LP Gea Baji Nyawa (KMB Ii)
LP Gea Baji Nyawa (KMB Ii)
LP Gea Baji Nyawa (KMB Ii)
Disusun Oleh :
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Gastroenteritis atau diare akut merupakan penyakit yang ditandai dengan
berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan
(lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari) (Prawati & Haqi, 2019).
Gastroenteritis merupakan defekasi encer maupun lembek yang terjadi
pada balita dan dikeluarkan lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa
darah atau lender pada feses (Samiyati et al., 2019).
Dapat disimpulkan Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
Berdasarkan wakktu terjadinya, diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
dan diare kronik berlangsung lebih dari 4 minggu (Meisuri et al., 2020).
2. Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi
usus (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: (Kardiyudiani
& Susanti, 2019)
1) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
4) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
4. Pathway
Faktor makanan (basi, beracun, alergi Faktor infeksi (bakteri Faktor malabsopsi (karbohidrat,
Faktor Psikologis protein, lemak)
makanan) dan virus)
Toksin tak dapat Cemas Masuk dan berkembang Makanan tidak diserap
diserap oleh villi usus
dalam usus
Frekuensi BAB Distensi Refleks Spasme otot Inflamasi pada Frekuensi BAB
meningkat Abdomen dinding usus meningkat
mukosa usus
Output Cairan dan Mual dan NYERI Merangsang sel-sel Area anus menjadi
Eletrolit Berlebihan muntah AKUT endotel hipotalamus lecet/iritasi
6. Komplikasi
1) Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik
2) Syok
3) Hipokalemia/Hipoglikemia
4) Sepsis
5) Gagal ginjal akut
6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Ileus paralitik
8) Malnutrisi
9) Gangguan tumbuh kembang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
d. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
8. Penatalaksanaan
1) Medis
Pemberian Cairan Oral
b. Cairan Parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya,
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya (Kardiyudiani & Susanti,
2019).
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
i. Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh
terhadap diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi
hipoglikemi dan dapat menyebabkan penurunan berat badan serta
dapat menyebabkan dehidrasi.
j. Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan
darah atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput
terhadap kehilangan cairan lewat urin
2. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow
Coma Skale), (composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor atau
koma).
4. Intervensi Keperawatan
Observasi:
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet.
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Berikan suplemen makanan, jika perlu.
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi.
Edukasi:
Observasi:
44 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (SIKI: I.14518) Defenisi: mengidentifikasi dan
(SDKI: D. 0077) (SLKI: L. 08066) mengelola sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
4. Definisi: jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
pengalaman berintensitas ringan hingga berat dan konstan
sensorik atau Observasi:
emosional yang Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,
berkaitan dengan insensitas, nyeri
kerusakan Identifikasi skala nyeri
jaringan actual Identifikasi respons nyeri non verbal
atau fungsional Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
dengan onset Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
mendadak atau Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
lambat dan Identifikasi pengaru nyeri pada kualitas hidup
berintensitas
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
ringan hingga
Monitor efek samping penggunaan obat analgesic
berat dan konsten.
Terapeutik:
Ekspektasi:
menurun Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Observasi:
Observasi:
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursalam, 2011).
6. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Meisuri, N. P., Perdani, R. R. W., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek
Suplementasi Madu Terhadap Penurunan Frekuensi Diare Akut Pada Anak
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Majority, 9(2), 26–32.
Prawati, D. D., & Haqi, D. N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
di Tambak Sari Kota Surabaya. Jurnal Promkes: The Journal of Healt
Promotion and Healt Education, 7(1), 34–45. https://doi.org/10.20473