Askeb Remaja Anemia (Reni Agustina)
Askeb Remaja Anemia (Reni Agustina)
Askeb Remaja Anemia (Reni Agustina)
OLEH :
RENI AGUSTINA
NIM. 2282B1598
TAHUN 2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA NN. V REMAJA AKHIR USIA 18 TAHUN DENGAN
ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS SURUH KECAMATAN SURUH
KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh :
RENI AGUSTINA
NIM. 22822B1598
Menyetujui :
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Faktor yang mendukung terjadinya perubahan fungsi reproduksi pada
remaja wanita adalah gizi pada remaja. Masalah gizi yang paling sering
dialami remaja putri adalah kurang energi kronis, kelebihan berat badan dan
anemia. KEK adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun,
obesitas adalah keadaan dimana remaja mengalami gizi lebih dengan IMT
>25 Kg/m2. Masalah yang dapat timbul akibat obesitas dan KEK pada remaja
yaitu terjadinya masalah pada siklus menstruasi seperti siklus tidak teratur,
amenorea, maupun terjadinya oligomenorea. Keadaan ini jika dibiarkan dapat
berlanjut hingga masa prakonsepsi dan dapat mempengaruhi fertilitas wanita.
Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu
pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan
otak dan sumsum tulang, sedangkan wanita obesitas cenderung melahirkan
bayi besar (Arisman, 2009).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, proporsi risiko kurang energi
kronis pada wanita usia subur usia 15-49 tahun yang tidak hamil adalah
14,5%. Remaja yang termasuk dalam wanita usia subur usia 15-19 tahun yang
tidak hamil menempati proporsi risiko kurang energi kronis tertinggi pada
tahun 2018 yaitu sebanyak 36,3%. Sedangkan proporsi obesitas pada usia 15-
49 tahun adalah 10,8%, dan remaja yang masuk di dalamnya adalah 49%.
Masalah lain dari remaja putri yaitu terjadinya anemia. Wanita usia subur
cenderung menderita anemia karena wanita mengalami siklus menstruasi
setiap bulan. Kekurangan zat besi dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga dapat menyebabkan produktivitas menurun. Maka dari itu,
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi bagi remaja putri yang akan menjadi ibu di
masa yang akan datang.
Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh remaja putri dan ibu
hamil pada tahun 2018 sebanyak 76,2%, namun konsumsi TTD pada remaja
4
putri kurang dari 52 butir masih mencapai 98,6%. Hal tersebut menjadi salah
satu faktor masih tingginya anemia pada remaja putri di Indonesia.
Berdasarkan masalah yang sering terjadi pada remaja putri, dibutuhkan peran
bidan dalam membantu meningkatkan kesehatan ibu dimulai sejak masa
remaja sesuai dengan kewenangan bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu
dalam pelayanan kesehatan ibu yang meloputi konseling pada masa sebelum
hamil
Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi kesehatan dengan
berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia berada. Sehingga
dalam laporan komprehensif ini, penulis akan membahas asuhan kebidanan
pada remaja putri.Orang tua, guru dan pemerintah serta instansi terkait harus
lebih memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada remaja dengan
memberikan pandangan yang benar mengenai kesehatan reproduksi seperti
pengenalan tentang kesehatan reproduksi remaja, persepsi pacaran dan
hubungan seks. Dalam hal ini bidan merupakan fasilitator dalam
mempromosikan kesehatan misalnya adanya penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi remaja. Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan
dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi
kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan (7 langkah Varney) yang tepat pada remaja putri.
5
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
remaja putri.
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada remaja
putri.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang
mungkin muncul pada remaja putri.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja putri.
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada remaja putri.
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada remaja putri.
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada
remaja putri.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman belajar dalam melaksanakan asuhan
kebidanan khususnya pada remaja putri.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan
kebidanan khususnya pada remaja putri. Menambah cakupan pelayanan
kesehatan dan pemberian konseling khususnya tentang kesehatan reproduksi
pada remaja putri.
6
1.5 Sistematikan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan,
manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk
mengembangkan teori medis apda ibu hamil dengan kehamilan
fisiologis mulai dari definisi hingga penatalaksanaannya.
BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan kasus dikorelasikan.
BAB 4 TINJAUAN KASUS
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan meliputi 7 langkah Varney mulai dari pengkajian hingga
implementasi dan evaluasi.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang
jawaban dari tujuan penulisan.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
10
Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan yang terjadi pada masa remaja
memang beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua
remaja.
d. Emosi yang tinggi
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok social menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai
sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.remaja menghendaki dan
menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan
resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
e. Masa Bermasalah
Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja
termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan karena pada masa remaja dia ingin mengatasi
masalahnya sendiri, dia sudah mandiri.
f. Masa Pencarian Identitas
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih
penting bagi remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian diri
dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting.
Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak
lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan
teman-teman sebayanya.
g. Masa Munculnya Ketakutan
Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya,
cenderung merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan pentingnya
bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula terhadap
kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut
bertanggung jawab.
11
h. Masa Yang Tidak Realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan
keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
Apabila dalam hal cita-cita yang tidak realistik ini berakibat pada
tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.
i. Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah
untuk meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi,
dan harus bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan,
2011).
12
3). Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam
berpakaian, berdandan trendy dan lain-lain
4). Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan
lingkungannya
5). Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan
dengan mode teman sebayanya
6). Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya
gang/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman
sebayanya
7). Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan
membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau
baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi
b. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
1). Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan
lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain
2). Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak
menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua
3). Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman
berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah
4). Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun berisiko
(merokok, alcohol, seks bebas dan NAPZA)
5). Tidak lagi berfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi
dan tidak lagi pemalu
6). Membangun nilai, norma dan moralitas yang dianut keluarga
7). Mulai membutuhkan banyak teman dan solidaritas
8). Mulai membina hubungan dengan lawan jenis tetapi tidak menjurus
serius
9). Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa
10). Mempunyai keterampilan intelektual khusus
13
11). Minat yang besar dalam seni, olah raga, berorganisasi dan lain-lain
12). Senang berpetualang
c. Remaja Akhir (17-19 tahun)
1). Cenderung menggeluti masalah social politik termasuk agama
2). Belajar mengatasi stress yang dihadapi dan sulit diajak berkumoul
dengan keluarga
3). Belajar mencapai kemandirian
4). Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
dan bersifat serius
5). Merasa sebagai orang dewasa
6). Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri yang berdampak
mulai nampak ingin meninggalkan rumah untuk hidup sendiri.
14
Pertumbuhan lemak dan keringat Pertumbuhan lemak dan keringat
(jerawat) (jerawat)
Pertambahan berat badan dan tinggi Pertambahan berat badan dan tinggi
badan badan
16
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah
lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari
orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri
atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti
paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
f) Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang.
Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker,
rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.
g) Anemia sel sabit ( sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik
pada hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan
berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa
terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang tua yang sama-
sama mengalami mutasi genetik tersebut.
h) Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi
produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu
atau kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
2.2.4 Diagnosis
Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan
melakukan hitung darah lengkap. Dengan memeriksa sampel darah pasien,
dokter dapat mengetahui kadar hemoglobin yang terdapat dalam darah.
Kadar hemoglobin normal tergantung pada usia, kondisi, dan jenis
kelamin. Seseorang bisa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin
berada di bawah angka berikut:
a) Anak-anak : 11-13 gram per desiliter.
b) Ibu hamil : 11 gram per desiliter.
c) Laki-laki : 14-18 gram per desiliter.
d) Perempuan : 12-16 gram per desiliter
b. Menurut WHO
Derajat 0 (nilai normal) : > 11 gr/dl
Derajat 1 (Ringan ) : 9,5 – 10 gr/dl
Derajat 2 (Sedang) : 8 – 9,4 gr/dl
Derajat 3 (Berat) : 6,5 – 7,9 gr/dl
Derajat 4 (Mengancam Jiwa) : < 6,5 gr/dl
18
Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, vitamin
B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.
Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain
untuk mencari penyebab anemia, seperti:
a) Endoskopi, guna melihat apakah lambung atau usus mengalami
perdarahan.
b) USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang
menimbulkan anemia.
c) Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk,
serta tingkat kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
d) Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui
kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan
anemia.
2.2.6 Pengobatan
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang
diderita pasien. Perlu diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa
berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan
memulai pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya adalah:
a) Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen
zat besi. Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
b) Anemia pada masa kehamilan
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi,
vitamin B12 dan asam folat, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
c) Anemia akibat perdarahan
19
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila
diperlukan, dokter juga akan memberikan suplemen zat besi atau
transfusi darah.
d) Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, atau transplantasi (cangkok)
sumsum tulangbila sumsum tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan
sel darah merah yang sehat.
e) Anemia hemolitik
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang
memicu anemia hemolitik, mengobati infeksi, mengonsumsi obat-
obatan imunosupresan, atau pengangkatan limpa.
f) Anemia akibat penyakit kronik
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang
mendasarinya. Pada kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan
suntik hormon eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah
merah.
g) Anemia sel sabit
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat,
cangkok sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti
hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat
pereda nyeri dan antibiotik.
h) Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan
transfusi darah, pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa,
dan cangkok sumsum tulang.
2.2.7 Pencegahan
20
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan
anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya
nutrisi, terutama:
a) Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal,
kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan.
b) Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
c) Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan
stroberi.
Untuk mengetahui apakah asupan nutrisi Anda sudah cukup,
berkonsultasilah dengan dokter spesialis gizi. Bila Anda memiliki keluarga
penderita anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit atau
thalasemia, konsultasikan dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan,
agar kondisi ini tidak terjadi
pada anak.
2.2.8 Komplikasi
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan
beberapa komplikasi serius, seperti:
a) Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan.
b) Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan
gagal jantung.
c) Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal.
d) Komplikasi kehamilan, antara lain melahirkan prematur atau bayi
terlahir dengan berat badan rendah.
e) Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak
atau bayi.
f) Rentan terkena infeksi
21
BAB 3
KERANGKA KONSEP
5. Riwayat Kesehatan
Pada beberapa kasus kelainan menstruasi, perlu dikaji mengenai
riwayat kelainan pembekuan darah, penyakit keganasan seperti kanker
atau tumor, kista,polip, post operasi pada organ genetalia atau konsumsi
obat-obatan seperti obat hormonal atau anticoagulant dapat menjadi
faktor penyebab dismenorhea. Selain itu, pengkajian mengenai
kesehatan klien saat ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya hubungan dengan dismenorhea dan penyakit yang dialami
sekarang seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Riwayat keluarga
seperti kelainan pada organ reproduksi, disfungsi organ seperti AUB
(Abnormal Uterine Bleeding), gangguan pembekuan darah, dan kencing
manis kemungkinan memiliki hubungan terhadap dismenorhea yang
dialami klien. Asma dan TBC adalah penyakit yang dapat
mempengaruhi keluhan penyerta klien seperti lemas dan susah bernapas
(Arum, 2008).
6. Riwayat Psikososial dan Budaya
Lingkungan mengalami perubahan besar selama masa remaja
dan sering memainkan peran yang berisiko pada status kesehatan masa
remaja. Keluarga mengalami perubahan bermakna, dengan kebebasan
25
yang lebih dan pengawasan yang berkurang yang telah diijinkan.
Perubahan lingkungan sekolah dari perlindungan sekolah dasar ke
status sekolah lanjutan. Populasi remaja mungkin enggan untuk
memeriksakan kesehatan mereka. Pada dasarnya, para remaja dapat
mencari sendiri tentang cerita-cerita seperti penggunaan obat dan
seksualitas termasuk penyakit kelamin yang menular dan kehamilan.
Remaja sering tidak sadar tentang peraturannya dan tidak mempunyai
penghasilan untuk membayar pelayanan (Soeroso, 2001). Pada masa
ini, lingkungan terdekat dengan remaja memiliki peranan yang sangat
penting dalam membentuk karakter remaja salah satunya adalah orang
tua. Beberapa budaya seringkali merugikan remaja seperti budaya
perjodohan hingga pernikahan dini dan budaya sunat perempuan
(Hidayangsih, 2014).
Pada masa pubertas, remaja mengalami gejolak emosi yang cenderung
tinggi. Sesuai dengan pendapat Prayitno (2006) bahwa periode remaja
cenderung memperhatikan temperamental atau beremosi tinggi, dalam
arti emosi negatif mereka mulai muncul. Selain itu, remaja yang
memasuki masa pubertas lebih suka menyendiri. Sesuai dengan
pendapat Hurlock (2010) bahwa salah satu akibat perubahan masa
puber adalah ingin menyendiri. Remaja menarik diri dari teman,
berbagai kegiatan keluarga, sering bertengkar dengan teman, dan
dengan anggota keluarga.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Aimul, 2006)
Berhubungan dengan pola tidur klien dengan faktor
Istirahat penyebab timbulnya dismenorhea seperti kelelahan fisik
dan psikis.
Aktivitas Berhubungan dengan aktivitas klien yang dapat
mempengaruhi psikis dan fisik klien. Olahraga yang jarang
dengan aktivitas yang menetap dapat menggangu
26
kelancaran aliran darah sehingga menimbulkan keluhan
dismenorhea.
Dikaji mengenai pola dan gangguan pada mikturisi dan
defekasi yang dapat menjadi dampak dari IMS atau akibat
Eliminasi
penyerta dari nyeri haid yang di rasakan seperti konsistensi
feses cair dan berdarah jika konstipasi atau susah berkemih.
Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan
meningkatkan kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk
haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir pada
keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan
tersebut. Dan hal ini tentunya akan berdampak pada fungsi
sistem hormonal pada tubuh. Adanya gangguan dari fungsi
Nutrisi
sistem hormonal dari tubuh tersebut tentunya akan
mempengaruhi kerja organ-organ tubuh secara maksimal
termasuk organ seksual perempuan baik berupa
peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri
akan berdampak pada gangguan siklus haid yang terlalu
cepat maupun siklus haid yang pendek (Gunawan, 2011).
Pola kebersihan diri klien dalam merawat diri dapat
berhubungan dengan infeksi genetalia dan keputihan.
Personal Beberapa hal yang perlu dikaji adalah kebiasaan mandi,
Hygiene membasuh kemaluan setelah BAK dan BAB, frekuensi
ganti celana dalam dan pembalut, maupun kebiasaan
menggunakan sabun/ramuan pembersih organ kewanitaan.
Pola Kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kelainan dan
Kebiasaan disfungsi organ reproduksi diantaranya merokok,
Lain mengonsumsi minuman keras, dan narkoba.
31
tahu ataupun tidak tahu. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan yaitu :
Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan (Handayani, 2017).
Diagnosa Aktual :
Diagnosa kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan yang di kemukakan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis dengan tujuan sebagai indikator di berikannya intervensi
(Varney, 2008).
Contoh penulisan diagnosis : Remaja awal/madya/akhir usia ... tahun dengan
…
Contoh masalah : Keluhan yang klien anggap sebagai masalah dan
kekhawatirannya, seperti mudah lelah, khawatir dengan keadaan dirinya,
pusing, lemas dan nyeri perut bawah.
Contoh kebutuhan : Kebutuhan klien diberikan untuk mengurangi masalah
yang dirasakan seperti KIE penatalaksanaan keluhan (Arief et al., 2009).
3.3 Identifikasi Diagnosis Dan Masalah Potensial
Antisipasi masalah potensial adalah hal yang penting pada
pengembangan asuhan kebidanan yang komprehensif. Identifikasi diagnosa
atau masalah potensial dibuat setelah mengidentifikasi diagnosa atau masalah
kebidanan dari data subjektif dan data objektif yang diperoleh. Bidan perlu
untuk membedakan antara ketidaknyamanan yang umum dialami pada remaja
dan komplikasi yang mungkin terjadi, mengidentifikasi tanda gejala
penyimpangan yang mungkin dari kondisi normal atau komplikasi, serta
mengidentifikasi area tertentu yang perlu dipelajari. Langkah ini
membutuhkan antisipasi dan bila mungkin dilakukan pencegahan (Varney,
2004).
32
3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Evaluasi terhadap kebutuhan akan intervensi yang segera oleh bidan
atau dokter untuk konsultasi atau penatalaksanaan kolaboratif dengan tim
perawat kesehatan penting untuk dilakukan jika terdapat penyimpangan dari
nilai normal, dengan atau tanpa situasi kedaruratan. Pada tahap ini bidan
mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan konsultasi,
kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi klien (Varney,
2004).
33
3.6 Implementasi
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah
dibuat sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan aman. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksananya. Kriteria implementasi menurut Handayani
(2017) yaitu :
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
3.1 Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan
didalam masalah dan diagnosa. Tahap ini meliputi evaluasi tindakan yang
dilakukan segera dan evaluasi asuhan kebidanan yang meliputi catatan
perkembangan. Kriteria evaluasi menurut Handayani (2017) yaitu :
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien.
34
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
35
BAB 4
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. “V” Usia 18 tahun dengan Anemia
Ringan di Puskesmas Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Subjektif
1) Identitas pasien
Nama : Nn. “V”
Usia : 18 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMK
36
2) Keluhan utama : Merasa lemas, sering capek, dan pusing sudah
hampir 1 minggu
3) Riwayat menstruasi
a. Usia menarche : 12 tahun
b. HPHT : 20-10-2022
c. Siklus : 28 hari, teratur
d. Lama haid : 7 hari
e. Banyak darah : 3-4 pembalut tiap hari
f. Keluhan haid : Tidak ada keluhan
g. Flour Albus : Sebelum haid tidak bau, tidak gatal.
4) Riwayat kesehatan pasien:
Klien tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau penyakit menurun.
Klien tidak pernah opname di rumah sakit. Klien sakit batuk pilek panas
dan biasanya berobat rawat jalan di Puskesmas. Klien tidak pernah
meminum tablet tambah darah. Klien memiliki riwayat penyakit lambung
tetapi tidak sampai dirawat di RS.
5) Riwayat kesehatan keluarga:
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes,
asma, jantung, kanker/tumor, ataupun penyakit penular.
6) Pola kebiasaan sehari-hari :
Nutrisi dan Makan 2-3 kali/hari porsi cukup, nasi lauk pauk, tidak suka
cairan sayu-sayuran, disertai makanan selingan berupa
snack/camilan, minum susu tidak setiap hari, minum air
putih >1 liter/hari
Eliminasi BAB 1 kali/hari, BAK > 4 kali/hari, tidak ada keluhan
Istirahat Tidur malam 7-8 jam, klien jarang tidur siang karena
sekolah, saat libur disempatkan tidur siang 1-2 jam
Personal Mandi 2 kali/hari, keramas tiap 2-3/minggu, gosok gigi 2
hygiene kali/hari, ganti celana dalam 2 kali/hari
37
Aktivitas Sehari-hari klien sekolah full day hari Senin-Jumat jam
06.30 sampai 16.00. Jika ada kegiatan ekskul pulang jam
17.00.
Kebiasaan Klien tidak merokok minum jamu dan minum-minuman
sehari-hari keras. Klien belum menikah dan belum pernah melakukan
hubungan seksual.
3) Pemeriksaan fisik
a. Wajah : pucat, tidak oedem
b. Mata : konjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada sekret
c. Hidung : pernapasan melalui hidung, tidak ada sekret
38
d. Mulut : bibir lembab, mukosa merah muda, tidak ada karies,
tidak ada gigi berlubang
e. Telinga : simetris, tidak ada sekret di kedua telinga
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan ena jugularis
g. Dada : payudara simetris, papila mammae masih tenggelam,
tidak teraba benjolan/massa abnormal. tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal, tidak ada
benjolan/massa abnormal
i. Ekstremitas : tidak sianosis kuku, tidak ada varises
j. Postur : tegak
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (Hb 10 gr/dl)
b) Konseling Gizi
4.6 Implementasi
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan, bahwa Hb (10 gr/dl), klien
mengalami anemia ringan, pasien memahami hasil pemeriksaan.
2) Menjelaskan tentang anemia (anemia adalah kondisi dengan kadar Hb
dalam darah dibawah normal dan penyebab anemia adalah kekurangan zat
bezi) klien menerima dan memahami penjelasan petugas kesehatan.
3) Menganjurkan klien mengkonsumsi sayur-sayuran yang berwarna hijau
dan makanan yang mengandung zat besi seperti ( hati ayam, telur, ikan),
pasien mengerti dan akan melakukannya dirumah.
4) Memberikan tablet Fe dengan dosis 1X1 tablet sebanyak 20 tablet, pasien
bersedia meminumnya dirumah.
5) Menganjurkan klien untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi ,pasien bersedia
control ulang..
4.7 Evaluasi
Tanggal : 31 Oktober 2022
Jam : 09.30 WIB
41
Tempat : Puskesmas Suruh
S : Pasien memahami penjelasan yang telah diberikan petugas
O : Tablet tambah darah sudah diberikan
A : Nn “V” usia 18 tahun dengan anemia ringan
P : Anjurkan kunjungan ulang 2 ninggu lagi
BAB 5
PENUTUP
42
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan kebidanan pada remaja Nn. “V” Usia 13
Tahun di Puskesmas Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengkajian data dasar dilakukan pada Nn. “V”, saat pengamatan pertama
kali yaitu ketika kunjungan pertama kali. Anamnesa dilakukan secara
menyeluruh dan terfokus terutama terhadap keluhan yang dialami klien,
riwayat menstruasi termasuk keluhan selama menstruasi, dan pola
kebiasaan sehari-hari klien. Pada pengkajian data obyektif yang dilakukan
pada kasus Nn. “V” dilakukan secara menyeluruh mulai dari pemeriksaan
umum, pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium untuk mengidentifikasi tanda gejala anemia.
2. Penentuan diagnosa pada kasus Nn. “V” usia 18 tahun sudah disesuaikan
dengan temuan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Dalam kasus ini
ditemukan adanya masalah yaitu merasa lemas, sering capek, dan pusing
sudah hampir 1 minggu.
3. Pada kasus teridentifikasi ada masalah potensialyaitu potensial terjadinya
anemia berat.
4. Pada kasus ini diperlukan pemberian tablrt Fe dan KIE tentang nutrisi
seimbang.
5. Pada kasus, perencanaan yang dilakukan adalah penatalaksanaan sesuai
dengan rencana asuhan pada teori.
6. Pada penatalaksaan kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh rencana
asuhan dapat dilaksanakan seluruhnya.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.
5.2 Saran
43
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
klinis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dan permasalahannya
sesuai dengan evidence base terkini terkait penatalaksanaan dari permasalahan
yang muncul
5.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan
dan meningkatkan keterbukaan terhadap pola asuh anak dan remaja untuk
meningkatkan kualitas generasi penerus.
5.2.3 Bagi Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan diharapkan dapat menjadikan laporan ini sebagai
referensi studi kasus permasalahan kesehatan remaja dengan standar operasional
yang berlaku dan berdasarkan evidence base terkini.
5.2.4 Bagi Profesi kesehatan Khususnya Kebidanan
Bagi profesi kebidanan diharapkan dapat menjadi referensi sebagai upaya
mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan remaja.
44
DAFTAR PUSTAKA
45