Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Pada percobaan ini mahasiswa diharapkan paham dan terampil dalam :
1. Proses pembuatan yogurt dengan penambahan brown sugar.
2. Mengetahui aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses
pembuatan yoghurt.
3. Pengamatan fisik, warna, bau, dan tekstur dan rasa dari yoghurt yang
dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu Murni
Pemanasan
T=90°C
Pendinginan
T= 45°C
Pengemasan
Yoghurt Plan
Fermentasi atau
Inkubasi
Penambahan
Gula Aren Flavor
Pada praktikum kali ini yaitu yogurt, yogurt merupakan minuman hasil
fermentasi susu oleh Lactobacillus bulgarius dan Streptoccus thermophilus.
Pembuatan yogurt diawali dengan memanaskan susu murni menggunakan
hotplate sampai suhu diantara 80oc-90oc. Pemanasan ini akan membunuh
mikroorganisme pencemar, menurunkan potensial redoks campuran tersebut,
dan menghasilkan faktor-faktor dan kondisi yang menguntungkan untuk
perkembangan bakteri yang dimasukkan dengan inkolum. Pemanasan juga
menyebabkan denaturasi sifat protein dan perubahan menjadi kasein yang
memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih seragam pada produk akhir.
Kemudian angkat susu dan dinginkan sampai suhunya 45°C. setelah suhu susu
menjadi 45°C kemusian mencampurkan plan atau bibit yoghurt. Alasan
kenapa pemberian yoghurt plan dilakukan pada saat suhu susu 45°C adalah
karena lactobacillur bulgaricus dapat tumbuh optimum pada suhu tersebut.
Setelah yoghurt plan dicampurkan kemudian aduk sampai homogen lalu
menginkubasi selama 24 jam didalam media incubator. Pada praktikum ini
dilakukan penambahan larutan gula aren ke dalam yoghurt. Penambahan gula
tersebut bertujuan untuk memperbaiki flavor (rasa dan bau) sehingga lebih
disenangi serta memperpanjang daya simpan. Gula sebagai bahan pengawet
dapat menurunkan Aw dari bahan pangan sehingga mikroorganisme dapat
terhambat pertumbuhannya.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui adanya perubahan bentuk menjadi
gumpalan atau koagulasi pada susu. Tekstur yang menggumpal diakibatkan
oleh kegiatas enzim dan terbentuknya asam. Terjadinya koagulasi nsusu
selama inkubasi disebabkan menurunnya pH akibat aktivitas bakteri
lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermophilus. Pada mulanya
streptococcus thermophilus yang menyebabkan penurunan pH hingga sekitar
5-5,5 dan selanjutnya pH menurun hingga 3,8-4,4 karena aktivitas
Lacyobacillus Bulgaricus. Selama proses fermentasi terbentuk asam laktat
hasil metabolisme laktosa susu oleh starter bakteri menjadi glukosa atau
galaktosa-6-fisfat. Selanjutnya melalui rantai glikolisi glukosa diubah menjadi
asam laktat melalui siklus Kreb. Efek lain dari proses fermentasi adalah
pecahnya protein pada susu yang menyebabkan susu menjadi kental. Hasil
akhirnya susu akan terasa asam dan kental, inilah bentuk yoghurt yang telah
jadi.
Hasil pengamatan menunjukan koagulasi akhir susu yaitu kental dan
menggumpal. Lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap bau dan rasa
asam. Fermentasi semakin lama, maka rasa dan bau asamnya akan semakin
kuat. Hal ini disebabkan asam laktat diubah menjadi asam asetat. Bakteri
lactobacillus bulgaricus dalam fermentasi ini mengubah substrat menjadi
asam, sisa-sisa asetaldehid, asam asetat serta bahan-bahan volatile lainnya
sehingga menimbulkan flavour yoghurt khas. Flavor khas yoghurt disebabkan
karena asam laktat dan sisa-sisa asetaldehida, diasetil, asam asetat dan bahan-
bahan mudah menguap lainnya dihasilkan oleh fermentasi bakteri. Asam juga
menyebabkan koagulasi protein susu dan membantu mengawetkan yoghurt.
Susu yang digunakan untuk pembuatan yoghurt umumnya susu murni, susu
skim, susu bubuk tanpa lemak, susu skim tanpa kondensat, susu yang
Sebagian lemaknya dihilangkan ataupun kombinasi dari berbagai macam susu
tersebut.
Ada beberapa kegagalan dalam pembuatan yoghurt, berikut beberapa
penyebabnya:
1. Jumlah bibit terlalu banyak atau terlalu sedikit dimana jumlah yang ideal
adalah 2%-5% volume susu atau setara 3-4 sendok makan.
2. Susu mengandung antibiotic sisa dari peternakan, yang menyebabkan
pertumbuhan dari bakteri yoghurt terhambat.
3. Yoghurt terlalu lemah karena sudah terlalu lama disimpan.
4. Yoghurt terlalu lama difermentasi (lebih dari 12 jam).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Yoghurt merupakan minuman fermentasi dari susu oleh bakteri
Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermiphillus. Pemanasan
susu dilakukan untuk membunuh mikroorganisme pencemar, menurunkan
potensial redoks. Campuran tersebut, dan menghasilkan faktor-faktor dan
kondisi yang menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang
dimasukkan sebagai inoculum. Pemberian yoghurt plan dilakuakn pada
saat suhu susu 45°C karena Lactobacillus Bulgaricus dapat tumbuh
optimum pada suhu tersebut. Lactobacillus Bulgaricus dalam fermentasi
ini mengubah substrat menjadi asam, sisa-sisa asetaldehid, asam asetat
serta bahan-bahan volatile lainnya sehingga menimbulkan flavour yoghurt
khas. Tekstur yang menggumpal pada yoghurt diakibatkaan oleh kegiatan
enzim dan terbentuknya asam oleh Streptococcus thermophilus dan
Lactobacillus Bulgaricus. Lama fermentasi mempengaruhi terhadap bau
dan rasa pada yoghurt.
4.2 Saran
Prosedur kerja pembuatan yoghurt harus benar dan sesuai urutan.
Pada proses pembuatan yoghurt, perhatikan suhu yang digunakan pada
saat proses menginokulasi bakteri agar bakteri yang digunakan tidak mati
dan tidak terjadi kegagalan praktikum.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, D. P., Budi, E., & Gunawan, S. (2022). Kajian Titik Kritis Kehalalan
Produk Olahan Yogurt. Halal Research Journal, 2(1), 8–25.
Indrarosa, D., & Agustin, R. (2022). Manfaat dan Aneka Olahan Kambing PE.
37-38.
Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar Biologi. 231-232.
Krisnaningsih, N. T. A., & Yulianti, L. D. (2017). Susu Fermentasi Yoghurt.
Malang. 3-4.
Kunnaryo, H. J. B., & Wikandari, P. R. (2021). Antosianin dalam Produksi
Fermentasi dan Perannya sebagai Antioksidan. Unesa Journal of Chemistry,
10(1), 24–36.
Pazla, R., Jamarun, N., Sucitra, S. L., Maihelf., & Wulandaro, Y. (2022). Potensi
Tithonia Diversifolia Fermentasi Sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Indramayu. 21-22.
Purbasari, A., Pramono, Y. B., & Abduh, S. B. M. (2014). Nilai pH , kekentalan,
citarasa asam, dan kesukaan pada susu fermentasi dengan perisa alami jambu
air (Syzygium sp). J. Aplikasi Teknologi Pangan, 3(4), 174–177.
Samadi., Wajizah, S., Zulfahrizal., & Munawar, A. A. (2022). Aplikasi Teknologi
Nirs Untuk Evaluasi Kualitas Pakan Fermentasi. 26-28.
Widagdha, S., & Nisa, C. F. (2015). Pengaruh Penambahan Sari Anggur (Vitis
vinifera L.) Dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia
Yoghurt. 3(1), 248–258.
Widodo, W. (2002). Bioteknologi fermentasi susu. 1–29.
BAB VII
LAMPIRAN
Figure 3. Masukkan susu 1 liter ke gelas beaker Figure 4. Panaskan menggunakan hotplate hingga 85oc
Figure 5. Dinginkan hingga suhu 45oc Figure 6. Timbang bibit yogurt sebanyak 5gr
Figure 7. Campurkan bibit yogurt ke susu Figure 8. Masukkan ke dalam wadah
Figure 9. Lapisi wadah dengan alumunium foil Figure 10. Lapisi handuk dan diamkan selama 24jam
Figure 11. Yogurt setelah 24 jam Figure 12. Campurkan gula aren dan yogurt