - ),
Sesak ( - ), kejang ( - )
2) Kepala
Bentuk : Normal ( √ ), Hematoma ( - ), Luka ( - )
Fontanel : Cekung ( √ ), Datar ( - ), keras ( - ), Lunak ( - )
Rambut : Warna hitam, Mudah dicabut (-), ketombe (-), kutu (-)
3) Mata
Mata : Jernih ( √ ), Kemerahan ( - ), Sekret ( - )
Visus : 6/6 ( √ ), 6/300 ( - ), 6/tak terhingga ( - )
Pupil : Isokor ( √ ), Anisokor ( - ), Miosis ( - ), Midriasis ( - )
Rekasi terhadap cahaya : Normal
Alat bantu : Kaca mata ( - ), Softlens ( - )
Conjungtiva : Merah jambu ( √ ), Anemis ( - )
Sklera : Putih ( √ ), Ikterik ( - )
4) Telinga
45
Masalah Keperawatan
-
h. Sexsualitas (Identitas, Fungsi Seksualitas & Reproduksi)
Genetal dan anus
Laki-laki
Penis : Normal/ada ( - ), Abnormal ( - )
Scrotum dan testis : Normal ( - ), Hernia ( - ), Hidrokel ( - )
Anus : Normal/ada ( - ), Atresia Ani ( - )
Perempuan
Vagina :Normal/ada ( √ ), Secret ( - ), Warna ( - )
Anus : Normal/ada ( √ ), Atresia Ani ( - )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
i. Koping/Toleransi Stress (Respon Pascatrauma, Respon Koping &
Stress Neurobihavour)
PGSC : 15
E:4
V:6
M: 5
Reflek Patologis: Tidak ada masalah
Babinsky :-
Kering :-
Brudzinsky :-
Reflek Fisiologis: Tidak ada masalah
Biceps :-
Triceps:-
Patella :-
Data Tambahan
-
47
Masalah Keperawatan
-
j. Prinsip Nilai (Nilai, Keyakinan & Keselarasan)
Budaya : Melayu
Spiritual/religius : Islam
Harapan : An.k bersama keluarganya sangat berharap somoga
bisa cepat sembuh karena sudah di rawat selama 3 hari
Psikososial : keluarga An.K mengatakan sakit merupakan
sesuatu yang normal dalam kehidupan dan yang terpenting berusaha
dan berdoa untuk kesembuhan An.K
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
-
k. Keamanan/Perlindungan (Infeksi, Cidera Fisik, Kekerasan,
Bahaya Lingkungan, Proses Pertahanan & Termogulasi)
Tingkat kesadaran : Composmentis ( √ ), Apatis ( - ), Somnolen ( - ),
Sopor ( - ), Coma ( - )
TTV : Suhu 38,8oC, Nadi 120 kali/menit, RR 29 kali/menit
Warna Kulit : Coklat
Sianosis ( - ), Kterus ( - ), Eritematosis Rash ( - ),
Discold Lupus ( - ),Oedema ( - ), Bula ( - ), Ganggren ( - ),
Nekrotik Jaringan ( - ), Hiperpigmentasi ( - )
Echimosis ( - ), Patekie ( - )
Tugor Kulit : Elastis ( - ), Tidak Elastis ( √ )
Data Tambahan
-
Masalah Keperawatan
- Hipertermia
- Hipovolemia
48
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal: 27-09-2022
Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin L 10,7 g/dl 14-16
Nilai kritis:
Umum <8->16
Anak-anak <10->16
Eritrosit L 3,74 Juta/uL 4,5-5,5
Leukosit H 10 Ribu/uL 5-10
Nilai kritis:
50
<1,0-->50,0
Trombosit H 548 Ribu/mm3 150-400
Nilai kritis:
Umum<100.000-->800.000
Anak-anak <100.000--
>400.000
Hematokrit H 53 % 40-52
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 1-3
Batang 3 % 2-6
Segmen 50 % 50-70
Limfosit 35 % 20-40
Monosit 10 % 2-8
Faeces
Tanggal: 28-09-2022
Faeces lengkap
Makroskopis
Warna : kuning muda
Kosistensi : lunak
Lendir : Normal
Darah : Normal
Mikroskopis
Eritrosit : 2-3
Lekosit : 1-2
Telur cacing : Normal
Amoeba : Normal
Jamur : Normal
Bakteri : Abnormal (Positif)
51
B. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS: Frekuensi BAB Hipovolemia
- Keluarga An.K meningkat
mengatakan An.K
merasa lemas Hilangnya cairan dan
- Keluarga An.K elektrolit berlebih
mengatakan An.k
nafsu makanya Gangguan
berkurang keseimbangan
- Keluarga elektrolit menurun
mengatakan An.K
sering muntah (+) Dehidrasi
- Ibu An.K
mengatakan BAB Hipovelemia
An.K cair dengan
fekuensi 5 kali/hari
DO:
- Mukosa An.K
kering/pucat
- Berat badan SMRS
15 kg
- Berat badan saat
sakit 13,5 kg
- Hasil lab
menunjukkan
hematokrit
meningkat (53%)
- Tugor kulit tidak
elastis
- Intake cairan:
A.Metabolisme:
8x13,5=108cc/24jam
Minum:
1250cc/24jam
Infuse: 1500
cc/24jam
Total:2858cc/24jam
- Output cairan:
Urine:1000cc/24jam
K.Suhu:839cc/24jam
Blance cairan:
intake-outpu
52
2858-1839=
1019cc/24 jam
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
DS: Proses infeksi Diare
- Ibu An.K
mengatakan BAB Masuk dan
cair dengan berkembang di usus
frekuensi 5 kali/hari
- Ibu A.k mengatakan Hipersekresi elektrolit
anaknya sering
gelisah Diare
DO:
- Bising usus
hiperaktif (25
kali/menit)
- BAB konsistensi cair
dengan frekuensi 5
kali/hari
- An.K tampak lemas
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
DS Dehidrasi Hipetermia
- Ibu An.K
mengatakan suhu Tubuh kehilangan
tubuh anaknya cairan
hangat
DO Penurunan cairan
- Kulit terasa hangat intrasel
- HR 120 kali/menit
- RR 29 kali/menit Demam/hipertermia
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
D. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
penurunan berat badan, suhu meningkat, dan mukosa kering.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases cair dan
BAB dengan frekuensi 5 kali/hari.
3. Hipetermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan suhu tubuh
meningkat dan kulit terasa hangat.
- Mukosa
An.K
kering/pucat
- Berat badan
SMRS 15 kg
- Berat badan
saat sakit
13,5 kg
- Hasil lab
menunjukkan
hematokrit
meningkat
(53%)
- Tugor kulit
tidak elastis
- Intake
cairan:
A.Metabolis
me:
8x13,5=108c
c/24jam
Minum:
1250cc/24ja
m
Infuse: 1500
cc/24jam
Total:2858cc
/24jam
- Output
cairan:
Urine:1000cc
/24jam
K.Suhu:839c
c/24jam
Blance
cairan:
intake-outpu
2858-1839=
1019cc/24
jam
- HR 120
kali/menit
- RR 29
kali/menit
- Suhu: 38,8oC
- SPO2: 99%
55
F. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Waktu Implementasi TTD
Hipovolemia 29 Sep 1. Mengukur dan mengobservasi tanda dan
bergubungan 2022 gejala hipovolemi. Respon : Penyebab
dengan 08.00- hipovolemia dikarenakan BAB cair
kehilangan 20.00 dengan frekuensi 5 kali/hari, pasien
cairan aktif WIB tampak mengahabiskan 1/2 porsi
ditandai makanan yang diberikan, mata tampak
dengan masih terlihat cekung
penurunan 2. Memberikan asupan cairan oral. Respon
berat badan, : Diberikan oralit 250cc/BAB
suhu 3. Menganjurkan memperbanyak asupan
meningkat, cairan oral. Respon : Pasien dianjurkan
dan mukosa untuk minum sesuai kebutuhan agar
kering cairan tetap terjaga
4. Melakukan pemberian cairan IV
RL120cc/jam dalam 4 jam
Diare 29 Sep 1. Mengidentifikasi penyebab diare.
berhubungan 2022 Respon : Penyebab diare karena
dengan 08.00- konsumsi makanan alergi pada An.K
proses 20.00 2. Menganjurkan makanan porsi kecil dan
infeksi WIB sering secara bertahap. Respon : Pasien
ditandai mulai memakan makanan secara
dengan fases bertahap dari porsi sedikit hingga
57
meningkat,
dan mukosa
kering
meningkat
dan kulit
terasa
hangat
G. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi TTD
Hipovolemia S:
bergubungan dengan - Keluarga An.K mengatakan sudah tidak lemah
kehilangan cairan - Keluarga An.K mengatakan nafsu makan anak
aktif ditandai dengan mulai membaik
penurunan berat - Klien mengatakan muntah (-)
badan, suhu - Klien mengatakan frekuensi BAB mulai
meningkat, dan berkurang
mukosa kering O:
- Mukosa terliihat lembab
- Tugor kulit elastis
- Hematokrit menurun
A:
Masalah teratasi
Indikator Awal Akhir
Membran mukosa 3 5
Berat badan 3 4
Suhu tubuh 2 4
P:
Intervensi dilanjutkan
Diare berhubungan S:
dengan proses infeksi - Keluarga An.K mengatakan sudah frekuensi
ditandai dengan fases BAB berkurang dan konsistensi sudah tidak cair
- Klien juga mengatakan An,K tidak ngelisah
61
PEMBAHASAN
Data pengkajian yang kami lakukan pada studi kasus pada klien An.K
dengan GEA yang dilakukan di ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, data-data yang kami temukan diantaranya adalah kelihan
utana yaitu keluhan utama muntah (+), BAB frekuensi 5x/hari dengan konsistensi
cair, suhu tubuh panas dan didiagnosa medis GEA. Setelah dikaji ibu mengatakan
An.K alergi ikan laut, An.K sedang dalam fase mengenali lingkungan sekitar
dengan sering memasukkan makanan ataupun benda ke dalam mulut dan klein
selama terdiagnosa GEA An.K sering menangis, nafsu makan menurun dan terlihat
lemas. Diketahui berat badan sebelum sakit 15 kg lalu mengalami penurunan
hingga berat badan saat sakit 13,5 kg dengan kisaran waktu penurunan berat badan
3 hari, abdomen kembung, airway bebas, breating spontan, CTR 2 detik, tidak ada
perdarahan, tugor kulit menurun, fontanel cekung, respon alert, pupil isokor, refleks
+/+, GCS E4,M6,V5. TTV didapatkan HR: 110 x/mnt, RR: 21 x/mnt, suhu 38,8 oC,
Spo2 99%.
63
64
A. Kesimpulan
1. Gastroenteritis merupakan peradangan pada saluran pencernaan yang
mengakibatkan diare dengan frekuensi lebih dari 3-4 dalam 24 jam yang
disebabkan virus, bakteri dan protozoa. Munculnya gejala seperti diare,
mual muntah, demam, nyeri perut dan dehidrasi.
2. An.K dengan usia 1 tahun dengan riwayat imunisasi lengkap, An.K
sebelumnya tidak pernah masuk RS. Pada tanggal 27 september 2022
An.K masuk rumah sakit dengan keluhan utama muntah (+) dan Bab cair
dengan frekuensi 5 kali/hari. BB sebelum masuk 15 Kg dan BB saat sakit
13,5 Kg, Abdomen kembung, bibir pucat, pupil isokor. RR 29 kali/menit,
Nadi 120 kali/menit, Suhu 38,8°C dengan diagnosa GEA.
3. Diagnosa
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial dan intraslular.
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases
cair dan BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Diare merupakan pengeluaran fases yang sering, lunak dan
tidak berbentuk.
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh meningkat dan kulit terasa hangat
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal tubuh yaitu lebih dari 37,5oC.
67
68
4. Intervensi
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial dan intraslular. Intervensi yang
dilakukan adalah manajemen hipovolemia terdiri dari periksa tanda
dan gejala hipovolemia, perikan asupan cairan oral,anjurkan
memperbanyak asupan cairan oral dan kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (SDKI ,2017).
2) Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan fases
cair dan BAB dengan frekuensi 5 kali/hari
Diare merupakan pengeluaran fases yang sering, lunak dan
tidak berbentuk. Intervensi yang dilakukan adalah manajemen
diare terdiri dari identifikasi penyebab diare, ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit dan anjurkan
makanan porsi kecil dan sering secara bertahap (SDKI, 2017)
3) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh meningkat dan kulit terasa hangat
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal tubuh yaitu lebih dari 37,5oC. intervensi yang
dilakukan adalah manajemen hipertermi terdiri dari identifikasi
penyebab hipertermia, longgarkan atau lepaskan pakaian, anjurkan
tirah baring dan kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
(SDKI, 2017).
5. Implementasi
1) Hipovolemia bergubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan berat badan, suhu meningkat, dan
mukosa kering
Implementasi yang dilakukan adalah memeriksa tanda dan
gejala hipovolemia dengan respon penyebab hipovolemia
69
6. Evaluasi
Dari mulai diagnosa, intervensi, serta implementasi keperawatan
yang sudah disusun serta telah diterapkan kepada pasien maka hasil dari
evaluasinya pasien mengalami peningkatan kesehatan serta masalah
keperawatan yang dialami oleh pasien berkurang dan teratasi dengan baik.
Sehingga dalam hal ini pasien dapat kembali lingkungannya lagi dengan
kondisi yang lebih optimal dan baik.
B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan mampu memahami pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien yang dirawat dirumah sakit khususnya pada perawatan pasien
GEA yaitu dengan melakukan pemasangan infus dan lainya
2. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan kepada seluruh perawat atau bidan di RSUD Palembang
BARI, dalam pemasangan infus ataupun dalam pemberian tindakan yaitu
hand hygine dan menggunakan handscoone
3. Bagi institusi
Agar lebih mengarahkan dan membimbing para mahasiswa untuk lebih
terampil dalam keterampilan dasar praktik klinik.
DAFTAR PUSTAKA
71
72
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR BIMBINGAN
SPO INFUSE/VITAL SIGN