Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 108

i

MANAGEMENT PENDIDIKAN
BERBASIS SEKOLAH
Copyright © November 2022

Penulis : Efvi Noyita, SE, MM


Desain Sampul : Muzammil Akbar
Penyunting Naskah : Siti Shofiyatus Sa’diyah

Ukuran: 18.2 x 25.7 cm; Hal: vi + 102 (108)


Cetakan I, November 2022
ISBN 978-623-5451-11-4

Penerbit
Insight Mediatama
Anggota IKAPI No. 338/JTI/2022
Watesnegoro No. 6 (61385) Mojokerto
Whatsapp 081234880343
Email: insightmediatama@gmail.com

© All Rights Reserved Ketentuan Pidana Pasal 112-119 Undang- undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi,
atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit dan penulis.

ii
KATA PENGANTAR

Syaloom…
Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Baik, atas
Penyertaan dan KasihNya pada penyusunan modul ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan modul Management Pendidikan Management Berabasis Sekolah
(MP MBS) sebagai bahan buku pegangan mahasiswa, pada kampus Sekolah
Tinggi Theologia (STT) Real, ini.
Penulis masih sangat menyadari bahwa modul ini masih jauh dari cukup
dalam memenuhi standar kebutuhan bahan bacaan bagi mahasiswa. Semoga
modul ini dapat digunakan dengan efektif dan efisien selama proses pembelajaran
Mata Kuliah Management Pendidikan Management Berabasis Sekolah (MP MBS)
pada Semester ini..
Modul yang disusun ini berisi teori Management Pendidikan Management
Berabasis Sekolah (MP MBS) yang menjabarkan secara ringkas ilmu
management dasar hingga Pelaksanaan dan Pengelolaan Lembaga Pendidikan
yang umum diketahui dan dapat dilihat langsung di lapangan nantinya pada saat
mahasiswa menyelesaikan tugas akhir Skripsinya, yaitu dengan melakukan
Praktek Lapangan Penelitian di sekolah. Pengunaan modul ini juga dimaksudkan
sebagai pendukung teori dalam Management Pendidikan Management Berabasis
Sekolah (MP MBS) sebagai alat bantu memahami Management Pendidikan di
Indonesia pada umumnya, baik secara teori di kampus maupun dalam keadaan
sebenarnya nantinya di dunia pendidikan sekolah. Keefektifan teori Management
Pendidikan Management Berabasis Sekolah (MP MBS) ini kelak akan sangat
bergantung pada pemahaman teori tersebut dan bagaimana mahasiswa dapat
memanfaatkan atas kondisi nyata yang dihadapi nanti di lapangan.
Modul ini merupakan rangkuman beberapa buku yang diharapkan
membantu mahasiswa STT Real dalam memahami penerapan Management
Pendidikan Management Berbasis Sekolah (MP MBS) dalam dunia sekuler. Tidak
ada sesuatu yang terbaik dalam pengembangan ilmu tetapi selalu ada yang lebih
baik dalam pengembangan teori di dunia nyata. ,Semoga segala kekurangan yang
ada dalam penulisan modul ini menjadi bahan untuk pengembangan modul
berikutnya..
Segala masukan atas kekurangan pada penyusunan modul ini, penulis
tetap menerima dengan baik, guna perbaikan pada penyusunan modul ini
kembali di semester mendatang dan penggunaan kembali pada mahasiswa
angkatan mendatang. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Memberkati
kita sekalian. Aminnn

Batam, 12 September 2018

Efvi Noyita, SE, MM

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I : KONSEP DASAR MANAGEMENT PENDIDIKAN ............... 1


A. Pengertian & Fungsi Management............................................................ 1
B. Pengertian Management Pendidikan ......................................................... 3
C. Tujuan & Manfaat Pendidikan, dan Ruang Ligkugnya ............................ 6
D. Ruang Lingkup Management Pendidikan ................................................. 7

BAB II : PENGELOLAAN BERBASIS SEKOLAH ............................... 8


A. Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan Berbasis Sekolah .................... 8
B. Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Dalam
Pengelolaan Pendidikan ............................................................................ 14
C. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan........................ 19
D. Manfaat Dari Monitoring Evaluasi Dalam Satuan Pendidikan................. 22

BAB III : KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN .......................... 24


A. Pengertian & Perbedaan Pemimpin dan Kepemimpinan Secara
Umum ...................................................................................................... 24
B. Teori – Teori Kepemimpinan .................................................................... 25

BAB IV : PENGELOLAAN KURIKULUM ............................................ 28


A. Pengertian Muatan Lokal .......................................................................... 28
B. Ruang Lingkup Kurikulum Lokal ............................................................. 29
C. Fungsi Kurikulum Muatan Lokal .............................................................. 30
D. Tujuan kurikulum Muatan Lokal .............................................................. 31
E. Pengembangan/ Pengelolaan Kurikulum Muatan Lokal ........................... 32
F. Pengembangan/ Pengelolaan Kurikulum Muatan Lokal ........................... 33
G. Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum ............................................. 34
H. Pengertian Manajemen Kurikulum ........................................................... 36

BAB V : MANAGEMENT PESERTA DIDIK ......................................... 39


A. Perencanaan Peserta Didik ........................................................................ 39
B. Pembinaan Peserta Didik .......................................................................... 41
C. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik ............................................................... 43
D. Mutasi Peserta Didik ................................................................................ 50

BAB VI : PENGELOLAAN DAN PENGADAAN TENAGA PENDIDIK


DAN KEPENDIDIKAN ............................................................ 55
A. Perencanaan & Pengadaan Tenaga Pendidik & Kependidikan ................ 55
B. Pembinaan & Pengembanan Tenaga Pendidik & Kependidikan .............. 61
C. Penilaian Tenaga Pendidik dan Kependidikan .......................................... 63
D. Pemberhentian Tenaga Pendidik dan Kependidikan ................................ 65

iv
BAB VII : PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN ............................ 67
A. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan................................. 67
B. Perencanaan Biaya Pendidikan/ Sekolah .................................................. 71
C. Pelaksanaan Pengelolaan Biaya Pendidikan ............................................. 73
D. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan ....................................................... 77

BAB VIII : PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA ............... 78


A. Pengertian dan Ruang Lingkup ................................................................. 78
B. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................... 78
C. Pengaturan Pengelolaan & Penggunaan Sarana Prasarana ....................... 79
D. Tata Cara Penyingkiran/ Penghapusan Sarana & Prasarana Pendidikan .. 81

BAB IX : PENGELOLAAN HUMAS PENDIDIKAN ............................ 84


A. Pengertian Pengelolaan Humas Pendidikan.............................................. 84
B. Teknik Komunikasi Pendidikan ................................................................ 84

BAB X : PENGELOLAAN KELAS.......................................................... 91


A. Pengelolaan Kelas dan Permasalahan Dalam Pengelolaan Kelas ............. 91
B. Metode Pembelajaran Inovatif .................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 102

v
vi
BAB I

KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Fungsi Management


Menurut etimologi manajemen yang disadur dari bahasa Perancis Kuno
adalah ménagement yang artinya adalah seni melaksanakan serta mengatur. Dari
sini dapat kita reka bahwa sebenarnya manajemen adalah sebuah seni. Mengapa
dikatakan seni ? Hal ini dikarenakan, jika kita sudah memasuki dunia manajemen
maka kita akan menemukan keindahannya. Inilah mengapa seni itu dikatakan
indah.
Kemudian kita lihat lagi akan keindahannya. Benar bahwa seni itu relatif.
Tetapi kita juga dapat memiliki asumsi yang sama bahwa apapun yang teratur,
rapi, dan terstruktur, itu pasti indah.

Contoh sederhananya adalah cabang ranting pohon. Cabang ranting pohon itu
menjalar tumbuh tidak teratur, tetapi ketidak teraturannya itu teratur sehingga
tercipta suatu keindahan.

Contoh lainnya adalah corak batik. Kebanyakan corak batik itu hanyalah seperti
goresan gambar yang tak berpola. Tetapi, ketidak teraturan dalam corak batik itu
teratur sehingga terbentuklah suatu keindahan atau secara umum kita katakana
seni.

Kemudian bagaimana hubungannya dengan manajemen? Ingat pengertian


diatas, Bahwa manajemen itu bertujuan untuk mengatur. Logikanya manajemen
ada untuk mengatur sesuatu yang belum teratur. Dengan kata lain adalah mencari
keteraturan dalam suatu ketidak teraturan sehingga terciptanya sebuah pola yang
baru.

Pengertian Manajemen Menurut Beberapa Ahli

➢ Menurut Mary Parker F. : Manajemen adalah suatu seni, tiap tiap pekerjaan
bisa diselesaikan dengan orang lain.
➢ Menurut George R. Terry : Manajemen ialah wadah didalam ilmu
pengetahuan, sehingga manajemen bisa dibuktikan secara umum
kebenarannya.
➢ Menurut F. Stoner : Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu
perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai
usahda dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan | 1


Fungsi-Fungsi Manajemen

Telah dijelaskan diatas bahwa manajemen itu ada untuk mengatur.


Mengatur apapun yang perlu diatur. Sederhananya, manajemen itu bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat kita lihat dalam manajemen file dan
folder komputer.

Berikut ini dapat kita gambarkan Management dalam Diagram Fungsinya :

Diagram Fungsi Manajemen (Gambar : www.managementstudyguide.com)

Masyarakat yang sudah terbiasa membuat manajemen, maka mereka tidak akan
nyaman jika apapun yang disekitarnya itu berantakan. Itu sebabnya, inti dari
manajemen adalah agar kita menjadi lebih mudah dalam mengelola. Bila
management itu ibarat file/folder artinya kita menjadi lebih mudah dalam mencari
folder atau file tersebut ketika kita membutuhkannya.

Secara teori ada 5 (lima) fungsi utama manajemen, yaitu :

1. Planning (Perencanaan). Proses ini dilakukan guna menentukan tujuan dari


perusahaan/organisasi dalam bentuk visi dan misi baik jangka panjang dan
jangka pendek. Selain itu, strategi-strategi yang harus ditempuh juga sudah
harus ditentukan dari awal. Sehingga dalam pelaksanaannya akan mudah dalam
mencapai tujuan perusahaan.
2. Organizing (Mengorganisasi). Fungsi ini berguna untuk
mengorganisasi/mengatur orang-orang yang ada dalam organisasi/perusahaan
tersebut. Supaya, mereka dapat menjalankan peran dan fungsinya masing-
masing dengan maksimal. Hal ini dikenal dengan the right man at the right
place.

2 | Efvi Noyita, SE, MM


3. Staffing (Penempatan). Fungsi ini hampir sama dengan organizing. Akan
tetapi fungsi Staffing ini lebih luas. Bila organizing lebih banyak kearah
memanajemen sumber daya manusia sedangkan staffing lebih banyak kearah
sumber daya secara umum. Misal : peralatan dan inventaris perusahaan.
4. Coordinating (Mengkoordinasi). Adalah fungsi yang bertujuan untuk
meningkatkan efisensi dan efektifitas kinerja, sehingga membuat suasana
dalam lingkungan kerja menjadi lebih dinamis, sehat, nyaman, dll. Fungsi ini
dijalankan oleh manajer, yang memiliki fungsi utama dalam mengkoordinasi
bawahannya guna meningkatkan performa kerja masing-masing.
5. Controlling (Mengontrol). Sebagai fungsi terakhir manajemen, fungsi
dilakukan setelah semua fungsi diatas telah lebih dulu dilakukan, maka
dilanjutkan dengan melakukan control yang baik. Pada fungsi ini terdapat
elemen-elemen penting, misalkan evaluasi dan pembuatan kebijakan baru.
Fungsi controlling ini dianggap paling penting, sehingga kinerja setiap orang
yang ada didalam tim kerja sebuah management tetap terstandar menurut SOP
yang dtelah ditetapkan sebelumnya.

B. Pengertian Management Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan penuh dengan perubahan. Karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat dan pada setiap bidang keilmuan terus menerus dilakukan
sebagai antisipasi mengikuti kepentingan masa depan.
Proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi.
Pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya mengembangkan manusia
sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang mampu bertanggung jawab terhadap
diri sendiri maupun terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
kesempatan untuk belajar bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta
melaksanakan nilai-nilai moral perlu ditumbuhkembangkan dalam pendidikan.
Terkait dengan itu maka sudah relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam
seluruh proses belajar mengajar. Dengan budaya seperti itu jiwa demokrasi akan
tumbuh dan berkembang secara baik.
Fungsi pendidikan sebagai pengembang dan pembentuk kemampuan,
kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap generasi penerus bangsa.
Perubahan pendidikan kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, diantaranya dengan menciptakan tempat yang baik dan ideal
untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan | 3


sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang
peduli dan berbudaya lingkungan. Disamping pengembangan norma-norma dasar
yang antara lain : kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan
prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam
manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana
seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komperehensif

Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang Manajemen Pendidikan :


➢ Bush : Bahwa Manajemen pendidikan adalah suatu bidang kajian dan praktek
yang berkaitan dengan operasional organisasi pendidikan.
➢ Gaffar dalam E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah : Manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik,
sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pengertian ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan adalah merupakan manajemen pendidikan. Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari
proses pendidikan secara keseluruhan, karena tanpa manajemen tidak mungkin
tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien.
➢ Syafaruddin : Manajemen pendidikan adalah suatu usaha penerapan prinsip-
prinsip dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan pada lembaga-
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Dapat disimpulkan bahwa kerangka kerja (frame work) manajemen
pendidikan ialah prinsip-prinsip dan teori manajemen umum yang
diaplikasikan untuk mengelola kegiatan pendidikan pada suatu organisasi
pendidikan formal.
➢ Owens dalam Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam,
menjelaskan bahwa manajemen pendidikan berasal dari aktivitas dalam urusan
sekolah yang mencakup pengelolaan aktivitas pengajaran, kepemimpinan dan
berbagai aturan, perencanaan, prosedur pelaksanaan dan manajemen
pengawasan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan
merupakan proses penerapan prinsip dan teori manajemen dalam pengelolaan
kegiatan di lembaga pendidikan formal untuk mengefektifkan pencapaian
tujuan pendidikan.

Jadi dapat diuraikan bahwa Manajemen pendidikan adalah aplikasi


prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai

4 | Efvi Noyita, SE, MM


tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk menjalankan organisasi
pendidikan diperlukan manajemen pendidikan yang efektif. Sekolah harus
dikelola dengan manajemen efektif yang mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan nilai yang mengakar pada karakter
bangsa. Dengan kata lain salah satu strategi yang menentukan mutu
pengembangan sumberdaya manusia di sekolah untuk kepentingan bangsa di
masa mendatang adalah peningkatan kontribusi manajemen pendidikan yang
berorientasi kepada produktifitas.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita sampaikan bahwa
Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan.
Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan
peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan.
Kemudian Kegiatan pengelolaan itu sendiri pada suatu sistem pendidikan
bertujuan untuk memastikan keterlaksanaan proses belajar mengajar (PBM) yang
baik, yang diterapkan melalui : Program Kurikulum yang meliputi administrasi
kurikulum, dengan menggunakan metode pendekatan sebagai berikut :
a. Penyampaian, Sistem Evaluasi, dan Sistem Bimbingan.
b. Program Ketenagaan
c. Program Pengadaan dan Pemeliharaan Fasilitas dan alat-alat
d. Pendidikan.
e. Program Pembiayaan.
f. Program Hubungan dengan masyarakat.

Semua Pendekatan sistem yang dilakukan dalam manajemen pendidikan


ini adalah sebagai akibat dari dianutnya pendekatan dalam sistem pendidikan.
Sistem pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan
yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas
untuk mencapai tujuan sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki
sistem dan kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output (Oemar
Hamalik, 2007: 78).

Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Proses Pendidikan


a. Perencanaan (Planning), adalah Fungsi paling awal dari semua menejemen.
Perencanaan adalah proses kegiatan untuk menyajikan secara sistematis
segala kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget, policy
procedurre, dan program suatu organisasai. Dengan adanya perencaan, fungsi
menejemen berguna untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan
biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman yang
harus dilaksanakan. Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa
yang akan dilakukan , kapan dilakukan, dimana akan dilakukan, bagaimana
cara melaukaknnya, apa saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan
maksimal.

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan | 5


b. Pengorganisasian (Organizing). Di dalam sistem menajemen
pengorganisasian adalah lanjutan dari fungsi perencanaan. Bagi suatu
lembaga atau organisasi, pengorganisasian merupakan urat nadi organisasi.
Oleh sebab itu keterlangsungan organisasai atau lembaga sangat dipengaruhi
pengorganisasian.
c. Penggerakan (Actuating). Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil
perencanaan dan pengorganisasian. Penggerakan merupakan usaha untuk
mengarahkan atau menggerakan tenaga kerja atau man power dan
mendayagunakan fasilitas yang tersedia guna melaksanakan pekerjaan secara
bersamaan. Fungsi ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan
efektif. Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan organaisasai.
d. Pengawasaan (Controlling). Pengawsaan merupakan kegiatan untuk
mengamati dan mengukur segala kegiatan operasi dan pencapaian hasil
dengan membandingkan standar yang terlihat dalam rencana sebelumnya.
Fungsi pengawasan menjamin segala kegiatan berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan, strategi, rencana, keputusan dalam program kerja yang telah
dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.

C. Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan


Secara umum tujuan utama dari manajemen pendidikan adalah
membentuk kepribadian para pelajar agar sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan tingkat perkembangan atau perbaikan sesuai dengan usia
pendidikannya.
Selain itu manajemen pendidikan juga memiliki tujuan dan manfaat
sebagai berikut :
➢ Mewujudkan suasana belajar dan proses belajar mengajar yang efektif, aktif,
kreatif, bermakna dan menyenangkan.
➢ Terwujudnya pelajar yang aktif dalam pengembangan diri, sehingga
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, control diri, kecerdasan,
kepribadian yang baik, akhlak yang mulia, dan ketrampilan yang bermanfaat
bagi masyarakat
➢ Memenuhi satu dari 5 (lima) kompetensi tenaga kependidikan
➢ Mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien
➢ Meningkatkan citra positif pendidikan
➢ Mewujudkan mutu pendidikan nasional
➢ Mewujudkan perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan
akuntabel
➢ Memberikan bekal pengetahuan bagi para tenaga pendidik tentang proses
dan tugasnya dalam administrasi Pendidikan

6 | Efvi Noyita, SE, MM


D. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Ruang lingkup manejem pendidikan dipisahkan menjadi beberapa wilayah yaitu :

1. Ditinjau dari wilayah kerjanya, dibedakan menjadi :


• Manajemen pendidikan seluruh negara yaitu majejemen pendidikan untuk
tingkat nasional ini ditangani bukan hanya dengan pelaksanaan pelatihan
pendidikan di dalam sekolah saja, tetapi juga pendidikan luar sekolah,
penyelenggaraan pelatihan, pengayaan penelitian, ataupun pendidikan yang
meliputi kebudayaan dan kesenian secara nasional.
• Menejemen pendidikan dalam satu provinsi ialah ruang lingkupnya yang
meliputi wilayah kerja satu sebaras provinsi saja, yang dimana pelaksanaannya
dibantu oleh petugas manajemen pendidikan yang berada di kabupaten dan di
kecamatan.
• Manajemen pendidikan dalam satu kabupaten atau kota ialah ruang
lingkupnya hanya meliputi wilayah kerja satu kabupaten maupun satu kota
saja.
• Manajemen pendidikan satu unit kerja ialah Manajemen ini hanya di titik
beratkan pada satu unit kerja yang langsung dalam menangani dalam pekerjaan
mendidik.
• Manajemen kelas ialah sebagai suatu kesatuan kegiatan yang terkecil dalam
manajemen pendidikan yang menjadi inti dari semua jenis manajemen
pendidikan.

2. Ditinjau berdasarkan Objek Garapan, yaitu sebagai berikut :


• Manajemen siswa.
• Manajemen personil-personil sekolah.
• Manajemen kurikulum.
• Manajemen prasarana atau material.
• Manajemen ketata usahaan sekolah atau tata laksana pendidikan.
• Manajemen anggaran.
• Manajemen lembaga atau organisasi pendidikan,
• Manajemen hubungan masyarakat atau manajemen kominikasi pendidikan.

3. Menurut Fungsi atau Urutan Kegiatannya, terdiri dari :


• Perencanaan.
• Pengorganisasian.
• Pengarahan.
• Pengkoordinasian.
• Pengkomunikasian.
• Pengawasan dan Evaluasi.

Demikian konsep dasar pendidikan yang kita ulas diatas sebagai dasar acuan kita
memahami lagi materi pada materi yang disajikan pada bab berikutnya.

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan | 7


BAB II

PENGELOLAAN BERBASIS SEKOLAH

A. Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan Berbasis Sekolah


1. Pengertian Standar pengelolaan pendidikan
Pengelolaan Pendidikan adalah kriteria mengenai perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sehingga tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Standar Pengelolaan adalah Standar nasional pendidikan yang berkaitan
dngan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional sehingga
tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengelolaan
sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi
manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan
visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.
Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan
pedoman pengelolaan secara tertulis di bidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
keuangan dan pembiayaan. Di samping itu pelaksanaannya juga
mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta melibatkan peran serta
masyarakat
2. Konsep Standar Pengelolaan Pendidikan
a. Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni Standar
Pengelolaan oleh satuan pendidikan, Standar Pengelolaan oleh Pemerintah
Daerah dan Standar Pengelolaan oleh Pemerintah. Berikut ini, Peraturan
Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan
Standar Pengelolaan. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik
Indonesia No 19 Tahun 2007 tentangStandar Pengelolaan pendidikan oleh
Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
b. Standar Pengelolaan oleh Satuan pendidikan, menurut Pasal 49
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yaag ditunjkan dengan
kemandirian,kemitraan,partisipasi,keterbukaan,dan akuntabilitas. Pengelolaan
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi
perguruan tinggi . Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah. Menurut Pasal 60-

8 | Efvi Noyita, SE, MM


Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan
memprioritaskan program :
• Wajib belajar;
• Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi;
• Penuntasan pemberantasan buta aksara;
• Penjaminan mutu pada satuan pendidikan,baik ysng diselengarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat;
• Peningkatan status guru sebagai profesi;
1. Peningkatan mutu guru/dosen;
2. Standarisasi pendidikan;
3. Akreditasi pendidikan;
4. Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal,nasional,
dan
global;
5. Pemenuhan Standar Pelayanan Minima (SPM) bidang pendidikan; dan
6. Penjaminan mutu pendidikan nasional
3. Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah
Pasal 59-(1) Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang
pendidikan dengan memprioritaskan program :
a. Wajib belajar
b. Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah
c. Penuntasan pemberantasan buta aksara
d. Penjaminan mutu pada satuan pendidikan,baik yang diselengarakan oleh
Pemerintah Daerah maupun masyarakat
e. Peningkatan status guru sebagai profesi
f. Akreditasi pendidikan
g. Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
h. Pemenuhan Standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan.
4. Beberapa Aspek Standar Pengelolaan Sekolah yang Harus Dipenuhi
Adalah Meliputi :
a. Perencanaan program
b. Pelaksanaan rencana kerja
c. Pengawasan dan evaluasi
d. Kepemimpinan sekolah/madrasah
e. Sistem informasi manajemen
5. Pedoman Pengelolaan Sekolah / Madrasah Meliputi :
1. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
2. Kalender pendidikan /akademik
3. Struktur organisasi sekolah/madrasah
4. Pembagian tugas di antara pendidik
5. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 9


6. Peraturan akademik
7. Tata tertib sekolah/madrasah
8. Kode etik sekolah/madrasah
9. Biaya operasional sekolah/madrasah

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istilah manajemen bebasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-
based management”. Manajemen Bebasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma
baru pendidikan yang memberikan otonomi luas kapada tingkat satuan pendidikan
(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola dan mangatur
sumberdaya dan mengalokasikan dana sesuai dengan perioritas kebutuhan.
Slameto (2002:2) mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah berasal dari
tiga kata yaitu : Manajemen, Berbasis, dan Sekolah. Manajemen adalah
pengkordinasian, dan penyesuaian sumber daya melalui sejumlah input
manajemen untuk mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk alternatif
pengelolaan sekolah dalam rangka desentaralisasi pendidikan, yang di tandai
adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas di tingkat sekolah,
partispasi masyarakat yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan
Nasional. Para pakar memberikan konsep MBS dari sudut pandang yang berbeda-
beda akan tetapi maknanya tidak jauh berbeda mengacu pada peningkatan mutu.
Malen, Ogawa, dan Kranz (dalam Duhao, 2002:16) mendefinisikan
mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah secara konseptual dapat di
gambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai
suatu bentuk desentaralisasi yang mengidentifikasikan sekolah itu sendiri sebagai
unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan
keputusan sebagai sarana penting dengannya peningkatan dapat di dorong dan di
topang.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa MBS merupakan
salah satu bentuk desentaralisasi pendidikan yang di terapkan dimasing-masing
sekolah sebagai pelaksana untuk mengembangkan diri sesuai dengan otoritas yang
dimiliki. Lebih lanjut Candoli (dalam Duhaou, 2002:16) memberikan konsep
bahwa suatu cara untuk memaksakan sekolah itu sendiri mengambil tanggung
jawab atas apa yang terjadi pada anak menurut juridisnya dan mengikuti
sekolahnya. Konsep ini menegaskan bahwa, ketika sekolah itu sendiri dibebani
dengan pengembangan total program kependidikan yang bertujuan melayani
kebutuhan-kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah khusus itu, personil sekolah
akan mengembangkan program-program yang telah meyakini karena mereka
mengetahui para siswa dan kebutuhan mereka.
Pernyataan yang berbeda dengan konsep di atas, Slamet (2002:17)
menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah
pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang di lakukan secara otomatis

10 | Efvi Noyita, SE, MM


dan mandiri oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai
tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan Nasional, dengan melibatkan semua
kelompok berkepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan secara partisipatif.
Dalam sistem MBS, semua kebijakan dan program sekolah di tetapkan
oleh Komite sekolah dan dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
di tetapkan berdasarkan musyawarah dari pada pejabat daerah setempat. Komisi
pendidikan pada Dewan Perwakilan Rakiyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan
Daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik,
dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah adalah memberdayakan sekolah,
tertutama sumberdaya manusianya (Slamet,2003:9). Pemberdayaan terjadi melalui
pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumberdaya untuk memecahkan
masalah yang di hadapi oleh sekolah yang bersangkutan, Menurut slamet, cirri-
ciri sekolah yang “berdaya” adalah :
a. Tingkat kemandirian tinggi,
b. Tingkat ketergantungan rendah,
c. Bersifat adaptif dan antisipatif,
d. Memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, bertanggung jawab terhadap hasil
sekolah,
e. Memiliki kontrol yang kuat terhadap input sekolah.
Ada dua esensi penting Manajemen Berabasis Sekolah yaitu otonomi
sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif (Depdiknas, 2001:15). Otonomi
sekolah di artikan sebagai kewenangan atau kemandirian dalam mengatur dan
mengurus dirinya sendiri dan tidak terlalu bergantung. Sedangkan pengambilan
keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui
penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratis, di mana warga sekolah dan
seluruh stakeholder di dorong untuk terlibat langsung dalam proses pengambilan
keputusan yang dapat berkontrinbusi terhadap pencapaian tujuan. Secara Spesifik
Manajemen Berbasisi Sekolah bertujuan untuk :
• Mendorong peningkatan mutu sekolah karena fokus penekanannya pada
tiga komponen yaitu input-output-proses,
• Memeningkatkan partisipasi warga sekolah dalam proses pengambilan
keputusan,
• Meningkatkan akuntablitas sekolah terhadap masyarakat sebagai
konsekuensi keterlibatan masyarakat dalam proses persekolahan.
Durry dan Levin (1994) mengemukakan tujuan jangka pendek penerapan
Management Berbasis Sekolah adalah : meningkatkan efiseinsi penggunaan
sumberdaya, meningkatkan profesionalisme guru, dan mendorong implementasi
pembaharuan kurikulum di sekolah.

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 11


Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Fullan (dalam Muslim, 2003:13) mendefinisikan implementasi “as the
actual use of an inofation consists of in practice”. Dari definisi tersebut dapat di
pahami bahwa implementasi merupakan penggunaan atau praktek secara inofatif
secara actual dan nyata. Selanjutnya Fullan mengatakan bahwa implementasi
merupakan suatu proses dalam rangka mempraktekkan sebuah ide, program, atau
seperangkat aktifitas yang bersifat baru kepada orang lain dengan megharapkan
adanya perubahan yang terjadi.
Lebih jauh Muslim (2003:13) mengemukakan bahwa implementasi
ditinjau dari kenyataan yang subyektif adalah sebagai proses pelaksanaan suatu
ide, gagasan, program atau kegiatan lain melalui usaha agar terjadi suatu
perubahan.
Poerwardarminta (1996:327) menegemukakan bahwa implentasi adalah
pelaksanaan suatu usaha-usaha yang akan di jalankan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa implementasi Manajemen Berbasis Sekolah adalah upaya
pelaksanaan program yang telah di tetapkan secara konseptual dalam
meningkatkan mutu pendidikan dan tetap managcu pada tujuan pendidikan
Nasional.
Upaya pelaksanaan program MBS secara efektif dan efisien, selain mamahami
konsep implementasi dengan baik, harus juga di dukung oleh sumberdaya
manusia yang berkualitas dan profesional. Dana yang tersedia juga cukup
memadai untuk manggaji staf sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing,
serta sarana dan prasarna yang di dukung oleh masyarakat. Mulyasa (2002:34)
mengemukakan konsep pelaksanaan manajemen berbasis sekolah diantaranya
adalah pengelompokan sekolah yang di dasarkan pada kemampuan manajemen
dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas sekolah.
Pertimbangan-pertimbangan yang harus di perhatikan dalam implementasi
MBS antara lain yaitu : kategori sekolah yang sudah maju, sedang dan masih
tertinggal. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kemampuan sekolah
dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah berbeda-beda antara
satu sekolah dengan sekolah lain. Keragaman kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing sekolah menuntut perlakuan yang berbeda dalam melaksanakan
MBS. Menurut Bellen, dkk (2000:21), mengemukakan konsep pelaksanaan MBS
antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan personil sekolah dalam pengelolaan sumberdaya
dan penysusunan program,
2. Memberikan wewenang kepada kepala sekolah untuk mengelola sumber daya
dan mengatur rumah tangga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dalam
batas-batas peraturan yang berlaku,
3. Mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk mendukung
pendidikan di sekolah serta melakukan control terhadap sekolah,

12 | Efvi Noyita, SE, MM


4. Mendorong pemanfatan anggaran sekolah sesuai kebutuhan sekolah dengan
memberikan anggaran dana blok grant yang di manfaatkan bersama dari
sumber-sumber lain,
5. Mendorong adanya transparansi dalam pengelolaan sekolah mulai dari
perencanaan samapi pada evaluasi,
6. Mendorong dan memanfaatkan kemampuan personil sekolah untuk
meningkatkan kreativitas dan kemampuan yang dapat mendukung terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif, kreatif dan menyenangkan serta
terciptanya sekolah yang sayang anak.

Kepala Sekolah Sebagai Manajer Dalam Implementasi MBS


Berdasarkan pengertian manajemen yaitu proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha-usaha anggota
organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya yang ada dalam rganisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Ada beberapa hal yang
harus di perhatikan oleh yang berfungsi sebagai manajer dalam sebuah organisasi
yaitu: proses, pendayagunaan, dan tujuan. Proses merupakan sesuatu yang
sistematik dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu
(Wahjosumidjo: 2001:94).
Menurut Stoner (dalam Wahjosumidjo: 2001:96) adalah delapan macam fungsi
manajer dalam suatu organisasi yaitu: (1) Kepala sekolah bekerja dengan dan
melalui orang lain, (2) kepala sekolah bertanggung jawab dan
memepertanggungjawabkan, (3) Kepala sekolah harus mampu menghadapi
berbagai persoalan dalam kondisi yang terbatas, (4) Kepala sekolah harus berpikir
secara analitik dan konsepsional, (5) Kepala sekolah sebagai juru penengah, (6)
Kepala sekolah sebagai politisi, (7) Kepala sekolah adalah seorang diplomat, (8)
Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan.
Untuk mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara
efektif dan efisien kepala sekolah sebagai manajer perlu memiliki pengetahuan
kepemimpianan, perencanaan, pandangan yang luas tentang sekolah dan
pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan
meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan, dan
hubungan manusiawi sebagai modal untuk menciptakan iklim yang kondusif.
Lebih lanjut lagi kepala sekolah sebagai manajer di tuntut untuk melakukan
fungsinya dalam proses belajar mengajar, denngan melakukan supervisi kelas,
pembinaan dan memberikan saran positif kepada para guru yang dipimpinnya.
Dapat di simpulkan bahwa dalam implmentasi manajemen berbasisi
sekolah merupakan kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan sekolah.
Karena dia di beri tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai
potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
sekolah. Oleh karena itu dalam implementasi manajemen berbasisi sekolah harus
mempunyai visi,misi dan wawasan luas tentang sekolah yang efektif serta
kemampuan professional dalam mewujudkannya melalui perencanaan,

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 13


kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga di tuntut untuk
menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan
program pendidikan di sekolah

B. Analisa SWOT (Strength, weakness, opportunity, treat) Dalam


Pengelolaan Pendidikan
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran
besar dalam pengembangan kemampuan akademik non akademik dan bahkan
moral para siswa yang berada di dalamya. Sekolahpun menjadi salah satu ujung
tombak bagi perkembangan dan kelangsungan sebuah negara. Karena itulah
keberadaan sebuah sekolah yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang baik
dalam berbagai aspek mutlak diperlukan bagi segenap anak Indonesia. Ditambah
lagi jika menilik tujuan pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, inilah
salah satu alasan betapa pendidikan yang berkualitas memang berhak diterima
oleh setiap tingkatan pendidikan anak Indonesia.
Meskipun demikian, pencapaian kualitas yang diharapkan ini tidak semua
sekolah maupun lembaga pendidikan mampu meraihnya. Bahkan secara umum,
sistem pendidikan Indonesia masih perlu dilakukan perbaikan secara menyeluruh
dan kontinyu untuk mencapai kebaikan dalam tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan juga dituntut dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompeten agar mampu bersaing dan juga kooperatif di dunia global. Untuk
memenuhi hal tersebut diperlukan lulusan yang unggul dalam baik sisi akademis,
humanis, hingga moral. Agar lulusan pendidikan nasional memiliki kompetitif
tidak bisa terlepas dari kualitas manajemen pendidikan, baik dalam hal efektivitas
dan efisiensi proses ke arah peningkatan mutu pendidikan.
Pemerintah dalam mengatasi permasalahan mutu pendidikan telah banyak
berbuat melalui program-program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Tantangan dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan
dan manajemen, pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini
pemerintah, harus memiliki alat atau piranti dalam mengevaluasi sampai sejauh
mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi
masyarakat dapat tercapai secara optimal.
Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah
organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan
berkelajutan sampai masa yang akan datang yaitu dengan melakukan analisis
SWOT.
Sistem adalah sebuah komponen yang terdiri dari beberapa elemen dan
subelemen yang terintegrasi, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Dalam sebuah konsep sistem, ada berbagai perilaku dan gejala sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan keamanan, dengan berbagai sistem yang lebih luas
maupun dengan subsistem yang tercakup di dalamnya. Sebagai contoh adalah

14 | Efvi Noyita, SE, MM


interaksi antar komponen dalam sekolah disebut sebagai sistem, sedangkan
komponen di sini dapat disebut dengan warga sekolah (siswa, guru, TU,
karyawan, dan orangtua).
Interaksi di dalam kelas pada sekolah disebut subsistem, dan interaksi
antar sekolah sederajat merupakan suprasistem. Dengan sistem yang tersusun
dengan baik, sebuah organisasi, dalam hal ini adalah lembaga pendidikan seperti
sekolah dapat mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Oleh karena itu, sistem
sangat urgen dan vital keberadaannya demi keberhasilan sebuah program kerja,
apalagi jika tersusun secara sistematis dan dilaksanakan penuh kredibilitas,
tanggung jawab, dan kedisiplinan.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis situasional yang
menitikberatkan pada identifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan, organisasi, atau lembaga. SWOT sendiri
merupkan akronim dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis
perusahaan, organisasi, atau lembaga tersebut dalam kondisi yang ada pada saat
ini. Hal ini disebut analisis situasi. Berikut ini definisi lebih rinci tentang elemen
SWOT :
• Strength (Kekuatan). Faktor internal yang cenderung memiliki efek positif
(atau menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
• Weakness (Kelemahan). Faktor internal yang mungkin memiliki efek
negatif (atau menjadi penghalang untuk) mencapai tujuan suatu lembaga
pendidikan
• Opportunity (Peluang). Faktor eksternal yang cenderung memiliki efek positif
pada pencapaian atau tujuan sekolah, atau tujuan yang sebelumnya tidak
dipertimbangkan
• Threat (Ancaman). Faktor eksternal, kondisi yang cenderung memiliki efek
negatif pada pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat
tujuan absurd atau malah sulit dicapai.

Jika analisis SWOT digunakan pada pendidikan maka dimungkinkan bagi


sebuah sekolah untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai
situasi sekolah itu sendiri baik dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-
lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh
para siswanya, bahkan sampai situasi internaal sekolah itu sendiri.
Untuk pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman
dan peluang), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan
kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 15


depan. Perkiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang
kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan
dengan program yang lebih inovatif dan relevan, sesuai dengan kondisi sekolah
itu sendiri.
Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan adalah : Tenaga
kependidikan dan staf adminstrasi, Ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana
prasarana (lingkungan belajar), Para siswa, Anggaran operasional, Program riset
dan pengembangan IPTEK, Organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah, serta
Kurikulum yang digunakan.
Beberapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan adalah :
Tempat kerja yang prospektif bagi lulusan, Orang tua dan keluarga siswa,
Lembaga pendidikan pesaing lainnya, Sekolah atau lembaga pendidikan tinggi
sebagai persiapan lanjutan, Faktor Demografi Sosial dan Ekonomi Penduduk,
Badan-badan penyandang dana.
Selain itu, jika dilihat dari segi obyek analisis, analisis SWOT memiliki
dua jenis, yaitu :
1. Model Kuantitatif
Analisis jenis ini menggunakam teknik penilaian, yang mana penilaian
tersebut dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing-masing
subkomponen, dimana satu subkomponen dibandingkan dengan
subkomponen yang lain dalam komponen yang satu atau mengikuti lajur
vertikal. Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang
tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman
yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus
selalu memiliki satu pasangan Weakness dan setiap satu rumusan
Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threat (T). Standar
penilaian di buat berdasar kan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Analisa jenis ini tidak jauh berbeda dengan jenis analisis kuantitatif,
perbedaan yang mendasar adalah pada penggunaan penilaian yang
memadukan komponen kekuatan (kelebihan) dengan kekurangan,
cenderung pada hasil yang berupa wujud bukan jumlah nominal yang
dihasilkan. Umumnya bentuk anaisisnya berupa uraian deskriptif.

Jika dianalogikan, analisis SWOT itu seumpama sebuah peta, juga


berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta,
langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi,
tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Sebuah peta baru akan berguna jika tujuan telah

16 | Efvi Noyita, SE, MM


ditetapkan dan si pemegangnya telah merumuskan jalan mana yang harus diambil
untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam kerangka berpikir manajemen strategik, tujuan merupakan target-
target yang bersifat kuantitatif dari suatu organisasi. Pencapaian tujuan merupakan
tolak ukur dari keberhasilan kinerja atas faktor-faktor kunci keberhasilan suatu
organisasi. Oleh karena itu tujuan merupakan bagian yang penting dalam sistem
strategi manajerial yang di dalamnya mengandung usaha untuk melaksanakan
suatu tindakan. Jadi tujuan harus menegaskan tentang apa (what) yang secara
khusus harus dicapai dan kapan (when).
Selanjutnya, setelah sasaran atau tujuan telah ditentukan barulah
dirumuskan program kerja utuk mencapai tujuan tersebut. Program ini dapat
dijabarkan targetnya, segmentasinya dan strategi yang akan digunakan. Sebuah
program kerja dapat dikatakan sebagai sebuah program yang lengkap apabila telah
mampu menerangkan visi, misi, tujuan serta gambaran pelaksanaan yang berupa
target, segmentasi dan strategi yang dipilih.
Pelaksanaan akan diikuti dengan proses evaluasi. Yang perlu
digarisbawahi disini adalah peran analiss SWOT dalam melakukan penilaian
kesesuaian konsep dan pelaksanaan program saat program berjalan maupun di
akhir program sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian yang obyektif
dan berkesinambungan. Analisis SWOT itu digunakan sebagai dasar untuk
menerjemahkan visi, misi, dan tujuan sehingga menjadi program kegiatan yang
lebih operasional.
Secara sederhana, analisis SWOT dipahami sebagai pengujian terhadap
kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan
ancaman lingkungan atau eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang
didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan
dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Penafsiran kekuatan
dan kelemahan dapat dilakukan melalui survei, kelompok-kelompok fokus,
wawancara dengan murid dan alumni, dan sumber-sumber lain yang dapat
dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatan telah diketahui, maka akan
memungkinkan untuk mengkonfirmasi hal-hal tersebut. Gambaran eksternal
bersifat komplementer terhadap self-study internal di dalam analisis SWOT.
Pengaruh-pengaruh nasional dan regional seperti masalah-masalah lokal dan
negara dan penerapan kurikulum adalah yang paling penting dalam memutuskan
program baru apa saja yang perlu ditambah atau program yang sudah ada dan
perlu dimodifikasi atau diganti.

Ada empat tahapan utama dalam melakukan analisis SWOT, dalam hal ini adalah
untuk lembaga pendidikan, yaitu:
1. Tahap Observasi
Dalam tahapan ini, pengamat akan membuat dan menyusun substansi dalam
matriks SWOT untuk memudahkn drafting data. Ia akan mengamati,
menemukan, dan memasukkan hal-hal yang merupakan komponen SWOT

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 17


dalam matriks yang telah dibuat, yang mana merupakan data aktual yang
ditemukannya di lapangan, di lembaga pendidikan yang ditelitinya.

2. Tahap Analisa
Selanjutnya, peneliti akan melakukan mendalami dan menentukan kelompok-
kelompok data yang telah didapatnya ke dalam elemen yang tepat, apakah
data A termasuk kategori Strengths atau Weaknesses atau Opportunities, atau
Threats, data B, dan seterusnya.

3. Tahap Penentuan Kebijakan


Peneliti akan menentukan langkah-langkah kebijakan yang diambil untuk
memperbaiki atau memperkuat sistem pendidikan. Kebijakan tersebut diambil
dari menggabungkan dua faktor, dengan ketentuan sebagai berikut:
• Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities)
• Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kelemahan (Weaknesses)
dan peluang (Opportunities)
• Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kekuatan (Strengths) dan
ancaman (Threats)
• Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (Threats).

4. Tahap Pembuatan Laporan


Setelah kebijakan telah ditentukan, tugas pengamat atau penganalisa
SWOT adalah membuat laporan dari penelitian yang telah dilakukannya. Laporan
ini berfungsi sebagai rekaman data secara deskriptif tentang penelitian yang
dilakukan. Selain itu laporan ini menjadi bukti resmi akan penelitian yang
tentunya diperoleh berdasarkan kondisi aktual, kebijakan yang dipilih setelah
melakukan analisa mendalam dan dapat diaplikasikan dalam konteks nyata, serta
dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil analisis SWOT yang telah dirumuskan tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah untuk ke depannya
dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang, serta secara
bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisa yang bersifat
situasional yang digunakan dalam rangka mendalami kondisi internal maupun
eksternal sebuah lembaga, dalam hal ini adalah lembaga pendidikan. Dengan
mengetahui lebih dalam tentang kedua kondisi tersebut, diharapkan lembaga
pendidikan tersebut akan mampu mengintrospeksi diri atas daa-data yang telah
didapatkan dalam penelitian SWOT.
Analisis SWOT yang dilakukan ini dapat menjadi cerminan atau refleksi
dari lembaga pendidikan itu sendiri sehingga dapat mengetahui sisi baik maupun
sisi buruk yang dimilikiya dan dapat menemukan cara untuk memperbaiki diri

18 | Efvi Noyita, SE, MM


dari mengetahui hal-hal tersebut. Analisis SWOT dapat pula menjadi peta, karena
setelah masing-masing faktor ditemukan, kebijakan-kebijakan yang akan diambil
untuk perbaikan di kemudian hari telah pula ditentukan, sehingga yang harus
dilakukan lembaga pendidikan tinggal melaksanakannya dengan penuh komitmen,
disiplin, dan tanggung jawa demi terwujudnya lembaga pendidikan yang
berkualitas, berintegritas, dan menghasilkan siswa-siswa yang kelak menjadi
sumber daya manusia yang tak hanya unggul dalam segi akademik, tapi juga
moral, agama, dan sosial.

C. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan


Monitoring dan evaluasi dalam satuan pendidikan merupakan bagian yang
terpenting dalam sebuah instansi / sekolah. Conor (1974) menjelaskan bahwa
keberhasilan dalam mencapai tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang
telah ditetapkan dan setengahnya adlah bagian dari fungsi pengawasan. Pada
umumnya, manajemen menekankan terhadap pentingnya kedua fungsi ini, yaitu
perencanaan dan pengawasan. Hal ini didasari oleh adanya pemikiran bahwa
dengan menggunakan pemantauan dan penilaian dapat diukur tingkat kemajuan
program pendidikan dari sekolah tingkat kecamatan hingga ke tingkat provinsi
dan selanjutnya. Hal ini dapat digunakn untuk menghasilkan informasi guna
mendukung pengambilan keputusan.
Dengan adanya informasi tersebut diharapkan dalam strategi
pengelolaannya harus dilakukan depat cepat dan tepat. Monitoring sendiri adalah
sebuah kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksaan dari penerapan
kebijakan sehingga dapat disimpulkan bahwa focus daripada monitoring itu
sendiri berdasarkan pada pelaksanaannya bukan berdasarkan hasil. Sementara itu
evaluasi adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil, dimana
informasi ini dibandingkan dengan sasaran atau target yang telah ditetapkan. Jika
hasilnya sesuai dengan sasaran artinya apa yang telah ditetapkan berhasil atau
efektif namun apabila sebaliknya maka evaluasi tersebut dianggap tidak efektif /
gagal. Monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil dari monitoring akan digunakan
untuk memberikan binaan berupa masukan (umpan balik), bagi perbaikan
pelaksanaan program, sedangkan hasil dari evaluasi dapat memberikan informasi
yang dapat digunakan untuk memberikan masukan – masukan terhadap
keseluruhan komponen.

Defenisi Monitoring Dan Evaluasi Satuan Penddidikan


Monitoring adalah upaya pengumpulan informasi secara berkelanjutan
yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pengelola program guna
kepentingan tentang indikasi awal kemajuan dan kekurangan pelaksanaan
program dalam rangka perbaikan untuk mencapai tujuan program. Berdasarkan
keguanaannya, William Travers Jerome membagi monitoring menjadi delapan
golongan, antara lain :

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 19


1. Monitoring yang digunakan untuk memelihara dan membekukan pelaksanaan
suatu rencana dalam rangka meningkatkan daya guna dan menekan biaya
pelaksanaan program.
2. Monitoring yang digunakan untuk mengamankan harta kekayaan organisasi
atau lembaga dari kemungkinan adanya gangguan, pencurian, pemborosan
serta adanya dugaan penyalahgunaan wewenang.
3. Monitoring yang digunakan langsung untuk mengetahui kecocokan antara
kualitas suatu hasil dengan kepentingan para pemakai hasil dengan
kemampuan tenaga pelaksana.
4. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan pendelegasian tugas
dan wewenang yang harus dilakukan oleh staff atau bawahan.
5. Moring yang digunakan untuk mengukur penampilan tugas pelaksana.
6. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan
dengan perencanaan program.
7. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui berbagai ragam rencana dan
kesesuaiannya dengan sumber – sumber yang dimiliki oleh organisasi atau
lembaga.
8. Monitoring yang digunakan untuk memotivasi keterlibatan para pelaksana.

Monitoring pada umumnya baik dilakukan pada saat sebelum kegiatan


pembinaan maupun bersamaan dengan penyelenggaraan pembinaan. Suherman
dkk (1988 ) menjelaskan bahwa monitoring dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan, untuk mengikuti perkembangan suatu program yang dilakukan secara
mantap dan teratur serta terus menerus.
Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan yang terjadwal untuk menilai secara
objektif kinerja dan kesuksesan program yang sedang berjalan atau telah selesai,
khususnya untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa jauh kontribusi kegiatan
program terhadap pencapaian hasil / dampak yang telah ditetapkan. Pengertian
lain menyebutkan bahwa eavaluasi adalah : “ Evaluation is the process to
determining a value or worth of a program, course, or other initiative, toward
the ultimate goal of making decisions about adopting, rejecting, or revising the
innovation. It should not be confused with assessment, which encompasses,
methods for measuring or testing performance on a set of companies.
Evaluation is the more inclusive term, often making use of assessment data in
addition to many other data sources’’.
Ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif menyediakan informasi untuk meningkatkan atau memperbaiki
produk atau proses, sedangkan evaluasi sumatif menyediakan efektivitas jangka
pendek atau informasi dampak jangka panjang untuk menentukan apakah akan
mengadopsi atau tidak suatu produk atau proses.
Scriven (1967) adalah orang pertama yang membedakan antara evaluasi
formatif dan sumatif. Kemudian Stufflebeam membedakan sesuai diatas

20 | Efvi Noyita, SE, MM


yaitu Proactive Evaluation untuk melayani pemegang keputusan dan Retroactive
Evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban.
Dalam hal ini antara monitoring dan evaluasi tidak dapat dipisahkan
karena kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat berperan penuh
dalam mendukung keberhasilan dalam sebuah satuan pendidikan.

Tujuan Diadakannya Monitoring dan Evaluasi Dalam Satuan Pendidikan


Dalam sebuah satuan pendidikan tentunya terdapat sebuah kegiatan berupa
monitoring dan evaluasi pendidikan guna mendapatkan keterangan yang jelas
mengenai bagaimana cara atau strategi untuk mencapai hasil yang diinginkan
dalam satuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu proses monitoring maupun
proses evaluasi sendiri memiliki tujuan – tujuan yang dapat menunjang
keberhasilan di satuan pendidikan tersebut. Baik monitoring dan evaluasi sendiri
memiliki beberapa tujuan penting untuk mendukung proses mencapai hasil yang
baik dalam satuan pendidikan. Adapun tujuan – tujuan baik dari monitoring dan
evaluasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ;
• Monitoring Satuan Pendidikan.
Tujuan utama dari monitoring dalam sebuah penyelenggara pendidikan
adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan program atau kegiatan
sebagai umpan balik bagi pelaksana kegiatan tersebut, sebagai contoh pada bagian
akademik dapat digunakan untuk mengawasi penggunaan dan pendistribusian
buku – buku pelajaran dan sebagainya. Sedangkan pada bagian non-akademik
dapat digunakan pada program pemeliharaan asset yang diperlukan oleh staff Tata
Usaha. Dengan adanya masukan- masukan data tersebut para pengawas dapat
melakukan tindakan – tindakan sebagai berikut ;
1. Memeriksa kembali strategi pelaksanaan kegiatan atau program pada satuan
pendidikan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya setelah adanya
perbandingan dengan kenyataan di lapangan.. Menemukan permasalahan –
permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program atau agenda
kegiatan dalam satuan pendidikan tersebut.
2. Dapat mengetahui factor – factor pendukung dan penghambat dalam
penyelenggaraan program atau kegiatan satuan pendidikan tersebut. Dalam
satuan pendidikan tersebut kegiatan monitoring sendiri dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan menggunakan teknik pendekatan langsung dan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung dapat menggunakan
wawancara formal dan informal serta observasi lapangan atau observasi proses
yang berjalan. Cara – cara tersebut dapat digunakan untuk memantau kegiatan,
peristiwa, komponen, proses, dan hasil dari program yang sedang dijalankan
oleh satuan pendidikan tersebut. Sementara itu, pendekatan tidak langsung
dapat menggunakan cara – cara menelaah laporan berkala yang disampaikan
oleh masing – masing kepala unit dalam satuan penyelenggara pendidikan, dan
sebagainya.

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 21


• Evaluasi Satuan Pendidikan.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan dan rencana
yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan harapan dan berjalan dengan
lancer, dan atau dampak apa yang timbul dari program yang telah dilakukan oleh
satuan pendidikan tersebut. Selain itu evaluasi juga berguna untuk menetapkan
apakah program atau kegiatan itu dapat diteruskan ataukah aakn dihentikan,
diperbaiki dan dimodifikasi atau diperluas dan ditingkatkan.
Berdasarkan dengan tujuan evaluasi, menurut pendapat Anderson
(1978) merumuskan bahwa tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Memberikan masukan untuk perencanaan program.
2. Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan, perluasan dan
penghentian.
3. Memperoleh informasi tentang factor apa saja yang dapat menghambat dan
mendukung proses atau kegiatan tersebut.
4. Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi sebuah penilaian.

D. Manfaat Dari Monitori Evaluasi Dalam Satuan Pendidikan


Dengan adanya pengertian dan tujuan – tujuan dari monitoring dan
evaluasi dalam satuan pendidikan maka dapat diketahui pula bahwa dengan
adanya monitoring dan evaluasi suatu program dari sebuah satuan pendidikan
maka akan timbul beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari adanya kedua
kegiatan tersebut. Manfaat – manfaat tersebut antara lain :

• Manfaat Monitoring
Dengan melakukan monitoring kegiatan, manfaat yang dapat kita ambil
dari tindakan tersebut adalah kita dapat mengenali masalah dari kegiatan
yang sedang dilaksanakan sedini mungkin, melakukan perbandingan antar
lokasi / tempat, menilai trend situasi tertentu sehingga dapa diambil
tindakan korektif secara tepat, dan cepat.

•Manfaat Evaluasi
Karena evaluasi harus melayani berbagai kebutuhan dalam sebuah satuan
pendidikan, maka evaluasi juga mempunyai strategi atau metode yang
banyak dan dilakukan pada berbagai tingkatan pelaksanaan program.
Maka dengan adanya tujuan – tujuan dari evaluasi dalam satuan
pendidikan maka kita dapat mendapatkan manfaat secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
➢ Kita dapat menilai kelemahan dan kekuatan perencanaan dalam suatu
kegiatan pendidikan untuk menjadi lebih baik lagi.
➢ Kita dapat menentukan proses derajat efektifitas kegiatan terhadap target
dari sumber daya pelayanan dan keuntungan yang diharapkan oleh pihak –
pihak yang terkait dalam lingkup satuan pendidikan tersebut.

22 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Kita dapat melihat dampak secara langsung dari kegiatan yang dilakukan
dalam satuan pendidikan tersebut.

Pengelolaan Berbasis Sekolah | 23


BAB III

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Perbedaan Pemimpin dan Kepemimpinan Secara


Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perbedaan adalah perihal yang


berbeda. Perihal apa saja yang membedakan pemimpin dan kepemimpinan? Apa
itu kepemimpinan ? Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk memengaruhi orang-orang untuk bekerja mencapai tujuan dan
sasaran. Sedangkan Pengertian pemimpin adalah suatu peran atau ketua dalam
sistem di suatu organisasi atau kelompok.
Dalam pengertian yang lebih sederhana Perbedaannya adalah: kalau
pemimpin adalah orangnya sedangkan kepeminpinan adalah sikap, tindakannya
dalam meminpin.

Perbedaan pemimpin dan kepemimpinan menurut Para Ahli.


Menurut Winardi (1990:32). Kepemimpinan adalah suatu kemampuan
yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-
macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Sedangkan pemimpin
terdiri dari dua:
• Pemimpin Formal (Formal Leader) dan
• Pemimpin Informal (Informal Leader)

Pemimpin formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi
tertentu (swasta atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-surat keputusan
pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku sesuatu
jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang
berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut yang
ditetapkan sejak semula.
Menurut Suradinata (1997:11). Pemimpin adalah orang yang memimpin
kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Siagian (1986:12). Pemimpin adalah figure sentral yang
mempersatukan kelompok. Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan
seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih
tinggi maupun lebih lebih rendah daripadanya dalam berfikir dan bertindak agar
perilaku yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi
perilaku organisasional.

24 | Efvi Noyita, SE, MM


Menurut John Piffner. Pemimpin adalah individu yang memiliki
program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan
dengan cara yang pasti. Kepemimpinan adalah seni dalam mengkoordinasikan
dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang
dikehendaki
Menurut Ishak Arep dan Tanjung (2003:93). Kepemimpinan (leadership)
adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain
atau masyarakat yang berbeda-beda manuju pencapaian tertentu. Menurut Brown
(1936), Pemimpin adalah tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan.

Ciri Ciri Kepemimpinan Yang Baik.

1. Dipimpin oleh orang yang Cerdas


2. Dipimpin oleh orang yang penuh Inisiatif
3. Dipimpin oleh orang yang Bertanggung Jawab
4. Dipimpin oleh orang yang Jujur
5. Dipimpin oleh orang yang Rela Berkorban
6. Dipimpin oleh orang yang Dicintai dan Mencintai kelompoknya.
7. Dan paling penting adalah Dipimpin oleh orang yang bisa Dipercaya

B. Teori-Teori Kepemimpinan
Begitu banyak teori kepemimpinan yang muncul, yang jika ditelusuri
dalam beberapa referensi, akan didapatkan delapan jenis teori kepemimpinan,
seperti yang disajikan berikut ini:

1. Teori Genetis. Teori ini sering disebut sebagai the great man theory. Teori ini
berasumsi bahwa kapasitas kepemimpinan itu bersifat inheren, bahwa
pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not
made). Teori ini menggambarkan bahwa pemimpin besar sebagai heroik,
mitos, dan ditakdirkan untuk naik tampuk kepemimpinan ketika diperlukan.
Istilah ”Manusia Besar” digunakan karena, pada saat itu, kepemimpinan
memikirkan terutama sebagai kualitas laki-laki, yang lazim, terdapat dalam
kepemimpinan militer.
2. Teori Sifat. Serupa konsepsinya dengan teori ”Great Man”, teori sifat
mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-
sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan. Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi karakteristik
kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Tetapi jika sifat-sifat
tertentu adalah fitur utama kepemimpinan, bagaimana kita menjelaskan orang-
orang yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan, tetapi bukan pemimpin?
Pertanyaan ini merupakan salah satu kesulitan dalam menggunakan teori untuk
menjelaskan sifat kepemimpinan. Di sini pulalah awal dari prakesimpulan
bahwa persoalan kepemimpinan tetap menjadi misteri sampai sekarang.

Kepemimpinan dalam Pendidikan | 25


3. Teori Kontingensi. Teori-teori kepemimpinan kontingensi memfokuskan pada
variabel tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan
gaya kepemimpinan yang paling cocok untuk situasi yang cocok pula. Menurut
teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi.
Sukses kerja pemimpin dengan kepemimpinannya itu sendiri tergantung pada
sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas pengikut dan situasi
yang mengitarinya.
4. Teori Situasional. Teori kepemimpinan situasional mengusulkan bahwa
pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya
kepemimpinan yang berbeda mungkin lebih cocok untuk pembuatan keputusan
jenis tertentu pada situasi tertentu pula. Dalam kaitannya dengan
kepemimpinan guru, tradisi sekolah kita tidak membolehkan guru bertindak
keras dalam menghukum siswa. Tapi bagaimana jika siswa bertubi-tubi
memukul gurunya atau mengancam dengan senjata tajam, apakah guru akan
memelukkan tangan di dada saja atau dimungkinkan bertindak keras secara
fisik sekalipun demi sebuah pembelaan?
5. Teori Perilaku. Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of
leadership) didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan
hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor
born). Berakar pada teori behaviorisme,teori kepemimpinan ini berfokus pada
tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori
ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan
atau observasi.
6. Teori Partisipatif. Teori-teori kepemimpinan pastisipatif (participative theory
of leadership) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah
mengambil prakarsa bagi pelibatan orang lain, sehingga pada setiap pembuatan
keputusan, antara pemimpin dan pengikutnya, seperti memiliki rekening
bersama, meski jumlah uang disetor ke dalam rekening itu, tidak harus bahkan
tidak boleh selalu sama. Ilustrasi ini menggambarkan, meskki partisipatif
sifatny, sangat dimungkinkan dan pasti ada yang membersihkan sumbangsih
lebih besar. Pemimpin seperti ini mendorong partisipasi dan kontribusi dari
anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih relevan dan
berkomitmen terhadap proses pembuatan keputusan. Dalam teori partisipatif,
pemimpin memiliki hak untuk mengizinkan masuk dari orang lain.
7. Teori Transaksional. Teori ini sering disebut sebagai teori-teori manajemen
(management theories). Teori transaksional (transactional theory of
leadership) berfokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja
kelompok. Dasar reori-teori kepemimpinan ini pada saat sistem ganjaran dan
hukuman. Teori-teori manajerial pun sering digunakan dalam bisnis; ketika
karyawan sukses, mereka dihargai; dan ketikamereka gagal, mereka ditegur
atau dihukum. Karena iti teori transaksional dipandang identik denagn teori
manajemen.
8. Teori Transformasional. Teori ini sering disebut sebagai teori relasional
kepemimpinan (relational theory of leadership). Teori ini berfokus pada

26 | Efvi Noyita, SE, MM


hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi dan
mengilhami atau menginspirasi orang dengan membantu anggota kelompok,
memahami potensinya untuk kemudian ditransformasikan menjadi perilaku
nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan.
Pemimpin transformasional terfokus pada kinerja anggota kelompok, tapi juga
ingin setiap orang untuk memenuhi potensinya. Pemimpin transformasional
biasanya memiliki etika yang lebih tinggi dan standar moral.

Teori yang berkembang selanjutnya adalah teori Kurt Lewin, yang


menjelaskan tentang gaya kepemimpinan yang terdiri dari gaya kepemimpinan
otoriter, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan delegatif. Teori
ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurt Lewin kepada sejumlah
responden.

Kepemimpinan dalam Pendidikan | 27


BAB IV

PENGELOLAAN KURIKULUM

Indonesia merupakan Negara besar yang penduduknya terus berusaha untuk


memajukan Negara Indonesia.Indonesia mempunyai dasar Negara yaitu pancasila.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan,
keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus
selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan. Pengenalan keadaan
lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk
lebih mengakrabkan dengan lingkungannya.
Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan
untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Kebijakan yang
berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi
dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan.
Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas kepada peserta didik tentang kekhususan yang ada di
lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak
mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata
pelajaran yang berbasis pada muatan lokal. Sistem pendidikan nasional senantiasa
harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi
baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah
kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan
acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara;
khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Penentuan isi dan bahan pelajaran
muatan lokal didasarkan pada keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang
dituangkan dalam mata pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri.
Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam
pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah. Hal ini sejalan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan
implementasi kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.

A. Pengertian Muatan Lokal


Seacara umum pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan
pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah,

28 | Efvi Noyita, SE, MM


keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Secara khuhus muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk
mata pelajaran yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang
wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu.Sebagai upaya pemerintah untuk
lebih meningkatkan relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan,
yaitu :
1. Kurikulum muatan local menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri
2. Kurikulum muatan local di hubingkan dengan mata pelajaran lain
3. Kurikulum muatan local melalui peristiwa actual
Berdasarkan pengertian muatan lokal ini, ada beberapa hal penting yang
perlu dikemukakan, yaitu sebagai berikut :
a. Muatan Lokal merupakan suatu program pendidikan dalam bentuk
mata pelajaran.
Implikasinya adalah muatan lokal harus disusun secara sitematis, logis, dan
terencana yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang dan
saling mempengaruhi.Komponen tersebut, antara lain tujuan, materi, metode,
media, sumber belajar, dan sistem penilaian.
b. Muatan Lokal berisi materi atau bahan pelajaran yang bersifat lokal.
Implikasinya adalah pengembangan materi atau bahan pelajaran tersebut
harus dikaitkan dengan kondisi, potensi, karakteristik, keunggulan dan
kebutuhan daerah serta lingkunga(alam, sosial, dan budaya)yang di tuangkan
dalm bentuk mata pelajaran dengan alokasi waktu tersendiri.

Kurikulum muatan local di landasi PP no. 28 tahun 1990 pasal 14 ayat 3


dan selanjutnya yang di jabarkan dalam keputusan Mendikbud no.060/U1993
mengenai kurikulum muatan local pendidikan dasar memiliki alokasi waktu
tersendiri. Isi kurikulum muatan local : lingkungan dipertimbangkan sebagai
potensi dan bahan pelajaran dan dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu
Lingkumgan fisik yang berupa goa, gunung, sungai dll, serta lingkungan social
budaya yang meliputi berbagai kepercayaan pengetahuan dan ketrampilan nilai
serta norma, aturan dan kebiasaan yang masih hidup dan berlaku di masyarakat.

B. Ruang Lingkup Kurikulum Muatan Lokal


➢ Berdasarkan Lingkup isi muatan local berdasakan pada keadaan
daerah yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan social, dan
lingkungan budaya.
➢ Berdasarkan kebutuhan lingkungan yaitu sesuatu yang di perlukan oleh
masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat tersebut, sesuai
dengan perkembangan dan potensi daerah yang bersangkutan.
➢ Berdasarkan kebutuhan siswa yang akan belajar, berkaitan
denganpengetahuan berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar.

Pengelolaan Kurikulum | 29
➢ Berdasarkan Lingkup lingkungan sekolah
➢ Berdasarkan Kurikulum muatan local SD dan SMP untuk mata pelajaran
yang berkaitan perlu di upayakan bahwa materi pelajaran muatan local di
SMP merupakan kelanjutan dari materi pelajaran muatan local di SD.
➢ Berdasarkan Kurikulum muatan local SMA dan SMK. untuk mata pelajaran
yang berkaitan perlu di upayakan bahwa materi pelajaran muatan local di
SMA dan SMK merupakan materi pelajaran muatan local yanga lebih
terfokus pada peminatan dan jurusan dari kemampuan masing masing siswa.
➢ Berdasarkan lingkup wilayah , sekolah-sekolah dapat melakukan muatan
local yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi
sekolah yang bersangkutan.

C. Fungsi Kurikulum Muatan Lokal


Mengelola lingkungan alam secara bertanggung jawab, melestarikan nilai-
nilai dan mengembangkan kebudayaan daerah serta meningkatkan mutu
pendidikan dan jati diri manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Menumbuhkan dan mengembangkan sikap senang kerja, bergaul dan
memelihara dan meningkatkan cita rasa keindahan, kebersihan, kesehatan dalam
upaya meningkatkan mutu kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat dan
warga Negara Indonesia yang bertanggung jawab. Contoh yang dapat di lakukan
oleh guru dalam proses belajar mengajar: Anak harus menghayati dan mengikuti
secara langsung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan acara daerah
setempat, misalnya HUT kota setempat. Anak harus mempraktikkan sehingga
menghasilkan sesuatu.
Pengembangan materi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan
tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal berorientasi pada
kompetensi. Implikasinya adalah pengembangan muatan lokal harus mengacu
pada standar isi, standar proses, dan stndar penilaian yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dengan demikian setiap satuan pendidikan harus mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
dikembangkan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada standar isi dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan Keberadan
mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggraan penididkan di setiap daerah
lebih meningkat relevansinya terhdap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersabgkutan. Beberapa pengertian muatan lokal di atas memberikan implikasi
tersendiri bagi sekolah dan guru antara lain:
➢ Sekolah harus memanfaatkan sumber-sumber belajar di lingkungan
setempat secara efektif dan efisien untuk menunjang pelaksanaan mata
pelajaran muatan lokal.
➢ Sekolah harus mempersiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi khusus
tentang berbagai jenis muatan lokal.

30 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Sekolah harus memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mempelajari
berbagai jenis muatan lokal melalui kelompok kerja guru(KKG)dan/atau
musyawarah guru mata pelajaran(MGMP).
➢ Sekolah harus berupaya merintis kerja sama dengan pihak-pihak terkait
utnuk membantu pelaksanaan dan keberhasilan muatan lokal.
➢ Sekolah harus memiliki dokumen kurikulum dan pembelajaran bermuatan
lokal, seperti silabus mata pelajaran muatan lokal, RPP, peta lingkungan,
pedoman penyusun dan petunjuk teknis pelaksanaan serta dokumen muatan
lokal lainnya.
➢ Guru harus meningkatkan pengetahuan pemahamannya tentang langkah-
langkah pembelajaran bermuatan lokal sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajran konstektual dan mengacu pda standar proses.
➢ Guru sebagai ujung tombak pengembangan kurikulum harus memahami
secara komprehensif dan utuh tentang apa, siapa, mengapa, dan bagaimana
muatan local

D. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal


Secara umum tujuan muatan lokal adalah untuk mempersiapkan peserta
didik agar memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang kondisi
lingkungannya, keterampilan fungsional, sikap dan nilai-nilai, bersedia
melestariakan dan mengembangkan sumber daya alam, serta meningkatkan
kualitas sosial dan budaya daerah sesuai dengan pembangunan daerah dan
pembangunan nasional.

Secara khusus tujuan muatan lokal adalah :


➢ Peserta didik belajar dengan lebih mudah tentang lingkungandan
kebudayaan di daerahnya serta bahan-bahan yang bersifat aplikatif dan
terintegrasi dengan kehidupan nyata.
➢ Peserta didik dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar seetmpat untuk
kepentingan pembelajaran di sekolah.
➢ Peserta didik lebih mengenal dan akrab dengan lingkungan alam, lingkungn
sosial, dan budaya yang terdapat di daeranya masing-masing.
➢ Peserta dididk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang menunjang pembangunan daerahnya.
➢ Peserta didik dapat mengembangkan materi muatan lokal yang dapat
menghasilkan nilai ekonomi tinggi di daerahnya sehingga dapat hidup
mandiri, menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
➢ Peserta didik dapat menerapakan pengetahuan dan keterampilan yang di
pelajarinya untuk memecahkan masalah yang di temukandi sekitarnya.
➢ Peserta didik menjadi motivasi untuk ikut melestarikan budaya dan
lingkungannya serta terhindar dari keterasingan terhadap lingkungnnya
sendiri.

Pengelolaan Kurikulum | 31
Depdiknas (2006) menjelaskan mata pelajaran muatan lokal bertujuan
untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pesrta didik
agar memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

E. Pengembangan/ Pengelolaan Kurikulum Muatan Lokal


Untuk melaksanakan muatan lokal dalam KTSP, Depdiknas (2006)
mengemukakan ada dua pola pengembangan mata pelajaran muatan lokal, yaitu:
1. Pengembangan muatan lokal sesuai dengan kondisi sekolah saat ini
Dalam pengembangan mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan kondisi
sekolah, ada tiga langkah yang harus di lakukan, yaitu:
➢ Analisis mata pelajaran muatan lokal yang ada di sekolah, apakah
masih layak dan relevan mata pelajaran muatan lokal diterapkan
disekolah?
➢ Bila mata pelajaran muatan lokal yang di terapkan di sekolah tersebut
masih layak di gunakan, maka kegiatan berikutnya adalah mengubah
mata pelajaran muatan lokal tersebut ke SK dan KD.
➢ Bila mata pelajaran muatan lokal yang tidak ada layak lagi untuk di
terapkan, maka sekolah bisa menggunakan mata pelajaran muatan lokal
dari sekolah lain atau tetap menggunakan mata pelajaran muatan lokal
yang di tawarkan oleh dinas atau mengembangkan muatan lokal yang
lebih sesuai.

Pengembangan mata pelajaran muatan lokal oleh sekolah dan komite


sekolah dapat di lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan keadaan dan kebutuhan daerah.
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal.
c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
d. menentukan mata pelajaran muatan lokal
e. mengembangkan stndar kompetensi dan kompetensi serta silabusdengan
mengacu pada standar isi yang di tetapkan oleh BSNP.

Pengembangan materi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan


tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal berorientasi pada
kompetensi. Implikasinya adalah pengembangan muatan lokal harus mengacu
pada standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dengan demikian setiap satuan pendidikan harus mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
dikembangkan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada standar isi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadan
mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

32 | Efvi Noyita, SE, MM


tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggraan penididkan di setiap daerah
lebih meningkat relevansinya terhdap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersabgkutan. Beberapa pengertian muatan lokal di atas memberikan implikasi
tersendiri bagi sekolah dan guru antara lain:
➢ Sekolah harus memanfaatkan sumber-sumber belajar di lingkungan
setempat secara efektif dan efisien untuk menunjang pelaksanaan mata
pelajaran muatan lokal.
➢ Sekolah harus mempersiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi khusus
tentang berbagai jenis muatan lokal.
➢ Sekolah harus memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mempelajari
berbagai jenis muatan lokal melalui kelompok kerja guru(KKG)dan/atau
musyawarah guru mata pelajaran(MGMP).
➢ Sekolah harus berupaya merintis kerja sama dengan pihak-pihak terkait
utnuk membantu pelaksanaan dan keberhasilan muatan lokal.
➢ Sekolah harus memiliki dokumen kurikulum dan pembelajaran bermuatan
lokal, seperti silabus mata pelajaran muatan lokal, RPP, peta lingkungan,
pedoman penyusun dan petunjuk teknis pelaksanaan serta dokumen muatan
lokal lainnya.
➢ Guru harus meningkatkan pengetahuan pemahamannya tentang langkah-
langkah pembelajaran bermuatan lokal sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajran konstektual dan mengacu pda standar proses.
➢ Guru sebagai ujung tombak pengembangan kurikulum harus memahami
secara komprehensif dan utuh tentang apa, siapa, mengapa, dan bagaimana
muatan local

F. Evaluasi Dalam Muatan Lokal


Evaluasi kurikulum merupakan salah satu langkah dalam siklus
pengembangan kurikulum.Oleh karena itu, pemahaman suatu model yang
diperkanalkan oleh para ahli tentang evaluasi kurikulum tersebut merupakan suatu
keharusan bagi para pengembang kurikulum. Melalui sekian banyak jenis model
yang diperkenalkan oleh para ahli, para pengembang kurikulum dapat memilih
model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi, karakter, dan sebagainya
dengan kurikulum yang akan dievaluasi. CIPP (Context, input, process, product)
dari Stufflebveam merupakan salah satu model evaluasi kurikulum yang sesuai
dengan evaluasi kurikulum muatan lokal sebab kurikulum muatan lokal
merupakan kurikulum baru yang lengkap. Dalam arti dimulai dari need
assessment sesuai kebutuhan masyarakat.
Penyusunan perangkat kurikulum, uji coba pelaksanaan dan pelaksanan itu
sendiri, evaluasi kurikulum, dan kembali ke penyempurnaan perangkat kurikulum
sesuai masukan hasil evaluasi.Apabila dilihat dari masalah yang akan dicari
jawabannya dalam pelajaran dengan hasil belajar siswa. Dalam ciri pengembang
kurikulum dan masalah seperti itulah kiranya model CIPP memberikan msukan
yang optimal dalam pengambilan keputusan. Terjadinya kesenjangan antara
tujuan dengan hasil belajar siswa, disebabkan guru kurang memahami apa dan

Pengelolaan Kurikulum | 33
bagaimana pembelajaran serta evaluasi untuk mata pelajaran yang berkarakteristik
afektif (penanaman nilai-nilai) seperti halnya kurikulum muatan lokal mata
pelajaran PLKJ.Guru di beri kesempatan untuk berkresi dalam mengembangkan
sendiri materi yang di sediakan untuk di jadikan rencana pengajaran yang lebih
menarik. Guru bukan selalu yang memahami isi bahan kajian yang tercantum
dalam kurikulum muatan local. Oleh karena itu di perlukan kiat-kiat tertentu agar
pelaksanaan kurikulum muatan local dapat mencapai sasaran serta tujuan yang
telah di tentukan.
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar
peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi
pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air. Pengembangan materi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal berorientasi pada kompetensi. Implikasinya adalah
pengembangan muatan lokal harus mengacu pada standar isi, standar proses, dan
stndar penilaian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian setiap
satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang dikembangkan.

G. Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum


Pendidikan adalah salah satu hal yang penting terutama di era modern
seperti ini. Pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk menunjang atau mendapatkan
kehidupan yang lebih layak dan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan
dan kemajuan zaman. Tapi seperti yang kita lihat selama ini mutu atau kwalitas
pendidikan di Indonesia tidaklah cukup baik dibanding Negara-negara lain. Salah
satu sebabnya adalah kurikulum pendidikan yang ada belum terlalu efektif dan
membantu bagi proses pendidikan terutama bagi guru maupun pelajar. Oleh
karena itu tidak heran hamper setiap tahun kurikulum pasti berubah-ubah guna
mencari kuikulum yang terbaik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia sendiri.

Defenisi Kurikulum
• Menurut kamus Webster tahun 1856, kurikulum adalah: 1. A race course; a
place for running; a chariot. 2. A course in general; applied particularly to
the course of study in a university. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh
oleh pelari atau kereta dalam perlombaan.
• Menurut kamus Webster tahun 1955, kurikulum adalah: 1. A course esp. a
specified fixed course of study, as in a school course, as one leading to
degree. 2. The whole body of courses offered in an educational institution or
department thereof. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan
adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan
tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijazah atau tingkat tertentu.
• Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk pelajaran anak.

34 | Efvi Noyita, SE, MM


• J. Galen dan William M. Alexander dalam buku Curriculum planning for
Better Teaching and Learning(1956)memberikan definisi kurikulum sebagai
the sum total of school’s effort to influence learning, whether in the
classroom, on the playground or out of school. Oleh karena nya, segala
usaha sekolah guna mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan, di
halaman sekolah, atau di luar sekolah di sebut kurikulum.
• Harold B. Albertys dalam buku Reorganizing the High Scchool
Curriculum(1965)mencermati kurikulum sebagai segala kegiatan yang
difasilitasi oleh sekolah demi kepentingan siswa.
• B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shore memandang kurikulum
sebagai rangkaian pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada
anak agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuatu dengan
masyarakatnya.
• William B. Ragan dalam buku Modern Elementary
Curriculum(1966)menjelaskan arti kurikulum sebagai all the experiences of
children for which the school accepts responsibility. It denotes the result of
efforts on the part of the adult of the community and the nation to bring to
children the finest, most whole some influences that exist in the culture.
• J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School
Improvement(1973)berpendapat bahwa kurikulum mencakup metode
mengajar, cara mengevaluasi murid dan semua program, perubahan tenaga
mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi, dan hal-
hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih
mata pelajaran..

Prinsip Pengelolaan Kurikulum


Di bawah ini adalah beberapa prinsip tentang pengelolaan kurikulum
antara lain (rahman, 2013):
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum
harus sangat diperhatikan. Output(peserta didik)harus menjadi
pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.
2. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
penuh tanggung jawab.
3. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan
maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak
yang terkait.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat
mencapai tujuan dengan pertimbanagn efektif dan efisien, agar kegiatan
manejemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan
sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5. Mengarahkan pada pencapaian visi, misi dan tujuan yang sudah
ditetapkan.

Pengelolaan Kurikulum | 35
Fungsi Pengelolaan Kurikulum
Dibawah ini adalah beberapa fungsi tentang pengelolaan kurikulum antara
lain (Kurniawan, 2013):
➢ Meningkatakan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
➢ Meningkatakan keadilan pada siswa untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
➢ Meningkatakan kesamaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta
didik maupun lingkungan sekitar pendidik.
➢ Untuk meningkatkan keikut sertaan masyarakat dalam membantu
mengembangkan kurikulum.

Dari pemaparan di atas kita mengetahui bahwa prinsip dan fungsi


pengelolaan kurikulum adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi keberadaan
kurikulum itu sendiri sehingga kurikulum tersebut bisa membawa perubahan bagi
kualitas pendidikan yang menggunakan kurikulum tersebut.

H. Pengertian Manajemen Kurikulum


Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang komperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen
kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna
itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan
ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di
sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan
oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan strategi pembelajarannya.

Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik,
terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:

36 | Efvi Noyita, SE, MM


1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis
yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena
sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti
pula diberinya kesempatan bagi siswatersebut untuk memilih apayang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut,
kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.

Pengelolaan Kurikulum | 37
Prinsip Pengelolaan Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum
adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas. Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum


merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum.
Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi. Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak
yang terlibat.
4. Efektifititas dan Efisiensi. Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi untuk mencapai tujuan
kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan
hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.

38 | Efvi Noyita, SE, MM


BAB V

MANAGEMENT PESERTA DIDIK

Manajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga


pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses
transformasi ilmu dan ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan
pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Manajemen
peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yangberkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan
keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data
peserta didik kan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu
upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah.
Menurut Suharsimi Arikunto (1986:12) bahwa peserta didik adalah siapa
saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Menurut UU
Sisdiknas bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi bisa diartikan bahwa peserta
didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis
lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya
baik pada aspek akademik maupun non akademik melalui proses pembelajaran
yang diselenggarakan.
Manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan teratur.
Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen peserta didik adalah untuk
menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat belajar
dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Ada
tiga tugas utama dalam bidang manajemen peserta didik untuk mencapai tujuan
tersebut yaitu 2 penerimaan peserta didik, kegiatan kemajuan belajar serta
bimbingan dan pembinaan disiplin.
Dalam pembahasan ini manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan
yaitu :
1. Perencanaan terhadap peserta didik
2. Pembinaan peserta didik
3. Evaluasi peserta didik
4. Mutasi peserta didik

A. Perencanaan Peserta Didik


Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan
siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan. Khusus mengenai
perencanaan peserta didik akan langsung berhubungan dengan kegiatan
penerimaan dan proses pencatatan atau dokumentasi data pribadi siswa, yang

Management Peserta Didik | 39


kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pencatatan atau dokumentasi
data hasil belajar dan aspek-aspek lain yang diperlukan dalam kegiatan kurikuler
dan ko-kurikuler.
Langkah yang pertama dalam perencanaan terhadap peserta didik, yang
meliputi kegiatan :
1. Analisis kebutuhan peserta didik
2. Rekruitmen peserta didik
3. Seleksi peserta didik
4. Orientasi
5. Penempatan peserta didik
6. Pencatatan dan pelaporan

Lebih lanjut akan dibahas satu persatu dari langkah-langkah tersebut yaitu :
a. Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan
oleh lembaga pendidikan yang meliputi;
1. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima dengan
pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang tersedia, serta
pertimbangan rasio murid dan guru. Secara ideal rasio murid dan 3 guru
adalah 1:30;
2. Menyusun program kegiatan kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah,
minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang
tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia.
b. Rekruitmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian, menentukan
peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah
yang bersangkutan. Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah :
1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi dari
semua unsur guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah;
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru
yang dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam
pengumuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan
pendaftaran siswa baru (syarat umum dan syarat khusus), cara
pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran,
waktu dan tempat seleksi dan pengumuman hasil seleksi.
c. Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik
untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah :
1. Melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes
akademik, atau tes ketrampilan;
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada
prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian;
3. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.

40 | Efvi Noyita, SE, MM


d. Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan
sosial sekolah. Tujuan dengan orientasi tersebut adalah agar siswa mengerti
dan mentaati peraturan yang berlaku di sekolah, peserta didik dapat aktif
dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi
lingkungan baru secara fisik, mental dan emosional.
e. Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas) yaitu kegiatan
pengelompokan peserta didik yang dilakukan dengan sistem kelas,
pengelompokan peserta didik bisa dilakukan berdasarkan kesamaan yang
ada pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur. Selain itu juga
pengelompokan berdasar perbedaan yang ada pada individu peserta didik
seperti minat, bakat dan kemampuan.
f. Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik
diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah.
Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga
mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan
pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan yang
diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah :
1. Buku Induk Siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di
sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor induk siswa/no
pokok;
2. Buku Klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan
penulisannya diurutkan berdasar abjad;
3. Daftar presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik
pada kegiatan sekolah;
4. Daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik
beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya
buku ini mendukung program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

B. Pembinaan Peserta Didik


Langkah kedua dalam manajemen peserta didik adalah pembinaan
terhadap peserta didik yang meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang
manajemen peserta didik. Layanan-layanan yang dibutuhkan peserta didik di
sekolah meliputi :
1. Layanan bimbingan dan konseling Layanan BK merupakan proses
pemberian bantuan terhadap siswa agar perkembangannya optimal sehingga
anak didik bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan bersikap sesuai
dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Fungsi bimbingan disini adalah membantu peserta didik dalam memilih
jenis sekolah lanjutannya, memilih program, lapangan pekerjaan sesuai

Management Peserta Didik | 41


bakat,minat, dan kemampuan. Selain itu bimbingan dan konseling juga
membantu guru dalam menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan
dengan bakat minat 5 siswa,serta membantu siswa dalam menyesuaikan diri
dengan bakat dan minat siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal.
2. Layanan perpustakaan Diperlukan untuk memberikan layanan dalam
menunujang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang
dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan
pustaka. Keberadaan perpustakaan sangatlah penting karena perpustakaan
juga dipandang sebagai kunci dalam pembelajaran siswa di sekolah. Bagi
siswa perpustakaan bisa menjadi penyedia bahan pustaka yang memperkaya
dan memperluas cakrawala pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,
membantu siswa dalam mengadakan penelitian, memperdalam
pengetahuannya berkaitan dengan subjek yang diminati, serta meningkatkan
minat baca siswa dengan adanya bimbingan membaca, dan sebagainya.
3. Layanan kantin Kantin diperlukan di tiap sekolah agar kebutuhan anak
terhadap makanan yang bersih, bergizi dan higienis bagi anak sehingga
kesehatan anak terjamin selama di sekolah. Guru bisa mengontrol dan
berkonsultasi dengan pengelola kantin dalam menyediakan makanan yang
sehat dan bergizi. Peranan lain dengan adanya kantin di dalam sekolah anak
didik tidak berkeliaran mencari makanan dan tidak harus keluar dari
lingkungan sekolah.
4. Layanan kesehatan Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk
dalam sebuah wadah yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Sasaran utama UKS untuk meningkatkan atau membina kesehatan siswa
dan lingkungan hidupnya. Program UKS sebagai berikut :
➢ Mencapai lingkungan hidup yang sehat;
➢ Pendidikan kesehatan;
➢ Pemeliharaan kesehatan di sekolah
5. Layanan transportasi Sarana transport bagi peserta didik sebagai
penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar, biasanya layanan
transport diperlukan bagi peserta didik di tingkat prasekolah dan pendidikan
dasar. Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah
yang bersangkutan atau pihak swasta.

42 | Efvi Noyita, SE, MM


6. Layanan asrama Bagi. siswa layanan asrama sangat berguna untuk mereka
yang jauh dari keluarga sehingga membutuhkan tempat tinggal yang
nyaman untuk mereka beristirahat. Biasanya yang mengadakan layanan
asrama di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi.

C. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik


Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2002;57), evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan
menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa kegiatan kurikuler, ko-
kurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang
telah dipelajarinya sesuai dengan tujuantujuan yang telah ditetapkan. Pasaribu dan
Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002;58),
menyatakan bahwa :
Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah :
➢ Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan peserta didik
dalam mencapai tujuan yang diharapkan
➢ Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat c.
Menilai metode mengajar yang digunakan

Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah :


➢ Merangsang kegiatan peserta didik
➢ Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar peserta didik
➢ Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
dan bakat siswa yang bersangkutan
➢ Memperbaiki mutu pembelajaran/cara belajar dan metode mengajar

Berdasarkan tujuan penilaian hasil belajar tersebut, ada beberapa fungsi penilaian
yang dapat dikemukakan antara lain :

➢ Fungsi selektif. Dengan mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk


mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Evaluasi
dalam hal ini bertujuan untuk : memilih peserta didik yang dapat diterima di
sekolah tertentu, memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat

Management Peserta Didik | 43


berikutnya, memeilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih
siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
➢ Fungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup
memenuhi persyaratan, dengan melihat hasilnya guru akan dapat
mengetahui kelemahan peserta didik, sehingga lebih mudah untuk mencari
cara mengatasinya.
➢ Fungsi penempatan Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan
kemampuan peserta didik adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus
ditempatkan.
➢ Fungsi pengukur keberhasilan program Eavaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana sustu program berhasil diterapkan. Secara garis
besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan non tes, Dalam
penggunaan alat evaluasi yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan
diri tidak hanya menggunakan tes obyektif saja tetapi juga diimbangi
dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap
seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Dalam suatu
kelas, tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur keberhasilan
peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur keberhasilan peserta didik,


ada tiga jenis tes, yaitu :
1. Tes diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian 8 perlakuan yang tepat.
Kedudukan diagnosis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar
peserta didik dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar.
2. Tes formatif Tes formatif atau evaluasi formatif dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti
suatu program tertentu. Jenis penilaian ini juga berfungsi untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
3. Tes sumatif Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah
berakhir pemberian sekelompok program atau pokok bahasan. Jenis

44 | Efvi Noyita, SE, MM


penilaian ini berfungsi untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar
peserta didik. Hasil evaluasi terhadap peserta didik tersebut selanjutnya
ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik.

Ada dua kegiatan dalam menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik,


antara lain :
1. Program remedial Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan
kegaiatan belajar mengajar. Maksud utama konsep belajar tuntas adalah
upaya agar dikuasainya bahan secara tuntas oleh sekelompok peserta didik
yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas. Tingkat ketuntasan
ini bermacam-macam dan merupakan peryaratan (kriteria) minimum yang
harus dikuasai peserta didik. Batas minimum ini kadangkadang dijadikan
dasar kelulusan bagi peserta didik yang menempuh bahan tersebut. Biasanya
dipersyaratkan penguasaan bahan pelajaran bergerak antara 75% sampai
90%. Biasanya penanganan masalah kesulitan belajar, secara metodologis
dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial, bimbingan dan
penyuluhan, psikoterapi atau dengan pendekatan lainnya. Dalam hal
pengajaran remedial, kegiatan ini dilakukan dengan beberapa alasan, antara
lain :
• Masih banyak peserta didik yang menunjukkan belum dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan
• Guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan, yang
berarti bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan
melalui pencapaian standar kompetensi yang diharapkan
• Pengajaran remedial diperlukan dalam rangka melaksanakan
proses belajar yang sebenarnya, yaitu sebagai proses perubahan
tingkah laku secara keseluruhan
• Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan
bimbingan dan penyuluhan melalui interaksi belajar mengajar.
Pengajaran remedial mempunyai arti terapeutik, maksudnya dalam
proses pengajaran remedial secara lansung maupun tidak langsung
juga menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan yang
berkaitan dengan kesulitan belajar.

Management Peserta Didik | 45


Pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang
ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau
keseluruhan kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Perbaikan
diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar
mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik.
Adapun tujuan pengajaran remedial adalah :
a. Secara umum pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik dalam
segi kepribadian peserta didik maupun segi proses belajar mengajar.
b. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik :
➢ Memahami dirinya sendiri, hal ini menyangkut prestasi belajarnya
dari segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya
➢ Dapat mengubah/memperbaiki cara-cara belajar kea rah yang lebih
sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya
➢ Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat
➢ Dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang
kesulitannya
➢ Dapat mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baru yang
dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik
➢ Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam


keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan yang logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar. Adapu
langkah-langkah dalam pengajaran remedial, antara lain :
• Penelaahan kembali kasus dan permasalahannya
• Menentuakan alternative pilihan tindakan
• Melaksanakan layanan bimbingan dan penyuluhan/psikoterapi
• Melaksanakan pengajaran remedial
• Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
• Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik

46 | Efvi Noyita, SE, MM


Sasaran akhir kegiatan remedial identik dengan pengajaran biasa (pada
umumnya) yaitu membantu setiap peserta didik dalam batas-batas normalitas
tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat
mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan tertentu, sekurang-kurangnya sesuai
dengan batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima.
Secara empiric sasaran strategis tersebut tidak selamanya dapat dicapai
dengan pendekatan sistem pengajaran secara konvensional, sehingga perlu dicari
upaya pendekatan strategis lainnya. Ada dua strategi yang bisa dilakukan dalam
pengajaran remedial, yaitu :

1. Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat kuratif Tindakan ini


dapat dikatakan kuratif apabila dilakukan setelah selesai program pembelajaran
utama diselenggarakan. Hal ini dilakukan atas dasar bahawa ada seseorang atau
beberapa orang atau keseluruhan peserta didik dapat dipandang tidak mampu
menyelesaikan program proses belajar mengajar yang bersangkutan sccara
sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Pendekatan pengajaran yang dapat diterapkan, antara lain :
a. Pengulangan, dapat dilakukan pada setiap akhir jam pertemuan, pada
setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, dan pada akhir setiap
satuan program studi (triwulan, semester, tahunan). Pelaksanaan layanan
pengajaran remedial ini dapat diberikan dan diorganisasikan dengan cara :
➢ Perorangan (individual), apabila peserta didik yang memerlukan
bantuan jumlahnya terbatas.
➢ Kelompok (peer group), apabila terdapat sejumlah peserta didik yang
mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bahkan bias
jugaterjadi dalam bidang studi tertentu dialami oleh peserta didik dalam
satu kelas secara keseluruhan.
Waktu dan cara pelaksanaannya dapat diatur sedemikian rupa sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada, seperti contoh di bawah ini :
Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa, apabila sebagian atau seluruh
anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, dengan cara :
➢ Bahan pelajaran dipresentasikan kembali dengan penjelasannya
➢ Diadakan latihan/penugasan/soal kembali yang bentuknya sejenis
dengan tugas soal terdahulu

Management Peserta Didik | 47


➢ Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil
peningkatannya kea rah criteria keberhasilan yang diharapkan
➢ Diadakan di luar jam pertemuan biasa, dengan cara :
• Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari, jam, tempat tertentu
apabila yang mengalami kesulitan hanya seseorang/sejumlah
peserta didik tertentu (misal sore hari, sehabis jam pelajaran biasa,
waktu istirahat, dan sebagainya)
• Diberikan kembali dalam bentuk pekerjaan rumah dengan diperiksa
kembali oleh guru hasil pekerjaannya
• Diadakan kelas remedial (khusus bagi peserta didik) yang
mengalami kesulitan belajar tertentu, dengan cara :
o Peserta didik laiun belajar dalam kelas biasa, sedangkan untuk
peserta didik tertentu dengan mendapat bimbingan khusus dari
guru yang sama atau guru yang telah ditunjuk sampai yang
bersangkutan mencapai tingkat penguasaan tertentu sehingga dapat
bersama-sama lagi dengan teman sekelasnya.
o Diadakan ulangan secara total, apabila peserta didik yang
bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas criteria
keberhasilan minimal dalam hamper keseluruhan program (bidang
studi), secara konvensional disebut dengan tinggal kelas.
b. Pengayaan dan pengukuhan. Layanan pengayaan ditujukan kepada
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ringan. Materi program
pengayaan dalam hal ini dapat bersifat sebagai berikut :
o Ekuivalen (horizontal) dengan PBM utama, sehingga bobot nilainya
dapat diperhitungkan oleh peserta didik yang bersangkutan
o Suplementer saja terhadap program PBM utama, dengan tidak
menambah bobot nilai tertentu yang penting dapat meningkatkan
penguasaan pengetahuan atau keterampilan bagi peserta didik yang
relative lemah, dan memberikan dorongan serta kesibukan bagi
peserta didik yang cepat belajar untuk mengisi kelebihan waktunya
disbanding dengan teman sekelasnya.

48 | Efvi Noyita, SE, MM


Teknik pelaksanaannya dapat dengan cara :
• Berupa tugas/soal pekerjaan rumah bagi peserta didik yang lambat
belajar
• Berupa tugas/soal yang dikerjakan di kelas pada jam pelajaran
tersebut juga (sementara peserta didik yang lain mengerjakan
program PBM utama) bagi peserta didik yang cepat belajar.

c. Percepatan Alternatif lain adalah memberikan layanan kepada kasus


berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial atau ego emosional,
dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi kepada program PBM
utama berikutnya yang lebih tinggi.
Ada dua kemungkinan pelaksanaannya, antara lain :
• Promosi penuh status akademisnya ke tingkat yang lebih tinggi
sebatas kemungkinannya, apabila peserta didik menunjukkan
keunggulan yang menyeluruh dari bidang studi yang ditempuhnya
dengan luar biasa (dilakukan dengan placement test dari tingkat yang
akan ia masuki
• Maju berkelanjutan (continous progress) tidak diartikan sebagai
promosi status akademisnya secara keseluruhan, tetapi pada beberapa
bidang studi tertentu dimana kasusu sangat menonjol dapat diberikan
layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi sebatas
kemampuannya, status akademisnya tetap sama dengan teman
sekelasnya.
d. Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat preventif. Teknik
layanan pengajaran yang digunakan adalah :
• Layanan kepada kelompok belajar homogin
• Layanan pengajaran individual
• Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas
khhusus remedial dan pengayaan
e. Strategi dan pendekatan penngajaran yang bersifat pengembangan.
Dalam pengajaran remedial diperlukan adanya pengorganisasian proses
belajar mengajar yang sistematis dalam bentuik sistem pengajaran
berprograma, sistem pengajaran modul, dan sebagainya. Sasaran utama

Management Peserta Didik | 49


dari strategi ini adalah agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan
atau kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Dengan mengacu pada beberapa uraian di atas maka
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan
pengajaran remedial, antara lain : Metode pemberian tugas, Metode
diskusi, Metode tanya jawab, dan Metode kerja kelompok, Metode tutor
teman sebaya, Pengajaran individual
2. Kegiatan pengayaan
Adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok cepat
sehingga peserta didik tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan
keterampilannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka
pelajari. Tujuan dari kegiatan pengayaan adalah agar peserta didik yang
sudah menguasai bahan pelajaran lebih dahulu dari teman-temannya tidak
berehnti perkembangannya, dengan mengisi waktu kelebihannya dengan
melakukan kegiatan lain.
Strategi kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
• kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok
• Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topik modul
pokok.
Kegiatan pengayaan untuk dapat efektif mencapai tujuan, maka perlu
diadakan kegiatan penilaian, melalui dua cara, yaitu :
• Digabungkan dengan nilai modul pokok, dihitung dalam satuan kredit
atau bobot tertentu
• Dipisahkan dari nilai pokok sehingga terdapat dua nilai.

D. Mutasi Peserta Didik


Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses
perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau
perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah. Oleh karena itu, ada dua
jenis mutasi peserta didik, yaitu :
1. Mutasi Ekstern Mutasi Ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu
sekolah ke sekolah yang lain. Perpindahan ini hendaknya menguntungksn
kedua belah pihak, artinya perpindahan tersebut harus dikaitkan dengan

50 | Efvi Noyita, SE, MM


kondisi sekolah yang bersangkutan, kondisi peserta didik, dan latar belakang
orang tuanya, serta sekolah yang akan ditempati. Adapun tujuan mutasi
ekstern adalah :
• Mutasi didasarkan pada kepentingan peserta didik untuk dapat
mengikuti pendidikan di sekolah sesuai dengan keadaan dan
kemampuan peserta didik serta lingkungan yang mempengaruhinya.
• Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara wajar sesuai dengan keadaan, kemampuan
sekolah serta lingkungan yang mempengaruhinya.

Mutasi ekstern harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :


➢ Permintaan mutasi peserta didik diajukan oleh orang tua/wali karena
alasan yang dapat dibenarkan (keluarga, kesehatan, kejiwaan, ekonomi,
dan lain-lain).
➢ Mutasi peserta didik berlaku dari :
o Sekolah negeri ke sekolah negeri, maupun ke sekolah swasta
o Sekolah swasta mandiri ke sekolah swasta mandiri, maupun ke
sekolah swasta yang UN-nya menggabung
o Sekolah swasta menggabung ke sekolah swasta yang juga
menggabung UN -nya

Penyimpangan tersebut di atas dapat terjadi apabila di suatu


kabupaten/kotamadia yang dituju tidak ada sekolah yang berstatus sama, dengan
syarat :
➢ Muatasi tersebut terpaksa dilakukan karena alas an mendesak, maka
perlu surat keterangan dari pengawas
➢ Dilakukan tes penjajagan
➢ Hendaknya dihindarkan mutasi peserta didik di dalam satu
kabupsten/kotamadia, kecuali dengan alas an yang sangat mendesak,
maka perlu surat keterangan dari pengawas.
➢ Mutasi antar kanwil/propinsi pada dasarnya sama dengan mutasi di
dalam satu kanwil/propinsi. Perbedaannya terletak pada adanya ijin dari
kanwil/bidang dikmunum dari propinsi baik yang ditinggalkan maupun
yang akan didatangi.

Management Peserta Didik | 51


Prosedur mutasinya adalah sebagai berikut :
• Kepala sekolah membuat surat keterangan pindah
• Surat keterangan pindah tersebut harus diketahui dan disahkan
oleh kantor wilayah pendidikan nasional yang akan ditinggalkan
maupun yang akan didatangi.

Adapun alasan-alasan mutasi ekstern, antara lain : Keluarga,


Ekonomi, Social, Agama, Kejiwaan, Sedangkan penyebab Sebab-sebab lain.
Syarat-syarat mutasi ekstern, antara lain : menyerahkan raport , menyerahkan
surat keterangan pindah dari sekolah asal, terdapat formasi (daya tampungnya
masih ada), bagi sekolah swasta mungkin peserta didik dikenakan syarat untuk
membayar sejumlah uang, Penomeran di buku induk Peserta didik yang mutasi
akan diberikan nomor induk yang baru di sekolah tersebut sehingga nomor induk
dari sekolah asal tidak dipakai lagi.
Kemungkinan yang terjadi dalam pemebrian nomor induk bagi peserta
didik yang mutasi, adalah : diberi nomor induk terakhir dari jumlah peserta didik
yang ada, menempati nomor induk peserta didik lama yang pindah atau keluar,
dengan cara menempatkan kembali pada nomor induk semula.
Penempatan peserta didik Peserta didik yang mutasi sebaiknya
ditempatkan sesuai dengan jurusan yang pernah diambilnya di sekolah asal.
Peserta didik yang mutasi karena tidak naik kelas, hendaknya juga tetap berada
pada kelas dimana mereka tidak naik kelas. Hal ini dilakukan untuk selalu
menjaga kualitas pendidikan.

2. Mutasi Intern. Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu
sekolah. Dalam hal ini akan dibahas khhsus mengenai kenaikan kelas.
Maksud kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah dapat menyelesaikan
program pendidikan selama satu 17 tahun, apabila telah memenuhi
persyaratan untuk dinaikkan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas
berikutnya.
Seorang peserta didik dinyatakan naik kelas apabila telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
▪ Tidak terdapat nilai mati,

52 | Efvi Noyita, SE, MM


▪ Program pendidikan umum rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0.
Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan pendidikan agama
dan pendidikan pancasila dan kewrganegaraan.,
▪ Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0.
Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan bahasa Indonesia.
▪ Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya
6,0 dan boleh ada 1 nilai yang kurang dari 6,0.
▪ Mengingat betapa pentingnya kenaikan kelas ini, maka setiap akhir
semester sekolah selalu mengadakan rapat kenaikan kelas yang dihadiri
oleh kepala sekolah dan dewan guru. Dalam hal ini peran wali kelas
sangat menentukan naik tidaknya peserta didik dalam kelas tertentu.

Di samping nilai akhir mata pelajaran, ada beberapa faktor yang dapat
menentukan seorang peserta didik berhasil atau tidak untuk naik kelas,
antara lain :
• Kerajinan
• Kedisiplinan
• Tingkah laku
Dalam rapat kenaikan kelas ini dibicarakan juga tentang peserta didik
yang nyaris tidak naik kelas, sehingga perlu mendapat pertimbangan dari
berbagai pihak dan juga peserta didik yang terpaksa tidak naik kelas.
Kepada peserta didik ini masih diberi kesempatan untuk mengulang kelas
atau pindah ke sekolah lain.
Dispensasi bagi peserta didik yang mengulang diberikan untuk
kepentingan peserta didik dan sekolah. Kepentingan bagi peserta didik
adalah : tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri
dengan sekolah yang baru, dapat belajar lebih intensif, karena malu, ia akan
berusaha semaksimal mungkin untuk naik kelas. Kepentingan bagi sekolah
adalah :dispensasi bagi peserta didik yang mengulang akan memberikan
nilai tambah minimal dari segi ekonomi.
Ada beberapa ketentuan peserta didik yang dapat mengajukan
dispensasi, antara lain
✓ Pada kelas sebelumnya tidak naik kelas dua kali

Management Peserta Didik | 53


✓ Pada kelas sebelumnya tidak naik kelas satu kali kemudian naik kelas,
di kelas berikutnya tidak naik kelas lagi.
✓ Pada kelas berikutnya tidak naik kelas berturut-turut dua kali
✓ Peserta didik yang tidak naik kelas di kelas sekarang dan kelas
berikutnya masing-masing satu kali
✓ Peserta didik yang berturut-turut tidak lulus atau tamat di kelas III
sebanyak dua kali.
Untuk penempatan peserta didik yang naik kelas dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu
o Secara vertical, cara ini dilakukan apabila peserta didik selalu
mengikuti kelasnya dari kelas bawah sampai kelas atas.
o Secara horizontal, pengelompokkan secara horizontal sebenarnya
berdasarkan prestasi peserta didik di kelas, sehingga di dalam suatu
kelas bervariasi prestasinya. Hal ini akan mendorong peserta didik
untuk berkompetisi meningkatkan prestasinya.
o Kelas Unggulan. Cara ini dilakukan dengan menempatkan siswa
dari masing-masing kelas yang mendapatkan rangking kelas.
Sehingga bila dibutuhkan maka peserta didik kelas ini dapat
dipersiapkan lagi untuk mengejar prestasi yang lebih tinggi lagi
dari sebelumnya.

54 | Efvi Noyita, SE, MM


BAB VI

PENGELOLAAN TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN (TPK)

A. Perencanaan dan Pengadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Pendidikan adalah segala upaya untuk mengembangkan daya cipta, rasa,
karsa manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang dilakukan dengan
cara edukatif dan sesuai dengan kaidah norma kemasyarakatan dan keagamaan.
Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan UU SPN No. 2/ 1989 bahwa : Pendidikan sebagai salah satu
bagian dari aktivitas manusia menghendaki pencapaian tujuan dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Kedudukan para personel pendidikan, masing-masing
memiliki peran sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Satu sama lain
melengkapi, tidak ada yang menduduki posisi yang dominan dalam berkontribusi
pada usaha pencapaian tujuan pendidikan. Para personal pendidikan merupakan
faktor produksi dalam mencetak calon-calon profesional di masa yang akan
datang serta dalam hal menyuguhkan layanan pendidikan kepada para klien
pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan
peran dari para tenaga kependidikan, seperti guru (pengajar), pembimbing,
supervisor, kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga teknisi, serta
instansi/lembaga pendidikan yang lain. Dalam hal ini yang menjadi inti dari
tenaga kependidikan di Sekolah Dasar adalah kepala sekolah dan guru

1. Pengertian Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan
strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi
pembelajaran, peranan pendidik dalam masyarakat Indonesia tetap dominan
sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
berkembang amat cepat.
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dimana tenaga kependidikan tersebut memenuhi
syarat yang ditentukan oleh undang-undang yang berlaku, diangkat oleh pejabat
yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut
aturan yang berlaku.

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 55


Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 : BAB 1 Ketentuan umum). Tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1,
BAB 1 Ketentuan umum)
Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 Tahun
2003, Pasal 39 ayat 1)
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 Tahun
2003, Pasal 39 ayat 2)

2. Jenis-jenis Tenaga Kependidikan


Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam
instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan
keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan (mencakup tebaga edukatif dan
administrative). Dilihat dari jenisnya tenaga kependidikan terdiri atas :
• Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelanggaraan pendidikan. Tenaga
kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang dalam bidang pendidikan,
pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan penguji. Pengelola satuan
pendidikan bertugas dan mengelola satuan pendidikan pada pendidikan
formal dan non formal. Penilik satuan pendidikan bertugas dan
bertanggungjawab melakukan pembinaan, pembimbingan dan penilaian
pada satuan pendidikan. Pengawas bertugas dan bertanggungjawab dalam
melakukan pengawasan pendidikan terhadap pendidik atau penyelenggara
satuan pendidikan taman kanak-kanak, dasar, dan menengah dengan
melaksanakan penilaian dan pembinaan teknis pendidikan. Pustakawan
bertugas melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan.
Laboran bertugas melaksankan pengelolaan sumber belajar di laboratorium.
Teknisi bertugas merawat, memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran
pada satuan pendidikan
• Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dsb yang
sesuai dengan kekhususannya dan berpasrtisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
• Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua,
rektor, pimpinan satuan pendidikan di luar sekolah. Termasuk pengelola

56 | Efvi Noyita, SE, MM


sistem pendidikan seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi
atau kabupaten/kota.
Jadi, secara umum tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi empat
kategori yaitu :
• Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih.
• Tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti,
dan pengembang di bidang pendidikan dan pustakawan.
• Tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar.
dan
• Tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur,
ketua, rektor, dan pemimpin satuan pendidikan luar sekolah.

Pengertian jenis tenaga kependidikan :

a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Sekolah harus mampu
melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator
b. Guru (kelas, agama, penjaskes, muatan lokal)
Guru/pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik.
c. Tenaga Administrasi / TU
Tata usaha adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang
administrasi instansi tersebut.
d. Penjaga Sekolah / kebersihan sekolah
e. Tenaga Fungsional lainnya (Guru BP, Pustakawan, laboran dan teknisi
sumber belajar)

Sedangkan apabila dilihat dari statusnya, tenaga kependidikan terdiri atas :

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)


Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di
samping anggota TNI dan Anggota POLRI (UU No 43 Th 1999).
Pengertian Pegawai Negeri adalah warga negara RI yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1
ayat 1 UU 43/1999).

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 57


b. GTT adalah bukan Guru PTT (Pegawai Tidak Tetap)
GTT adalah bukan Guru PTT (Pegawai Tidak Tetap) yang seringkali
disamavartikan atau tersamarkan sebagai guru honor. Dalam terminologi
legal yang berlaku di beberapa anggota DPR, surat kabar, dan Pemda, guru
honor untuk menyebut Guru PTT. Dalam arti demikian, sekali lagi, GTT
bukan Guru PTT.
c. Guru Bantu
Guru nonPNS yang berkedudukan sebagai pegawai Departemen Pendidikan
Nasional Pusat, ditugaskan secara penuh di sekolah dan pengangkatannya
dilakukan melaui program pengadaan guru bantu, berdasarkan kontrak kerja
selama 3 tahun. Masing-masing guru bantu mendapat upah yang diambil
dari APBN.
d. Tenaga sukarela
Merupakan tenaga kependidikan nonguru yang memiliki honor yang
relative kecil. Di tingkat sekolah menengah, pengelolaan secara
admisintratif, personel (kepegawaian) ada pada urusan tata usaha atas
wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah, sedang di sekolah dasar,
semua urusan dipegang oleh Kepala Sekolah.

3. Tugas Tenaga Kependidikan


Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu adalah
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
• Kepala sekolah : Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan
penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar
yakni dengan melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi.
• Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kurikulum) : Bertanggung jawab
membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan kurikulum dan proses belajar
mengajar.
• Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kesiswaan) : Bertanggung jawab
membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan kesiswaan
dan ekstrakurikuler.
• Wakil Kepala Sekolah (Urusan Sarana dan prasarana) : Bertanggung
jawab atas kegiatan-kegiatan inventaris pendayagunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana serta keuangan sekolah.
• Wakil Kepala Sekolah (Urusan Pelayanan Khusus) : Bertanggung jawab
membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
khusus, seperti hubungan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, usaha
kesehatan sekolah dan perpustakaan sekolah.
• Pengembang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan : Bertanggung jawab
atas penyelenggaraan program program-program pengembangan

58 | Efvi Noyita, SE, MM


kurikulum dan pengembangan kurikulum dan pengembangan alat bantu
pengajaran.
• Pengembang Tes : Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-
program pengembangan alat pengukuran dan evaluasi kegiatan-kegiatan
belajar dan kepribadian peserta didik.
• Pustakawan : Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan
pengelolaan perpustakaan sekolah.
• Laboran : Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan
pengelolaan laboratorium di sekolah.
• Teknisi Sumber Belajar : Bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pemberian bantuan teknis sumber-sember belajar bagi kepentingan belajar
peserta didik dan pengajaran guru.
• Pelatih : Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-program
kegiatan latihan seperti olahraga, kesenian, keterampilan yang
diselenggarakan.
• Petugas Tata Usaha : Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan dan pelayanan administratif atau teknis operasional pendidikan di
sekolah.

4.
Perencanaan Tenaga Kependidikan
Perencanaan tenaga kependidikan merupakan suatu proses yang sistematis
dan rasional untuk memberikan jaminan bahwa penetapan jumlah dan kualitas
tenaga kependidikan dalam berbagai formasi dan dalam jangka waktu tertentu
benar-benar representatif dapat menuntaskan tugas-tugas organisasi pendidikan.

Beberapa metode untuk melakukan perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan,


misalnya :

• Expert estimate yaitu prediksi yang dilakukan oleh para ahli karena para ahli
ini dianggap lebih memahami tuntutan-tuntutan ketenagakerjaan
• Historical comparison yaitu prediksi yang didasarkan atas kecenderungan
yang terjadi pada masa sebelumnya
• Task analysis yaitu penentuan kebutuhan tenaga didasarkan atas tuntutan
spesifikasi pekerjaan yang ditetapkan
• Correlation technique suatu penentuan kebutuhan didasarkan atas
perhitungan-perhitungan korelasi secara statistik, terutama kepentingan
yang menyangkut perubahan-perubahan yang terjadi dalam persyaratan-
persyaratan ketenagakerjaan, sumber-sumber keuangan dan program-
program yang ditetapkan
• Modelling yaitu penetapan kebutuhan tenaga tergantung pada model
keputusan yang biasa dibuat

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 59


5. Perekrutan Tenaga Kependidikan
Perekrutan atau penarikan tenaga kependidikan merupakan usaha-usaha
yang dilakukan untuk memperoleh tenaga kependidikan yang dibutuhkan untuk
mengisi jabatan-jabatan tertentu yang masih kosong. Perekrutan ini merupakan
usaha-usaha mengatur komponis tenaga kependidikan secara seimbang sesuai
dengan tuntutan pelaksanaan tugas kependidikan melalui penyeleksian yang
dilakukan.

Langkah penting dalam proses perekrutan sebagai kelanjutan perencanaan tenaga


kependidikan adalah sebagai berikut :

• Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga kependidikan dalam


berbagai jenis dan kualifikasi sebagaimana proses perencanaan yang telah
ditetapkan
• Membuka pendaftaran bagi pelamar atau sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan baik persyaratan-persyaratan administratif maupun
persyaratan akademis
• Menyelenggarakan pengujian berdasarkan standar seleksi dan dengan
menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-cara tertentu yang dibutuhkan.
Standar seleksi menyangkut : Umur, Kesehatan fisik, Pendidikan,
Pengalaman, Tujuan-tujuan, Perangai, Pengetahuan umum, Keterampilan
komunikasi, Motivasi, Minat, Sikap dan nilai-nilai, Kesehatan mental,
Kepantasan bekerja di dunia pendidikan, Faktor-faktor lain yang ditetapkan.

Adapun teknik-teknik seleksi yang dapat digunakan atau cara-cara yang dapat
ditempuh dapat dilakukan dengan cara :

➢ Pengumpulan informasi tentang calon-calon yang memberi harapan baik.


Informasi ini dapat mencakup “personal references” dan “employment
references”. Sejumlah infornasi ini dapat diperoleh melalui dokumen-
dokumen atau berkas-berkas lamaran yang masuk dan dapat pula
dilakukan melalui kontak-kontak lainnya
➢ Penyelenggaraan “testing” secara tertulis, misalnya penggunaaan tes-tes
psikologis, tes-tes pengetahuan, dan bentuk tes yang mengukur beberapa
bagian pekerjaan yang akan diemban
➢ Penyelenggaraaan testing secara lisan dan wawancara seleksi, yaitu
percakapan formal yang dilakukan secara cukup mendalam untuk
mengevaluasi calon
➢ Pemeriksaan medis atau kesehatan calon, baik dengan menunjukkan
informasi kesehatan, maupun pemeriksaan yang dilakukan sacara langsung
oleh tim yang sengaja dibentuk

Dengan demikian pengelolaan tenaga kependidikan pada gilirannya


merupakan implementasi fungsi manajemen sumber daya manusia yang

60 | Efvi Noyita, SE, MM


diupayakan untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan di tingkat lembaga
maupun nasional melalui perolehan tenaga kependidikan yang handal dan unggul.
Pengelolaan tenaga kependidikan merupakan langkah penting dalam
mewujudkan sistem pendidikan nasional yang efektif dan efisien. Tenaga-tenaga
handal dalam dunia pendidikan hanya akan diperoleh jika sistem pendidikan telah
memiliki mekanisme yang ideal untuk melakukan perekrutan, seleksi,
penempatan, pembinaan, evaluasi dan pemberhentian yang tepat. Dengan kata lain
sistem pendidikan nasional memerlukan mekanisme pengelolaan tenaga
kependidikan yang searah dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Rekruitmen adalah suatu proses untuk mencari dan menemukan orang
yang tepat untuk jabatan tertentu dalam suatu lembaga atau organisasi.
Rekruitmen dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah
melalui seleksi supaya dapat ditemukan orang yang cocok dan kompeten untuk
jabatan yang tersedia.
Pemerintah lebih meningkatkan kualitas tenaga kependidikan sehingga
pendidikan di Indonesia menuju ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Supaya
tidak terjadi penggelembungan struktur,dan tenaga pendidikan dapat bekerja
secara maksimal maka rekruitmen sebaiknya di adakan setelah ada guru atau
kepala sekoah yang telah pensiun. Atau rekruitmen dilaksanakan ketika lembaga
benar-benar membutuhkan tenaga.

B. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Secara umum pengembangan dan pembinaan tenaga pendidik dan
kependidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses merekayasa perilaku kerja
tenaga pendidik/kependidikan sedemikian rupa dengan maksud dan tujuan untuk
mengoptimalkan kinerja tenaga pendidik/kependidikan. Berikut ini adalah strategi
pengembangan dan pembinaan tenaga pendidik/kependidikan.

1. Strategi pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan


Pembinanaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
lembaga/institusi untuk mempertahankan para pegawai agar tetap berada
dilingkungan organisasi dan mengupayakan kedinamisan ketrampilan, memiliki
pengetahuan serta untuk mempertahankan mutu kerja dapat dilakukan dengan
cara melaksanakan pembinaan lembaga/institusi dengan menyelenggarakan
program-program seperti seminar, lokakarya, simposium serta menerapkan
sistem pembinaan seperti : Sistem karier, Sistem prestasi kerja, Sistem kenaikan
pangkat.
Namun pembinaan juga dapat dilakukan secara mandiri dengan cara
kursus, membaca artikel, membaca buku, serta menggunakan internet sebagai
media untuk menambah wawasan dari masing-masing tenaga pendidik dan
kependidikan.

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 61


2. Strategi pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan
Pengembangan mempunyai jangkauan yang lebih luas dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki tenaga pendidik dan
kependidikan. Pengembangan lebih dititik beratkan pada peningkatan kemampuan
(ability) melalui jalur formal dengan jangka waktu yang panjang, pemberian
kesempatan-kesempatan belajar yang didesain guna membantu pengembangan
diri para tenaga pendidik dan kependidikan dimana pengembangan diarahkan
untuk menyiapkan tenaga pendidik/kependidikan guna memegang tanggung
jawab atas suatu jabatan atau pekerjaan di masa yang akan datang.
Strategi pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan adalah meliputi
proses dan langkah-langkah yang cukup kompleks seperti :
➢ Analisis Kinerja. Analisis dilakukan dengan prosedur analisis kinerja yang
dapat dimulai dengan melihat dan membandingkan antara kinerja rill tenaga
pendidik/kependidikan dengan standar kinerja yang sudah ditetapkan,
apakah sudah sesuai atau tidak dengan standar kinerja yang telah ditentukan.
Apabila terjadi ketidaksusuaian maka selanjutnya dilakukan proses
investigasi terhadap masalah atau kendala-kendala yang mempengaruhi
kinerja tenaga pendidik/kependidikan. Dan proses yang terakhir adalah
problem solving yaitu bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi.
➢ Analisis Kebutuhan. Analisis kebutuhan pengembangan tenaga pendidik
dan kependidikan didasarkan pada hasil analisis kinerja. Beberapa langkah
yang perlu dilakukan yaitu :
• Mengidentifikasi standar kinerja tenaga pendidik dan kependidikan.
• Mengidentifikasi kinerja tenaga pendidik dan kependidikan.
• Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan tenaga pendidik dan
kependidikan.
➢ Analisis sumber daya. Ada beberapa macam sumber daya yang diperlukan
dalam pengembangan SDM tenaga pendidik/kependidikan, yaitu :
• Sumber daya manusia. Kajian mengenai SDM ini meliputi jumlah
(jumlah tenaga pendidik/kependidikan serta pihak-pihak yang terkait
didalamnya).
• Biaya Pengembangan tenaga pendidik/kependidikan yang
dipengaruhi oleh factor biaya. Betapapun idealnya tujuan
pngembangan, jumlah biaya yang tersedia selalu menuntut para
perencana penyesuaian yang perlu agar program-program yang
ditawarkan tetap terjangkau (flexsibel dan realistis). Untuk itu semua
hal yang terlibat dalam program pengembangan tersebut harus
diperhitungkan , termasuk yang dibiayai secara langsung (direct cost)
dan tidak langsung (indirect cost).
• Fasilitas Selain biaya. Fasilitas merupakan aspek yang turut
berpengaruh dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan. Yang

62 | Efvi Noyita, SE, MM


dimaksud dengan fasilitas adalah : Fasilitas belajar (perpustakaan,
laboratorium, media, alat-alat praktek, buku-buku, dll), Fasilitas
pendukung (sarana transportasi, alat-alat percetakan, dll). Semakin
lengkap fasilitas yang dimiliki maka akan semakin mudah proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengembangan tenaga pendidik
dan kependidikan.

Pengelolaaan tenaga pendidik/kependidikan pada dasarnya bertujuan untuk


menciptakan sistem sekolah yang terintegrasi, dimana pengelolaan dilakukan
secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk menciptakan
pendidikan yang efektif dan efisien. Melalui mekanisme pengelolaan yang
terintegrasi diharapkan tenaga pendidik dan kependidikan mampu bersinergi
dalam mencapai tujuan pendidikan, karena kedua profesi ini merupakan kesatuan
dalam system pendidikan yang keduanya memiliki fungsi dan tugas yang saling
menunjang satu sama lain.
Pengelolaan disini sudah mencakup sistem manajerial, pembinaan dan
pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan. Pembinaan dan pengembangan
memiliki maksud dan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan melalui berbagai program-program yang telah diselanggarakan
oleh sekolah guna meningkatkan kompetensi tenaga pendidik/kependidikan. Hal
ini mengingat tenaga pendidik/kependidikan memiliki peran strategis dalam upaya
pembentukan karakter bangsa dan peningkatan kualitas SDM yang merupakan
aspek penting dalam era globalisasi.

C. Penilaian Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Dapat kita ketahui bahwa tenaga pendidik atau guru merupakan aspek
terpenting dalam perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama guru pada
dasarnya ialah mendidik, mengajar, membina, mengarahkan, melatih dan menilai
peserta didik. Tenaga pendidik melaksanakan tugas – tugas tersebut sesuai dengan
kemampuan yang di perolehnya. Seorang tenaga pendidik haruslah bekerja
dengan professional. Professional yang berarti sesuai dengan kemampuannya
dalam suatu bidang, dan keprofesionalan seorang guru yaitu mengajar dan
mendidik, dan karenanya seorang gurupun harus mengetahui serta mampu
menerapkan kode etik seorang guru yang benar.
Oleh sebab itu saat ini dibutuhkan evaluasi dan penilaian terhadap tenaga
pendidik dan kependidikan. Untuk membentuk sekolah yang bermutu, bermoral
dan berkualitas baik. Evalusi tenaga pendidik berguna untuk menghasilkan tenaga
pendidik yang berkualitas yang bermutu dan layak untuk di katakan sebagai
tenaga pendidik, bukan hanya sekedar guru yang mengajar dan mengisi daftar
hadir disekolah. Tapi sebagai pembimbing dan pendidik haruslah menunjukkan
perilaku positif terhadap peserta didiknya dan masyarakat luas.
Evaluasi dan Penilaian Tenaga Pendidik dan Kependidikan merupakan
suatu proses penilaian atau pembinaan seorang pendidik. Evaluasi sendiri
mempunyai arti secara singkat yaitu sebagai proses mengumpulkan informasi

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 63


untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi
diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong
peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi
kelas dan guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah “judgment terhadap nilai
atau implikasi dari hasil pengukuran”. Menurut definisi ini selalu didahului
dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler (1950), “evaluasi
adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai”. Astin
(1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan,
lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi
belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang
diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting,
tetapi sulit untuk mengukurnya.
Sebagai Tenaga Pendidik dan Kependidikan seorang guru atau pun kepala
sekola haruslah bekerja dengan baik dan sesuai denga profesi yang merekageluti.
Sseorang Tenaga pendidik dan Kependidikan merupakan factor utama dalam
perkembangan dan keberhasian suatu system pembelajaran. Apabila seorang
Tenaga Pendidik dan Kependidikan tidak bekrja sesuai aturan yang ada maka
system pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karenanya, seorang
Tenaga Pendidik dan Kependidikan dituntut agar bisa menunjukkan
keprofesionalan mereka, bahkan jika perlu keprofesionalan tersebut ditingkatkan
lagi, agar para Tenaga Pendidik dan Kependidikan dapat dikatakan seorang yang
bermutu dan berkualitas.
Dalam pendidikan Tenaga Pendidik merupakan andalan dari sebuah
system pembelajaran. Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Dimana dalam tenaga pendidik berfungsi atau bertugas melaksanakan
administrasi,pengelolaan,pengembangan,pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang atau untuk mempermudah proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan pada posisinya Kependidikan adalah Tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, instruktur serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga
yang professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakuakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi
Ruang lingkup tugas yang luas menuntut para pendidik dan tenaga
kependidikan untuk mampu melaksanakan aktifitasnya secara sistematis dan
sistemik. Karena itu tidak heran kalau ada tuntutan akan kompetensi yang jelas
dan tegas yang dipersyaratkan bagi para pendidik, semata-mata agar mereka
mampu melaksanakan tugasnyadengan baik. Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh parapendidik jelas telah dirumuskan dalam pasal 24 ayat (1), (4), dan
(5) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan. Dalam PP

64 | Efvi Noyita, SE, MM


tersebut dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kompetensi pedagogik, yaitu
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.

D. Pemberhentian Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Betapapun baiknya suatu perencanaan karier yang telah dibuat oleh
seorang pekerja disertai oleh suatu tujuan karier yang wajar dan realistik, rencana
tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengembangan karier
sistematik dan programmatik.
Merupakan suatu kenyataan bahwa dalam usaha menentukan tujuan, jalur,
rencana dan pengembangan kariernya, seorang pegawai beranjak dari keinginan
memuaskan berbagai jenis kebutuhannya. Oleh karena itu persepsi seorang
pekerja tentang kemungkinan meniti karier dalam suatu organisasi akan sangat
diwarnai oleh pandangan sampai sejauh mana pemenuhan akan kebutuhan
pribadinya.
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM.
Istilah pemberhentian sinonim dengan separation, pemisahan atau pemutusan
tenaga kerja dari suatu organisasi perusahaan. Fungsi pemberhentian harus
mendapat perhatian serius dari pimpinan. Pemberhentian berdasarkan pada UU
no.12 tahun 1964 KUHP, berperikemanusiaan dan menghargai yang diberikannya
kepada organisasi.
Berikut ini adalah beberapa alasan-alasan dalam pemberhentian Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, yaitu : Undang-undang, Keinginan Perusahaan,
Keinginan Karyawan, Pensiun, Kontrak Kerja Berakhir, Kesehatan Karyawan,
Meninggal, Perusahaan diinduksikan. Selanjutnya ketika pemberhentian tenaga
pendidik dilakukan, maka ada proses yang harus dilakukan dalam Pemberhentian
Tenaga Pendidik & Tenaga Kependidikan :
• Musyawarah karyawan dengan pimpinan,
• Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan,
• Pemutusan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa proses manajemen tenaga pendidik
dan kependidikan meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan ialah untuk mendapatkan calon tenaga pengajar yang
memang dibutuhkan. Perencanaan merupakan proses awal dalam
pelaksanaan untuk itu lembaga mampu merencanakan kebutuhan dimasa
yang akan datang guna mendapatkan kebutuhan yang diperlukan dan guna
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Jadi dengan adanya
perencanaan yang terarah dan sistematis pelaksanaan kegiatan akan berjalan
lancar.

Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan | 65


2. Seleksi
Fungsi seleksi ialah penyeleksian calon tenaga pendidik dan
kependidikan untuk direkrut atau diambil atas kebutuhan pada lembaga
tersebut, yang mana penyeleksian juga harus dapat disesuaikan dengan
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh lembaga misalnya :
persyaratan administrasi, ujian (tes), dan wawancara dan persyaratan
lainnya.
3. Pengangkatan atau Penempatan
Fungsi pengangkatan dan penempatan adalah mengangkat calon tenaga
pendidik yang memang sudah diseleksi dan sudah dipertimbangkan oleh
lembaga guna mendapatkan calon tenaga pendidik yang profesional.
Sedangkan penempatan calon tenaga harus disesuaikan dengan bidang
keahliannya masing-masing agar pelaksanaan tujuan pendidikan dapat
dicapai secara efektif.
4. Pembinaan
Fungsi pembinaan ialah untuk membina tenaga pendidik agar dapat
meningkatkan kompetensi, peningkatan moral, disiplin kerja, melalui
pendidikan dan pelatihan. Pembinaan harus dilakukan terus menerus sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman.
5. Kesejahteraan
Fungsi kesejahteraan ialah untuk meningkatkan prestasi kerja dengan
memberikan motivasi dan kepuasan kerja melalui kompensasi. Kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima para tenaga pengajar sebagai balasan
jasa untuk kerja mereka. Kesejahteraan tidak harus berupa materi semata
melainkan juga pujian-pujian atas prestasi yang diraih oleh tenaga pendidik
atau personil.

66 | Efvi Noyita, SE, MM


BAB VII
PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan


Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak
langsung (indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa
berupa pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji
guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.
Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning
forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang
dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Tim Dosen UPI (Abubakar dan Taufani C. Kurniatun). Manajemen
Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2005) hal 87 Jamaludin Imran, Manajemen
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain,
yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap
tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur.
Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan
setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah
dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya.
Serta dari waktu kewaktu berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran
sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu :
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
4. Kesejahteraan pegawai
5. Administrasi
6. Pembinaan teknis edukatif
7. Pendataan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu
dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan
biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan
agregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan
dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah
secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pedidikan.
Adapun konsep dasar dalam pembiayaan pendidikan sebuah lembaga
pendidikan adalah sebagai berikut :

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 67


1. Konsep Penganggaran. Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan
pendidikan meliputi tiga hal, dibawah ini yaitu:
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran).
Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran
(budget). Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai Manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan sebagai pedoman dalam
kurun waktu tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran
merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah
disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada
dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau perundingan/
kesepakatan antara puncak pimpinan dengan pimpinan di bawahnya dalam
menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Hasil akhir dari
suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan
pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.
b. Accounting (Pembukuan).
Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama mengurusi hal yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut
dari urusan pertama yaitu, menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.
Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya
melaksanakan dan dikenal dengan istilah pengurusan bendaharawan.
Bendaharawan adalah orang atau badan yang oleh Negara diserahi tugas
menerima, menyimpan dan membayar, atau menyerahkan uang atau surat-
surat berharga dan barang-barang termasuk dalam pasal 55 ICW (Indische
Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka mempunyai
kewajiban atau pertanggungjawabaan apa yang menjadi urusannya kepada
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
c. Auditing (Pemeriksaan).
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang
dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-
unit yang ada didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini
kepada BPK melalui departemen masing-masing. Auditing sangat penting
dan sangat bermanfaat bagi empat pihak, yaitu:
1) Bagi bendaharawan yang bersangkutan yaitu :
• Bekerja dengan arah yang sudah pasti.
• Bekerja dengan target waktu yang sudah ditentukan.
• Tingkat keterampilan dapat diukur dan dihargai.
• Mengetahui denga jelas batas wewenang dan kewajiban.
• Ada kontrol bagi dirinya terhadap godaan penyalahgunaan uang.

68 | Efvi Noyita, SE, MM


2) Bagi lembaga yang bersangkutan maka dapat melakukan beberapa hal
berikut ini :
• Dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka.
• Memperjelas batas wewenang dan tanggungjawab antar petugas.
• Tidak menimbulkan rasa saling mencurigai.
• Ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima.
3) Bagi atasannya maka berkepentingan untuk :
• Dapat mengetahui bagian atau keseluruhan anggaran yang telah
dilaksanakan.
• Dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi
menyusun anggaran tahun berikutnya.
• Dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan
kelancaran pengeluaran.
• Dapat diketahui tingkat kecermatan dalam
mempertanggungjawabkan,
• Untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahunan masa lampau
sebagai umpan balik bagi perencanaan masa dating.
• Untuk arsip dari tahun ke tahun.
4) Bagi badan pemeriksa keuangan maka dapat diuntungkan dalam hal :
• Ada patokan yang jelas dalam melaksanakan pengawasan terhadap
uang milik Negara.
• Ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi
penyelewengan.

2. Hal-Hal Yang Berpengaruh terhadap Pembiayaan Pendidikan. Secara


garis besar dipengaruhi oleh dua hal yaitu :
a. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang ada di luar sistem pendidikan yang meliputi hal–hal
sebagai berikut :
✓ Berkembangnya demokrasi pendidikan. Dahulu banyak negara
yang masih dijajah oleh bangsa lain memperoleh penduduknya
untuk menempati pendidikan. Dengan lepasnya bangsa itu dari
cengkraman penjajah, terlepas pula kekangan atas keinginan
memperoleh pendidikan. Di Indonesia Demostrasi Pendidikan
dirumuskan dengan jelas dalam pasal 31 UUD 1945 ayat 10 dan
ayat 2. Konsekuensi dari adanya demokrasi itu maka pemerintah
menyediakan dana yang cukup untuk itu.
✓ Kebijaksanaan Pemerintah. Pemberian hak kepada warga Negara
untuk memperoleh pendidikan merupakan kepentingan suatu
bangsa agar mampu mempertahankan dan mengembangkan
bangsanya. Namun demikian agar tujuan itu tercapai pemerintah
memberikan fasilitas-fasilitas berupa hal-hal yang bersifat
meringankan dan menunjang pendidikan misalnya, Pemberian

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 69


pembiayaan yang besar bagi pendiri gedung dan kelengkapannya,
meringankan beban siswa dalam bentuk bantuan SPP dan
pengaturan pemungutan serta beasiswa, kenaikan gaji guru dan lain
sebagainya.
✓ Tuntutan akan pendidikan. Kenaikan tuntutan akan pendidikan
terjadi dimana-mana. Didalam negeri tuntutan akan pendidikan
ditandai oleh segi kuantitas yaitu semakin banyaknya orang yang
menginginkan pendidikan dari segi kualitas yaitu naiknya
keinginan memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bagi
suatu bangsa kenaikan tuntutan ini mempertinggi kualitas bangsa
dan menaikkan taraf hidup. Diluar negeri pendidikan selalu dicari
di negara-negara yang melaksanakan sistem pendidikan lebih baik
dan lebih bervariasi. Hal ini berarti bukan hanya terjadi aliran dari
Negara berkembang ke Negara maju tetapi sebaliknya juga
mungkin terjadi. Banyak orang dari Negara maju menuntut ilmu
dinegara berkembang karena ingin mendalami hal-hal yang
menarik perhatiannya.
✓ Adanya Inflansi. Inflansi adalah keadaan menurunnya nilai mata
uang suatu negara. Faktor inflansi sangat berpengaruh terhadap
biaya pendidikan karena harga satuan biaya tentunya naik
mengikuti kenaikan inflasi.

b. Faktor Internal. Dapat terdiri dari :


✓ Tujuan Pendidikan. Sebagai salah satu contoh bahwa pendidikan
berpengaruh terhadap besarnya biaya pendidikan adalah tujuan
institusional suatu lembaga pendidikan. Berubah tujuan pendidikan kearah
penguasaan 10 kompetensi dibandingkan dengan tujuan yang
mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
✓ Pendekatan yang digunakan. Strategi belajar-mengajar menuntut
dilaksanakannya praktek bengkel dan laboratorium menuntut lebih banyak
biaya jika dibandingkan metode lain dan pendekatan secara individual.
✓ Materi yang disajikan. Materi pelajaran yang menuntut dilaksanakan
praktek bengkel menuntut lebih banyak biaya dibandingkan dengan materi
pelajaran yang hanya dilaksanakan dengan penyampaian materi.
✓ Tingkat dan jenis pendidikan. Dua dimensi yang berpengaruh terhadap
biaya adalah tingkat dan jenis pendidikan. Dengan dasar pertimbangan
lamanya jam belajar, banyak ragamnya bidang pelajaran, jenis materi yang
diajarkan, banyaknya guru yang terlibat sekaligus kualitasnya, tuntutan
terhadap kompetensi lulusannya, biaya pendidikan di jenjang SD, SMP,
SMA dan SMK tentunya jauh berbeda dengan biaya pendidikan di
Perguruan Tinggi.

70 | Efvi Noyita, SE, MM


B. Perencanaan Biaya Pendidikan/ Sekolah
Pendidikan dalam hal ini sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah
mengarah pada perbaikan kualitas hidup masyarakat, dimana peserta didik
menjadi individu yang berkembang sebagai energi masa depan, aset yang sangat
berharga, calon penggerak dunia dan agen pembaruan yang akan berpartisipasi
dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi mikro, sekaligus ekonomi
makro. Jadi, keuntungan yang dibenarkan itu berada di luar sekolah, saat siswa
lulus menjadi profesional yang matang dan cukup usia menjadi warga negara
produktif membangun kekuatan ekonomi keluarga, masyarakat dan bangsanya.
Kita harus menyadari, bahwa kekayaan sekolah, adalah siswanya. Selain itu,
para pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk Kepala Sekolah itu juga adalah
kekayaan sekolah dan sekaligus menjadi kekayaan Negara dimana sekolah itu
berada. Seorang Kepala Sekolah yang paham arti kekayaan yang hakiki, akan
menyadarinya saat ia kehilangan kekayaan itu, khususnya kekayaan berbentuk
seorang atau sekelompok manusia. Begitu pula sebuah Negara akan sangat
menyadari kepentingan akan kekayaan berupa Siswa, Guru, Pustakawan, Laboran,
Kepala Sekolah dan Konstituen Sekolah lainnya, karena kekayaan suatu negara
diukur pula dari tingkat keberadaan manusia-manusia yang cerdas dan produktif.
Bila berpandangan statistik, maka berapa jumlah orang dan berapa
prosentase kelompok orang yang menjadi pendidik, peserta didik, dan partisipan
pendidikan di suatu negara, belum lagi skala khusus bagi para peraih kompetisi,
juara perlombaan, para dermawan pendukung setia pendidikan sekolah dan
lainnya. Oleh karenanya, tidak sepantasnya apabila ada kepala sekolah yang
berpandangan materialistis, mengukur keberhasilan sekolah dengan tingkatan laba
yang dihasilkan.
Sekolah dengan setiap keterbatasan aset, jika dipetakan masalahnya;,
program apa yang dibutuhkan, sarana-prasarana apa yang harus dipakai, siapa
yang menjalankan kegiatan dalam program tersebut, maka paling tidak akan
nampak masalah yang perlu diatasi secara kreatif dan mandiri oleh Kepala
Sekolah dan Tim Kerjanya, bahkan oleh semua warga sekolah yang berkomitmen
pada suksesi pendidikan di sekolah tersebut. Sehingga, pilihan paling utama yang
harus diperjuangkan oleh Kepala Sekolah dalam memimpin pembiayaan sekolah
yang dipimpinnya adalah dengan memberdayakan segenap potensi mandiri, tidak
memberatkan pihak mana pun, dan jika ada masalah, senantiasa
dimusyawarahkan agar tercapai mufakat yang ditaati oleh semua pihak.
Selain itu Kepala Sekolah juga tidak boleh membuat pilihan dalam
pembiayaan sekolahnya dengan cara mengutang terlebih dahulu, atau
membebankan biaya selalu dengan cara menambang uang dari orangtua siswa.
Dalam permasalahan strategis, seperti adanya kebutuhan biaya rehabilitasi
sekolah, maka sebaiknya Kepala Sekolah merancang perencanaan rehabilitasi
sekolah dengan pertimbangan mengakses jalur pendanaan rehab dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, dimana mereka memiliki kewajiban untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui layanan pendidikan, termasuk merehab
sekolah yang benar-benar butuh direhab. Kepala sekolah harus membuat proposal

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 71


rehabilitasi dalam waktu yang cukup sesuai dengan waktu pengajuan proposal
yang disediakan oleh pemerintah, sebagaimana pernyataan Morpet (1971),
dimensi penerimaan mencakup berbagai sumber, baik dari pemerintah pusat
maupn daerah berupa pajak-pajak yang diperoleh dari setiap tingkatan
pemerintahan. Hal ini biasanya dilakukan oleh Kepala Sekolah Negeri. Tentunya
akan berbeda dengan Sekolah Swasta yang perencanaan pembiayaan
penyelenggaraaan pendidikannya sepenuhnya adalah dari sekolah dan orang tua
siswa.
Dalam upaya merehabilitasi sekolah, kepala sekolah harus mampu membuat
tim kerja yang mengurusi masalah suksesi proposal itu sampai bantuan
rehabilitasi sekolahnya dari pemerintah dilaksanakan. Tidak diperkenakan ada
potongan di luar pajak atas bantuan rehabilitasi sekolah yang sudah menjadi hak
sekolah, baik dalam bentuk materil atau imateril, maka bantuan itu menjadi milik
sekolah, tercurah pada sekolah, bukan tercurah beberapa persen dari bantuan itu
untuk oknum atau sekelompok oknum di luar sekolah atau di dalam sekolah.
Kejujuran itu tidaklah mahal, kejujuran itu sangat terjangkau oleh semua orang
dan ini tinggal dinyatakan saja sebagai sebuah sikap, termasuk oleh kepala
sekolah, manakala ia menerima bantuan rehabilitasi sekolah, maka bersikap
jujurlah terhadap diri, guru-guru, siswa, orangtua siswa dan masyarakat, berikan
data, fakta dan informasi tentang proses rehabilitasi sekolah itu, juga tentang
bantuan rehabilitasi yang diterima sekolah kepada mereka semua. Niscaya harga
diri kepala sekolah akan terjaga, tidak menjadi bulan-bulanan pemberitaan negatif
dari mulut ke mulut orang banyak atau dalam rubrik pemberitaan media cetak dan
siaran televisi atau radio.
Perencanaan Biaya Pendidikan/ Sekolah perlu dirancang dengan kebijakan
umum Kepala Sekolah dalam mengakomodasi jenis penganggaran sekolah
sebagai berikut :
➢ Itemisasi (itemized budgeting) penganggaran berbasis kebutuhan sekolah
dengan menempatkan identitas kebutuhan dan nilainya itu per-satuan
kebutuhan. Butir per-butir kebutuhan itu menjadi mata anggaran dalam
dokumen rencana anggaran sampai ditetapkan menjadi anggaran
operasional. Misalnya : anggaran pembelian spidol harus jelas pada tabel
keterangan pemasukan dana dan belanja.
➢ Programisasi (programmed budgeting) penganggaran berbasis kebutuhan
program sekolah, dimana setiap identitas kebutuhan sekolah dan nilainya
dikelompokkan sesuai dengan program sekolah. Anggaran program ini sama
seperti halnya anggaran itemisasi di dimasukan kedalam rencana anggaran
untuk dijadikan anggaran yang ditetapkan. Misalnya : anggaran program
pelatihan Teknik Manajemen Kelas Efektif untuk Guru Sekolah dengan
rincian per-item anggaran; pengadaan seminar kit, penyediaan konsumsi
peserta, dan seterunya yang diterangkan secara jelas pada tabel pemasukan
dana dan belanja.
➢ Performisasi (performed budgeting) penganggaran berdasarkan kebutuhan
sekolah yang menitikberatkan pada hasil yang dicapai, dimana identitas

72 | Efvi Noyita, SE, MM


anggaran dan nilainya hanya memunculkan satu kesatuan hasil yang dicapai
saja. Namun, bisa saja hal ini dimodifikasi, dimana ada penjelasan-
penjelasan spesifikasi unsur dari anggaran tersebut, sehingga ada kejelasan
isi anggaran performa itu. Misalnya : anggaran pembuatan kurikulum
sekolah.
➢ Sistemisasi (sistemized budgeting) penganggaran berdasrkan kebutuhan
total sistem dalam anggaran sekolah, dimana identitas anggaran dari
masukan, proses dan luaran dijelaskan beserta nilainya dalam rencana
anggaran untuk menjadi anggaran tetap. Misalnya : anggaran system
penjaminan mutu sekolah, dengan rincian item masukan, proses, dan iuran.

C. Pelaksanaan Pengelolaan Biaya Pendidikan


Berdasarkan undang - undang No. 20 tahun 2003 pasal 48 tentang
Pengelolaan dana Pendidikan menyatakan : bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada perinsip keadilan, efesien, transparansi dan akuntabiltas.
Pembiayaan menurut Indra Bastian (2006:160) bahwa ditinjau dari sudut human
capital (modal manusia) sebagai unsur modal pendidikan diperhitungkan sendiri
sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun
ekonomi. Nilai pendidikan merupakan asset moral, dimana pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan dianggap sebagai upaya
pengumpulan dana untuk membiayai operasional dan pengembangan sektor
pendidikan. Tujuan pembiayaan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa
biaya pendidikan merupakan sebuah investasi yaitu tindakan untuk memperoleh
nilai asset yang dikuasai.
Sekolah memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam
pembangunan suatu bangsa karena disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, lulusan
sekolah akan memposisikan diri atau diposisikan masyarakat sebagai kaum
terpelajar, baik dalam keluarga ataupun dimasyarakat; kedua, produk jasa sekolah
dianggap berperan dalam menentukan konsep kerakter bangsa. Menurut R.
Bowen (1981:1) in our thoroughly monetized, cost usually appear in the form of
expenditures of money. They are payments made to acquire goods and services.
For example, as consumers we refer to the costs of a new automobile as the
amount of money we must pay for it; producers of automobiles refer to cost as the
mount of money paid the thousands of workers, materials, and services needed to
produce automobiles. Maksudnya bahwa biaya biasanya muncul dalam bentuk
pengeluaran uang yaitu pembayaran untuk mendapatkan barang dan jasa.
Demikian juga halnya dalam biaya di sekolah biasanya berupa bayaran uang
untuk memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan untuk opersionalisasi
penyelenggaraan lembaga. Pengertian ini meliputi pembayaran uang tunai untuk
membayar gaji personel, pembelian barang dan jasa, bantuan finansial siswa, dan
akuisisi atau Jamaludin Imran, Manajemen 81 pemanfaatan seluruh gedung dan
perlengkapan lembaga (plan and equipment). Pembiayaan pendidikan pada
sekolah dapat dibedakan atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 73


Biaya investasi satuan pendidikan dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana dan pengembangan sumberdaya manusia.
Prinsip Manajemen Keuangan bukan hanya berkutat seputar pencatatan
akuntansi. Manajemen Keuangan ini juga merupakan bagian penting dari
manajemen program dan tidak boleh dipandang sebagai suatu aktivitas tersendiri
yang menjadi bagian pekerjaan orang keuangan. Manajemen keuangan pada NGO
lebih merupakan pemeliharaan suatu kendaraan. Apabila kita tidak memberinya
bahan bakar dan oli yang bagus serta service teratur, maka kendaraan tersebut
tidak akan berfungsi secara baik dan efisien. Lebih parah lagi, kendaraan tersebut
dapat rusak ditengah jalan dan gagal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam prakteknya, Manajemen Keuangan adalah tindakan yang diambil
dalam rangka menjaga kesehatan keuangan organisasi. Untuk itu, dalam
membangun sistem manajemen keuangan yang baik perlulah kita untuk
mengidentifikasi prinsipprinsip manajemen keuangan yang baik. Ada 7 prinsip
dari manajemen keuangan yang harus diperhatikan yaitu :
➢ Konsistensi (Consistency). Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi
harus konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem
keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi.
Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen keuangan merupakan
suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di pengelolaan keuangan.
➢ Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau
hukum, yang melekat pada individu, kelompok atau organisasi untuk
menjelaskan bagaimana dana, peralatan atau kewenangan yang diberikan
pihak ketiga telah digunakan. NGO mempunyai kewajiban secara
operasional, moral dan hukum untuk menjelaskan semua keputusan dan
tindakan yang telah mereka ambil. Organisasi harus dapat menjelaskan
bagaimana dia menggunakan sumberdayanya dan apa yang telah dia capai
sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui
bagaimana dana dan kewenangan digunakan. (Horngren, P. 1993.
Pengantar Akutansi Manajemen Edisi 6. Jakarta: Erlangga. 82 Al-Ibrah Vol.
1 No.1 Juni 2016)
➢ Transparansi (Transparency). Organisasi harus terbuka berkenaan dengan
pekerjaannya, menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan
aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya,
menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu serta
dapat dengan mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada
sesuatu hal yang disembunyikan.
➢ Kelangsungan Hidup (Viability). Agar keuangan terjaga, pengeluaran
organisasi di tingkat stratejik maupun operasional harus sejalan/disesuaikan
dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan
suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi.
Manager organisasi harus menyiapkan sebuah rencana keuangan yang

74 | Efvi Noyita, SE, MM


menunjukan bagaimana organisasi dapat melaksanakan rencana stratejiknya
dan memenuhi kebutuhan keuangannya.
➢ Integritas (Integrity). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya,
individu yang terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu,
laporan dan catatan keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui
kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.
➢ Pengelolaan (Stewardship). Organisasi harus dapat mengelola dengan baik
dana yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi
dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik melalui : berhati-hati
dalam perencanaan stratejik, identifikasi resiko-resiko keuangan dan
membuat system pengendalian dan sistem keuangan yang sesuai dengan
organisasi.

Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan organisasi harus sesuai


dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti bahwa
setiap akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan organisasi
Penerimaan dalam anggaran sekolah, atau pemasukan dana bagi anggaran sekolah
untuk memenuhi kebutuhan itu adalah dari beberapa sumber, yakni :
➢ Anggaran Pendidikan Nasional. Segala bentuk penerimaan anggaran dari
kas negara yang diberikan oleh pemerintah pusat bagi sekolah seperti ; dana
pendampingan operasional, dana hibah kompetitif, Biaya Operasional
Sekolah, dan lain sebagainya
➢ Anggaran Pendidikan Propinsi. Semua bentuk pemasukan dana yang
diberikan oleh pemerintah propinsi dari kas keuangan propinsi kepada
sekolah dalam bentuk buku, dana hibah pembangunan kelas baru, dana
rehabilitasi sekolah dan beasiswa bagi peserta didik.
➢ Anggaran Pendidikan Kota/ Kabupaten. Semua bentuk pemasukan dana
yang diberikan oleh pemerintah propinsi dari kas keuangan kota/kabupaten
kepada sekolah dalam bentuk buku, bangku dan meja, pelatihan
pengembangan kurikulum, dana hibah pembangunan kelas baru, dana
rehabilitasi sekolah dan beasiswa bagi peserta didik.
➢ Anggaran Komite Sekolah. Setiap bentuk dana yang disumbangkan oleh
orangtua siswa dalam bentuk uang, buku, seragam, alat tulis, alat peraga
belajar, uang iuran bulanan, uang biaya kegiatan ekstra-kurikuler dan
lainnya.
➢ Anggaran Yayasan. Setiap bentuk dana yang diberikan oleh pengurus
yayasan penyelenggara sekolah yang diperuntukkan bagi program
pendidikan sekolah dalam bentuk buku, alat tulis, meja dan kursi, tanah dan
bangunan atau pembiayaan rutin beasiswa bagi guru dan peserta didik.
➢ Anggaran Donatur. Setiap bentuk sumbangan dana, jasa, atau barang yang
berasal dari kepemilikan donatur perseorangan atau lembaga tertentu guna
membantu operasionalisasi program sekolah dan program strategis sekolah.

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 75


Misalnya, dana hibah dari Lembaga Keuangan dan Perusahaan yang
memiliki CSR.
➢ Anggaran Lain. Setiap bentuk penerimaan dana, jasa dan barang dalam
bentuk penjualan produk karya siswa, pelelangan aset sekolah, laba
ekonomis dari koperasi sekolah dan lainnya.

Sedangkan perihal kebutuhan yang perlu dibiayai atau jenis mata anggaran
belanja sekolah adalah mencakup hal berikut :
➢ Gaji Pegawai Tetap. Setiap bentuk pemberian dana, tunjangan dan barang
yang disebut sebagai upah kerja atau gaji bagi seluruh pendidik dan tenaga
84 Al-Ibrah Vol. 1 No.1 Juni 2016 kependidikan di sekolah yang telah
ditetapkan menjadi pegawai tetap sekolah sesuai dokumen pengangkatan
pegawai tetap sekolah.
➢ Honorarium. Setiap bentuk pemberian dana, tunjangan atau barang yang
disebut sebagai honor bagi setiap orang yang melaksanakan pekerjaan atau
tugas resmi atas permintaan kepala sekolah.
➢ Biaya Operasional Kegiatan Belajar-Mengajar. Setiap bentuk
pengeluaran dana dan barang habis pakai yang digunakan untuk menunjang
aktifitas belajarmengajar dan pembelajaran siswa di sekolah, termasuk:
buku-buku pelajaran, alat tulis kelas, biaya transportasi pembelajaran, dan
biaya akomodasi bagai guru dan siswa yang memerlukan lokasi belajar di
tempat berbayar.
➢ Perawatan dan Pemeliharaan Fasilitas Sekolah. Segala bentuk
pengeluaran dana dan barang untuk menjaga, memperbaiki, dan merawat
fasilitas sekolah dalam bentuk aktifitas: pengecatan, penggantian genting,
biaya listrik dan telepon atau lainnya.
➢ Investasi Pembangunan Infrastruktur Sekolah. Setiap bentuk
pengeluaran dana untuk disimpan dalam bentuk usaha bagi hasil atau
tabungan guna mencapai waktu tertentu di masa depan sesuai rencana
strategis sekolah yang diperuntukkan bagi: pengadaan lahan sekolah,
pembangunan gedung baru dan perpustakaan atau lainnya.
➢ Belanja lainnya. Segala jenis pengeluaran biaya yang diperuntukkan bagi
aktifitas per-semester atau saat ada masa khusus, seperti: biaya transportasi
mengikuti pertemuan dengan presiden, membeli piala untuk pertandingan
olah raga dan lainnya. Struktur biaya pendidikan terdiri dari : biaya satuan
pendidikan, biaya personal, dan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan
satuan pendidikan.

Pengelolaan dana bukan hanya sekedar mengarah pada penyelenggaraan


pendidikan yang efektif dan efisien, tetapi juga dengan dana tersebut sekolah
harus mampu meningkatkan mutu lulusannya dan mampu bersaing dengan
sekolah yang lainnya. Dalam Pasal 48 ayat (1) UU No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas public”.

76 | Efvi Noyita, SE, MM


Keadilan maksudnya bahwa dana yang disediakan oleh pemerintah untuk
keperluan pendidikan berasal dari masyarakat dan kekayaan negara. Oleh karena
itu harus dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat untuk memperoleh
pendidikan secara adil. Adil dalam hal ini ialah diusahakan semua anggota
masyarakat mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang sama, baik bagi
mereka yang cacat (tuna), tidak mampu, maupun yang kaya. Efisiensi maksudnya
harus dilaksanakan di semua instansi, termasuk dalam bidang pendidikan,
Terutama dalam penyelenggaraan pendidikan itu sangat terbatas. Efisiensi selalu
membandingkan dua hal, yaitu masukkan dengan keluaran.
Dalam hal ini biaya pendidikan dapat mengukur efisiensi dengan
membandingkan cost dengan outcome. Keterbukaan dalam pengelolaan
pendidikan maksudnya tidak harus semua terbuka tetapi ada beberapa hal yang
hanya diketahui oleh beberapa pimpinan saja dengan tujuan untuk menghindarkan
kecurigaan. Dalam rangka keterbukaan, program-program yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi perlu diinformasikan kepada stakeholders dari mana dana yang
diperoleh untuk melaksanakan program tersebut, seberapa besarnya dan sasaran
yang ingin dicapainya. Melalui keterbukaan ini diharapkan mereka merasa
memiliki dan karena itu mereka ikut bertanggungjawab dan memiliki komitmen
menyelesaikan program – program yang telah diurusnya.
Akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan maksudnya bahwa sebagian dana
opersional dalam penyelenggaraan perguruan tinggi diperoleh dari masyarakat,
sehingga penggunaan dana itu perlu dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Sekolah baik itu negeri maupun swasta perlu membuat laporan berkala tentang
penyelenggaraan serta penggunaan dana yang diperolehnya. Laporan ini sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran kepada pemberi anggaran baik
itu pemerintah maupun masyarakat.

D. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu
kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan, dn pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
Bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Menurut Nanang Fatah
pengawasan pembiayaan pendidikan bertujuan untuk mengukur, membandingkan,
menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Secara sederhana proses
pengawasan terdiri dari : Memantau (monitoring), Menilai, Malampirkan hasil
temuan, baik pada kinerja aktual maupun hasilnya.
Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan
adalah sebagai berikut :
➢ Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya maupun waktu.
➢ Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan
standar yang telah ditetapkan.
➢ Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.

Pengelolaan Biaya Pendidikan | 77


BAB VIII

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA

A. Pengertian dan Ruang Lingkup


Salah satu aspek yang mendapat perhatian utama dari setiap administrator
pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan
umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan harus sesuai dengan
proses pembelajarannya seperti gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau
media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya.
Sarana Pendidikan menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan
Media Pendidikan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, yang dimaksud
dengan ”sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan
efesien”.
Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman yang
bagus untuk melakukan pembelajaran, kebun atau taman sekolah yang enak di
pandang, jalan menuju ke sekolah mudah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokan dalam
empat kelompok, yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah. Agar
semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses
pendidikan, hendaknya dikelola dengan dengan baik.

B. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya untuk pengadaan tanah bisa dilakuakn dengan cara
membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan sebgainya. Dalam
pengadaan gedung/bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru,
memebeli, menyewa, menerima hibah, atau menukar bangunan. Untuk pengadaan
perlengkapan atau perabot sekolah dapat dilkukan dengan jalan membeli. Perabot
yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Dalam
pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri
atau menerima bantuan dari instansi pemerintah dari luar Departemen Pendidikan
Nasional, badan-badan swasta, masyarakat, perorangan dan sebagainya.
Dalam pengadaan sarana diatas selain perlu diperhatikan segi kualitas dan
kuantitas, juga diperhatikan prosedur atau dasr hukum yang berlaku, sehingga
sarana yang sudah ada tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Misalnya
dalam pembelian tanah perlu jelas surat-surat tanah yang akan dibeli, demikian

78 | Efvi Noyita, SE, MM


juga dengan akte jual belinya, demikian juga kalau menerima hibah dari pihak
lain supaya ada dasr hukumnya, sebaiknya dalam pelaksanaanya dilakukan
dengan Akte Notaris Pejabat pembuat akte tanah setempat. Sedangkan untuk yang
sifatnya hak pakai, seperti lahan hendaknya disertai dokumen serah terima dari
pihak yang memberikan hak pakai. Untuk sarana yang diperoleh melalui siswa
perlu juga dibuat surat perjanjian (kontrak) antar pihak penyewa dan pihak yang
menyewakan dan sebagainya.
Pada setiap sekolah seyogyanya ada petugas khusus yang melaksanakan
tugas berkaitan dengan urusan perlengkapan. Kegiatannya meliputi, menerima,
menyimpan dan mengeluarkan barang dari tempat penyimpanan barang/gudang.
Barang atau sarana pendidikan yang ada pada setiap sekolah banyak macamnya.
Dalam menyimpan barang-barang tersebut hendaknya diperhatikan sifat-sifat
barang tersebut.
Dalam penyimpanan barang-barang juga perlu diperhatikan tempat
penyimpanan barang tersebut. Gudang adalah tempat yang dapat digunakan
sebagai tempat penyimpanan. Gudang hendaknya ditempatkan pada lokasi yang
mudah dijangkau, fasilitas pendukungnya, seperti : listrik, air, dan sebagainya.
Gudang tersebut kondisnya harus baik. Untuk terjaminnya pelaksanaaan
peyimpanan barang atau sarana pendidikan perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

• Syarat-syarat pergudangan yang berlaku


• Sifat barang yang disimpan
• Jangka waktu penyimpanan
• Alat-alat atau sarana lain yang diperlukan untuk penyimpanan
• Dana atau biaya untuk pemeliharaan
• Prosedur kerja penyimpanan yang jelas dan disesuaikan dengan sifat barang
yang disimpan.

C. Pengaturan Pengelolaan dan Penggunaan Sarana Prasarana


Pengelolaan yang dimaksud meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Inventarisasi
4. Penyimpanan
5. Penataan
6. Penggunaan
7. Pemeliharaan
8. Penghapusan

Pengelolaan Sarana dan Prasarana | 79


Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah
memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana
pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan
efisien. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
o Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui
sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan
perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan
diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana
dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan
dengan dana yang efisien.
o Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan
efisien.
o Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh
semua personel sekolah.

Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Penggunaan atau pemakaian sarana dan prasarana pendidikan disekolah
merupakan tanggungjawab kepala sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Untuk
kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah yang mempunyai wakil bidang
sarana dan prasarana atau petugas yang berhubungan dengan penanganan saran
dan prasarana sekolah diberi tanggung jawab untuk menyusun jadwal tersebut.
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan saran dan prasarana adalah:
• Penyusunan jadwal harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya
• Hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupkan prioritas utama
• Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun pelajaran
• Penugasan / penunjukan personil sesuai dengan dengan keahlian pada
bidangnya
• Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antar kegiatan
intrakulikuler dengan ekstrakulikuler harus jelas

Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Semua sarana dan prasaran sekolah hendaknya diinventarisir, melalui
inventarisasi memungkinkan dapat dikethui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun
pembuatan, merek.ukuran, haraga dan sebagainya. Khususnya untuk sarana dan
prasarana pendidikan yang berasal dari pemerintah (milik Negara) wajib diadakan
inventarisasi secara cermat, dengan menggunakan format-format yang telah
ditetapkan. Atau mencatat inventarisasinya di dalam buku Induk Barang
Inventaris dan Buku Golongan Inventaris. Buku inventaris ini mencatat semua
barang barang inventaris milik menurut urutan tunggal. Sedangkan buku
golonganbarang inventaris mencatat barang inventaris menurut golongan barang
yang telah ditentukan.

80 | Efvi Noyita, SE, MM


Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana merupakan penunjang untuk keaktifan proses belajar
mengajar. Barang-barang tersebut kondisinya tidak akan tetap, tetapi lama
kelamaan akan mengarah pada kerusakan, kehancuran bahkan kepunahan. Namun
agar saran dan prasarana tersebut tidak cepat rusak atau hancur diperlukan usaha
pemeliharaan yang baik dari pihak pemakainya. Pemeliharaan atau maintenanace
merupakan suatu kegiatan yang kontinu untuk mengusahakan agar sarana dan
prasarana pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik dan siap untuk
dipergunakan.
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk
dalam keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan
“building”, “equipment”, serta “furniture”, termasuk penyediaan biaya bagi
kepentingan perbaikan dan pemugaran, serta penggantian. Perlunya pemeliharaan
yang baik terhadap bangunan, perabot dan perlengkapan sekolah dikarenakan
kerusakan sebenarnya telah dimulai semenjak hari pertama gedung, perabot dan
perlengkapan itu diterima dari pihak pemborong, penjual atau pembeli sarana
tersebut, kemudian disusul oleh proses kepunahan, meskipun pemeliharaan yang
baik telah dilakukan terhadapa sarana tersebut selama dipergunakan.
Menurut waktunya kegiatan pemeliharaan terhadap bangunan dan
perlengkapan serta perabot sekolah dapat dibedakan menjadi pemeliharaan yang
dilakukan setiap hari dan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala.

D. Tata Cara Penyingkiran atau Penghapusan Sarana dan Prasarana


Pendidikan
Barang-barang yang sudah ada di sekolah, terutama yang berasal dari
pemerintah (khusus sekolah negeri) tidak akan selamanya bisa digunakanan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, hal ini dikarenakan rusak berat
sehingga tidak bisa dipergunakan lagi, barang tersebut sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan, biaya pemeliharaan yang tinggi, jumlah barang tersebut
berlebihan sehingga tidak bisa dimanfaatkan, dan nilai guna barang tersebut tidak
perlu dimanfaatkan.
Dengan keadaan seperti diatas maka barang-barang tersebut harus segera
dihapus, artinya, menghapus barang-barang inventaris itu (milik Negara) dari
daftar inventaris sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan adanya
penghapusan ini maka barang tersebut dibebaskan dari biaya perbaikan dan
pemeliharaan, selain itu dengan adanya penghapusan ini akan meringankan beban
kerja inventaris dan membebaskan tanggung jawab sekolah terhadap barang
tesebut.

Pengelolaan Sarana dan Prasarana | 81


Tata Cara Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan sebagai berikut :
1. Penghapusan sarana dan prasarana yang rusak berat, tua dan
berlebih:
➢ Pengurus barang menyusun daftar barang yang akan dihapus, yang
berisi nomor urut, nomor kode barang, nama barang, merk/tipe, tahun
pembuatan, harga satuan dan kondisi barang (rusak berat atau tua).
➢ Kepala Sekolah mengusulkan penghapusan kepada Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota setempat yang dilampiri daftar barang.
➢ Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota meneruskan usul tersebut
kepada ka. Dinas Pendidikan c.q. Bagian Perlengkapan.
➢ Pembentukan panitia penghapusan oleh Kepala Dinas Pendidikan.
➢ Panitia meneliti barang-barang yang akan dihapus.
➢ Panitia membuat Berita Acara Penelitian.
➢ Kepala Dinas Pendidikan mengusulkan kepada Sekertaris Jenderal
Depdiknas c.q. Biro Perlengkapan.
➢ Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Keputusan Penghapusan
dengan catatan dilelang atau dimusnahkan.

Kalau dilelang, Dinas Pendidikan membentuk Panitia Pelelangan :


➢ Panitia pelelangan meminta bantuan Kantor Lelang Negara setempat
untuk melelang barang yang dihapus.
➢ Penjualan melalui Kantor Lelang Negara dan hasilnya disetorkan ke
Ksa Negara setempat.
➢ Pejabat Kantor Lelang Negara membuat risalah lelang berikut bukti
setoran hasil lelang kepada Sesjen Depdiknas.
➢ Bila barang itu dimusnahkan, Kepala Dinas Pendidikan membentuk
Panitia Pemusnahan.
➢ Barang yang telah dihapus, dikeluarkan dari buku induk dan buku
golongan barang inventaris sekolah.

2. Penghapusan gedung kantor/sekolah yang rusak berat.


➢ Kepala Sekolah mengusulkan penghapusan kepada Kepala Dinas
Pendidikan melalui Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
➢ Pembentukan Panitia Penghapusan pada Dinas Pendidikan setempat
dengan menyertakan unsur pelaksana teknis dari Dinas PU setempat.
➢ Panitia meneliti gedung yang akan dihapuskan dan membuat Berita
Acara Penelitian.
➢ Kepala Dinas Pendidikan Propinsi mengusulkan penghapusan gedung
sekolah kepada Sekretaris Jenderal Depdiknas c.q. Biro Perlengkapan.
➢ Biro Perlengkapan mengadakan penelitian dan melaporkan hasil
penelitiannya kepada Sekretaris Jenderal.
➢ Sekretaris Jenderal Depdiknas mengajukan permohonan izin
penghapusan kepada Menteri Keuangan.

82 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Menteri Keuangan mengeluarkan izin tertulis penghapusan/
pembongkaran gedung sekolah.
➢ Berdasarkan izin tertulis dari Menteri Keuangan, Menteri pendidikan
Nasional menerbitkan SK Penghapusan, dengan catatan agar
bangunan gedung tersebut dilelang atau dimusnahkan.

Apabila bangunan gedung tersebut dilelang, Dinas Pendidikan Propinsi


membentuk Panitia Pelelangan dengan kegiatan berikut :
➢ Panitia Pelelangan meminta bantuan Kantor Lelang Negara setempat
untuk melelang bangunan gedung yang akan dibongkar.
➢ Kantor Lelang Negara melelang bangunan gedung dan hasilnya akan
disetorkan ke Kas Negara serta membuat risalah lelang.
➢ Kepala Dinas Pendidikan Propinsi menyampaikan risalah lelang
berikut bukti setoran hasil lelang kepada Sekretaris Jenderal
Depdiknas.
➢ Jika bangunan gedung tersebut dimusnahkan, Dinas Pendidikan
Propinsi membentuk Panitia Pemusnahan bangunan gedung dan
membuat Berita Acara Pemusnahan.
➢ Dinas Pendidikan Propinsi menyampaikan laporan pemusnahan.

Pengelolaan Sarana dan Prasarana | 83


BAB IX

PENGELOLAAN HUMAS PENDIDIKAN

A. Pengertian Pengelolaan Humas Pendidikan


Berbicara tentang humas, ingatan kita akan tertuju pada hal yang
behubungan dengan komunikasi, konferensi pers, informasi, dan public relation.
Menurut Kamus Fund and Wagnel (Anggoro, 2001), humas adalah segenap
kegiatan dan teknik/kiat digunakan organisasi atau individu untuk menciptakan
atau memelihara sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap
keberadaan dan aktivitasnya. Adapun pengertian humas dalam pendidikan adalah
rangkaian pengelolaan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan lembaga
pendidikan dengan masyarakat (orangtua siswa), yang dimaksudkan untuk
menunjang proses belajar mengajar di lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Pengertian Pengelolaan Humas adalah proses dalam menangani
perencanaan, pengorganisasian, pengKomunikasian serta pengkordinasian secara
sungguh-sungguh dan rasional dalam upaya pencapaian tujuan bersama dari
organisasi atau lembaga yang diwakilinya. Untuk merealisasikan itu, banyak hal
yang harus dilakukan oleh humas dalam lembaga pendidikan (Nasution, 2006).
Selanjutnya tujuan Humas Sekolah dan Masyarakat (Orangtua Siswa) dapat
disampaikan seperti yang dikatakan Leslie (Indrafachrudi, Soekarto, 1994),
menyebutkan sebagai berikut :
➢ Mengembangkan pengertian masyarakat (orangtua siswa) tentang tujuan
dan kegiatan pendidikan di sekolah.
➢ Memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah
➢ Memberi fasilitas pertukaran informasi antara orangtua dan guru yang
kemudian mempunyai dampak terhadap pemecahan pendidikan anak.
➢ Mewujudkan perolehan opini masyarakat tentang sekolah sebagai
perencanaan pertemuan dengan orangtua dalam rangka memenuhi
kebutuhan siswa
➢ Membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak.

B. Teknik Komunikasi Pendidikan


Dewasa ini istilah komunikasi sepertinya telah menjalar di segala sendi
kehidupan . Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita dari suatu
sumber berita kepada orang lain (Suharsimi Arikunto, 2008). Komunikasi
menjadi bagian yang terintegrasi dan seolah tak bisa dipisahkan begitu saja di
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini wajar mengingat hakikat manusia sendiri
merupakan makhluk sosial yang dimana dalam kehidupannya selalu berhubungan
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Komunikasi pendidikan atau

84 | Efvi Noyita, SE, MM


sering disebut dengan humas pendidikan, dalam hal ini tentu saja pengertiannya
berbeda.
Humas pendidikan menekankan hubungan sedangkan komunikasi lebih
menekankan kepada bentuk hubungan penyampaian informasi. Bentuk
komunikasi yang dilakukan bervariasi mulai dari komuniksi verbal maupun non
verbal. Dalam menjalin sebuah komunikasi tentunya diperlukan adanya sebuah
teknik-teknik tertentu , hal ini dimaksudkan agar di dalam proses komunikasi
yang tengah berlangsung nantinya tidak terjadi kesalahpahaman (miss-
understanding) antara si pengirim pesan dan si penerima pesan.
Begitu halnya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan
komunikasi memegang peranan yang sangat penting sekali. Bisa dibayangkan
sebuah lembaga atau institusi pendidikan yang tidak bisa menerapkan komunikasi
yang baik maka akan mustahil akan dicapai hasil atau output yang maksimal.
Komunikasi mempunyai fungsi sebagai penyampai pesan berupa ilmu
pengetahuan,teknologi maupun strategi untuk memecahkan sebuah permasalahan.
Dalam prakteknya komunikasi yang dilakukan tidak selalu berjalan lancar, hal ini
dikarenakan kemampuan tiap orang untuk menerima dan memahami isi pesan
tidak sama.

Pengertian Komunikasi
Banyak pakar dan sarjana yang mendefinisikan komunikasi itu sendiri,
maka akan membingungkan kita dalam memaknai komunikasi itu yang
sebenarnya. Disini kita akan memahami hakikat komunikasi antar manusia yang
sebenarnya. Istilah komunikasi pertama kali lahir dari bahasa latin Communis
yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua
orang atau lebih. Maka lahirlah beberapa definisi dari pakar antara lain: D.
Lawrences Kincaid (1981) yang melahirkan definisi baru yang menyatakan
bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.
Sementara itu, ada definisi lain mengenai komunikasi misalnya
pendapat Dance (1967) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka kerja
psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia
sebagai “Pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal”, dimana simbol-
simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respon yang
terungkap tadi. Pakar komunikasi lain, Edwin Newman pun (1948) telah juga
mendefinisikan komunikasi sebagai “ suatu proses ketika sejumlah orang diubah
menjadi kelompok yang berfungsi”.
Setelah mengkaji definisi beberapa pendapat para ahli diatas, setidaknya
dapat kita tarik benang merah bahwa komunikasi merupakan sebuah proses
komunikasi yang dilakukan oleh dua manusia atau lebih yang terjadi secara dua
arah. Komunikasi yang demikian dinamakan komunikasi interaksi. Jika interaksi
tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, maka dinamakan
interaksi educative. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, komunikasi pendidikan

Pengelolaan Humas Pendidikan | 85


adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Di sini komunikasi
tidak lagi bebas, tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan
pendidikan.

Proses Komunikasi Intern dan Ekstern dalam Humas Pendidikan


Apabila sekolah dipandang sebagai suatu organisasi maka bentuk ataupun
pola komunikasi yang terjadi dibedakan menjadi dua bentuk yakni :
1. Komunikasi Internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sekolah
yakni :
• Antara Kepala Sekolah dengan Guru
• Antara Kepala Sekolah dengan Siswa
• Antara Kepala Sekolah dengan Tata Usaha
• Antara Guru dengan Guru
• Antara Guru dengan Siswa
• Antara Guru dengan Tata Usaha
• Antara Siswa dengan Tata Usaha
2. Komunikasi Eksternal adalah bentuk komunikasi yang terjadi antara
sekolah dengan masyarakat yakni orang tua atau wali murid, pemerintah
setempat dan masyarakat pada umumnya.
Dalam bagan pertama menunjukkan proses komunikasi dalam humas
pendidikan yang terjadi antara berbagai elemen pendidikan yang sifatnya
kedinasan,resmi dan formal dan ada juga pola yang tidak resmi. Dalam pola
hubungan resmi terjadi antara sekolah dengan Kanwil Depdikbud maupun
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat disebut dengan hubungan
komunikasi vertikal (jalur keatas). Sementara pola hubungan yang semi-resmi
terjadi antara sekolah dengan masyarakat dalam hal ini termasuk wali murid.
Ditinjau dari arah proses komunikasinya maka dapat dibedakan menjadi :
• Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh lembaga
dibawahkan oleh lembaga yang dituju. Isi komunikasi dapat berupa:
laporan, informasi, keluhan dan saran.
• Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang diberikan oleh atasan
kepada bawahan dalam jalur organisasi. Komunikasi ke bawah terjadi dalam
hal :
o Dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kepada Instansi di Daerah, yaitu
kanwil Depdikbud.
o Dari kepala Kanwil ke Kepala Bidang.
o Dari Kepala sekolah kepada guru-guru, tata usaha dan siswa.

86 | Efvi Noyita, SE, MM


Tehnik Komunikasi Efektif Dalam Humas Pendidikan
Dalam hal penyampaian sebuah informasi dalam komunikasi, dalam hal ini
tentu saja adalah komunikasi pendidikan atau yang biasa disebut dengan humas
pendidikan terkadang sering dijumpai kesalahpahaman dalam memahami maksud
dan isi sebuah pesan ataupun informasi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor
diantaranya latar belakang budaya dan tingkat pendidikan seseorang. Interpretasi
suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya,
sehingga semakin sama latar belakang budaya dan tingkat pendidikan
seseorang antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin
efektif.
Oleh karena itu, untuk mengefektifkan proses komunikasi maka diperlukan
berbagai macam model dan media komunikasi yang beragam guna menghadapi
berbagai macam karakteristik orang yang berbeda di dalam sebuah proses
komunikasi dalam dunia pendidikan. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat
kemampuan setiap orang dalam menyerap pesan dari sebuah informasi
yang berbeda-beda.
Dari berbagai macam model komunikasi yang efektif, setidaknya ada tiga
jenis model komunikasi yang utama, yaitu :

▪ Model Komunikasi Linier. Model komunikasi ini dikemukakan oleh


Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The
Mathematical of Communication. Model linear berasumsi bahwa seseorang
hanyalah pengirim atau penerima Tentu saja hal ini merupakan pandangan
yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap
rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran
bersama sebuah pesan yang diterima oleh penerima. Hal ini biasanya terjadi
pada komunikasi internal antara Kepala Sekolah dengan para bawahannya
meliputi Guru, Siswa, TU dan Komite Sekolah. Komunikasi yang dilakukan
melalui telepon seringkali mengalami gangguan, misalnya sinyal yang
kurang baik di lokasi si penerima pesan sehingga mengakibatkan
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan tidak dapat
berjalan dengan optimal dan mengakibatkan miss-understanding of
communication.
▪ Model Interaksional, dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun
1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para
komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah : dari
pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses
melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para
peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang
mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya
melalui pengambilan peran orang lain disekitarnya..

Pengelolaan Humas Pendidikan | 87


▪ Model Komunikasi Transaksional, dikembangkan oleh Barnlund pada
tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan
yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi.
Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif : pengirim dan
penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas
komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita
terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik
dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi
(komunikator) melakukan proses negosiasi makna. Contoh manifes dari
model komunikasi transaksional adalah ketika Kepala Sekolah
bermusyawarah dalam sebuah rapat komite beserta para guru dan wali
murid. Disana sering dijumpai adanya wali murid yang melakukan interupsi
ditengah rapat komite yang sedang berlangsung. Hal ini mengindikasikan
adanya partisipasi aktif antara wali murid dengan pihak sekolah dalam hal
ini tentu saja Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah.

Selain model komunikasi seperti diatas, media turut memegang peranan


yang amat penting dalam keefektifan sebuah proses komunikasi. Media terbagi
menjadi dua, yaitu media langsung dan

1. Media langsung. Yang tergolong ke dalam media langsung ini adalah :


➢ Rapat-rapat formal yang diselenggarakan sekolah dengan
mengundang orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam
rapat ini disampaikan program sekolah dalam upaya peningkatan
kegiatan dan mutu pendidikan.
➢ Pekan Pendidikan
➢ Pada saat ini sekolah menampilkan prestasi dan kreasi para siswa
sebagai sarana promosi sekolah.
➢ Hari ulang tahun sekolah
➢ Pada peringatan HUT sekolah ini, hubungan kerjasama antara sekolah
dengan orang tua, alumni dan masyarakat juga dapat digalang melalui
acara yang melibatkan semua pihak.
➢ Karyawisata
➢ Widyawisata gerak jalan atau sepeda santai bersama dan lain-lain.
➢ Kunjungan rumah(visit home).

Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak
didik tertentu. Dengan demikian,diharapkan bukan hanya guru sebagaiorang
tua kedua disekolah tetapi orangtua kedua di rumah.

2. Media Tidak Langsung. Yang dimaksud media tidak langsung disini


adalah media tanpa tatap muka. Sekolah mengadakan hubungan dengan
masyrakat melalui :

88 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Media cetak berupa: Buletin atau majalah sekolah, koran, brosur,
booklet atau leaflet.
➢ Media elektronika: telepon, siaran radio, dan televisi, video, kaset,
slide dan komputer.

Hambatan Dalam Komunikasi Pendidikan


Subjek gangguan dalam hal ini (noise) adalah sesuatu yang paling
membatasi efektifitas penyampaian pesan. Ada dua jenis gangguan utama dalam
komunikasi, yaitu gangguan semantik dan saluran. Hasil dari gangguan itu sama
yakni menyusutkan arti saat terjadi penyampaian pesan.
➢ Gangguan Saluran (channel noise). Gangguan jenis ini meliputi setiap
gangguan yang mempengaruhi kehandalan fisik penyampaian pesan.
Bisa diartikan pula sebagai segala hambatan yang terjadi diantara sumber
dan audience. Misalnya, seseorang berbicara dalam sebuah ruangan
ditengah pembicaraan lainnya, suara pintu tertutup, dan gangguan lain
seperti itu yang dapat menghalangi penyampaian informasi.
➢ Gangguan Semantik. Gangguan jenis ini terjadi karena salah
menafsirkan pesan. Dalam setiap jenis kegiatan komunikasi sering terjadi
kesenjangan atau ketidaksesuaian antara kode yang digunakan oleh
pengirim dengan yang dipahami oleh penerima kendati pesan yang
diterima sama seperti ketika dikirimkan. Sumber gangguan semantik
sebagai berikut :
• Kata-kata terlalu sukar , masalahnya terlalu sukar dimengerti oleh
penerima.
• Perbedaan dalam memberikan arti denotatif pada kata-kata yang
digunakan antara pengirim dan penerima pesan, yakni penerima
pesan berpikir bahwa kata yang dimaksud menunjukkan pada
sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksud oleh pengirimnya.
• Pola kalimat yang membingungkan penerima pesan.
• Perbedaan budaya antara pengirim dan penerima pesan, yakni
intonasi, gerak mata, tangan, atau bagian badan lainnya.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, hambatan-hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu :
➢ Status effect. Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki
setiap manusia. Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih
rendah harus tunduk dan patuh pada semua perintah yang diberikan
atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan
aspirasi atau pendapatnya.
➢ Semantic Problems. Faktor semantik menyangkut bahasa yang
dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi, seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini,

Pengelolaan Humas Pendidikan | 89


sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat
menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran
(misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan
bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi
menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai, dan lain-lain.
➢ Perceptual distorsion. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta
cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam
komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang
antara satu dengan yang lainnya.
➢ Cultural Differences. Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya
perbedaan kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial. Dalam suatu
organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda.
Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.
Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak
boleh, tetapi orang suku Jawa mengartikan kata tersebut sebagai suatu
jenis makanan berupa sup.
➢ Physical Distractions. Hambatan ini disebabkan oleh gangguan
lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi.
Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau
petir, dan cahaya yang kurang jelas.
➢ Poor choice of communication channels. Adalah gangguan yang
disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : sambungan
telepon yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar
yang kabur pada pesawat televisi, atau huruf ketikan yang buram pada
surat, sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan
jelas.
➢ No Feed back. Hambatan tersebut adalah ketika seorang sender
mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak ada respon dan
tanggapan dari receiver . Maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah
yang sia-sia. Seperti contoh : seorang manajer menerangkan suatu
gagasan yang ditujukan kepada para karyawan. Dalam penerapan
gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau
respon. Dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan yang disampaikan
seorang manajer.

90 | Efvi Noyita, SE, MM


BAB X

PENGELOLAAN KELAS

A. Pengelolaan Kelas dan Permasalahan Dalam Pengelolaan Kelas


Berdasarkan asal katanya, pengelolaan adalah penyelenggaraan atau
pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efisien. Sedangkan pengertian dari kelas yaitu bagian atau unit sekolah terkecil
dengan kondisi fisik yang nyaman dan terdapat fasilitas – fasilitas yang
menunjang setiap kegiatan pembelajaran, dimana terjadi kegiatan belajar-
mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga yang dimaksud
dengan pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang
guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi
pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Kenyataannya dalam melakanakan tugasnya guru sering mengalami
permasalahan di dalam kelasnya, terutama masalah yang menyangkut pengelolaan
kelasnya. Biasanya ada 2 (dua) jenis masalah pengelolaan kelas yang biasa terjadi
saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas yaitu :
• Masalah yang bersifat perorangan. Penggolongan masalah bersifat
perorangan ini didasarkan pada tingkah laku orang tersebut mengarah pada
pencapaian suatu tujuan dimana setiap individu akan merasa memiliki dan
menganggap dirinya berguna. Jika individu gagal mengembangkan rasa
memiliki dan rasa dirinya berharga, maka individu tesrebut akan melakukan
hal yang menyimpang sehingga hal terebut akan menjadi suatu masalah oleh
seorang guru dalam mengelola kelasnya.
• Masalah yang bersifat kelompok. Sebagai tenaga profesional selain
melakukan kegiatan mengajar, guru juga sangat perlu melakukan kegiatan
pengelolaan kelas sehingga akan menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Pengelolaan kelas dipandang sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku para siswa. Tentunya adalah tugas guru dalam
menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas.

Namun dalam hal pengelolaan kelas memerlukan suatu pandangan yang


bersifat pluralistik atau pandangan secara menyeluruh tentang aspek-aspek yang
ada dalam hal pengelolaan. Pengelolaan kelas akan selalu berhubungan dengan
ketertiban kelas, memaksimalkan kebebasan siswa dalam arti positif,
mengembangkan hubungan interpesonal dan sosio-emosional yang positif,
mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif, serta bagaimana

Pengelolaan Kelas | 91
mengembangkan tingkah laku siswa yang positif dan mengurangi tingkah laku
siswa yang tidak baik.
Setiap personal guru memiliki teknik atau ciri masing-masing dalam
mencapai tujuan maksimal selama proses pembelajaran. Dalam proses
pengelolaan kelas, seorang guru hendaknya mampu merasakan, menilai serta
mengoreksi keberhasilannya dalam mengelola kelasnya sendiri sehingga sesuai
dengan tujuan dan harapan dalam mencapai kesuksesan pribadi maupun bagi
siswa sehingga dapat mencapai kepuasan dan siswa pun dapat merasa happy dan
comfort bahkan mencapai prestasi belajar sesuai dengan kompetensi masing-
masing mata pelajaran yang harus dicapai oleh setiap siswa di kelas.
Permasalahan yang selalau ada dalam pengelolaan kelas juga sangat
penting dipahami oleh setiap guru, karena permasalahan yang timbul dapat berupa
berbagai masalah tentang masalah pengajaran atau masalah tentang pengelolaan.
Guru-guru idealnya mampu membedakan kedua permasalahan itu dan
menemukan pemecahannya secara tepat. Kenyataan yang terjadi di lapangan
adalah, ketika para guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan, begitu juga sebaliknya.
Masalah pengajaran idealnya ditangani juga dengan metode pemecahan
yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan idealnya ditangani dengan
metode pemecahan yang bersifat pengelolaan kelas. Jadi haruslah dikenali lebih
dahulu jenis permasalahannya, sehingga penanganannya dapat dengan tepat
dilakukan. Tentunya ini akan lebih efektif dan efisien.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam
kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian,
pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi
secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas. Masalah tentang
pengelolaan yang mencakup tentang masalah perorangan maupun kelompok
tersebut juga sangat sulit dibedakan oleh seorang guru.
Secara umum permasalahan dari seorang siswa biasanya berhubungan
dengan tingkah laku individu seperti : mencari perhatian, mencari kekuasaan,
menuntut balas serta memperlihatkan ketidakmampuan, memang tidak gampang
untuk dibedakan dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh kelompok yang
meliputi beberapa tindakan sehubungan dengan kaitannya dengan pengelolaan
kelas sebagai berikut :
➢ Tidak kompak
➢ Belum mampu mengikuti peraturan kelompok
➢ Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
➢ Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
➢ Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang
telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru
kegiatan orang (anggota) lainnya saja
➢ Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
➢ Tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

92 | Efvi Noyita, SE, MM


Karena itu guru dituntut agar selalu bisa menciptakan kondisi belajar yang
optimal. Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara
efektif guru harus mampu mengenali secara tepat berbagai jenis masalah
pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok, memahami
pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu serta
mampu memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang dimaksud. Hal ini akan dapat tercapai apabila guru
mampu mengkondisikan diri dalam suasana apapun. Tentu saja pengelolaan kelas
sangat penting dilakukan oleh seorang guru dalam mencapai kesuksesan kegiatan
belajar dan mengajar yang ia lakukan di dalam kelas.

B. Metode Pembelajaran Inovatif


Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib
kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci
sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa
dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan
berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka
menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan
harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak
membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang
mungkin bisa kita persiapkan.

Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan dalam metode pembelajaran
inovatif adalah sebagai berikut :

1. Metode Debat.
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing
kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan
materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif
siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil
seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan
materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika
mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam

Pengelolaan Kelas | 93
menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru
bisa sebagai pemonitor proses belajar.

2. Metode Role Playing


Merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, Hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan. Adapun kelebihan metode Role Playing:
➢ Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
➢ Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
➢ Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam
situasi dan waktu yang berbeda.
➢ Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada
waktu melakukan permainan.
➢ Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

3. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya
adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut :
➢ Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
➢ Berpikir dan bertindak kreatif.
➢ Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
➢ Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
➢ Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
➢ Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
➢ Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut :


➢ Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut.
➢ Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.

94 | Efvi Noyita, SE, MM


4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya
yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah yang
dapat diikuti dalam Problem Base Instruction adalah sebagai berikut:
➢ Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
➢ Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
➢ Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
➢ Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
➢ Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Adapun kelebihan dari pembelajaran berdasarkan masalah yaitu :


➢ Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-
benar diserapnya dengan baik.
➢ Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
➢ Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan dari pembelajaran berdasarkan masalah yaitu :


➢ Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
➢ Membutuhkan banyak waktu dan dana.
➢ Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

5. Cooperative Script
Skrip cooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan
dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran ini adalah :

Guru membagi siswa untuk berpasangan.


➢ Guru membagikan wacana/ materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
➢ Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
➢ Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

Pengelolaan Kelas | 95
dan membantu mengingat/ menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
➢ Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
➢ Kesimpulan guru.
➢ Penutup.

Kelebihan Cooperative Script adalah :


➢ Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
➢ Setiap siswa mendapat peran.
➢ Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan dari Cooperative Script adalah :


➢ Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
➢ Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga
koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

6. Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Adapun Langkah-langkah
pembelajarannya adalah :
➢ Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dan enyajikan materi
sebagai pengantar.
➢ Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
➢ Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
➢ Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
➢ Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep /
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
➢ Guru memberikan kesimpulan/ rangkuman.

Kebaikan dari metode Picture and Picture adalah : guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa dan melatih berpikir logis dan sistematis dari
para siswanya.

Kekurangan metode Picture and Picture adalah : memakan banyak waktu


sehingga banyak siswa yang menjadi pasif.

7. Numbered Heads Together


Adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian
dibuat suatu kelompok, dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :

96 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
➢ Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
➢ Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
➢ Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
➢ Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain. Dan memberikan kesimpulan. Pada akhir pembelajaran.

Kelebihan Metode Numbered Heads Together adalah : setiap siswa


menjadi siap semua dan mampu melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dan
siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Tentunya Numbered Heads Together juga memiliki kekurangan yaitu :
adanya kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Kemudian
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

8. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling
kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan
atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok
dapat dikemukakan sebagai berikut :
➢ Seleksi topic. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga
6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik
maupun kemampuan akademik.
➢ Merencanakan kerjasama. Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah di atas.

Pengelolaan Kelas | 97
➢ Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah merencanakan kerjasama diatas. Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
➢ Analisis dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah implementasi diatas, dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik
di depan kelas.
➢ Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam
kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
➢ Evaluasi. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

9. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga
setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing
kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
➢ Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya
➢ Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok
masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung
jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.

10. Metode Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

98 | Efvi Noyita, SE, MM


memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu :

1. Penyajian kelas. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam


penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,
karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team). Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan
ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan
lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok). Guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great
Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya
30-40

11. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)


Pada metode ini, para siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian
siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Adapun Langkah-
langkah yang ditempuh adalah :
➢ Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
➢ Guru menyajikan pelajaran.
➢ Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

Pengelolaan Kelas | 99
➢ Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
➢ Memberi evaluasi dan Penutup yang baik.
Adapun kelebihan dari Model Student Teams – Achievement Divisions
(STAD) adalah : seluruh siswa menjadi lebih siap dan berguna dalam melatih
kerjasama dengan baik.
Sedangkan Kekurangan dari Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD) adalah : aanggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
membedakan siswa.

12. Model Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
(Kompetensi Dasar).

Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah :


➢ Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
➢ Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP atau In
Focus
➢ Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
➢ Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
➢ Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
➢ Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai, untuk kemudian memberikan Kesimpulan.

Sedangkan kebaikan dari Model Student Teams – Achievement


Divisions (STAD) adalah : Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. Siswa
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. Siswa diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya.
Adapun Kekurangan darri model Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD) yaitu tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk
gambar, sehingga tidak memakan waktu yang lama.

13. Model Lesson Study


Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang
dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri
diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam
mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/
menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

100 | Efvi Noyita, SE, MM


➢ Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi :
Perencanaan, Praktek mengajar, Observasi, dan Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran.
➢ Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan
yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-
dasar teori yang menunjang.
➢ Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada bagian ke-dua diatas
kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar
terlaksana.
➢ Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran
sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap
observasi terlalui.
➢ Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap
ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran
berikutnya.
➢ Hasil pada bagian ke-lima diatas selanjutnya diimplementasikan pada kelas/
pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke bagian ke-dua diatas.

Tentunya metode lesson study mempunyai kelebihan sebagai berikut :


➢ Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika
dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
➢ Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Demikianlah tentang pengelolaan kelas dan metode pembelajaran inovatifnya.

Pengelolaan Kelas | 101


DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Tri C. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Badan Penerbit


IPWI
2. Budi Raharja. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
3. Daff, Richard, L. 2002. Manajemen. Erlangga.
4. Husaini Usman. 2009. Manajemen teori, praktik dan riset pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
5. Kelvin Seifert. 2008. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi.
Yogyakarta: Ircisod.
6. Nanang Fatah. 2004. Landasan manajemen pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
7. Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Gramedia.
8. Simamora, Herry. 2006. Manajemen SDM. Yogyakarta: STIE YKPN.
9. Sudarwan Danim, 2007. Visi baru manajemen sekolah: dari unit birokrasi
ke lembaga. Jakarta: Bumi Aksara.
10. Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
11. Wahjosumidjo. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan teori dan
permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
12. https://afidburhanuddin.wordpress.com/author/ Pengelolaan Perencanaan
dan Tenaga Pendidik/Kependidikan dalam "Manajemen Pendidikan"
13. Dwi Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Perss.
14. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan UPI. 2005. Pengantar
Pengelolaan Pendidikan. Bandung.
15. (http://suciptoardi.wordpress.com/2010/02/17/pengertian-gtt-guru-tidak-
tetap-sekolah-negeri/ diakses, 18 Agustus 2018 18:25)
16. (http://sukas.wordpress.com/2010/01/27/tahapan-tahapan-pengangkatan-
dan-penempatan-pegawai/ diakses, 18 Agustus 2018 18: 47 )
17. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/11/engadaan-pengelolaan-
perencanaan-dan-tenaga-pendidikkependidikan/Didownload pada tanggal
12 januari 2014 pukul 21:20 WIB
18. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (2003). Jakarta

102 | Efvi Noyita, SE, MM

Anda mungkin juga menyukai