Bencana
Bencana
Bencana
TENTANG
PENANGGULANGAN BENCANA
MEMUTUSKAN:
BAB I
5
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
LANDASAN, ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
BAB IV
KELEMBAGAAN
Pasal 9
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Pasal 10
Pasal 11
Masyarakat berkewajiban:
a. Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b. Berperan aktif dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan
bencana;
d. Memberikan informasi yang benar tentang data diri;
Bagian Kedua
Hak, Kewajiban dan Peran
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Usaha dan
Lembaga Internasional
Paragraf 1
Lembaga Kemasyarakatan
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Paragraf 2
Lembaga Usaha
Pasal 15
Paragraf 3
Lembaga Internasional
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Kedua
Prabencana
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(3) Materi pendidikan formal sebagaimana dimaskud Ayat (2) disusun dalam
suatu kurikulum muatan lokal.
(4) Kurikulum muatan lokal sebagaimana dimaksud pada Ayat (3)
diselenggarakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Ketiga
Tanggap Darurat Bencana
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Penetapan status darurat bencana untuk skala kota ditetapkan oleh Walikota
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
23
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Bagian Keempat
Pasca Bencana
Pasal 48
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c meliputi:
a. Rehabilitasi; dan
b. Rekonstruksi.
Pasal 49
Pasal 50
BAB VII
PENDANAAN DAN BANTUAN BENCANA
Bagian Kesatu
Pendanaan
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
Bagian Kedua
Pengelolaan Bantuan Bencana
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
(1) Bantuan dapat berupa pangan dan non pangan serta pekerja kemanusiaan
atau relawan.
27
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
28
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 61
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 64
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 65
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 66
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini diatur lebih
lanjut oleh Peraturan Walikota.
Pasal 68
DUDUNG E. DIREDJA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 02 TAHUN 2012
TENTANG
PENANGGULANGAN BENCANA
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan”
termanifestasikan dalam penanggulangan bencana
sehingga Peraturan Daerah ini memberikan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia, harkat dan martabat setiap warga daerah
Kota Tangerang Selatan secara proporsional.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa
setiap materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga daerah
tanpa kecuali.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa materi
muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana
tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar
belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
gender, atau status sosial.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan” adalah
bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan
keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.
35
Huruf i
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam
proses penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat”
adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus
dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntutan keadaan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah
bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan
penanggulangan harus mendapat prioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah
bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada
koordinasi yang baik dan saling mendukung.
Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh
berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada
kerja sama yang baik dan saling mendukung.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah
bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan.
Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan
37
Huruf m
Yang dimaksud dengan “membangun kembali ke arah
yang lebih baik” adalah proses dan penyelenggaraan
penanggulangan bencana menghasilkan kondisi yang
lebih baik daripada kondisi semula.
Huruf n
Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah
penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan
bagian tidak terpisahkan dari proses pembangunan
dan pengelolaan sumber daya yang terencana dan
tersistematis.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Yang dimaksudkan “pengungsi” disini adalah sebagai korban
bencana yang berasal dari Kota Tangerang Selatan kemudian
mengungsi keluar Kota dan/atau berasal dari luar Kota yang
mengungsi ke wilayah Kota Tangerang Selatan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud perlindungan masyarakat terhadap proses
ganti rugi dan kelangsungan hidup adalah tanggungjawab
pemerintah daerah terhadap bencana berstatus bencana
daerah. untuk memastikan adanya proses ganti rugi dan
menjamin ketersediaan mata pencaharian termasuk warga
yang direlokasi karena resiko bencana.
39
Huruf f
Pengalokasian dana penanggulangan bencana meliputi
alokasi dana untuk program pra bencana, saat bencana, dan
pasca bencana.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Pemulihan meliputi program rehabilitasi dan rekonstruksi
akibat bencana berstatus daerah.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pelaksanaan kerjasama antar daerah dalam penanggulangan
bencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Pemerintah daerah berwenang dalam pengambilan kebijakan
untuk melindungi masyarakat dari pendistribusian bantuan
40
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian ganti rugi dengan mempertimbangkan
kemampuan daerah. Kepemilikan benda tidak bergerak harus
dapat dibuktikan dengan bukti kepemilikan yang sah.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
42
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “analisis resiko bencana” adalah
kegiatan penelitian dan studi tentang kegiatan yang
memungkinkan terjadinya bencana.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
43
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kelompok rentan bencana
adalah anggota masyarakat yang membutuhkan
bantuan karena keadaan yang disandangnya
diantaranya kelompok lanjut usia, penyandang cacat,
anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “anak-anak” adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun
sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
44
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penyandang cacat” adalah
orang dengan kemampuan berbeda sebagai suatu
upaya afirmasi atas dasar hak asasi manusia
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dana ”siap pakai” yaitu dana yang
dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan
sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
45
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Yang dimaksud dengan kegiatan pembangunan yang mempunyai
resiko tinggi menimbulkan bencana adalah kegiatan pembangunan
yang memungkinkan terjadinya bencana antara lain pengeboran
minyak bumi, pembuatan senjata nuklir, pembuangan limbah,
eksplorasi tambang, pembabatan hutan.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud dalam
Pasal ini adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, serta peraturan perundang-undangan
lainnya yang berlaku
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.