2023 - Buku Praktikum KGD D3
2023 - Buku Praktikum KGD D3
2023 - Buku Praktikum KGD D3
BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
MODUL PRAKTIK LABORATORIUM
DAN
MANAJEMEN BENCANA
Pas Photo
4x6
NAMA : ……………………………………………………………….
NIM : ……………………………………………………………….
Visi :
“Menghasilkan lulusan Ahli Madya Keperawatan yang berkepribadian Islami, berpengetahuan holistik
integratif, kompetitif dan dinamis.”
Misi :
1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan
2. Menyelenggarakan pendidikan yang terintegrasi dengan tehnologi informasi
3. Menyelenggarakan penelitian dengan prinsip kebebasan berfikir ilmiah
4. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berdasarkan nilai - nilai Al Islam, hasil
pengajaran dan penelitian
5. Menyelenggarakan kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan.
Tujuan
a. Menghasilkan peserta didik menjadi ahli madya muslim yang beriman dan bertakwa, berakhlak
mulia, yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional, dan beramal menuju
terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi oleh Alloh SWT.
b. Meningkatkan kegiatan pengetahuan penelitian kesehatan sebagai landasan penyelenggaraan
pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
c. Menghasilkan, mengamankan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dalam skala nasional dan internasional.
d. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efisien, dan
terpercaya.
e. Menjalin kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dalam lingkup nasional dan
internasional untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah SWT Modul Praktik Keperawatan Gawat
Darurat dan Manajemen Bencana Laboratorium telah tersusun. Modul ini
diterbitkan untuk melengkapi proses belajar mengajar mahasiswa program studi
Diploma III Keperawatan semester IV FIKES Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Tahun Ajaran 2022/2023. Modul ini berisi materi praktik laboratorium yang disusun
sedemikian rupa dengan menyesuaikan perkembangan kurikulum yang ada.
Semoga modul praktikum laboratorium ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
program studi Diploma III Keperawatan semester IV FIKES Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya. Kepada berbagai pihak yang telah membantu
terealisasinya buku ini saya ucapkan terimakasih. Tentu saja buku ini banyak
kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Identitas Mahasiswa 2
Visi Misi FIkes dan Prodi 3
Kata Pengantar 5
Daftar Isi 6
A. Deskripsi singkat 7
B. Standar kompetensi 7
C. Tata tertib 7
D. Kriteria penilaian 7
E. TOPIK 1 (PENGKAJIAN ABC) 8
F. TOPIK 2 (MANAJEMEN AB) 13
G. TOPIK 3 BANTUAN HIDUP DASAR 21
H. TOPIK 4 INITIAL ASSESSMENT 35
I. TOPIK 5 PEMBIDAIAN 37
J. TOPIK 6 EVAKUASI KORBAN BENCANA 44
Daftar Pustaka 49
Lampiran
A. Deskripsi Singkat
Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok yang dibimbing oleh 2 dosen, setiap satu dosen
memegang satu kelompok. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan
tentang pengkajian Airway, Breathing, Circulation; manajemen Airway dan Breathing;
bantuan hidup dasar; evakuasi korban bencana.
B. Standar Kompetisi
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa mampu melakukan bantuan hidup dasar pada
keadaan gawat darurat dan bencana.
C. Tata Tertib
1. Praktikan harus sudah datang 10 menit sebelum acara praktikum dimulai
2. Apabila berhalangan hadir, praktikan harus menyerahkan surat izin
3. Sebelum menjalankan praktikum, praktikan harus sudah mempelajari buku panduan
praktikum
4. Selama praktikum, praktikan diwajibkan memakai jas praktikum
5. Selama praktikum, praktikan diwajibkan mengganti alat apabila merusakkan atau
menghilangkan
6. Selama praktikum mahasiswa diwajibkan mencoba 2 kali praktikum
7. Setelah selesai acara praktikum mandiri, diadakan ujian akhir praktikum
8. Setelah selesai praktikum dan ujian, praktikan wajib membersihkan alat praktikum dan
mengecek kelengkapannya.
9. Apabila dinyatakan belum kompeten/lulus, maka wajib melakukan ujian di minggu
berikutnya.
10. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian
D. KRITERIA PENILAIAN
1. Kegiatan praktikum : 20%
2. Kegiatan mandiri : 20%
3. Ujian praktik : 50%
4. Sikap : 10%
BATAS LULUS (75).
TOPIK 1
PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING AND CIRCULATION
KEGAWATDARURATAN
3. Masker 3. Penlight
4. Kaca mata (goggle) 4. Arloji
Setelah Anda menggunakan proteksi diri dan membawa alat - alat pengkajian ke
dekat korban maka Anda berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban dengan
posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan sakit kepala, nyeri
pada pundak, sedikit sesak, TD = 150/100 mmHg, frekuensi nadi = 100 x/m, Suhu =
36 0C, frekuensi nafas = 28x/m. CRT = 8 detik. GCS = 13.
Dari data diatas buatlah data pengkajian pasien ?
RINGKASAN
LATIHAN SOAL
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Seorang pria usia 24 tahun, korban tabrak lari dan dibawa ambulan menuju ruang
emergency. Kondisi korban tidak sadar. Anda sedang praktek dan akan melakukan
pengkajian. Untuk melindungi keamanan diri baik korban maupun Anda, alat-alat
proteksi diri yang diperlukan untuk melakukan pengkajian adalah:
a. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), sepatu boot, tutup
kepala.
b. Celemek, tensi meter,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), sepatu boot,
tutup kepala
c. Celemek, apron,sarung tangan, masker, stetoskop, sepatu boot, tutup kepala.
d. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), penlight, tutup
kepala.
2. Seorang pria, usia 40 tahun, korban tabrak lari, berada di ruang emergency, keadaan
tidak sadar. Anda sebagai perawat jaga akan melakukan pengkajian kedaruratan. Alat
proteksi diri sudah digunakan. Alat alat pengkajian yang perlu Anda siapkan adalah:
a. Stetoskop, masker, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
b. Stetoskop, sarung tangan, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
c. Stetoskop, celemek, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
d. Stetoskop, tensi meter, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
3. Seorang ibu, usia 50 tahun datang ke ruang emergency. Anda sudah memakai proteksi
diri dan alat-alat pengkajian sudah didekatkan. Anda segera melakukan pengkajian
jalan nafas. Hal yang perlu dikaji pada jalan nafas adalah:
a. Vokalisasi, ada sekret, darah, tekanan darah, benda asing, bunyi stridor.
b. Vokalisasi, ada sekret, nadi, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
c. Vokalisasi, ada sekret, darah, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
d. Vokalisasi, ada sekret, darah, muntahan, benda asing, retraksi dada.
4. Seorang remaja, usia 20 tahun, korban tabrak lari dibawa ke ruang emergency. Anda
sudah memakai proteksi diri dan alat-alat pengkajian sudah didekatkan. Anda segera
melakukan inspeksi pada breathing.
a. Kesimetrisan pengembangan dada
b. Benda asing di mulut
c. Adanya darah di hidung
d. Adanya lidah yang menyumbat.
5. Seorang remaja, usia 20 tahun, korban tabrak lari dibawa ke ruang emergensi. Anda
telah melakukan inspeksi pada breathing, selanjutnya Anda akan melakukan auskultasi
dengan cara memperhatikan
a. Adanya jejas di dada
b. Pola nafas
c. Bentuk dada
d. Bunyi nafas dada.
6. Seorang laki-laki, 35 tahun, pekerjaan sopir truk. Dibawa ke ruang emergency setelah
mengalami kecelakaan, tubuh terhimpit antara kursi dan setir. Pasien mengeluh sesak
nafas, sesak bertambah hebat. Hasil rongent thorak menunjukkan hasil ada
hemothorak (adanya darah di dalam rongga pleura). Hasil pemeriksaan fisik (perkusi)
thorak/dada didapat hasil:
a. Timpani
b. Hipersonor
c. Dullness
d. Hipertipani
7. Seorang ibu usia 42 tahun, pasien rawat inap di ruang bedah thorak. Saat ini mengeluh
nyeri pada dada depan. Tampak memar pada dada kiri sebelah atas mamae. 2 hari yang
lalu kecelakaan lalu lintas, dadanya terbentur stir mobil yang dikendarainya. Apakah
yang harus perawat kaji untuk memastikan ada tidaknya fraktur pada tulang dada atau
kosta?
a. Adanya nyeri dada pada daerah yang memar
b. Adanya edema pada daerah yang memar
c. Adanya krepitasi pada daerah yang memar
d. Adanya hiperemi pada daerah yang memar
TUGAS MANDIRI
Seorang pria, 25 tahun, terjatuh dari sepeda motor, dibawa ambulan ke ruang emergency.
Anda sebagai perawat jaga, coba anda lakukan di depan pantom yang meliputi:
1. Penggunaan proteksi diri
2. Persiapan alat
3. Pemeriksaan airway
4. Pemeriksaan breathing
5. Pemeriksaan sirkulasi.
TOPIK 2
MANAJEMEN AIRWAY BREATHING
4. Sumbatan jalan napas oleh benda asing pada bayi dan anak
Panduan terbaru yang dikeluarkan American Heart Association tidak terdapat
perbedaan dengan panduan sebelumnya. Namun, pedoman yang dilakukan untuk
dewasa tidak bisa diterapkan pada bayi dan anak. Umumnya benda asing yang
menyebabkan sumbatan jalan napas pada anak adalah benda cair, diikuti benda asing
yang bersifat padat seperti kancing, mainan atau makanan padat.
Tanda anak bila mengalami sumbatan jalan napas adalah menangis sambil diikuti
refleks batuk untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Batuk merupakan refleks
yang aman untuk mengeluarkan benda asing pada anak dibanding maneuver yang
lain.
5. Penatalaksanaan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada bayi dan anak
a. Penatalaksanaan pada penderita sadar
1) Tindakan back blows bisa dilakukan untuk bayi atau anak. Cara melakukannya
sebagai berikut:
- Posisikan bayi atau anak dengan posisi kepala mengarah ke bawah
supaya gaya gravitasi dapat membantu pengeluaran benda asing
- Penolong berlutut atau duduk, dapat menopang bayi di pangkuannya
dengan lebih aman saat melakukan tindakan
- Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibu jari di satu sisi
rahang dan rahang yang lain menggunakan satu atau dua jari dari tangan
yang sama. Jangan sampai menekan jaringan lunak dibawah rahang,
karena akan menyebabkan sumbatan jalan napas kembali. Sedangkan
untuk anak berusia diatas 1 tahun, kepala tidak perlu ditopang secara
khsusus.
- Lakukan 5 hentakan back blows secara kuat dengan menggunakan
telapak tangan di tengah punggung. Tujuan tindakan tersebut untuk
mengupayakan sumbatan benda asing terlepas setelah satu hentakan,
bukan karena akumulasi ke-5 hentakan
- Bila gagal, dilakukan tindakan selanjutnya yaitu chest thrust pada bayi
dan abdominal thrust pada anak berusia diatas 1 tahun
LATIHAN PRAKTEK
Coba praktekan bersama teman:
1. Pemasangan collar neck
2. Pemasangan OPA
3. Penanganan obstruksi jalan napas
LATIHAN SOAL
1. Seorang laki-laki berusia 25 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas tabrakan motor
dengan motor, korban tidak menggunakan helm dan terlempar beberapa meter.
kemudian dibawa ke UGD oleh keluarganya. Hasil pemeriksaan didapatkan tingkat
kesadaran kompos mentis, ada jejas di atas klavikula, TD 100/80 mmhg, frekuensi nadi
90x/menit, frekuensi napas 28x/menit.
Manakah tindakan yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
a. Pasang collar neck
b. Lakukan cross finger
c. Lakukan head tilt chin lift
d. Lakukan tindakan suctioning
e. Pasang mayo/ oro pharingeal airways
2. Seorang perempuan berusia 45 tahun mengalami kecelakaan, kemudian dibawa ke
UGD oleh keluarganya. Hasil pemeriksaan didapatkan tingkat kesadaran somnolen,
suara napas snoring, TD 100/80 mmhg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas
28x/menit.
Manakah tindakan yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
a. Lakukan cross finger
b. Berikan terapi oksigen
c. Lakukan head tilt chin lift
d. Lakukan tindakan suctioning
e. Pasang mayo/ oro pharingeal airways
3. Seorang bayi perempuan berusia 3 bulan dibawa ibunya ke ruang unit gawat darurat,
pasien mengalami sumbatan jalan napas total. Hasil pengkajian didapatkan warna kulit
mulai terlihat kebiru-biruan, dan kesadaran pasien mulai menurun.
Manakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Chest trust
b. Abdominal trust
c. Heimlich manuveur
d. Cek kesadaran pasien
e. Berikan terapi oksigen
4. Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat, pasien
mengalami sumbatan jalan napas total. Hasil pengkajian didapatkan warna kulit mulai
terlihat kebiru-biruan, dan kesadaran pasien mulai menurun.
Manakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Chest trust
b. Abdominal trust
c. Cek kesadaran pasien
d. Berikan terapi oksigen
e. Anjurkan batuk efektif
TOPIK 3
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
e. Airway
Pada penderita yang tidak sadarkan diri, maka tonus otot-otot tubuh akan
melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan lidah dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan
napas. Jalan napas dapat dibuka oleh penolong dengan metode:
- Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil mengangkat
dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami
gangguan/trauma tulang leher.
Gambar Posisi Tangan dalam Bantuan Pernafasan dengan Bantuan Kantung Pernafasan
5. Komplikasi
a. Aspirasi regurgitasi
b. Fraktur kosta-sternum
c. Pneumotoraks, hematoraks, kontusio paru
d. Laserasi hati atau limpa
B. BANTUAN HIDUP DASAR PADA ANAK DAN BAYI
1. Pendahuluan
Bantuan hidup dasar yang diberikan pada anak dan bayi berbeda dengan yang
dilakukan untuk orang dewasa.
2. Sebab-sebab henti jantung pada anak
a. Kegawatan napas yang tidak dikelola dengan benar
b. Akibat penyakit atau trauma
c. Masalah gangguan irama jantung primer jarang pada anak umur kurang dari 8
tahun
3. Pelaksanaan bantuan hidup dasar
Secara garis besar, prinsip pertolongan bantuan hidup dasar baik dewasa atau anak
harus dikerjakan secara berurutan. Namun yang sangat diperhatikan mengenai cara
pemberian bantuan hidup dasar adalah jumlah penolong dan adanya usaha napas
atau tidak. Untuk anak usia > 8 tahun pertolongan sama dengan dewasa.
LATIHAN PRAKTEK
Coba praktekan RJP pada Dewasa, anak dan bayi pada phantom.
LATIHAN SOAL
1. Urutan tindakan dalam melakukan tindakan resusitasi jantung paru pada klien yang
mengalami henti jantung dan henti nafas adalah :
a. D – R – B – A – C
b. D – R – A – B – C
c. D – R – C – A – B
d. R – D – A – B – C
e. R – D – C – A – B
2. Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan dibawa ke ruang unit gawat darurat, tiba-tiba
pasien mengalami henti napas dan henti jantung. Perawat memakai alat pelindung diri,
kemudian mengecek respon pasien dan mengaktifkan sistem emergency, Manakah
tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Mengecek nadi karotis pasien
b. Mengecek nadi brachialis pasien
c. Memberikan bantuan nafas sebanyak 2 kali
d. Melakukan kompresi jantung sebanyak 30 kali
e. Membuka jalan napas dengan teknik head tilt chin lift
3. Seorang laki-laki berusia 33 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat karena menelan
biji rambutan. Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan
pasien mengalami henti napas dan henti jantung. Perawat langsung melakukan tindakan
resusitasi jantung paru (RJP). Dimanakah posisi tangan perawat tersebut?
a. Mid sternum
b. Seper tiga sternum
c. Bagian atas sternum
d. Intercosta ke empat
e. Procesus xifoideus
4. Seorang laki-laki berusia 39 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat karena serangan
jantung. Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan pasien
mengalami henti napas dan henti jantung. Perawat langsung melakukan tindakan
resusitasi jantung paru (RJP). Berapakah kedalaman pijatan tangan perawat tersebut?
a. 1 cm
b. 2 cm
c. 3 cm
d. 4 cm
e. 5 cm
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Pada saat dikaji pasien mengalami henti napas henti
jantung, perawat melakukan tindakan resusitasi jantung paru. Berapakah kecepatan
minimal melakukan kompresi dalam waktu satu menit?
a. 10-30 x/menit
b. 30-60x/menit
c. 60-100x/menit
d. 100-120x/menit
e. 120-140x/menit
6. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat karena serangan
jantung. Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan pasien
mengalami henti napas dan henti jantung. Dua orang perawat langsung melakukan
tindakan resusitasi jantung paru (RJP). Berapakah rasio kompresi dan ventilasi yang
diberikan?
a. 3 kompresi dan 1 ventilasi
b. 15 kompresi dan 1 ventilasi
c. 15 kompresi dan 2 ventilasi
d. 30 kompresi dan 1 ventilasi
e. 30 kompresi dan 2 ventilasi
TOPIK 4
INITIAL ASSESSMENT
(PENILAIAN DAN PENGELOLAAN AWAL PASIEN TRAUMA)
A. PENGERTIAN
Initial assessment merupakan suatu bentuk penilaian awal kondisi korban/pasien
yang dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga tim medis baik dokter atau perawat
yang melakukan initial assessment harus mempunyai kecakapan dan ketrampilan
khusus dalam menilai kondisi awal pasien tersebut. Inti dari initial assessment ini antara
lain adalah primary survey, secondary survey dan penanganan definitive (menetap).
Primary survey dan secondary survey ini harus selalu dilakukan berulang untuk
menentukan adanya penurunan kondisi pasien, sehingga dapat segera memberikan
resusitasi yang diperlukan.
B. PERSIAPAN
Pada tahap persiapan dibagi menjadi 2 keadaan yaitu: Fase pertama adalah tahap
pra-rumah sakit. Sedangkan fase yang kedua adalah fase rumah sakit.
Dalam setiap tahap tentu berbeda persiapannya.
1. Tahap pra-rumah sakit.
Dalam persiapan pra-rumah sakit petugas diarahkan untuk dapat menstabilisaai,
fiksasi, & transportasi dengan benar serta mampu berkoordinasi dengan dokter
maupun perawat di RS yang dituju.
2. Tahap rumah sakit.
Dalam tahap ini, dimana dilakukan persiapan untuk menerima pasien sehingga
dapat dilakukan tindakan & sesusitasi dslam waktu yang cepat. Serta data2 dalam
tahap pra-rumah sakit juga dibutuhkan diantaranya waktu kejadian, mekanisme
kejadian, serta riwayat pasien.
C. PRIMARY SURVEY
Sebelum melakukan tindakan ke pasien terlebih dulu pakai APD karena kita harus
tanamkan prinsip 3A yaitu Aman diri, aman lingkungan, & aman pasien.
Setelah memakai APD lalukan cek respon pasien dengan cara memanggil nama,
menepuk bahu, rangsang nyeri. Agar kita dapat mengetahui sejauh mana respon pasien
terhadap rangsang suara & rangsang nyeri, bahkan pasien tidak respon sama sekali.
A. TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang patah.
2. Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada bagian
distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.
3. Mengurangi nyeri
4. Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.
5. Mengistirahatkan anggota badan yang patah.
B. MACAM-MACAM
BIDAI
1. Splint
improvisasi
a. Tongkat: payung, kayu, koran, majalah
b. Dipergunakan dalam keadaan emergency untuk memfiksasi ekstremitas bawah
atau lengan dengan badan.
2. Splint konvensional
a. Universal splint extremitas atas dan bawah
Gambar Splint konvensional
C. PERSIAPAN PEMBIDAIAN
1. Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status vaskuler dan
neurologis serta jangkauan gerakan.
2. Pilihlah bidai yang tepat.
E. PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi, sendi di sebelah
proksimal dan distal fraktur.
2. Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas, periksa adanya luka
terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.
3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler dan
neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah pembidaian.
4. Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
5. Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah trauma (dicurigai patah atau
dislokasi).
6. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali ada di tempat
bahaya. Jangan menambahkan gerakan pada area yang sudah dicurigai adanya fraktur ( Do
no harm).
7. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.
a. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat sehingga
menjamin pemakaian bidai yang baik
b. Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.
F. SYARAT-SYARAT PEMBIDAIAN
1. Siapkan alat alat selengkapnya.
2. Sepatu dan seluruh aksesoris korban yang mengikat harus dilepas.
3. Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya bidai diukur dulu pada anggota
badan kontralateral korban yang sehat.
4. Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu longgar.
5. Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan kain pembalut.
6. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tulang yang patah.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Penggunaan bidai , jumlah 2 bidai saja diperbolehkan , tetapi 3 bidai akan lebih baik dan
G. PROSEDUR PEMBIDAIAN
1. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai.
3. Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur panjang bidai pada sisi kontralateral
pasien yang tidak mengalami kelainan.
4. Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar
5. Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan
6. Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal dari tulang yang
patah
7. Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang dibidai.
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii kondisi pasien datang dalam keadaan sudah elbow flexi, sehingga
tidak boleh meluruskan elbow nya. Cukup dilakukan bidai langsung melewati 2 sendi wrist dan elbow pada kondisi
elbow flexi dan bisa ditambahkan mitella tanpa mengangkat lengan bawahnya
Gambar Pemasangan sling / Mitella untuk menggendong lengan yang cedera, seperti pada kasus fraktur antebrachii
yg telah dipasang bidai pada posisi elbow flexi atau fraktur clavicula yg belum dipasang ransel verban
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur femur, (melewati dua sendi) dari proksimal sendi panggul
hingga melalui lutut
Gambar Pemasangan bidai pada fraktur cruris, bidai dipasang mulai dari sisi proximal sendi lutut
hingga distal dari pergelangan kaki
I. OBSERVASI SETELAH TINDAKAN
Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman dengan bebat dan bidai yang
dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu ketat atau terlalu longgar. Bila pasien
masih merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di bawah bidai. Longgarkan bebat jika
dirasakan terlalu kencang. Lakukan re-evaluasi terhadap ekstremitas di sebelah distal segera
setelah memasang bebat dan bidai, meliputi :
- Warna kulit di distal
- Fungsi sensorik dan motorik ekstremitas.
- Pulsasi arteri
- Pengisian kapiler
Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bebat dan bidai adalah elevasi
ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti inflamasi, serta anti pruritik untuk
mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada pasien untuk
menjaga bebatnya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya lebih awal dari
waktu yang diinstruksikan dokter.
J. KOMPLIKASI PEMASANGAN
Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya menjadi lebih kencang
karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara jelas kepada pasien untuk
datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda gangguan neurovaskuler atau
compartment syndrome, seperti bertambahnya pembengkakan atau rasa nyeri, kesulitan
menggerakkan jari, dan gangguan fungsi sensorik.
TOPIK 6
EVAKUASI KORBAN BENCANA
A. TRIASE BENCANA
Traige adalah penilaian, pemilahan dan pengelompokan penderita yang akan
mendapatkan penanganan medis evakuasi pada kondisi kejadian masal atau bencana.
Pada kejadian bencana biasanya banyak korban, sedangkan petugas dan peralatan
pertolongan serba terbatas sehingga perlu melakukan pemilahan untuk menentukan prioritas.
Salah satu metoda triage pada bencana adalah START singkatan dari Simple Triage And
Rapid Treatment. Metode START sangat mudah dilakukan meski oleh orang awam sekalipun.
Hal ini memang karena triage seyogyanya dilakukan oleh siapa saja yang pertama kali kelokasi
kejadian.
Hasil dari proses traiage adalah pengelompokan pederita sesuai berat ringannya
masalah pada penderita tersebut. Agar pengelompokannya mudah dikenali oleh petugas lain
maka dalam triage penting sekali untuk melakukan labeling dengan warna yang sudah diakui
secara international yaitu Merah, Kuning, Hijau, dan Hitam.
1. MERAH --> High Priority --> memerlukan penanganan segera
2. KUNING --> Intermediate Priority --> apabila tidak segera diberi pertolongan akan
memburuk
3. HIJAU --> Low Priority --> Penanganan penderita dapat ditunda
4. HITAM --> Lowest Priority --> penderita yang tidak bisa dipertahankan lagi atau sudah
meninggal
B. Prosedur START :
Langkah 0
- Panggil korban yang masih bisa berjalan untuk mendekat kearah petugas yang berada
dilokasi aman (collecting area). Korban yang bisa berjalan mendekat diberikan label HIJAU
Langkah 1 (Airway + Breathing)
- Cek pernapasan, Apabila tidak bernapas buka jalan napasnya, jika tetap tidak bernapas
berikan label HITAM.
- Pernapasan > 30 kali / menit atau
- Pernapasan 10-30 kali permenit kelangkah berikutnya
Langkah 2 (Circulation)
- Cek CRT (Tekan Kuku tangan penderita) kemudian lepas, apabila kembali merah lebih dari 2
detik (> 2 detik) berikan label MERAH.
- Apabila pencahayaan kurang untuk CRT, lakukan cek nadi radialis, apabila tidak teraba atau
lemah berikan label MERAH.
- Apabila nadi radialis teraba kelangkah berikut.
Langkah 3 (Mental Status)
- Berikan perintah sederhana kepada penderita, Apabila mengikuti berikan label KUNING.
- Apabila tidak dapat mengikuti perintah berikan label MERAH.
Setelah melakukan langkah-langkah triage dan memberikan label/tanda pada penderita, segera
untuk menuju kependerita lain yang belum dilakukan triage. Triage harus selalu dievaluasi untuk
menghindari kemungkinan terjadi kesalahan waktu triage. Atau bisa juga perubahan terjadi ketika
kondisi penderita membaik atau memburuk.
Tabel latihan triage metode START
NO KONDISI KORBAN TRIASE
1. Seorang laki-laki berusia 50 tahun, korban masal bencana gempa bumi di kaki
gunung burangrang, ditemukan bersama korban lainnya. Terdapat luka terbuka
pada pelipis sebelah kanan dan memegangi tangannya sebelah kiri. Saat dipanggil-
panggil korban masih bisa berjalan untuk mendekat kea rah petugas yang berada
dilokasi aman (collecting area). Frekuensi nafas 24x/menit, CRT 2 detik, frekuensi
nadi 72x/menit
2. Seorang wanita diperkirakan berusia 30 tahun, korban kecelakaan lalu lintas
tabrakan beruntun di KM 73 tol padaleunyi Jawa Barat. Terdapat perdarahan pada
hidung dan telinga. Saat dipanggil dengan perintah sederhana korban tidak
berespon, ditemukan kondisi pernapasan tidak ada, (tidak bernapas) setelah
dilakukan tindakan buka jalan napas dengan teknik jaw trust tetap tidak bernapas,
nadi radial tidak teraba, CRT 4-5 detik
3. Seorang laki-laki berusia 40 tahun korban bencana longsor di Pangalengan.
Korban diam saja saat dipanggil dan diperintah dengan perintah sederhana. Saat
diperiksa ditemukan pernapasan tidak ada, (tidak bernapas), terdapat fraktur
terbuka 1/3 distal pada tulang ulna, terdapat perdarahan sekitar tangan dan kaki,
selanjutnya dilakukan tindakan buka jalan napas dengan teknik head tilt chin lift,
korban dapat bernapas 40x/menit, CRT >3-4 kali/menit dan nadi radial tidak
teraba.
4. Seorang laki-laki berusia 19 tahun korban kecelakaan lalu lintas tabrakan
beruntun di KM 73 tol padaleunyi Jawa Barat. Saat diperiksa ditemukan kondisi
korban mengalami luka pada bahu sebelah kanan dan terdapat jejas sekitar
punggung sampai perut. Korban dapat bernapas 28x/menit, nadi radial teraba,
CRT 3-4 detik, korban dapat berespon ketika diminta mengangkat tangannya yang
mengalami perdarahan dan mengangguk ketika diminta untuk tetap tenang.
5. Seorang laki-laki berusia 60 tahun korban kecelakaan lalu lintas tabrakan
beruntun di KM 73 tol padaleunyi Jawa Barat. Tidak berespon ketika diminta untuk
berjalan. Saat diperiksa ditemukan kondisi korban bernapas 20x/menit, nadi
radial teraba, CRT < 2 detik. Saat diminta untuk menggenggam tangannya, korban
tidak dapat melakukannya, kesadaran tidak dapat berespon pada panggilan/
perintah sederhana.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penanggulangan pasien gawat darurat
adalah faktor Transportasi. Transportasi dalam hal ini tidak hanya sekedar mengangkut
penderita ke suatu rumah sakit saja, tetapi bagaimana kita dapat mengangkut penderita dari
tempat kejadian ke rumah sakit yang sesuai dengan cepat dan aman.
1. Tarikan Lengan
Posisikan diri anda pada sisi kepala. Masukkan lengan kanan anda di bawah ketiak kanan
penderita dan pegang lengan bawah penderita, lakukan hal yang sama dengan lengan kiri.
Silangkan kedua lengan penderita di depan dada, lalu tariklah penderita kebelakang. Tentu
saja kedua kaki penderita akan terbentur karena itu kalau tidak terpaksa jangan lakukan ini.
Gambar Tarikan Lengan
2. Tarikan Bahu
Berlututlah di bagian kepala penderita, masukkan kedua tangan anda di bawah ketiak
penderita, cengkram, lalu tariklah kebelakang sekali lagi cara ini berbahaya.
3. Tarikan Baju
Untuk melakukan tehnik ini sebelumnya lakukan hal di bawah ini : Pertama, ikat tangan
penderita atau pergelangan tanggannya dengan longgar pakaikan kain segitiga atau kasa
gulung untuk melindungi selama pemindahan. Kemudian cengkram bahu dari baju
penderita. Tarik baju kebawah kepala penderita untuk membentuk penyokong. Gunakan
ujung baju ini sebagai ganggang untuk menarik penderita ke arah anda. hati –hati jangan
sampai penderita tercekik. Tarikan baju hanya dapat dilakukan pada baju yang kuat
bahannya.
5. Menjulang
Gendong penderita di belakang punggung penolong dengan satu penolong dengan cara
mengangkat lalu membopongnya cara ini lazim dipakai oleh pemadam kebakaran.
AHA. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan
ECC.
Curley, M. and M. Harmon (2001). Critical Care Nursing of Infants and Children. Saunders Company.
Jevon, P. and B. Ewens (2008). Pemantauan Pasien Kritis. Jakarta, Erlangga Medical Series.
Kozier & Erb. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi -5. EGC. Jakarta
Krisanty, P., S. Manurung, et al. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta, CV. Trans Info
Media.
Pusdik SDM Kesehatan. (2016). Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
A = Alert (sadar). Pasien dapat dikatakan sadar apabila pasien mampu berorientasi
terhadap tempat, waktu, & orang. Penderita benar-benar
mengetahui apa yang terjadi disekitarnya, dimana ia berada, waktu
itu, bahkan siapa anda. Hal ini digambarkan sebagai Alert (sadar).
V = Verbal (Respon Pasien ini dalam keadaan disorientasi tetapi masih bisa diajak bicara.
terhadap suara). Bayangkan ketika ada pasien tidak bergerak maupun membuka
mata, lalu anda berkata "selamat pagi, nama bapak siapa?". Ketika
itu juga pasien akan membuka mata / hanya berkata "Huuuhh??!".
P = Pain (Respon Dalam keadaan ini, pasien hanya berespon terhadap rangsang nyeri.
terhadap rangsang Ketika anda menekan ujung kaki/kuku pasien, pasien akan
nyeri). merespon dengan menjauh/menarik jarinya dari cubitan anda.
U = Unresponsive/Tidak Pasien tidak memberikan respon apa2, baik diberi rangsang suara
Sadar. maupun rangsang nyeri.
FORMAT PENILAIAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) PADA DEWASA
Kelas : 2A
No NIM Nama Kelompok 23 Mei '23 30 Mei '23
Kelas : 2B
No NIM Nama Kelompok 25 Mei '23 29 Mei '23