Kaidah Dalalah Al-Alfazh Ala Al-Ahkam
Kaidah Dalalah Al-Alfazh Ala Al-Ahkam
Kaidah Dalalah Al-Alfazh Ala Al-Ahkam
Dibuat Menjadi Bahan Presentasi Serta Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pada Mata Kuliah “Qawaid al-Tafsir”
Oleh :
Kelompok 3
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Qawaid al-Tafsir.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada al-Ustadz Muhammad Tajuddin,
S.Si, M.Ag., sebagai dosen mata kuliah Qawaid al-Tafsir yang telah memberikan
arahan sehingga mempermudah kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga
makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dalam bidang Qawaid al-Tafsir.
Terima Kasih
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. .Pengertian Dalalah Al-Alfazh ‘Ala Al-Ahkam........................................3
B. Dalalah Al-‘Ibarah....................................................................................3
C. Dalalah Al-Isyarah....................................................................................5
D. Dalalah Al-Dalalah...................................................................................6
E. Dalalah Al-Iqtidha’...................................................................................8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bahasa Al Qur’an, Bahasa Arab memiliki berbagai macam
dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit dijumpai lafazh yang kadang kala
bisa memiliki berbagai macam arti. Dalam Al-Qur’an banyak dijumpai
istilah yang biasa dipakai untuk menunjukkan makna tertentu, seperti
lafazh dalalah, mantuq, mafhum dan lain sebagainya.
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan
dalam mengkaji hukum Islam adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang
mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui
dalil- dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui
nash- nash syara dan hukum-hukum yang ditunjukkannya.
Sementara cara penunjukan lafal terhadap makna, dalam
terminologi ulama Ushul, biasanya dibatasi pada penunjukkan secara jelas
dan tegas, secara isyarat, secara tidak langsung, dan secara kehendak syara'
( )االقتضاءyang terkandung di dalamnya. Makalah ini secara sederhana akan
memberikan gambaran tentang persoalan kaidah-kaidah tentang
penunjukan makna (Dalalah al-‘Ibarah, Dalalah al-Isyarah, Dalalah al-
Dalalah dan Dalalah al-Iqtidha’).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam?
2. Apa saja pembagian dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam menurut
kalangan Hanafiyah?
3. Bagaimana kaidah-kaidah dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam
2. Untuk mengetahui macam-macam dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam
menurut kalangan Hanafiyah
3. Untuk mengetahui kaidah-kaidah dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Makna dalalah secara umum adalah memahami sesuatu atas sesuatu. Kata
B. Dalalah Al-‘Ibarah
1. Pengertian
Para ulama ushul, menggunakan istilah dalalah al-‘ibarah atau
‘ibarah al-nash untuk satu pengertian. Secara bahasa ‘ibarah adalah isim
1
Agus Miswanto, Metode Istinbath Hukum Islam (Magelang: Magnum Pustaka Utama, 2019),
h.171
3
(masdar) dari
َ‘( عَّبabbara) yaitu suatu lafazh. Ibarah dapat juga diartikan
2
2
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, 14th edn (Surabaya: Pustaka
4
Progressif, 1997), h. 889
3
Desi Asmaret and Dedi Sumanto, ‘Penunjukan Lafazh Terhadap Hukum (Dilalah) Berbentuk Ibarah
Al-Nash’, Al-Himayah, 3.1 (2019), 88–91.
5
C. Dalalah Al-Isyarah
1. Pengertian
Para ulama ushul kadang menggunakan istilah dalalah al-isyarah
atau isyarah al-nash , dalam pengertian yang sama. Al-isyarah secara
bahasa artinya penunjuk, yang menunjukan, yang mengarahkan.
Sementara secara istilah, para ulama ushul mendefiniskan sebagai berikut:
a) Abdul Wahab Khallaf
“Yang dimaksudkan dengan isyarah al-nash adalah makna yang
tidak cepat ditangkap (difahami) dari lafaz-lafaznya dan tidak
pula yang dimaksudkan dari yang dikekehendaki (lafaz), tetapi
itu adalah makna yang seharusnya untuk makna cepat difahami
dari lafaz-lafanya.”
b) Al-Sarkhasy
Mendefinisikan dalalah al-Isyarah dengan: “Apa yang
terungkap memang bukan ditujukan untuk itu, Namun dari
perhatian yang mendalam ditemukan suatu makna dari lafazh
itu, tidak lebih dan tidak kurang”4
4
Al-Sarkhasy, Ushūl Al-Sarkhasy, 1st edn (Beirut: Dār al-Kutub al-IIlmiyah, 1993), h. 236–37.
5
Musthafa Sa’id Al-Khin, Asar Al-Ikhtilāf Fi Al-Qawā’id Al-Ushūliyah Fiikhtilaf Al-Fuqahā’ (Beirut:
Muassasah al-Risālah, 1981), h. 129.
6
tersebut menurut kelazimannya (makna lafazh yang ditangkap secara
tersirat/implisit). Untuk mengetahui makna isyarah ini memerlukan
perenungan/ta’mul.
D. Dalalah Al-Dalalah
1. Pengertian
Dalalah al-dalalah atau dalalah al-nash , kedua istilah ini digunakan
oleh para ulama ushul dengan makna yang sama. Nash secara bahasa
adalah teks atau tulisan. Sementara al-dalalah maknanya adalah petunjuk
atau penunjukan. Sementara secara istilah, dalalah al-nash didefiniskan
oleh para ulama ushul sebagai berikut:
7
6
Ibid., h. 131
8
a) Abdul Wahab Khallaf
Dalalah al-nash adalah makna yang difahami dari ruhnya
(nash/teks) dan melalui proses berfikir (ma’qulah).
b) Wahbah Al-Zuhaili
Dalalah al-nash adalah penunjukan lafaz dengan metode
penelusuran hukum dan illatnya, bukan dengan jalan (metode)
ibarat (redaksi) dan isyarat (indicator). Seperti tergabungnya
dua peristiwa dalam satu illat hukum; atau sesuatu yang
didiamkan adalah lebih utama dari yang diucapkan. Dan hal itu
dapat diketahui melalu metode bahasa tanpa memerlukan
ijtihad ataupun qiyas.
َ َ قل.ُ َف َل َت. ..
ًوال.ْ َُلما َق .ن.ْ ف ََوال َت¹ ٍّ َُلمٓا ُأ
َكِ رًيا ُها َوُقل
َ ُه ر
ْ َ
9
7
Muhammad Abu Zahrah, Ushūl Al-Fiqh (Kairo: Dār al-Fikr al-’Arabi, 1958), h. 141.
1
“…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.”
E. Dalalah Al-Iqtidha’
1. Pengertian
Dalalah al-Iqtidha’ atau sebagian ulama menggunakan istilah
Iqtidha’ al-Nash . Secara bahasa, iqtidha’ berarti meminta (thalab).
Sedangkan secara istilah adalah penunjukan suatu lafazh terhadap suatu
makna yang tidak dapat berdiri sendiri kecuali dengan mentakdirkan
lafazh lain yang tersembunyi.8
Abdul Wahab Khallaf di dalam kitab ilmu ushūl al-Fiqhnya
mengatakan, Iqtidha’ al-Nash adalah: lafazh yang menunjukkan kepada
sesuatu yang tidak disebutkan yang makna kebenarannya atau
keshahihannya tergantung kepada yang tidak disebutkan.9
َتةُ َوٱل َد ُم َو َ ُْل م ٱ ْلنِ زيِ ر ََومٓا ُِأ ه َل.ح ِ ْت َعَْلي ُك ُم ٱلْ َ ْمي
¹ ُ
لِ َْغ ِْي ٱ َرم
ََّ ل
...لِ بِه
1
8
Ibid., h. 143
9
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushūl Al-Fiqh (Kairo: Dār al-Qalam, 1978), h. 150.
1
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih atas nama selain Allah…”
Sabda Rasulullah
saw
Jika dilihat secara zhahir dari redaksi hadis diatas, dapat dipahami
bahwa terdapat tiga perkara yang telah dihilangkan (diangkat) dari umat
Islam, yaitu kesalahan, lupa dan perbuatan yang dipaksa. Sementara
realitasnya sangat berbeda. Umat Islam tetap saja ada yang melakukan
kesalahan, lupa ataupun melakukan perbuatan yang dipaksa. Maka
sesungguhnya dalam nash di atas terdapat lafazh yang terbuang, yaitu
lafazh
إُِْث (itsmu) yang berarti dosa. Dengan kata lain, yang diangkat dari Umat
َعلَْيِ ه
1
ُهْوا رِف ع َع
ْ ُ َ
سُت ْن
ْك َُأميت
ر ( ِْإ ُث
)ا
ْ َلَطُأ
َوالنِ ¹
ْسَيا
ُن
ََوما
1
“Dihilangkan (dosa) dari umatku yaitu: kesalahan, lupa dan karena
terpaksa.”
1
َل ْي ْدع ََن.ف
ُ َ
ِدي ه
“Maka biarlah ia memanggil suatu َُ
tempat.”
menjadi:
ِ
ُ ل ي دع أهل ََن دي َه.ف
ُ ْ َ َْ
“Maka biarlah ia memanggil golongannya (untuk menolong).”
َوَأدٌَاء
ِِب ْل َم ْع ¹ِ ف َ َم ْن ُعف ِ َلُه ِ َأ ِخ يه ِ ْي ٌء َفات. ..
َش م
ُرو ِف ع
ٌ َبا َي
ْن
. . . إِلَيه ِ ِِ ْح َس ا ٍّن
ْ
ِب
“...Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan
1
cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)
…”
1
Dalam pandangan syara’, perintah untuk bersikap baik
bagi orang yang memaafkan kepada orang yang diberi maaf
memberikan imbalan harta benda kepada yang memaafkan.10
10
Muhammad Abu Zahrah op. cit., hal. 134
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an dan Hadis terdiri dari berbagai lafazh (kata) dan
tentunya setiap kata mengandung makna. Makna yang ditangkap dari
lafazh tersebut adalah dalalah al-alfazh ‘ala al-ahkam. Dalalah al-alfazh
‘ala al-ahkam adalah petunjuk pada lafazh-lafazh atas suatu hukum.
Penunjukan lafazh menurut Hanafiyah terbagi menjadi empat yaitu
dalalah al-‘ibarah, dalalah al-isyarah, dalalah al-nash dan dalalah al-
iqtidha’. Apabila dua yang pertama berusaha menemukan maksud
pembicara baik yang tersurat (‘ibarah) maupun yang tersirat (isyarah) dari
makna secara langsung, maka dua yang terakhir berusaha menemukan
tujuan syar’i yang tidak tertulis dalam teks baik melalui perluasan makna
teks (dalalah al-dalalah) maupun penyisipan (iqtidha’).
1
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad, Ushūl Al-Fiqh (Kairo: Dār al-Fikr al-’Arabi, 1958)
Al-Khin, Musthafa Sa’id, Asar Al-Ikhtilāf Fi Al-Qawā’id Al-Ushūliyah Fiikhtilaf
Al-Fuqahā’ (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1981)
Al-Sarkhasy, Ushūl Al-Sarkhasy, 1st edn (Beirut: Dār al-Kutub al-IIlmiyah, 1993)
Asmaret, Desi, and Dedi Sumanto, ‘Penunjukan Lafazh Terhadap Hukum
(Dilalah) Berbentuk Ibarah Al-Nash’, Al-Himayah, 3.1 (2019), 84–101
Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushūl Al-Fiqh (Kairo: Dār al-Qalam, 1978)
Miswanto, Agus, Metode Istinbath Hukum Islam (Magelang: Magnum Pustaka
Utama, 2019)
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, 14th edn
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997)