P30 2010
P30 2010
P30 2010
Nomor : P. 30/Menhut-II/2010
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN
PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Nomor...
-2-
MEMUTUSKAN :...
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR
P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN
PENGGUNAAN KORIDOR.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2010
tentang Izin Pembuatan dan Penggunaan Koridor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 65), diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 angka 8, angka 9, angka 10, dan angka 11 diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
8. Koridor adalah jalan angkutan dapat berupa jalan darat, kanal, lori/rel, atau
lainnya yang dibuat dan atau dipergunakan terutama untuk mengangkut hasil
hutan kayu atau bukan kayu, atau hasil produksi industri primer hasil hutan kayu
dan bukan kayu dari areal IUPHHK pada hutan alam atau IUPHHK pada hutan
tanaman atau IPK atau areal industri primer hasil hutan ke tempat penimbunan
kayu/log pond di tepi sungai/laut atau tempat lain dengan melalui areal hutan di
luar areal IUPHHK/BK pada hutan alam atau pada hutan tanaman, IPK atau areal
industri primer hasil hutan yang bersangkutan.
9. Izin Pembuatan koridor adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang
kepada pemegang IUPHHK pada hutan alam, IUPHHK pada hutan tanaman atau
IPK untuk membuat dan menggunakan jalan angkutan kayu di luar areal izinnya.
10. Izin penggunaan koridor adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang kepada pemegang IUPHHK pada hutan alam, IUPHHK pada hutan
tanaman atau IPK untuk menggunakan koridor yang telah ada dan tidak ada
pemegang izinnya.
11. Izin Pemanfaatan Kayu yang selanjutnya disebut IPK adalah izin untuk
memanfaatkan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu dari kawasan hutan
produksi yang dapat dikonversi (HPK), tukar menukar, dan dari Areal
Penggunaan Lain (APL) atau Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK).
2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 3
(1) Izin pembuatan koridor dapat diberikan pada :
a. Kawasan Hutan Produksi;
b. Areal Penggunaan Lain.
(2) Izin penggunaan koridor dapat diberikan pada :
a. Kawasan Hutan Produksi;
b. Kawasan Hutan Lindung;
c. Areal Penggunaan Lain.
3. Ketentuan...
-4-
7. Ketentuan...
-5-
7. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 9
(1) Dalam hal Tim sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
merekomendasi untuk disetujui, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
diterimanya rekomendasi, Gubernur atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur
menerbitkan Keputusan izin pembuatan koridor, yang salinannya disampaikan
kepada :
a. Direktur Jenderal;
b. Gubernur (apabila izin diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk);
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan;
d. Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi;
e. Balai Pemantapan Kawasan Hutan; dan
f. Pemohon yang bersangkutan.
(3) Dalam hal Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) merekomendasi
untuk tidak disetujui, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja, Gubernur atau
pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur menerbitkan surat penolakan kepada
pemohon, yang tembusannya disampaikan kepada :
a. Direktur Jenderal;
b. Gubernur (apabila izin diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk);
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan;
d. Kepala Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi; dan
e. Kepala Balai Pemantapan kawasan Hutan.
9. Ketentuan...
-6-
9. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 12
(1) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) tidak
terpenuhi, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan,
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur menolak parmohonan.
(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (2) sudah terpenuhi,
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan, Gubernur
atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur membentuk Tim yang terdiri dari
Tenaga Teknis Kehutanan di Dinas Kehutanan Provinsi dan Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan untuk melakukan pemeriksaan
koridor yang akan digunakan.
11. Ketentuan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3) diubah serta di antara ayat (2)
dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (2a), sehingga
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Dalam hal permohonan izin penggunaan koridor disetujui, Gubernur atau pejabat
yang ditunjuk oleh Gubernur menerbitkan Keputusan Izin Penggunaan Koridor,
yang salinannya disampaikan kepada :
a. Direktur Jenderal;
b. Gubernur (apabila izin diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk);
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan;
d. Kepala Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi; dan
e. Kepala Balai Pemantapan kawasan Hutan.
(2a) Dalam hal koridor diperlukan perbaikan, maka rencana perbaikan dimasukkan ke
dalam izin penggunaan koridor.
(3) Dalam...
-7-
(3) Dalam hal permohonan ditolak, Gubernur atau pejabat yang ditunjuk oleh
Gubernur menerbitkan surat penolakan kepada pemohon, dengan tembusan
kepada :
a. Direktur Jenderal;
b. Gubernur (apabila izin diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk);
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan; dan
d. Kepala Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi.
13. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17, disisipkan 1 (satu) Pasal baru, yakni Pasal
16a yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16a
(1) Dalam hal pemegang IUPHHK akan menggunakan koridor milik pemegang
IUPHHK lainnya, cukup mendapat persetujuan dari pemegang IUPHHK sebagai
pemegang izin koridor.
(2) Pemegang IUPHHK sebagai pemegang izin koridor wajib memberikan persetujuan
terhadap rencana penggunaan koridor oleh pemegang IUPHHK lainnya.
(3) Persetujuan pemegang izin koridor sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaporkan oleh pemegang izin koridor kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi,
dengan tembusan kepada :
a. Direktur Jenderal;
b. Gubernur;
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan;
d. Kepala Balai Pemantauan Pemantapan Hutan Produksi; dan
e. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan.
(4) Dalam hal pemegang izin koridor dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari kerja
tidak memberikan persetujuan, Direktur Jenderal menerbitkan persetujuan.
Pasal 17
Pelaksanaan pembuatan koridor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Diupayakan agar jalan angkutan merupakan jarak yang terpendek;
b. Diutamakan pada areal yang tidak berhutan;
c. Tidak melakukan pembakaran; dan
d. Lebar koridor maksimum 40 (empat puluh) meter yang terdiri dari jalan
utama/badan jalan, bahu jalan kanan dan kiri, tebang matahari dari tepi bahu
jalan kanan dan kiri, dan lain-lain.
15. Ketentuan Pasal 22 ayat (3) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 22
(3) Hasil penilaian (evaluasi) lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaporkan kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
melaksanakan penilaian (evaluasi), dengan tembusan kepada Gubernur dan
Kepala Dinas Provinsi.
16. Ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf b diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 23
(1) Dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 15 kali PSDH, apabila :
b. Pemegang izin penggunaan koridor yang melakukan pelebaran koridor tanpa
surat persetujuan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 24
(1) Terhadap permohonan izin pembuatan dan penggunaan koridor yang diajukan
sebelum terbitnya Peraturan Menteri Kehutanan No. P.9/Menhut-II/2010 yang
telah memenuhi persyaratan :
a. Rencana trase koridor yang dibuat pada peta skala 1 : 25.000;
b. Surat pernyataan tidak berkeberatan dari pemegang IUPHHK, apabila koridor
yang akan dibuat melalui areal kerja IUPHHK pihak lain;
c. Surat Keterangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota apabila koridor yang akan
dibuat melalui APL/KBNK; dan
d. Surat...
-9-
d. Surat persetujuan dari pihak pemegang hak atas tanah, apabila koridor yang
akan dibuat melalui tanah yang dibebani title hak.
(2) Terhadap permohonan izin pembuatan dan penggunaan koridor, yang telah
diproses dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka Gubernur dapat menerbitkan Keputusan Izin
Pembuatan Koridor.
(3) Izin pembuatan koridor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah termasuk di
dalamnya izin penggunaan koridor.
(4) Izin pembuatan dan atau penggunaan koridor yang telah terbit berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.352/Menhut-II/2004, dinyatakan tetap
berlaku sampai jangka waktu izinnya berakhir.
Pasal II
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juni 2010
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Juli 2010
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
ttd.
MUDJIHANTO SOEMARMO
NIP. 19540711 198203 1 002