0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan19 halaman

Poa Anemia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 19

PENYULUHAN TERKAIT PENINGKATAN GAMBARAN PENGETAHUAN

TENTANG ANEMIA PLAN OF ACTION ( POA) PADA SISWA REMAJA PUTRI


KELAS X DI SMAN 1 BATUJAYA KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2023

Dosen pengampu : Ibu. Kiki Puspasari, S.KM, M.Si

Disusun Oleh:

Zaskia Ramdayani (030920023)

Visca Viorina (030920021)

Universitas Medika Suherman

Program Studi Sarjana Gizi

2023
ABSTRAK

Pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan tujuan untuk mengurangi sekaligus mencegah
terjadinya anemia pada remaja putri yang masih banyak terjadi. Hal ini menimbulkan
keresahan bagi kami karna hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah penyakit
dan akan berimbas pada masalah lainnya. Oleh karna itu kami berharap dengan adanya
kegiatan ini dapat membantu menguraangi permasalahan anemia pada remaja putri.

World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa lebih dari 30 % atau 2
miliar orang di dunia berstatus anemia, sedangkan prevalensi di Asia Tenggara adalah 25-40%
remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat ringan sampai berat.(7) Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi anemia sebanyak 14,8% dan mengalami
peningkatan menjadi 21,7% menurut data Riskesda tahun 2013.(8, 9) Riskesdas 2007 prevalensi
anemia berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 9,4% dan kelompok umur 15-24
tahun sebanyak 6,9%.

Pelatihan pembuatan spanish cupcake di lakukan untuk menambah inovasi dalam pembuatan
cemilihan sehat dengan bahan yang sederhana mudah di dapat.

ABSTRAKS

In counseling and training activities with the aim of reducing and preventing the occurrence of
anemia in young women which still occurs a lot. This causes anxiety for us because it can cause
various kinds of disease problems and will impact on other problems. Therefore, we hope that
this activity can help reduce the problem of anemia in young women.

The World Health Organization (WHO) in 2015 reported that more than 30% or 2 billion people
in the world have anemia status, while the prevalence in Southeast Asia is 25-40% of young
women experiencing mild to severe anemia.(7) Based on Riskesdas data in 2015 In 2007, the
prevalence of anemia was 14.8% and it increased to 21.7% according to Riskesda data in 2013.
(8, 9) Riskesdas 2007 The prevalence of anemia based on the age group 5-14 years was 9.4%
and the age group 15-24 year as much as 6.9%.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat (Akhmadi 2008, h. 1). Remaja putri berisiko menderita anemia lebih tinggi daripada

remaja putra. Hal ini didasarkan pada kenyataan remaja putri sering melakukan diet agar tubuh

tetap langsing, tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan tubuh akan zat gizi, baik makro maupun

mikro. Anemia terjadi karena kekurangan zat besi dan asam folat. Anemia gizi merupakan salah

satu masalah gizi di Indonesia tahun 2006, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

(Public Health Problem).

Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9% diderita oleh

Wanita Usia Subur (WUS) dan 40,1% diderita oleh ibu hamil (Dyah, 2008) Penyebab utama

anemia gizi di Indonesia adalah rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia masih cukup tinggi,

yaitu pada remaja wanita 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1%, dan anak

balita 47,0% yang dilaporkan oleh Depkes RI (2005).Berdasarkan data dari Survey Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2007, tentang pengetahuan remaja mengenai

Anemia, didapatkan 87,3% remaja pernah mendengar tentang anemia, sedangkan yang tidak

pernah mendengar penyakit anemia sebesar 12,7%. Diantara tanda penyakit anemia jawaban

tertinggi menjawab muka pucat sebesar 52,8% selanjutnya mata berkunang-kunang sebesar

46,5%.

Sesuai hasil survey masih perlu dilakukan sosialisasi mengenai pengetahuan remaja tentang
anemia karena masih banyak yang belum diketahui remaja tentang bagaimana cara pencegahan

dan penanganan anemia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2007). Pada tahun

2014 Dinas kesehatan kabupaten Karawang melakukan pemeriksaan hemoglobin pada siswa

remaja putri kelas X SMAN 1 BATUJAYA. Diperoleh data dari 156 pelajar putri terdapat 29

pelajar putri (18,58%) yang mengalami anemia (Data Dinkes kab Karawang 2014).

Permasalahan yang dapat diuraikan berdasarkan latar belakang di atas yaitu dengan melakukan

penyuluhan gambaran pengetahuan tentang anemia pada siswa remaja putri kelas X SMAN 1

BATUJAYA dikabupaten Karawang.

1.2 Tujuan Umum & Khusus

a.Tujuan Umum

-Meningkatkan pemahaman mengenai gambaran masalah anemia pada remaja putri

b.Tujuan Khusus

-Mengetahui dan mampu menyebutkan makanan sumber zat besi

-Mengetahui dan mampu menyebutkan fungsi makanan sebagai sumber zat besi

1.3 Manfaat

Kegiatan ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai gambaran tingkat pengetahuan

pada siswa remaja putri kelas X tentang anemia di SMAN 1 BATUJAYA kabupaten Karawang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

A.Pengertian Anemia

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.

(WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia

terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &

Veretamala, 2017).

Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada

normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya

guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia

yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi

lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012).

Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi

dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup ditandai dengan gambaran

sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin

menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan

tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali (Gultom 2003).

1. PatogenesaAnemia Defisiensi Besi

Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai dengan timbulnya

gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa tahap :


a. Tahap I

Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot ion), tanpa disertai

dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi besi dalam serum (SI).

Pada pemeriksaan didapat kadar ferritin berkurang.

b. Tahap II

Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti dengan

penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin. Pada tahap ini mungkin

anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan bersifat normokrom

normositik.Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang kekurangan zat besi (iron deficient

erythropoiesis).

c. Tahap III

Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata dengan

gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.

d. Tahap IV

Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi cadangan besi,

kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin turun dan eritrosit jelas bentuknya

hipokrom mikrositik.Pada stadium ini kekurangan besi telah mencapai jaringan-

jaringan.Gejala klinisnya sudah nyata (Yuni, 2015).

2. Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam

darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut

oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi

(heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2

7
molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya

disandi oleh gen globin alpha dan beta (Yuni, 2015).

Kadar hemoglobin pada setiap golongan berbeda, kadar hemoglobin bervariasi

tergantung umur dan jenis kelamin.

Tabel 1

Batas Normal Kadar Hemoglobin (Hb)

No Kelompok Hemoglobin (gr/dl)

1 Bayi Baru Lahir 17-22

2 Bayi 1 Minggu 15-20

3 Bayi 1 Bulan 11-15

4 Anak-anak 11-13

5 Remaja Laki-laki 14-18

6 Remaja Putri 12-16

7 Laki-laki Dewasa 14-18

8 Wanita Dewasa 12-16

9 Laki-laki Paruh Baya 12,4-14,9

10 Wanita Paruh Baya 11,7-13,8

Sumber :(Yuni, 2015)

Beberapa metode pengukuran Hb yang dapat digunakan yaitu:

a. Pemeriksaan Hb dengan metode Sahli, dalam peggunaan metode ini Hb

dihidrolisis dengan HCL (asam klorida) menjadi globin ferrp-hem (Supariasa, 2001).

8
b. Pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara pemeriksaan

hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan diukur dengan alat

spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu (Supariasa, 2001).

c. Pemeriksaan Hb dengan metode hemocue, metode ini dilakukan dengan

pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas volume sebesar 10

mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu berjarak 0.133 milimeter sampai pada

dinding parallel celah optis tempat kuvet berada. Prinsip system hemocue terdiri dari

pembaca hemoglobin kecil portable, dan memakai mikrocuvettes sekali pakai.

3. Penyebab Anemia

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau ganguan

genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan

asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi,

kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi dalam

tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia.

Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan

kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).

Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan

remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran darah merah tidak dapat

menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau

obat tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel

darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk

memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini

9
bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia(Adriani &

Wirjatmadi, 2014).

Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam

bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:

a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi

Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia antara14-15

tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah

kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang

untuk memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada

remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan

menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk

mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok

remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding remaja putra.

b. Kurangnya Asupan Zat Besi

Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya

bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya

kebutuhan zat besi pada masa remaja.

c. Kehamilan pada Usia Remaja

Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia Tenggara juga

berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini umunya berhubungan

dengan kehamilan dini, dimana kehamilan meningkatkan

10
kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin parahnya kekurangan zat besi

dan anemia gizi besi yang dialami remaja perempuan.

d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit

Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang juga dapat

meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif

dan anemia gizi besi.

e. Sosial-Ekonomi

Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang tinggal di

wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan makanan karena

ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2013 juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak

mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan (20,6%) .

f. Status Gizi

Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Remaja dengan

status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali dibandingkan remaja

dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh

Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor

protektif anemia.

g. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai

macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu

keyakinan tertentu sehingga seseorang

11
berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait anemia ditemukan

pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.

4. Gejala Anemia

Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul kelainan darah

menyebutkan gejala anemia sebagai berikut: a) kulit pucat; b) detak jantung meningkat;

c) sulit bernafas; d) kurang tenaga atau cepat lelah; e) pusing terutama saat berdiri; f)

sakit kepala; g) siklus menstruasi tidak menentu; h) lidah yang bengkak dan nyeri; i) kulit

mata dan mulut berwarna kuning; j) limpa atau hati membesar; k) penyembuhan luka atau

jaringan yang terganggu.

5. Pencegahan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan cara:

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani

(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, tempe).

c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c

(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat

untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah

Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:

kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

12
2.2 Remaja

B.Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin(adolescer) yang artinya tumbuh. Pada masa
ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-
anak dan sebelum dewasa. (Briawan, 2014). Masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-
perubahan cepat sehingga asupan gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat
tumbuh optimal (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).Menurut pandangan ahli gizi, masa remaja
adalah masa pertumbuhan penting dan tercepat kedua setelah masa bayi.Perubahan fisik dan
organ reproduksi yang pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan zat gizi serta makanan
remaja.(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).

b. Ciri-ciri perkembangan

Menurut Widiyastuti et al (2009), terjadi pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan antara lain :

1) Rambut

Mulai tumbuhnya rambut kemaluan setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu
ketiak dan bulu wajah mulai terlihat setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah awalnya
lurus dan warnanya terang, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan lebih
keriting.

2) Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini terjadi akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

3) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara dan putting susu mulai menonjol.

4) Kulit

13
Kulit menjadi lebih kasar, tebal dan pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda halnya dengan

laki-laki, kulit pada wanita tetap lebih lembut.


5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan pada kelenjar lemak

dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan masa haid.

6) Otot

Menjelang akhir dari masa pubertas otot menjadi semakin membesar dan kuat.

7) Suara

Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita.Ciri-ciri perkembangan
psikologi remaja putri menurut Asrinah dkk (2011), yaitu :

1) Pemekaran dirisendiri (extension of the self), ditandai dengan kemampuan seseorang untuk
menganggap orang lain atau hal lain sebagai dari dirinya sendiri. Perasaan egoism berkurang,
sebaliknya tumbuh perasaan ingin memiliki.

2) Kemampuan diri untuk melihat dirinya sendiri secara obyektif(self obyektivication) ditandai
dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk
menangkap humor.

3) Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)


c. Batasan Masa Remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya yang berada di suatau wilayah.
WHO membagi kurun usia remaja dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun. Sedangkan batasan usia remaja di Indonesia ialah usia 11-24 tahun dan belum
menikah (Sarwono, 2011).Menururt Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja
awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan remaja tengah (15-17 tahun) dan masa remaja
akhir (18-21 tahun).Batasan remaja menurut Soetjiningsih (2010) meliputi :
1) Masa remaja awal (Early adolescence)Usia 11-13 tahun. Merupakan tahap awal, tampak
perubahan fisik yaitu fisik mulai matang dan berkembang. Pada tahap ini terjadi peningkatan

14
kadar hormone estrogen pada remaja perempuan ditandai dengan menarche.
2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) Usia 14-16 tahun. Remaja mengalami
kematangan fisik secara penuh pada anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak
perempuan mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual mencapai puncak.
3) Masa remaja akhir (Late adolescence)
Usia 17-20 tahun. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan fisik secara penuh seperti
orang dewasa.

15
Bab III

Isi

A. Jadwal Kegiatan

 
No Kegiatan Tujuan Sasaran Penanggung Waktu Tempat Lokasi
Jawab
Menyusun Tersusu Siswa Mahasiswa 15 juni Ruang SMAN
Jadwal, nnya remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
Materi Dan Kegiata Kelas X pembimbing
Kegiatan n serta Guru di
Penyuluhan Penyulu SMAN
han Batujaya
Terlaksana Sebagai Siswa Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
nya tempat remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
penyuluhan penyeba Kelas X pembimbing
penyampaian ran serta Guru di
materi Informa SMAN
menggunakan si Batujaya
power Point

Terlaksana Sebagai Siswa Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN


nya media remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
penyuluhan Penyeba Kelas X pembimbing
dgn ran serta Guru di
menggunakan Informa SMAN
media leaflet si Batujaya
Terlaksanany Terlaksa Siswa Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
a nanya remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
Pemberian susunan Kelas X pembimbing
suplementasi Kegiata serta Guru di
n SMAN
Batujaya
Memberikan Sebagai Siswa Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
soal Pre Test alat remaja dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
dan Post Test untuk Kelas X pembimbing
mengeta serta Guru di
hui SMAN
pemaha Batujaya
man
kepada

16
respond
en
Evaluasi Menilai Guru dan Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
efesiensi Siswa dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
atau remaja pembimbing
mengata Kelas X serta Guru di
si SMAN
kekuran Batujaya
gan nya
da pada
suatu
program
Penutup Selesai Guru dan Mahasiswa 01 juli Ruang SMAN
nya Siswa dan Dosen 2023 kelas X Batujaya
suatu remaja pembimbing
program Kelas X serta Guru di
yang SMAN
telah Batujaya
terlaksa
nakan

B. Tujuan Kegiatan : Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang
anemia di Kelas X SMAN 1 Batujaya Kabupaten Karawang.

C. Materi kegiatan :

1.) Pencegahan anemia pada remaja putri

2.) Tujuan pencegahan anemia pada remaja putri

3.) Cara terhindar dari anemia

4.) Penjelasan zat gizi yang baik untuk penderita anemia

5.) Penjelasan mengenai tablet tambah darah untuk remaja putri

6.) Penjelasan pola hidup yang sehat supaya terhindar dari anemia

D. Sasaran : Remaja Putri Kelas X di SMAN 1 Batujaya Kabupaten Karawang

17
E. Kerjasama lintas sektor : Kepala Sekolah Dan seluruh Guru di SMAN Batujaya
Kabupaten Karawang

F. Metode : penyuluhan

G. Lokasi : SMAN Batujaya Kabupaten Karawang

H. Media : leaflet & ppt

I. Alat dan bahan :

1. Alat : Proyektor,Laptop

J. Dana

No Jenis Pelengkapan Volume Harga Satuan Nilai


1 Kertas 3 box 250.000 750.000
2 Papan Ujian 4 pcs 20.000 80.000
3 Pulpen 1 Lusin 6.000 72.000
4 Spidol 1 Lusin 10.000 120.000
5 Bensin Transpotasi 20 liter 12.000 240.000
6 Konsumsi 4 100.000 400.000
7 Cendramata 50 pcs 30.000 1.500.000
Total Rp.3.162.000

K. Rencana evaluasi :

1. Input : 80% peserta yang di undang datang pada penyuluhan

2. Proses : evaluasi akan di lakukan dengan melihat antusias peserta dalam menjalani
penyuluhan tersebut.

3. Output . evaluasi di lihat dari hasil prost dan pre test.

18
Bab IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan tujuan untuk mengurangi sekaligus mencegah
terjadinya anemia pada remaja putri yang masih banyak terjadi. Hal ini menimbulkan keresahan
bagi kami karna hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah penyakit dan akan
berimbas pada masalah lainnya. Oleh karna itu kami berharap dengan adanya kegiatan ini dapat
membantu menguraangi permasalahan anemia pada remaja putri.

Pelatihan pembuatan spanish cupcake di lakukan untuk menambah inovasi dalam pembuatan
cemilihan sehat dengan bahan yang sederhana mudah di dapat. Rasa dari cupcake yang lezat
dapat menarik perhatian remaja putri untuk mengkonsumsinya dengan adanya kandungan zat
besi pada bayam dapat membantu permasalahn anemia pada remaja.

19

Anda mungkin juga menyukai