Poa Anemia
Poa Anemia
Poa Anemia
Disusun Oleh:
2023
ABSTRAK
Pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan tujuan untuk mengurangi sekaligus mencegah
terjadinya anemia pada remaja putri yang masih banyak terjadi. Hal ini menimbulkan
keresahan bagi kami karna hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah penyakit
dan akan berimbas pada masalah lainnya. Oleh karna itu kami berharap dengan adanya
kegiatan ini dapat membantu menguraangi permasalahan anemia pada remaja putri.
World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa lebih dari 30 % atau 2
miliar orang di dunia berstatus anemia, sedangkan prevalensi di Asia Tenggara adalah 25-40%
remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat ringan sampai berat.(7) Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi anemia sebanyak 14,8% dan mengalami
peningkatan menjadi 21,7% menurut data Riskesda tahun 2013.(8, 9) Riskesdas 2007 prevalensi
anemia berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 9,4% dan kelompok umur 15-24
tahun sebanyak 6,9%.
Pelatihan pembuatan spanish cupcake di lakukan untuk menambah inovasi dalam pembuatan
cemilihan sehat dengan bahan yang sederhana mudah di dapat.
ABSTRAKS
In counseling and training activities with the aim of reducing and preventing the occurrence of
anemia in young women which still occurs a lot. This causes anxiety for us because it can cause
various kinds of disease problems and will impact on other problems. Therefore, we hope that
this activity can help reduce the problem of anemia in young women.
The World Health Organization (WHO) in 2015 reported that more than 30% or 2 billion people
in the world have anemia status, while the prevalence in Southeast Asia is 25-40% of young
women experiencing mild to severe anemia.(7) Based on Riskesdas data in 2015 In 2007, the
prevalence of anemia was 14.8% and it increased to 21.7% according to Riskesda data in 2013.
(8, 9) Riskesdas 2007 The prevalence of anemia based on the age group 5-14 years was 9.4%
and the age group 15-24 year as much as 6.9%.
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah gizi perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Akhmadi 2008, h. 1). Remaja putri berisiko menderita anemia lebih tinggi daripada
remaja putra. Hal ini didasarkan pada kenyataan remaja putri sering melakukan diet agar tubuh
tetap langsing, tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan tubuh akan zat gizi, baik makro maupun
mikro. Anemia terjadi karena kekurangan zat besi dan asam folat. Anemia gizi merupakan salah
satu masalah gizi di Indonesia tahun 2006, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9% diderita oleh
Wanita Usia Subur (WUS) dan 40,1% diderita oleh ibu hamil (Dyah, 2008) Penyebab utama
anemia gizi di Indonesia adalah rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia masih cukup tinggi,
yaitu pada remaja wanita 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1%, dan anak
balita 47,0% yang dilaporkan oleh Depkes RI (2005).Berdasarkan data dari Survey Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2007, tentang pengetahuan remaja mengenai
Anemia, didapatkan 87,3% remaja pernah mendengar tentang anemia, sedangkan yang tidak
pernah mendengar penyakit anemia sebesar 12,7%. Diantara tanda penyakit anemia jawaban
tertinggi menjawab muka pucat sebesar 52,8% selanjutnya mata berkunang-kunang sebesar
46,5%.
Sesuai hasil survey masih perlu dilakukan sosialisasi mengenai pengetahuan remaja tentang
anemia karena masih banyak yang belum diketahui remaja tentang bagaimana cara pencegahan
dan penanganan anemia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007). Pada tahun
2014 Dinas kesehatan kabupaten Karawang melakukan pemeriksaan hemoglobin pada siswa
remaja putri kelas X SMAN 1 BATUJAYA. Diperoleh data dari 156 pelajar putri terdapat 29
pelajar putri (18,58%) yang mengalami anemia (Data Dinkes kab Karawang 2014).
Permasalahan yang dapat diuraikan berdasarkan latar belakang di atas yaitu dengan melakukan
penyuluhan gambaran pengetahuan tentang anemia pada siswa remaja putri kelas X SMAN 1
a.Tujuan Umum
b.Tujuan Khusus
-Mengetahui dan mampu menyebutkan fungsi makanan sebagai sumber zat besi
1.3 Manfaat
Kegiatan ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai gambaran tingkat pengetahuan
pada siswa remaja putri kelas X tentang anemia di SMAN 1 BATUJAYA kabupaten Karawang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
A.Pengertian Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.
terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada
normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya
guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia
yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi
Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup ditandai dengan gambaran
sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin
menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan
tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali (Gultom 2003).
Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai dengan timbulnya
Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot ion), tanpa disertai
dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi besi dalam serum (SI).
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti dengan
penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin. Pada tahap ini mungkin
anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat normokrom
normositik.Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan zat besi (iron deficient
erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata dengan
d. Tahap IV
Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi cadangan besi,
kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin turun dan eritrosit jelas bentuknya
darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi
7
molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya
Tabel 1
4 Anak-anak 11-13
dihidrolisis dengan HCL (asam klorida) menjadi globin ferrp-hem (Supariasa, 2001).
8
b. Pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara pemeriksaan
pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas volume sebesar 10
mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu berjarak 0.133 milimeter sampai pada
dinding parallel celah optis tempat kuvet berada. Prinsip system hemocue terdiri dari
3. Penyebab Anemia
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau ganguan
genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan
asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi,
kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi dalam
Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan
remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran darah merah tidak dapat
menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau
obat tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel
darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk
9
bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia(Adriani &
Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam
bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia antara14-15
tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah
kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang
untuk memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada
remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk
mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia Tenggara juga
berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini umunya berhubungan
10
kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin parahnya kekurangan zat besi
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang juga dapat
meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang tinggal di
wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan makanan karena
ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Remaja dengan
status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali dibandingkan remaja
dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh
Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor
protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu
11
berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait anemia ditemukan
pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.
4. Gejala Anemia
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul kelainan darah
menyebutkan gejala anemia sebagai berikut: a) kulit pucat; b) detak jantung meningkat;
c) sulit bernafas; d) kurang tenaga atau cepat lelah; e) pusing terutama saat berdiri; f)
sakit kepala; g) siklus menstruasi tidak menentu; h) lidah yang bengkak dan nyeri; i) kulit
mata dan mulut berwarna kuning; j) limpa atau hati membesar; k) penyembuhan luka atau
5. Pencegahan Anemia
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe).
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat
d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
12
2.2 Remaja
B.Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin(adolescer) yang artinya tumbuh. Pada masa
ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-
anak dan sebelum dewasa. (Briawan, 2014). Masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-
perubahan cepat sehingga asupan gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat
tumbuh optimal (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).Menurut pandangan ahli gizi, masa remaja
adalah masa pertumbuhan penting dan tercepat kedua setelah masa bayi.Perubahan fisik dan
organ reproduksi yang pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan zat gizi serta makanan
remaja.(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
b. Ciri-ciri perkembangan
Menurut Widiyastuti et al (2009), terjadi pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan antara lain :
1) Rambut
Mulai tumbuhnya rambut kemaluan setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu
ketiak dan bulu wajah mulai terlihat setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah awalnya
lurus dan warnanya terang, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan lebih
keriting.
2) Pinggul
Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini terjadi akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
3) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara dan putting susu mulai menonjol.
4) Kulit
13
Kulit menjadi lebih kasar, tebal dan pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda halnya dengan
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan pada kelenjar lemak
dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan masa haid.
6) Otot
Menjelang akhir dari masa pubertas otot menjadi semakin membesar dan kuat.
7) Suara
Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita.Ciri-ciri perkembangan
psikologi remaja putri menurut Asrinah dkk (2011), yaitu :
1) Pemekaran dirisendiri (extension of the self), ditandai dengan kemampuan seseorang untuk
menganggap orang lain atau hal lain sebagai dari dirinya sendiri. Perasaan egoism berkurang,
sebaliknya tumbuh perasaan ingin memiliki.
2) Kemampuan diri untuk melihat dirinya sendiri secara obyektif(self obyektivication) ditandai
dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk
menangkap humor.
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya yang berada di suatau wilayah.
WHO membagi kurun usia remaja dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun. Sedangkan batasan usia remaja di Indonesia ialah usia 11-24 tahun dan belum
menikah (Sarwono, 2011).Menururt Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja
awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan remaja tengah (15-17 tahun) dan masa remaja
akhir (18-21 tahun).Batasan remaja menurut Soetjiningsih (2010) meliputi :
1) Masa remaja awal (Early adolescence)Usia 11-13 tahun. Merupakan tahap awal, tampak
perubahan fisik yaitu fisik mulai matang dan berkembang. Pada tahap ini terjadi peningkatan
14
kadar hormone estrogen pada remaja perempuan ditandai dengan menarche.
2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) Usia 14-16 tahun. Remaja mengalami
kematangan fisik secara penuh pada anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak
perempuan mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual mencapai puncak.
3) Masa remaja akhir (Late adolescence)
Usia 17-20 tahun. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan fisik secara penuh seperti
orang dewasa.
15
Bab III
Isi
A. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Penanggung Waktu Tempat Lokasi
Jawab
Menyusun Tersusu Siswa Mahasiswa 15 juni Ruang SMAN
Jadwal, nnya remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
Materi Dan Kegiata Kelas X pembimbing
Kegiatan n serta Guru di
Penyuluhan Penyulu SMAN
han Batujaya
Terlaksana Sebagai Siswa Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
nya tempat remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
penyuluhan penyeba Kelas X pembimbing
penyampaian ran serta Guru di
materi Informa SMAN
menggunakan si Batujaya
power Point
16
respond
en
Evaluasi Menilai Guru dan Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
efesiensi Siswa dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
atau remaja pembimbing
mengata Kelas X serta Guru di
si SMAN
kekuran Batujaya
gan nya
da pada
suatu
program
Penutup Selesai Guru dan Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
nya Siswa dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
suatu remaja pembimbing
program Kelas X serta Guru di
yang SMAN
telah Batujaya
terlaksa
nakan
B. Tujuan Kegiatan : Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang
anemia di Kelas X SMAN 1 Batujaya Kabupaten Karawang.
C. Materi kegiatan :
6.) Penjelasan pola hidup yang sehat supaya terhindar dari anemia
17
E. Kerjasama lintas sektor : Kepala Sekolah Dan seluruh Guru di SMAN Batujaya
Kabupaten Karawang
F. Metode : penyuluhan
1. Alat : Proyektor,Laptop
J. Dana
K. Rencana evaluasi :
2. Proses : evaluasi akan di lakukan dengan melihat antusias peserta dalam menjalani
penyuluhan tersebut.
18
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan tujuan untuk mengurangi sekaligus mencegah
terjadinya anemia pada remaja putri yang masih banyak terjadi. Hal ini menimbulkan keresahan
bagi kami karna hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah penyakit dan akan
berimbas pada masalah lainnya. Oleh karna itu kami berharap dengan adanya kegiatan ini dapat
membantu menguraangi permasalahan anemia pada remaja putri.
Pelatihan pembuatan spanish cupcake di lakukan untuk menambah inovasi dalam pembuatan
cemilihan sehat dengan bahan yang sederhana mudah di dapat. Rasa dari cupcake yang lezat
dapat menarik perhatian remaja putri untuk mengkonsumsinya dengan adanya kandungan zat
besi pada bayam dapat membantu permasalahn anemia pada remaja.
19