Modul 3 Manajemen Lembaga Dakwah PDF
Modul 3 Manajemen Lembaga Dakwah PDF
Modul 3 Manajemen Lembaga Dakwah PDF
MATERI 3
Peranan Manajemen Dakwah
Di susun Oleh :
Hendi Suhendi, S.Sos.I., MM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
A. Pengantar
Matakuliah manajemen Lembaga dakwah memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa secara teoritis dan praktis mengenai pengelolaan atau manajemen dalam
kegiatan dakwah, baik dakwah secara individu ataupun melalui organisasi dakwah di
masyarakat mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan
tindakan perbaikan kedepan.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peranan manajemen dakwah
D. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan system online dimana mahasiwa melakukan aktivitas
pengunduhan modul, ikut forum diskusi, isi quiz dan mengerjakan tugas.
E. Materi Ajar
Peranan Manajemen Dakwah
Era Industri 4.0 atau yang dikenal dengan Internet Of Think bukan hanya berlaku
dalam dunia bisnis, tetapi berdampak dalam segala aspek kegiatan organisasi, termasuk dalam
kegiatan dakwah. Para Da’i saat ini menghadapi tantangan dan permasalahan dakwah yang
sangat komplek, karena harus mengikuti kondisi zaman. Untuk memecahkan semua tantangan
dan permasalahan tersebut membutuhkan ilmu manajemen. Siagian menyebutkan dalam Munir
(2015) bahwa abad ini merupakan abad manajemen, kerana segala sesuatu memerlukan
pengelolaan dan pengetahuan. Selai itu Chesther J. Barnard menyatakan tidak ada suatu hal
untuk akal modern saat ini yang lebih penting dari adminitrasi dan manajemen.
Dengan demikian sangat penting mengkaji dan mengembangkan manajemen
termasuk dalam kegiatan dakwah. Hal itu mengingat pengertian dan lapangan dakwah sangat
luas dan tentu tidak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri, maka aktivitas dakwah harus
dikelola secara baik dalam sebuah organisasi dakwah agar dapat berjalan efektif dan mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dalam sebuah organisasi dakwah peranan manajemen sangat mempengaruhi seluruh
aktivitas dakwah. Mitzbererg menyatakan bahwa secara umum peran manajerial dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kegiatan diantaranya :
1. Berkaitan dengan hubungan antar pribadi
a. Pemimpin lambang
b. Pemimpin
c. Penghubung
2. Berkaitan dengan informasi
a. Pemantau
b. Penyebar
c. Juru bicara
3. Berkaitan dengan pengambilan keputusan
a. Wirausahawan
b. Pengendalian gangguan
c. Pengalokasian sumber daya
d. Perundingan
Dalam manajemen dakwah, hasil yang difokuskan ada;ah sasaran dakwah yang
menjadi target bgi aktivis dakwah yang direalisasikan dalam bentuk konkrit. Oleh karena itu,
diperlukan Tindakan kolektif dalam bentuk Kerjasama sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan yang dimiliki oleh para pelaku dakwah, sehingga masing-masing mampu
memberikan kontribusi yang maksimal secara professional.
Kapasitas peranan manajemen dakawah dalam hal ini adalah melakukan Kerjasama
secara harmonis yang merupakan sebuah usaha kolektif, terwujud dalam sebuah organisasi
yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas sesuai dengan bidangnya, diatur menurut
prinsip-prinsip manajemen. Bila kondisi tersebut berjalan, maka tujuan dari organisasi dakwah
akan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Ujan Poltak Sinombela. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. 2018
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 60
M. Ali Azis, Ilmu Dakwah Kencana, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004), h.109
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 42
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004) hal. 75
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 688
Susanto Astrid, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. (Bandung: Bina Cipta,1997), h. 7
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al -Ikhlas, 1983), h. 163
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 28
Al-Wirsal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da’i dan Khathib
Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 41
M. Quraish Syihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 15
Syamsuri Siddiq, “Dakwah dan Teknik Berkhuthbah”, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), h. 5
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
Abstract
The main problem of this research is the role of da'wah management in religious
activities in the Islamic Community section in the office of the Ministry of
Religion, Gowa Regency. Then presents 2 sub-problems, namely religious
activities carried out in the Islamic Community section in the office of the
Ministry of Religion, Gowa Regency and the efforts of the Islamic Bimas section
in organizing religious activities in the office of the Ministry of Religion of Gowa
Regency. The results of this study indicate that religious activities carried out in
the Islamic Community Guidance Section in the Office of the Ministry of Religion
of Gowa Regency are: 1) Counseling of Instructors and Executives, 2) Guidance
of Mosque 3) Development of Sakinah Families 4) Development of Endowments
Zakat. In arranging religious activities in the Islamic Community Guidance
Section has implemented Da'wah management functions, among others: Takhthit
(missionary planning), Tanzhim (organizing), Tawjih (movement /
implementation), Riqabah (control), and evaluation.
PENDAHULUAN
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Oleh karenanya
kita sesama manusia harus saling mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan
dan mencegah dari kemunkaran. Sudah menjadi tugas kita sebagai umat Islam
untuk menyampaikan ajaran Islam atau dakwah. Mengingat kondisi masyarakat
yang semakin maju dan plural, maka upaya penyebaran Islam membutuhkan
inovasi- inovasi dan strategi penyebarluasan Islam, sehingga Islam dapat
diterima dan tersebar di belahan dunia. Kegiatan keagamaan dapat berjalan secara
efektif, apabila para penyelenggara kegiatan terlebih dahulu mengidentifikasi,
mengantisipasi dan akan muncul serta dilengkapi dengan objek secara tepat.
277
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
Dengan dasar tersebut disusunlah suatu rancangan ke depan yang ditunjang oleh
para pelaksana keagamaan yang berkemampuan tinggi, teratur dalam satuan
organisasi, digerakkan dan diarahkan pada kegiatan keagamaan. Mahmuddin
(2014:7) Melihat betapa pentingnya manajemen kegiatan keagamaan,
Kementerian Agama Kabupaten Gowa pada Seksi Bimas Islam memiliki
beberapa kegiatan diantaranya yaitu: Pembinaan Penyuluh dan Penghulu,
Pembinaan Kemasjidan, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Pembinaan Zakat
Wakaf. Manajemen yang dilakukan dalam kegiatan keagamaan tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat pokok
permasalahan bagaimana peran manajemen dakwah dalam kegiatan keagamaan
pada seksi bimas Islam di kantor kementerian agama kabupaten gowa.
Pokok masalah tersebut, dijabarkan dalam bentuk sub masalah sebagai
berikut:
278
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak lain, dapat memberi
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis diantara lain yaitu:
1. Secara teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan, dapat menambah
pengetahuan, pemahaman, dan wawasan dalam teori dan
implementasinya untuk penelitian terhadap peran manajemen dakwah
dalam kegiatan keagamaan pada Seksi Bimas Islam di Kantor
Kementerian agama Kabupaten Gowa.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pembaca dalam melakukan suatu penelitian dan dapat memberikan
kontribusi guna pengembangan ilmu pengetahuan di bidang studi
Manajemen Dakwah.
METODOLOGI
Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini
279
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai sumber
daya, mencakup manusia (man), uang (money), barang (material), mesin
(machine), metode (methode), dan pasar (market). Zainal Muchtarom (1996: 35)
(Namun secara khusus definisi manajemen, seperti yang dikedepankan oleh G. R.
280
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
Pengertian Dakwah
Kata dakwah adalah berasal dari bahasa Arab yaitu دعب يذعى دعىة. Kata
dakwah merupakan masdar dari kata kerja دعب, madi يذعىsebagai mudhari yang
berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa dan semacamnya. Muliaty Amin
(2009:1) Pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dakwah dapat diartikan
sebagai aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam
menyampaikan ajaran Islam, yang berupa perintah untuk melakukan kebaikan
dan mencegah dari perbuatan kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar) dalam semua
segi kehidupan. Surah Ali Imran ayat 104 bisa dijadikan dasar bahwa dakwah
adalah tugas kolektif seluruh umat islam. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat
berikut:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Departemen Agama RI (2008:63)
281
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
dikutip oleh Hamriani mengemukakan bahwa, penggunaan dua kata yang berbeda
itu menunjukkan keharusan adanya dua kelompok dalam masyarakat
Islam.Kelompok pertama yang bertugas mengajak, dan kelompok kedua yang
bertugas memerintah dan melarang.Kelompok kedua ini tentulah memiliki
kekuasaan di bumi. Hamriani (2013:15)
282
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
getaran batin, yang dapat mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut,
kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta alam sekitarnya. Dari aspek
inilah manusia dengan tingkah lakunya itu, merupakan perwujudan
(manifestasi) dari “pola hidup” yang telah membudaya dalam batinnya,
dimana nilai-nilaikeagamaan telah membentuknya menjadi rujukan
(referensi) dari sikap, dan orientasi hidup sehari-hari.
b. Aspek Objektif (doktrinair) Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-
nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang
sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian belum
masuk ke dalam batin manusia, atau belum membudaya dalam tingkah laku
manusia, karena masih berupa doktrin (ajaran) yang objektif berada di luar
diri manusia. Oleh karena itu, secara formal, agama dilihat dari aspek
objektif dapat diartikan sebagai “peraturan yang bersifat illahi (dari Tuhan)
yang menuntun orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia, dan memperoleh kebahagiaan hidup di
akhirat”. H.M. Arifin (1994:1-2)
283
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
PEMBAHASAN
284
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
285
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
Setiap kegiatan yang dilakukan tidak pernah lepas dari yang namanya
manajemen. Karena manajemen itu mengandung arti proses kegiatan . Proses
tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya untuk memudahkan mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana
yang dilakukan Seksi Bimas Islam dalam memanage kegiatan keagamaan di
Kantor Kementerian Agama yang meliputi perencanaan (Takhthit),
Pengorganisasian (Tanzhim), Penggerakan (Tawjih), Pengawasan (Riqabah),
dan Pengevaluasian.
1. Perencanaan (Takhthit)
Perencanaan merupakan langkah awal dalam merancang dan membuat
suatu kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebagaimana yang
dilakukan di Kantor Kementerian Agama Pada Seksi Bimas, di mana dalam
membuat suatu kegiatan maka hal yang paling utama dilaksanakan adalah
menyusun sebuah rencana.
Menurut Armin S. S., selaku staff bagian peyusun bahan pembinaan pada
Seksi Bimas di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa mengemukakan
bahwa adapun perencanaan yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan persuratan terlebih dahulu
b. Meninjau lokasi yang akan diadakan kegiatan yang akan dilaksanakan
c. Mengatur Jadwal kegiatan
d. Mempersiapkan Materi yang akan disampaikan pada kegiatan yang akan
dilaksanakan
e. Anggaran, atau biaya yang akan digunakan pada kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Dari pernyataan tersebut di atas, bahwa perencanaan itu sangatlah penting
guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Karena dengan perencanaan dapat
memudahkan dalam merancang dan ketika melaksanakan kegiatan tersebut.
286
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
287
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
PENUTUP/SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan
pada bab sebelumnya, berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang
dapat diambil mengenai Peran Manajemen Dakwah dalam Kegiatan Keagamaan
pada Seksi Bimas Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa.
1. Kegiatan keagamaan yang dilakukan pada Seksi Bimas Islam di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Gowa antara lain seperti pembinaan
penyuluh dan penghulu, pembinaan kemasjidan, pembinaan keluarga
sakinah, dan pembinaan zakat wakaf.
2. Dalam Memanage Kegiatan Keagamaan pada Seksi Bimas Islam di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa sudah berjalan baik
karena telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dakwah yang
meliputi: Takhthit (perencanaan dakwah), Tanzhim (pengorganisasian),
Tawjih (pergerakan/pelaksanaan), Riqabah (pengendalian), dan evaluasi.
288
Jurnal Tabligh Volume 19 No 2, Desember 2018 :277 – 290
Kegiatan Keagamaan yang dilakukan pada seksi Bimas Islam sudah baik, namun
dalam melaksanakan kegiatan keagamaan sebaiknya menambah sarana dan
prasarana agar kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai rencana.
1. Dalam memanage Kegiatan Keagamaan Seksi Bimas Islam sudah
menerapkan fungsi-fungsi manajemen dakwah yang meliputi
perencanaan (Takhtiht), pengorganisasian (Tanzhim), penggerakan
(Tawjih), Pengawasaan (Riqabah) dan Pengevaluasian. Fungsi-fungsi
manajemen ini telah diterapkan dengan baik meskipun masih terdapat
kekurangan dan kelemahan. Dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dakwah maka kegiatan keagamaan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
289
Peran Manajemen Dakwah dalam...(Hasaruddin, Sri Wahyuni)
DAFTAR PUSTAKA
Amin Muliaty, Pengantar Ilmu Dakwah. Makassar: Alauddin Press, 2009
Arifin H. M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta
: PT Golden Terayon Press. 1994.
290
Abdul Mujib: The Method of Hypno-circumcision in Klinik Khitan Plus Hypnosis in Pabuwaran...
URGENSI MANAJEMEN
DALAM PENGEMBANGAN AKTIVIT AS DAKW
AKTIVITAS AH
DAKWAH
Wahyu Budiantoro
Pascasarjana Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Purwokerto
budiantoro.wahyu@yahoo.co.id
Abstract: Da’wah in practical terms, always in touch with the community. There-
fore requires a specific set of supporters in achieving its objectives, namely
the setting or the good management and direction. In missionary activity
there will be a very complex problem, if no good management, systematic,
and purposeful. Implementation of propaganda will work effectively and
efficiently when it first be able to identify the problems faced by the com-
munity. Then, on the basis of control of the situation and conditions for
propaganda, formulate an appropriate plan. The dynamics of the problem
requires people with a variety of actors preaching able to devise a proper
plan-as the basis of a movement dakwah-, and arrange and organize the
subject of preaching in a certain propaganda units. To realize and ground
the teachings of Islam in public life, the propaganda must be properly man-
aged, to meet the needs of society.
Keywords: Management; Strategy; Da’wah
Abstrak: Dakwah dalam tataran praktis, selalu berhubungan dengan masyarakat.
Oleh karenanya membutuhkan seperangkap pendukung dalam mencapai
tujuan, yaitu pengaturan atau manajemen yang baik dan terarah. Dalam
aktivitas dakwah akan timbul masalah yang sangat kompleks, apabila tidak
dilakukan manajemen yang baik, sistematis, dan terarah. Penyelenggaraan
dakwah akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila terlebih dahulu
dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh
masyarakat. Kemudian, atas dasar pengendalian situasi dan kondisi tempat
untuk dakwah, disusunlah suatu rencana yang tepat. Dinamika masyarakat
dengan berbagai problemnya mengharuskan para pelaku dakwah mampu
menyusun rencana yang tepat –sebagai dasar dari sebuah gerakan dakwah-
, dan mengatur dan mengorganisir subjek dakwah ke dalam kesatuan-
kesatuan dakwah tertentu. Untuk mewujukan dan membumikan ajaran-ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat, maka dakwah harus dikelola dengan
baik, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kata kunci:
kunci manajemen; strategi; dakwah.
PENDAHULUAN
Hakikat dakwah menurut Amrullah Ahmad, adalah tidak hanya sebatas
aktivitas oral communication. Akan tetapi, dakwah perlu dipahami sebagai
sebuah sistem untuk merealisasikan ajaran Islam, baik itu secara mikro
maupun secara makro. Secara mikro dakwah merupakan sistem yang saling
terkait antara da’i, mad’u, media, materi, metode dan evaluasi. Sedangkan
secara makro, dakwah merupakan sub sistem dari sistem kehidupan masya-
rakat yang senantiasa hadir dan diperhitungkan keberadaannya di tengah-
tengah masyarakat.1
Oleh karena itu, kemajuan dan kemunduran suatu masyarakat, tidak
bisa hanya diteropong melalui aspek ekonomi, politik, dan sosial budaya
yang ada. Akan tetapi, dakwah (Islam) pun perlu diperhitungkan keber-
adaannya dalam suatu masyarakat. Hal ini karena bagaimanapun, aktivitas
atau kegiatan dakwah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
sistem kehidupan manusia.
Berdasar dari pemahaman dakwah sebagai sebuah sistem untuk me-
realisasikan ajaran Islam, maka sejatinya dakwah perlu dikelola secara
profesional. Atau dengan kata lain, aktivitas dakwah perlu didesain atau
direncanakan dengan matang, digerakkan, dan dilakukan evaluasi untuk
hasil yang maksimal. Oleh karena itu, menurut Abdul Basit kehadiran
manajemen dalam pengembangan aktivitas dakwah menjadi sesuatu yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi.2
Apalagi, menurut Abdul Munir Mulkhan, di tengah masyarakat kita
sekarang ini sering dijumpai fenomena “budaya kaset” yang berkembang di
kalangan para mubaligh, bukan sekadar dalam makna harfiah (pemutaran
kaset-kaset ceramah), tetapi juga para mubaligh tersebut menjadi dirinya
sebagai “kaset” yang akan berbicara hal yang sama atau topik yang sama,
walaupun masyarakat atau objek dakwahnya berbeda-beda.3
Melihat hal tersebut, menunjukkan bahwa dakwah yang dilakukan
selama ini terkesan asal-asalan atau tidak mempunyai visi dan misi yang
jelas dalam berdakwah. Tidak ada perencanaan yang matang terkait metode
dakwah, materi dakwah, atau strategi dakwah dan yang lainnya ketika me-
lakukan aktivitas dakwah. Padahal metode dakwah misalnya, seharusnya
mengikuti objek dakwah yang akan didakwahi. Karena bagaimanapun
setiap objek dakwah pasti mempunyai permasalahan hidup yang berbeda-
beda. Sebagai misal masalah kemiskinan. Seperti yang kita pahami,
REDEFINISI DAKWAH
DAKWAH
Jika kita berkaca pada sejarah Islam, kehadiran dan peran dakwah
senantiasa berinteraksi dengan dinamika atau perubahan sosial yang terjadi
di masyarakat. Dalam kehidupan Rasulullah, betapa kehadiran dan peran
dakwah mempunyai arti yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dan diajarkan
tentang masalah-masalah diniyah, melainkan juga diajarkan tentang bagai-
mana hidup bermasyarakat dan bernegara yang baik. Oleh karena itu, dak-
wah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari konteks
kehidupan masyarakat sebagai objek dakwahnya.5
Hal tersebut senada dengan definisi dakwah yang dijelaskan M. Natsir,
bahwa dakwah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada per-
orangan manusia dan seluruh umat manusia, tentang pandangan dan tujuan
hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar
dengan berbagai cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membim-
bing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan bernegara.6
Dewasa ini, jika memperbincangkan tentang dakwah, maka diperlukan
suatu pemahaman dan juga perubahan pemahaman dakwah secara kom-
prehensif, sehingga dakwah tidak kehilangan maknanya yang hakiki, dan
juga bisa mengena dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Karena pada
dasarnya, dakwah adalah suatu usaha atau ikhtiar untuk mengubah umat
manusia ke arah yang lebih baik.
Berangkat dari hal tersebut, menurut Saepul dan Ahmad, perlu kiranya
untuk melihat dakwah dari berbagai dimensi. Di satu sisi, dakwah memang
harus sanggup menawarkan suatu model ideal dari kehidupan yang dicita-
citakan. Sementara di sisi lain, dakwah juga dituntut harus tetap responsif
terhadap berbagai perubahan yang terjadi sebagai akibat interaksi antar
kehidupan umat manusia di satu pihak dan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di pihak lain. Oleh karena itu, dakwah harus
mampu memerankan dirinya sebagai suatu model pendekatan yang multi-
dimensi, sehingga tetap relevan dengan berbagai persoalan tempat dan
zaman.7
Peranan dakwah pada hakikatnya menurut Abdurrahman Wahid, ada-
lah turut melakukan transformasi sosial ke arah masyarakat yang lebih
dewasa, lebih demokratis, dan lebih mampu mengangkat derajat kema-
nusiaan. Transformasi sosial seperti itu, kata Gus Dur, agar tidak lebih me-
nyengsarakan masyarakatnya melalui kesenjangan sosial yang lebih besar
di masa depan, haruslah dilandasi oleh visi keadilan sosial yang jelas dan
utuh. Paling tidak, pada titik inilah agama (dakwah) dapat memberikan
sumbangan mendasar yaitu, menyuarakan hati nurani bangsa dalam upaya
menegakkan keadilan bagi semua warga masyarakat dan menjamin per-
samaan derajat dan hak masyarakat di depan undang-undang dan sistem
pemerintahan.8
MANAJEMEN DAKWAH
DAKWAH
Pengertian Manajemen
Dari segi etimologi, manajemen berasal dari bahasa Inggris yang
berupa kata kerja, yaitu to manage, yang sinonimnya antara lain to hand
(mengurus), to control (memeriksa), to guide (memimpin). Jadi, apabila
hanya dilihat dari asal katanya, maka manajemen adalah pengurusan, pe-
ngendalian, memimpin, atau membimbing.9
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah
proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran; atau
pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi.
Adapun menurut George R. Terry, manajemen adalah pengorganisa-
sian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber
lainnya. Sedangkan tokoh lainnya, yaitu James Stoner, menjelaskan bahwa
c. Actuating (pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah suatu fungsi atau teknik yang mendorong untuk
bergerak, agar anggota organisasi bekerja untuk mencapai maksud tertentu
secara efektif dan efisien.
d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan adalah mengadakan penilaian, koreksi dan evaluasi,
sehingga apa yang dilakukan oleh anggota organisasi atau lembaga, dapat
diarahkan kepada yang benar jika melenceng dari garis yang sudah
ditentukan. Hasil dari evaluasi pengawasan ini, dijadikan sebagai bahan
rekomendasi untuk kegiatan berikutnya.12
Manajemen Dakwah
Penyelenggaraan dakwah akan berjalan dengan efektif dan efisien apa-
bila terlebih dahulu dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang tengah
dihadapi oleh masyarakat. Kemudian, atas dasar pengendalian situasi dan
kondisi tempat untuk dakwah, disusunlah suatu rencana yang tepat.
Dinamika masyarakat dengan berbagai problemnya mengharuskan
para pelaku dakwah mampu menyusun rencana yang tepat –sebagai dasar
dari sebuah gerakan dakwah dan mengatur dan mengorganisir subjek
dakwah ke dalam kesatuan-kesatuan dakwah tertentu. Untuk mewujudkan
dan membumikan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat, maka
dakwah harus dikelola dengan baik, untuk memenuhi kebutuhan masya-
rakat.13
Aktivitas dakwah, dapat dikatakan berjalan dengan efektif, apabila
yang menjadi tujuannya dapat tercapai. Selain itu, dalam pencapaian ter-
sebut juga harus diberengi dengan pengeluaran “pengorbanan-pengor-
banan” yang wajar. Strategi dakwah yang didukung dengan metode yang
bagus, dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas
dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas, dimana cita-cita atau visi
misi sudah direncanakan dengan matang dan terarah. Atau dalam bahasanya
Yunan Yusuf, aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif, jika ke-
giatan lembaga atau organisasi dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-
prinsip manajemen.14
Dakwah dalam tataran praktis, yang selalu berhubungan dengan ma-
syarakat, membutuhkan seperangkat pendukung dalam mencapai tujuan,
yaitu pengaturan atau manajemen yang baik dan terarah. Hal tersebut
Dalam hal ini, menurut Abdul Munir Mulkhan, pelaku dakwah bukan
hanya seorang da’i saja, akan tetapi juga harus ada perencana dan pengelola
dakwah. Ketiganya dapat disebut sebagai da’i. Adapun perbedaannya ter-
letak pada bidang tugas yang sesuai dengan kecakapan, keterampilan, dan
ilmu yang dimiliki oleh seorang da’i sebagai subjek dakwah. Untuk hal
tersebut, dibutuhkan lembaga pendidikan tinggi dakwah dan organisasi-
organisasi dakwah yang dapat menyiapkan para pelaku dakwah yang
profesional.
Untuk mengatasi problematika kurangnya pelaku dakwah yang pro-
fesional, memang dibutuhkan kerja keras dari pada akademisi maupun
praktisi dakwah, untuk membangun formulasi keilmuan dakwah, baik dari
literatur klasik dan modern maupun melalui kajian-kajian ilmiah yang
bertitik tolak dari pengalaman empiris di lapangan. Selain itu, perlu adanya
kerja sama dan komunikasi yang baik dan berkelanjutan antara lembaga
pendidikan tinggi dan organisasi-organisasi dakwah yang tumbuh di
masyarakat dalam rangka menyiapkan kader-kader dakwah yang profe-
sional.
PENUTUP
Kemiskinan merupakan problem sosial yang terus menghantui bangsa
Indonesia, sampai detik ini. Pemerintah dan jajarannya terus berusaha
dengan program-programnya untuk mengentaskan kemiskinan. Dalam hal
demikian, dibutuhkan suatu gerakan perubahan sosial untuk meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik lagi. Dalam pelaksanaannya, pemerintah
tidak bisa melakukannya sendiri, butuh bantuan dari seluruh lapisan ma-
syarakat untuk membentuk suatu gerakan sosial, mencari sebuah solusi atau
jawaban untuk mengentaskan kemiskinan.
Sejatinya, hal ini sejalan dengan perjuangan (dakwah) Islam, untuk
selalu berusaha membuat perubahan ke arah yang lebih baik dalam men-
sejahterakan masyarakat. Dalam hal ini, kegiatan-kegiatan dakwah meru-
pakan bagian dari kehidupan umat beragama, sebagai aktivitas keimanan
dan tanggung jawab ketakwaan kepada Allah SWT, dan perwujudannya
bukan hanya sekadar dalam bentuk penghayatan ajaran saja, melainkan
pelaksanaan ajaran pada masyarakat.20
Oleh karena itu, dakwah tidak bisa hanya dimaknai sebatas ceramah
atau tausyiah di atas mimbar saja. Akan tetapi, lebih jauh dan lebih luas dari
ENDNOTES
12
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hal. 40.
3
Ibid.
4
Ibid., hal. 43.
5
Achmad Tirtosudiro dalam kata pengantar, Dawam Raharjo (ed), Model
Pembangunan Qaryah Thayyibah (Jakarta: Intermasa, 1997), hal. Xx.
6
Abdul Basit, “Epistemologi Dakwah Fardiyah dalam Perspekti Komunikasi
Antarpribadi” dalam Jurnal Komunika Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2007, hal. 81.
7
Samsul Munir Amin, Rekonsruksi Pemikiran Dakwah, hal. 5.
8
Asep Saepul dan Agus Ahmad, Metode Penenlitian Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia, 2003), hal. 17.
9
Abdurrahman Wahid, “Aspek Religius Agama-agama di Indonesia dan
Pembangunan”, dalam Masyhur Amin (ed.), Moralitas Pembangunan: Perspektif
Agama-agama di Indonesia (Yogyakarta: LKPSM, 1994), hal. 7.
10
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam
(Jakarta: Karya Aksara, 1986), hal. 9.
11
Dara Puspitasari, “Manajemen Mesjid Jami’ Nurul Khil’ah Dalam Mening-
katkan Pemahaman Fikih Keagamaan Pada Remaja di Pangkalan Jati Baru”,
Skripsi (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), hal. 15.
12
Saeful Nur Arif dan Iskandar Zulkarnaen, “Dasar-dasar Manajemen dalam
Teknologi Informasi”, dalam Jurnal Saintikom, Volume 5, No. 2 Agustus, 2008,
hal. 239.
13
Dara Puspitasari, “Manajemen Mesjdi Jami’ Nurul Khil’ah Dalam Mening-
katkan Pemahaman Fikih Keagamaan”, hal. 18.
14
Muhammad Rasyid Ridla, “Perencanaan dalam Dakwah Islam”, dalam
Jurnal Dakwah Volume IX, No.2. Juli-Desember 2008.
15
H. M. Yunan Yusuf, “Manajemen Sebagai Problematikan dalam Dakwah”,
dalam kata pengantar Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta:
Prenada Media, 2006) hlm. xiii.
16
Puspita Rani Pertiwi, “Manajemen Dakwah Berbasis Mesjid”, dalam Jurnal
MD, Volume 1, No. 1 Juli-Desember 2008, hal. 57.
17
Ibid., hlm. xiv.
18
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pelaku dakwah dalam memenej
dakwah secara profesional, penulis kutip dari buku Abdul Basit, Wacana Dakwah
Kontemporer, hal. 44-49.
19
Ibid., hal. 45-46.
20
Abdul Basit, Dakwah Remaja: Kajian Remaja dan Institusi Dakwah Remaja
(Purwokerto: STAIN Press, 2011), hal. 45.
21
Sulkhan Chakim, “Dakwah Pembangunan (Model pemberdayaan
Masyarakat Pedesaan)” dalam Jurnal Ibda’ Vol.2 No1 Jan-Jun 2004, hal. 1.
DAFTAR PUST
DAFTAR AKA
PUSTAKA
Amin, Masyhur (ed.). 1994. Moralitas Pembangunan: Perspektif Agama-
agama di Indonesia. Yogyakarta: LKPSM.
Amin, Samsul Munir. 2008. Rekonsruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Arif, Saeful Nur dan Iskandar Zulakarnaen. 2008. “Dasar-dasar Manajemen
dalam Teknologi Informasi”, dalam Jurnal Saintikom, Volume 5, No.
2 Agustus, 2008.
Basit, Abdul. 2011. Dakwah Remaja: Kajian Remaja dan Institusi Dakwah
Remaja. Purwokerto: STAIN Press.
Basit, Abdul. “Epistimologi Dakwah Fardiyah dalam Perspekti Komunikasi
Antarpribadi” dalam Jurnal Komunika Vol. 1. No. 1 Januari-Juni
2007.
Abstract;
Kata Kunci:
Organisasi, Manajemen, Penyiaran
Keywords:
Organization, Management, Propagation
PENDAHULUAN
Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu
kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi
dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun
jalinan hubungan kerja diatara satuan-satuan organisasi atau petugasnya. Pengorganisasian
tersebut mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Sebab dengan pengorganisasian maka
rencana menjadi lebih muda pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh karena dibagi-baginya
kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan dakwah dalam tugas-tugas lebih terperinci serta
diserahkan pelaksanaanya kepada beberapa orang akan mencegah timbulnya komulasi
pekerjaan hanya pada seorang pelaksana saja, dimana kalau hal ini sampai terjadi tentulah
akan sangat memberatkan dan menyulitkan.
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-
tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan. Penorganisasian merupakan langkah pertama kea rah pelaksanaan rencana yang
telah tersusun sebelumnya. Dengan demikian adalah suatu hal yang logis pula apabila
pengorganisasian dalam sebuah kegiatan akan menghasilkan sebuah organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang kuat. Pengorganisasian atau al-thanzimdalam
pandangan Islam bukan semata-mata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan
bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur dan sistematis.
Dengan pengorganisasian, pemerincian kegiatan-kegiatan dakwah menjadi tugas-tugas
terperinci akan memudahkan pula bagi pendistribusian tugas-tugas tersebut pada para
pelaksana. Pendistribusian tugas-tugas dakwah ini kepada masing-masing pelaksana,
menyebabkan mereka mengetahui dengan tepat sumbangan apakah yang harus diberikannya
dalam rangka penyelenggaraan dakwah itu.Kejelasan masing-masing terhadap tugas
pekerjaan yang harus dilakukan, dapatlah meminimalisir timbulnya salah pengertian,
kekacauan, duplikasi, kekosongan (vakum), dan lain sebagainya. Di samping itu penegasan
240
Organisasi Dalam Manajemen Dakwah (Hamriani HM)
orang-orang terhadap tugas tertentu juga akan menumbuhkan pendalaman orang tersebut
terhadap tugas pekerjaan yang diserahkan kepadanya (spesialisasi). Adanya spesialisasi ini
akan mendatangkan keuntungan bagi proses dakwah, yaitu jalannya pekerjaan dakwah akan
lebih lancer, oleh karena setiap pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang mendalami akan
tugas masing-masing. Selanjunya dengan pengorganisasian, dimana kegiatan-kegiatan
dakwah diperinci sedemikian rupa, akan memudahkan bagi pemilihan tenaga-tenaga yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas itu, serta sarana atau alat-alat yang dibutuhkan.
Dengan demikian pemerincian tugas, merupakan penunjuk untuk menentukan tenaga
pelaksana dakwah dan sarana atau alat-alat yang diperlukan.
Pengorganisasian yang mengandung koordinasi, akan mendatangkan keuntungan pula
berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari para pelaksana dakwah dalam satu
kerangka kerjasama dakwah, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan pengorganisasian, dimana masing-masing pelaksana menjalankan tugasnya
pada kesatuan-kesatuan kerja yang telah ditentukan serta masing-masing dengan wewenang
yang telah ditentukan pula, akan memudahkan pimpinan dalam mengendalikan dan
mengevaluir dakwah.
Defenisi Organisasi.
Istilah organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa yunani berarti alat. Adapun
pendapat para ahli yakni, Jamaes D. Monney, bahwa orgnisasi adalah setiap bentuk kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Paul preston dan Thomas Zimmemer mengemukakan bahwa
organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang tersusun dalam kelompok yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal tercermin pada hubungan
kelompok orang yang disebut pimpinan dan sekelompok orang disebut bawahan.[2]
Menurut Sutarto bahwa organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antara orang
dalam kelompok yang bekerja sama untuk tujuan-tujuan tertentu.[3] Demikian halnya Hadari
Nawawi bahwa organisasi adalah sistem kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bearsama.[4]
Sementara S.P. Siagian memandang bahwa organisasi dapat ditinjau dari dua sudut yaitu
oraganisasi sebagai wadah dan organisasi sebagai proses.[5]
Organisasi sebagai wadah adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan administrasi dan
manajemen dijalankan dan sifatnya adalah telatif statis.[6] Dalam arti statis, organisasi
sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu.[7]
Sebagai proses oleh karena selalu bargerak menuju tercapainya tujuan organisasi, sebagai
proses dinamis karena harus mangadakan pembagian tugas kepada anggotanya juga harus
membagikan tanggungjawab, wewenang dan mengadakan hubungan, baik ke dalam maupun
241
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 2, Desember 2013 : 239 - 249
keluar dalam rangka mencari keberhasilan organisasi.[8] Atau dinamis karena organisasi
seabagi suatu sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.[9]
Dari berbagai pandangan sebagaimana disimpulkan oleh Sutarto bahwa sesungguhnya
tidak berbeda di mana organisasi sebagai kumpulan orang tidak lain organisasi sebagai
wadah, organisasi sebagai wadah berarti: Pertama, Organisasi merupakan penggambaran
jaringan hubungan kerja dan pekerjaan yang sifatnya formal atas dasar kedudukan atau
jabatan yang diperuntukkan setiap organisasi. Kedua, Organisasi merupakan susunan hirarki
yang secara jelas menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab. Ketiga, Organisasi
merupakan alat yang berstruktur permanent yang fleksibel (dimungkinkan dilakukan
perubahan), sehingga apa yang terjadi dan akan terjadi dalam organisasi relatif tetap sifatnya
dan karenanya dapat diperkirakan. Sedangkan organisasi sebagai proses pembagian kerja dan
sistem kerja sama, sistem hubungan atau sistem sosial, tidak lain adalah organisasi sebagai
proses yang lebih bermakna sebagai aktivitas pengorganisasian (organizing).[10]
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa organisasi
adalah hubungan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Dalam organisasi
terdapat sejumlah orang, adanya tujuan bersama, interaksi setiap orang dalam organisasi
mempunyai tujuan pribadi dan interaksi itu selalu diarahkan untuk tujuan bersama.
Defenisi Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management yang berarti tata
laksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Kata management dari kata kerja to manage yang
sinonimnya antara lainto hand berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti
memimpin. Jadi apabila dilihat dari asal katanya manajemen berarti penguasa, pengendalian,
memimpin dan membimbing.[11]
Para ahli manajemen sepakat bahwa pengertian manajemen berpangkal dari istilah bahasa
latin Manag “managerial” terdiri dari dua penggalan kata yakni “manus” yang berarti tangan
dan “agree” yang berarti melakukan atau melaksanakan.[12]
Dari segi istilah, banyak rumusan yang telah dikemukakan oleh para ahli di bidang ilmu
manajemen. Rumusannya berbeda-beda, hal ini didasarkan pada sudut pandang dan latar
belakang pengetahuan yang berbeda, walaupun pada hakekatnya pengertiannya adalah sama.
Menurut Simamora, bahwa manajemen adalah proses pendayagunaan bahan baku dan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[13]Buchari
Zainun, bahwa manajemen dalam konsep populernya berarti suatu upaya atau proses upaya
seorang pimpinan dengan satu kewenangan tertentu untuk mewujudkan sesuatu tujuan
tertentu dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan yang sudah dikuasai
pimpinan itu, terutama sumber daya manusia yang berada di bawah kekuasaannya.[14]
Demikian halnya Hasibuan, bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[15]
242
Organisasi Dalam Manajemen Dakwah (Hamriani HM)
243
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 2, Desember 2013 : 239 - 249
Pengertian Dakwah
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa arab dari kata: Da’a-Yad’u-Da’watanyang
berarti memanggil, menyeru, mengajak menjamu.[25]
Dakwah secara etimologi tersebut dapat ditemukan dalam Q.S Ali Imran (3) : 104. Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[26]; merekalah orang-orang yang
beruntung
H.S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai: setiap usaha atau aktifitas
dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia
lainnya untuk beriman dan mentaati Allah swt, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari;at
akhlak Islamiya.[27]
H.M Arifin, mengemukakan bahwa, dakwah ialah suatu kegiatan ajakan , baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana
dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok agar
supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap. Penghayatan dan pengamalan
terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa unsur-unsur
paksaan.[28]
H. Quraish Shihab, menyatakan bahwa, dakwah adalah seruanatau ajakan kepada
keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat.[29]
Menurut Asmuni Syukur, bahwa istilah dakwah dapat diartikan dari dua segi atau dua
sudut pandang, yakni istilah dakwah yang persifat pembinaan dan istilah dakwah yang
bersifat pembangunan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan
menyempurnakan sesuatu hal yang telah adfa sebeluimnya.Sedangkan pengembangan berarti
suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang
belum ada.[30]
Asep Muhiddin mengemukakan beberapa macam rumusan oleh para ahli dengan
penekanannya masing-masing, sehingga akan lebih muda memberikan pehaman, diantaranya
sebagai berikut: Pertama, Definisi dakwah yang menekankan proses pemberian motivasi
untuk melakukan pesan dakwah (ajaran Islam). Tokoh penggagasnya adalah Syeh Ali
Mahfudz. Mengungkapkan bahwa dakwah dalah “menodorong manusia pada kebaikan dan
petunjuk, memerintahkan perbuatan yang diketahui kebenarannya, melarang perbuatan yang
merusak individu dan orang banyak agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.” Kedua, Definisi dakwah (ajaran Islam) dengan mempertimbangkan penggunaan
metode, media, dan pesan yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u (khalayak dakwah).
Penggagasnya adalah Ahmad Ghalwusy. Dia mengemukakan, dakwah dapat didefenisikan
sebagai berikut: “menyempaikan pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat
dengan berbagai kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah). Ketiga, Definisi
244
Organisasi Dalam Manajemen Dakwah (Hamriani HM)
245
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 2, Desember 2013 : 239 - 249
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
mendapat ridha dari Allah swt.
Apa yang menjadi tujuan dakwah, hanya akan terwujud apabila seluruh peruses kegiatan
terselenggara secara terencana teratur. Dengan demikian, Munir dan Wahyu Ilahi, bahwa inti
dari manajemen dakwah adalah sebuah pengaturan secara sistematis dan kordinatif dalam
kegiatan suatu aktivitas yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan
dakwah.[32]
Adapun tujuan dari organisasi dakwah adalah: Membagi kegiatan-kegiatan dakwah
menjadi departemen-departemen atau devisi-devisi dan tugas-tugas yang terperinci dan
spesifik, Membagi kegiatan dakwah serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-
masing jabatan atau tugas dakwah, Mengkoordinasikan berbagai tugas organisasi dakwah,
Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan dakwah ke dalam unit-unit, Membangun hubungan
dikalangan da’i, baik secara individual, kelompok dan departemen, Mengalokasikan dan
memberikan sumber daya organisasi dakwah, Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah
secara logis dan sistematis
Setelah mengemukakan gambaran tentang organisasi, manajemen dan dakwah, maka
dapat ditarik suatu pemahaman bahwa antara organisasi, manajemen dan dakwah itu sendiri.
Masing masing merupakan suatu proses kegiatan bersama dan terencana, serta mempunyai
cita-cita dan tujuan.
Pengorganisasian dalam proses dakwah sangatlah penting sebab pada proses
pengorganisasian ini akan menghasilkan sebuah rumusan struktur organisasi dakwah dan
pendelegasian wewenang serta tanggung jawab. Dengan empat langkah yang telah
dikemukakan sebelumnya dalam rangka pengorganisasian tersebut, maka tersusunlah suatu
pola atau bentuk kerjasama dakwah, dimana masing-masing orang yang mendukung usaha
kerjasama itu mengetahui pekerjaan apa yang harus dilaksanakan, sampai sejauh mana
wewenang masing-masing serta jalinan hubungan antara satu dengan yang lain dalam rangka
usaha kerjasama itu. Pola atau bentuk kerjasama sebagai hasil dari proses pengorganisasian
tersebut disebut organisasi.
Organisasi adalah hubungan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan, dan
interaksinya diarahkan untuk tujuan bersama. Manajemen dalam pelaksanaan berbagai
kegiatan mengarahkan pada pola kerja yang terpadu, efektif dan efesien dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara dakwah adalah suatu proses
yang dilaksanakan dengan sadar dan terencana untuk membangun situasi kearah yang lebih
baik, untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh Allah Swt.
Untuk maksud tersebut, kegiatan dakwah harus diarahkan pada pola dan proses kerja sama
terpadu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen dakwah adalah pelaksanaan
dakwah yang diatur secara sistematis, dengan arah pola kerja sama secara terpadu untuk
mencapai tujuan dakwah.
246
Organisasi Dalam Manajemen Dakwah (Hamriani HM)
Endnotes
[1]
Djatmiko, Perilaku Organisasi (Cet.III; Bandung: Alfabeta, 2002), h.3
[2]
Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Cet.III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 82
[3]
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985), h. 36
[4]
Nawawi, Administrasi Pendidikan (Cet. III; Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984), h. 27
[5]
Siagian, Peranan Staf dalam Manajemen (Cet. VI; Jakarta: PT. Gunung Agung, 1982), h. 10
[6]
Wijaya, Kelembagaan dan Organisasi (Cet. I; Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), h. 33
[7]
Syamsi, Pkok-pokok Organisasi dan Manajemen (Cet.III; Jakarta: Renika Ccipta, 1994), h.13)
[8]
Hardjono, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian (Ed.I, Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001) h.6
[9]
Syamsi, op. cit h. 13
[10]
Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Konsep, Teori dan Dimensi (Cet. IV; Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002), h. 123
[11]
Echols, dan Hassan Shadily.1993. KamusInggris Indonesia.(Cet.xix; Jakarta: Gramedia, 1993), h.56
[12]
Tantowi,. Unsur-Unsur Manajemen Menurut Al-Qur’an. (Cet.1; Jakarta: Pustaka Al Hasan, 1983) h.
9
[13]
Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-2. Yogyakarta: STIE YPKN, 1993 h,3
[14]
Zainun, Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara Indonesia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.2004 h.11
[15]
Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002 h,2
[16]
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahaannya. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. 2001 h 69
[17]
Martoyo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-4 Yogyakarta. BPFE. 2000 h 7
[18]
Manullang. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Gadjah Mada University Press.2005, h. 3
[19]
George. R. Terry, Guide to Management, diterjemahkan oleh J. Smith D.E.M. dengan judul Prinsip-
Prinsip Manajemen (Cet V, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h.12
[20]
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2001, h.2
[21]
Terry, op, cit h. 10
[22]
Hasibuan, op.cit, h.3
[23]
Sunindhia dan Ninik Widiyanti.. Penerapan Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Pembangunan.
Jakarta: Bina Aksara.1998, h.7
[24]
Admosudirdjo1982. Administrasi dan Manejemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1982, h.124
[25]
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an,
1997), h. 127
[26]
Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[27]
Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, tt), h. 11
[28]
Arifin, Psikolog Dakwa, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 6.
[29]
Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Cet.IX;Bandung: Mizan, 1995), h.194
[30]
Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: AlIhlas, 1983) h.20.
[31]
Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Quur’an (Cet.I; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.33-34
[32]
Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Cet.II; Jakarta: Kencana, 2009), h. 36-37.
DAFTAR PUSTAKA
A. W. Wijaya, Kelembagaan dan Organisasi, Cet. I; Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988
247
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 2, Desember 2013 : 239 - 249
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Quur’an, Cet.I; Bandung: Pustaka Setia, 2002
Buchari Zainun, Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004
Dydet Hardjono, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Ed.I, Cet. III; Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001
Echols, Jhon M dan Hassan Shadily. 1993. KamusInggris Indonesia, Cet.xix; Jakarta:
Gramedia, 1993
George. R. Terry, Guide to Management, diterjemahkan oleh J. Smith D.E.M. dengan judul
Prinsip-Prinsip Manajemen, Cet V, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003
H.M Arifin, Psikolog Dakwah, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1993
Hafari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Cet. III; Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2002
Hendri Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-2. Yogyakarta: STIE YPKN,
1993
HSM. Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara, tt
Ibnu Syamsi, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Cet.III; Jakarta: Renika Cipta, 1994
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Cet.II; Jakarta: Kencana, 2009
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-4 Yogyakarta. BPFE.
2000
248
Organisasi Dalam Manajemen Dakwah (Hamriani HM)
Sondang P. Siagian, Peranan Staf dalam Manajemen, Cet. VI; Jakarta: PT. Gunung Agung,
1982
Sondang P.Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2001
Sunindhia, Y.W. dan Ninik Widiyanti.. Penerapan Manajemen dan Kepemimpinan Dalam
Pembangunan. Jakarta: Bina Aksara.1998
Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Konsep, Teori dan Dimensi, Cet. IV;
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002
249