Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
MANAGEMENT PENDIDIKAN
BERBASIS SEKOLAH
Copyright © November 2022
Penerbit
Insight Mediatama
Anggota IKAPI No. 338/JTI/2022
Watesnegoro No. 6 (61385) Mojokerto
Whatsapp 081234880343
Email: insightmediatama@gmail.com
© All Rights Reserved Ketentuan Pidana Pasal 112-119 Undang- undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi,
atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit dan penulis.
ii
KATA PENGANTAR
Syaloom…
Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Baik, atas
Penyertaan dan KasihNya pada penyusunan modul ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan modul Management Pendidikan Management Berabasis Sekolah
(MP MBS) sebagai bahan buku pegangan mahasiswa, pada kampus Sekolah
Tinggi Theologia (STT) Real, ini.
Penulis masih sangat menyadari bahwa modul ini masih jauh dari cukup
dalam memenuhi standar kebutuhan bahan bacaan bagi mahasiswa. Semoga
modul ini dapat digunakan dengan efektif dan efisien selama proses pembelajaran
Mata Kuliah Management Pendidikan Management Berabasis Sekolah (MP MBS)
pada Semester ini..
Modul yang disusun ini berisi teori Management Pendidikan Management
Berabasis Sekolah (MP MBS) yang menjabarkan secara ringkas ilmu
management dasar hingga Pelaksanaan dan Pengelolaan Lembaga Pendidikan
yang umum diketahui dan dapat dilihat langsung di lapangan nantinya pada saat
mahasiswa menyelesaikan tugas akhir Skripsinya, yaitu dengan melakukan
Praktek Lapangan Penelitian di sekolah. Pengunaan modul ini juga dimaksudkan
sebagai pendukung teori dalam Management Pendidikan Management Berabasis
Sekolah (MP MBS) sebagai alat bantu memahami Management Pendidikan di
Indonesia pada umumnya, baik secara teori di kampus maupun dalam keadaan
sebenarnya nantinya di dunia pendidikan sekolah. Keefektifan teori Management
Pendidikan Management Berabasis Sekolah (MP MBS) ini kelak akan sangat
bergantung pada pemahaman teori tersebut dan bagaimana mahasiswa dapat
memanfaatkan atas kondisi nyata yang dihadapi nanti di lapangan.
Modul ini merupakan rangkuman beberapa buku yang diharapkan
membantu mahasiswa STT Real dalam memahami penerapan Management
Pendidikan Management Berbasis Sekolah (MP MBS) dalam dunia sekuler. Tidak
ada sesuatu yang terbaik dalam pengembangan ilmu tetapi selalu ada yang lebih
baik dalam pengembangan teori di dunia nyata. ,Semoga segala kekurangan yang
ada dalam penulisan modul ini menjadi bahan untuk pengembangan modul
berikutnya..
Segala masukan atas kekurangan pada penyusunan modul ini, penulis
tetap menerima dengan baik, guna perbaikan pada penyusunan modul ini
kembali di semester mendatang dan penggunaan kembali pada mahasiswa
angkatan mendatang. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Memberkati
kita sekalian. Aminnn
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB VII : PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN ............................ 67
A. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan................................. 67
B. Perencanaan Biaya Pendidikan/ Sekolah .................................................. 71
C. Pelaksanaan Pengelolaan Biaya Pendidikan ............................................. 73
D. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan ....................................................... 77
v
vi
BAB I
Contoh sederhananya adalah cabang ranting pohon. Cabang ranting pohon itu
menjalar tumbuh tidak teratur, tetapi ketidak teraturannya itu teratur sehingga
tercipta suatu keindahan.
Contoh lainnya adalah corak batik. Kebanyakan corak batik itu hanyalah seperti
goresan gambar yang tak berpola. Tetapi, ketidak teraturan dalam corak batik itu
teratur sehingga terbentuklah suatu keindahan atau secara umum kita katakana
seni.
➢ Menurut Mary Parker F. : Manajemen adalah suatu seni, tiap tiap pekerjaan
bisa diselesaikan dengan orang lain.
➢ Menurut George R. Terry : Manajemen ialah wadah didalam ilmu
pengetahuan, sehingga manajemen bisa dibuktikan secara umum
kebenarannya.
➢ Menurut F. Stoner : Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu
perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai
usahda dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
Masyarakat yang sudah terbiasa membuat manajemen, maka mereka tidak akan
nyaman jika apapun yang disekitarnya itu berantakan. Itu sebabnya, inti dari
manajemen adalah agar kita menjadi lebih mudah dalam mengelola. Bila
management itu ibarat file/folder artinya kita menjadi lebih mudah dalam mencari
folder atau file tersebut ketika kita membutuhkannya.
Demikian konsep dasar pendidikan yang kita ulas diatas sebagai dasar acuan kita
memahami lagi materi pada materi yang disajikan pada bab berikutnya.
Ada empat tahapan utama dalam melakukan analisis SWOT, dalam hal ini adalah
untuk lembaga pendidikan, yaitu:
1. Tahap Observasi
Dalam tahapan ini, pengamat akan membuat dan menyusun substansi dalam
matriks SWOT untuk memudahkn drafting data. Ia akan mengamati,
menemukan, dan memasukkan hal-hal yang merupakan komponen SWOT
2. Tahap Analisa
Selanjutnya, peneliti akan melakukan mendalami dan menentukan kelompok-
kelompok data yang telah didapatnya ke dalam elemen yang tepat, apakah
data A termasuk kategori Strengths atau Weaknesses atau Opportunities, atau
Threats, data B, dan seterusnya.
• Manfaat Monitoring
Dengan melakukan monitoring kegiatan, manfaat yang dapat kita ambil
dari tindakan tersebut adalah kita dapat mengenali masalah dari kegiatan
yang sedang dilaksanakan sedini mungkin, melakukan perbandingan antar
lokasi / tempat, menilai trend situasi tertentu sehingga dapa diambil
tindakan korektif secara tepat, dan cepat.
•Manfaat Evaluasi
Karena evaluasi harus melayani berbagai kebutuhan dalam sebuah satuan
pendidikan, maka evaluasi juga mempunyai strategi atau metode yang
banyak dan dilakukan pada berbagai tingkatan pelaksanaan program.
Maka dengan adanya tujuan – tujuan dari evaluasi dalam satuan
pendidikan maka kita dapat mendapatkan manfaat secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
➢ Kita dapat menilai kelemahan dan kekuatan perencanaan dalam suatu
kegiatan pendidikan untuk menjadi lebih baik lagi.
➢ Kita dapat menentukan proses derajat efektifitas kegiatan terhadap target
dari sumber daya pelayanan dan keuntungan yang diharapkan oleh pihak –
pihak yang terkait dalam lingkup satuan pendidikan tersebut.
Pemimpin formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi
tertentu (swasta atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-surat keputusan
pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku sesuatu
jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang
berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut yang
ditetapkan sejak semula.
Menurut Suradinata (1997:11). Pemimpin adalah orang yang memimpin
kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Siagian (1986:12). Pemimpin adalah figure sentral yang
mempersatukan kelompok. Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan
seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih
tinggi maupun lebih lebih rendah daripadanya dalam berfikir dan bertindak agar
perilaku yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi
perilaku organisasional.
B. Teori-Teori Kepemimpinan
Begitu banyak teori kepemimpinan yang muncul, yang jika ditelusuri
dalam beberapa referensi, akan didapatkan delapan jenis teori kepemimpinan,
seperti yang disajikan berikut ini:
1. Teori Genetis. Teori ini sering disebut sebagai the great man theory. Teori ini
berasumsi bahwa kapasitas kepemimpinan itu bersifat inheren, bahwa
pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not
made). Teori ini menggambarkan bahwa pemimpin besar sebagai heroik,
mitos, dan ditakdirkan untuk naik tampuk kepemimpinan ketika diperlukan.
Istilah ”Manusia Besar” digunakan karena, pada saat itu, kepemimpinan
memikirkan terutama sebagai kualitas laki-laki, yang lazim, terdapat dalam
kepemimpinan militer.
2. Teori Sifat. Serupa konsepsinya dengan teori ”Great Man”, teori sifat
mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-
sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan. Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi karakteristik
kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Tetapi jika sifat-sifat
tertentu adalah fitur utama kepemimpinan, bagaimana kita menjelaskan orang-
orang yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan, tetapi bukan pemimpin?
Pertanyaan ini merupakan salah satu kesulitan dalam menggunakan teori untuk
menjelaskan sifat kepemimpinan. Di sini pulalah awal dari prakesimpulan
bahwa persoalan kepemimpinan tetap menjadi misteri sampai sekarang.
PENGELOLAAN KURIKULUM
Pengelolaan Kurikulum | 29
➢ Berdasarkan Lingkup lingkungan sekolah
➢ Berdasarkan Kurikulum muatan local SD dan SMP untuk mata pelajaran
yang berkaitan perlu di upayakan bahwa materi pelajaran muatan local di
SMP merupakan kelanjutan dari materi pelajaran muatan local di SD.
➢ Berdasarkan Kurikulum muatan local SMA dan SMK. untuk mata pelajaran
yang berkaitan perlu di upayakan bahwa materi pelajaran muatan local di
SMA dan SMK merupakan materi pelajaran muatan local yanga lebih
terfokus pada peminatan dan jurusan dari kemampuan masing masing siswa.
➢ Berdasarkan lingkup wilayah , sekolah-sekolah dapat melakukan muatan
local yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi
sekolah yang bersangkutan.
Pengelolaan Kurikulum | 31
Depdiknas (2006) menjelaskan mata pelajaran muatan lokal bertujuan
untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pesrta didik
agar memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Pengelolaan Kurikulum | 33
bagaimana pembelajaran serta evaluasi untuk mata pelajaran yang berkarakteristik
afektif (penanaman nilai-nilai) seperti halnya kurikulum muatan lokal mata
pelajaran PLKJ.Guru di beri kesempatan untuk berkresi dalam mengembangkan
sendiri materi yang di sediakan untuk di jadikan rencana pengajaran yang lebih
menarik. Guru bukan selalu yang memahami isi bahan kajian yang tercantum
dalam kurikulum muatan local. Oleh karena itu di perlukan kiat-kiat tertentu agar
pelaksanaan kurikulum muatan local dapat mencapai sasaran serta tujuan yang
telah di tentukan.
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar
peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi
pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air. Pengembangan materi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal berorientasi pada kompetensi. Implikasinya adalah
pengembangan muatan lokal harus mengacu pada standar isi, standar proses, dan
stndar penilaian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian setiap
satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang dikembangkan.
Defenisi Kurikulum
• Menurut kamus Webster tahun 1856, kurikulum adalah: 1. A race course; a
place for running; a chariot. 2. A course in general; applied particularly to
the course of study in a university. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh
oleh pelari atau kereta dalam perlombaan.
• Menurut kamus Webster tahun 1955, kurikulum adalah: 1. A course esp. a
specified fixed course of study, as in a school course, as one leading to
degree. 2. The whole body of courses offered in an educational institution or
department thereof. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan
adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan
tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijazah atau tingkat tertentu.
• Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk pelajaran anak.
Pengelolaan Kurikulum | 35
Fungsi Pengelolaan Kurikulum
Dibawah ini adalah beberapa fungsi tentang pengelolaan kurikulum antara
lain (Kurniawan, 2013):
➢ Meningkatakan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
➢ Meningkatakan keadilan pada siswa untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
➢ Meningkatakan kesamaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta
didik maupun lingkungan sekitar pendidik.
➢ Untuk meningkatkan keikut sertaan masyarakat dalam membantu
mengembangkan kurikulum.
Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik,
terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:
Pengelolaan Kurikulum | 37
Prinsip Pengelolaan Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum
adalah sebagai berikut:
Lebih lanjut akan dibahas satu persatu dari langkah-langkah tersebut yaitu :
a. Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan
oleh lembaga pendidikan yang meliputi;
1. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima dengan
pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang tersedia, serta
pertimbangan rasio murid dan guru. Secara ideal rasio murid dan 3 guru
adalah 1:30;
2. Menyusun program kegiatan kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah,
minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang
tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia.
b. Rekruitmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian, menentukan
peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah
yang bersangkutan. Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah :
1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi dari
semua unsur guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah;
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru
yang dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam
pengumuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan
pendaftaran siswa baru (syarat umum dan syarat khusus), cara
pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran,
waktu dan tempat seleksi dan pengumuman hasil seleksi.
c. Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik
untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah :
1. Melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes
akademik, atau tes ketrampilan;
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada
prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau
kesenian;
3. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.
Berdasarkan tujuan penilaian hasil belajar tersebut, ada beberapa fungsi penilaian
yang dapat dikemukakan antara lain :
2. Mutasi Intern. Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu
sekolah. Dalam hal ini akan dibahas khhsus mengenai kenaikan kelas.
Maksud kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah dapat menyelesaikan
program pendidikan selama satu 17 tahun, apabila telah memenuhi
persyaratan untuk dinaikkan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas
berikutnya.
Seorang peserta didik dinyatakan naik kelas apabila telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
▪ Tidak terdapat nilai mati,
Di samping nilai akhir mata pelajaran, ada beberapa faktor yang dapat
menentukan seorang peserta didik berhasil atau tidak untuk naik kelas,
antara lain :
• Kerajinan
• Kedisiplinan
• Tingkah laku
Dalam rapat kenaikan kelas ini dibicarakan juga tentang peserta didik
yang nyaris tidak naik kelas, sehingga perlu mendapat pertimbangan dari
berbagai pihak dan juga peserta didik yang terpaksa tidak naik kelas.
Kepada peserta didik ini masih diberi kesempatan untuk mengulang kelas
atau pindah ke sekolah lain.
Dispensasi bagi peserta didik yang mengulang diberikan untuk
kepentingan peserta didik dan sekolah. Kepentingan bagi peserta didik
adalah : tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri
dengan sekolah yang baru, dapat belajar lebih intensif, karena malu, ia akan
berusaha semaksimal mungkin untuk naik kelas. Kepentingan bagi sekolah
adalah :dispensasi bagi peserta didik yang mengulang akan memberikan
nilai tambah minimal dari segi ekonomi.
Ada beberapa ketentuan peserta didik yang dapat mengajukan
dispensasi, antara lain
✓ Pada kelas sebelumnya tidak naik kelas dua kali
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Sekolah harus mampu
melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator
b. Guru (kelas, agama, penjaskes, muatan lokal)
Guru/pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik.
c. Tenaga Administrasi / TU
Tata usaha adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang
administrasi instansi tersebut.
d. Penjaga Sekolah / kebersihan sekolah
e. Tenaga Fungsional lainnya (Guru BP, Pustakawan, laboran dan teknisi
sumber belajar)
4.
Perencanaan Tenaga Kependidikan
Perencanaan tenaga kependidikan merupakan suatu proses yang sistematis
dan rasional untuk memberikan jaminan bahwa penetapan jumlah dan kualitas
tenaga kependidikan dalam berbagai formasi dan dalam jangka waktu tertentu
benar-benar representatif dapat menuntaskan tugas-tugas organisasi pendidikan.
• Expert estimate yaitu prediksi yang dilakukan oleh para ahli karena para ahli
ini dianggap lebih memahami tuntutan-tuntutan ketenagakerjaan
• Historical comparison yaitu prediksi yang didasarkan atas kecenderungan
yang terjadi pada masa sebelumnya
• Task analysis yaitu penentuan kebutuhan tenaga didasarkan atas tuntutan
spesifikasi pekerjaan yang ditetapkan
• Correlation technique suatu penentuan kebutuhan didasarkan atas
perhitungan-perhitungan korelasi secara statistik, terutama kepentingan
yang menyangkut perubahan-perubahan yang terjadi dalam persyaratan-
persyaratan ketenagakerjaan, sumber-sumber keuangan dan program-
program yang ditetapkan
• Modelling yaitu penetapan kebutuhan tenaga tergantung pada model
keputusan yang biasa dibuat
Adapun teknik-teknik seleksi yang dapat digunakan atau cara-cara yang dapat
ditempuh dapat dilakukan dengan cara :
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa proses manajemen tenaga pendidik
dan kependidikan meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan ialah untuk mendapatkan calon tenaga pengajar yang
memang dibutuhkan. Perencanaan merupakan proses awal dalam
pelaksanaan untuk itu lembaga mampu merencanakan kebutuhan dimasa
yang akan datang guna mendapatkan kebutuhan yang diperlukan dan guna
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Jadi dengan adanya
perencanaan yang terarah dan sistematis pelaksanaan kegiatan akan berjalan
lancar.
Sedangkan perihal kebutuhan yang perlu dibiayai atau jenis mata anggaran
belanja sekolah adalah mencakup hal berikut :
➢ Gaji Pegawai Tetap. Setiap bentuk pemberian dana, tunjangan dan barang
yang disebut sebagai upah kerja atau gaji bagi seluruh pendidik dan tenaga
84 Al-Ibrah Vol. 1 No.1 Juni 2016 kependidikan di sekolah yang telah
ditetapkan menjadi pegawai tetap sekolah sesuai dokumen pengangkatan
pegawai tetap sekolah.
➢ Honorarium. Setiap bentuk pemberian dana, tunjangan atau barang yang
disebut sebagai honor bagi setiap orang yang melaksanakan pekerjaan atau
tugas resmi atas permintaan kepala sekolah.
➢ Biaya Operasional Kegiatan Belajar-Mengajar. Setiap bentuk
pengeluaran dana dan barang habis pakai yang digunakan untuk menunjang
aktifitas belajarmengajar dan pembelajaran siswa di sekolah, termasuk:
buku-buku pelajaran, alat tulis kelas, biaya transportasi pembelajaran, dan
biaya akomodasi bagai guru dan siswa yang memerlukan lokasi belajar di
tempat berbayar.
➢ Perawatan dan Pemeliharaan Fasilitas Sekolah. Segala bentuk
pengeluaran dana dan barang untuk menjaga, memperbaiki, dan merawat
fasilitas sekolah dalam bentuk aktifitas: pengecatan, penggantian genting,
biaya listrik dan telepon atau lainnya.
➢ Investasi Pembangunan Infrastruktur Sekolah. Setiap bentuk
pengeluaran dana untuk disimpan dalam bentuk usaha bagi hasil atau
tabungan guna mencapai waktu tertentu di masa depan sesuai rencana
strategis sekolah yang diperuntukkan bagi: pengadaan lahan sekolah,
pembangunan gedung baru dan perpustakaan atau lainnya.
➢ Belanja lainnya. Segala jenis pengeluaran biaya yang diperuntukkan bagi
aktifitas per-semester atau saat ada masa khusus, seperti: biaya transportasi
mengikuti pertemuan dengan presiden, membeli piala untuk pertandingan
olah raga dan lainnya. Struktur biaya pendidikan terdiri dari : biaya satuan
pendidikan, biaya personal, dan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan
satuan pendidikan.
Pengertian Komunikasi
Banyak pakar dan sarjana yang mendefinisikan komunikasi itu sendiri,
maka akan membingungkan kita dalam memaknai komunikasi itu yang
sebenarnya. Disini kita akan memahami hakikat komunikasi antar manusia yang
sebenarnya. Istilah komunikasi pertama kali lahir dari bahasa latin Communis
yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua
orang atau lebih. Maka lahirlah beberapa definisi dari pakar antara lain: D.
Lawrences Kincaid (1981) yang melahirkan definisi baru yang menyatakan
bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.
Sementara itu, ada definisi lain mengenai komunikasi misalnya
pendapat Dance (1967) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka kerja
psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia
sebagai “Pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal”, dimana simbol-
simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respon yang
terungkap tadi. Pakar komunikasi lain, Edwin Newman pun (1948) telah juga
mendefinisikan komunikasi sebagai “ suatu proses ketika sejumlah orang diubah
menjadi kelompok yang berfungsi”.
Setelah mengkaji definisi beberapa pendapat para ahli diatas, setidaknya
dapat kita tarik benang merah bahwa komunikasi merupakan sebuah proses
komunikasi yang dilakukan oleh dua manusia atau lebih yang terjadi secara dua
arah. Komunikasi yang demikian dinamakan komunikasi interaksi. Jika interaksi
tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, maka dinamakan
interaksi educative. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, komunikasi pendidikan
Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak
didik tertentu. Dengan demikian,diharapkan bukan hanya guru sebagaiorang
tua kedua disekolah tetapi orangtua kedua di rumah.
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan Kelas | 91
mengembangkan tingkah laku siswa yang positif dan mengurangi tingkah laku
siswa yang tidak baik.
Setiap personal guru memiliki teknik atau ciri masing-masing dalam
mencapai tujuan maksimal selama proses pembelajaran. Dalam proses
pengelolaan kelas, seorang guru hendaknya mampu merasakan, menilai serta
mengoreksi keberhasilannya dalam mengelola kelasnya sendiri sehingga sesuai
dengan tujuan dan harapan dalam mencapai kesuksesan pribadi maupun bagi
siswa sehingga dapat mencapai kepuasan dan siswa pun dapat merasa happy dan
comfort bahkan mencapai prestasi belajar sesuai dengan kompetensi masing-
masing mata pelajaran yang harus dicapai oleh setiap siswa di kelas.
Permasalahan yang selalau ada dalam pengelolaan kelas juga sangat
penting dipahami oleh setiap guru, karena permasalahan yang timbul dapat berupa
berbagai masalah tentang masalah pengajaran atau masalah tentang pengelolaan.
Guru-guru idealnya mampu membedakan kedua permasalahan itu dan
menemukan pemecahannya secara tepat. Kenyataan yang terjadi di lapangan
adalah, ketika para guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan, begitu juga sebaliknya.
Masalah pengajaran idealnya ditangani juga dengan metode pemecahan
yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan idealnya ditangani dengan
metode pemecahan yang bersifat pengelolaan kelas. Jadi haruslah dikenali lebih
dahulu jenis permasalahannya, sehingga penanganannya dapat dengan tepat
dilakukan. Tentunya ini akan lebih efektif dan efisien.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam
kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian,
pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi
secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas. Masalah tentang
pengelolaan yang mencakup tentang masalah perorangan maupun kelompok
tersebut juga sangat sulit dibedakan oleh seorang guru.
Secara umum permasalahan dari seorang siswa biasanya berhubungan
dengan tingkah laku individu seperti : mencari perhatian, mencari kekuasaan,
menuntut balas serta memperlihatkan ketidakmampuan, memang tidak gampang
untuk dibedakan dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh kelompok yang
meliputi beberapa tindakan sehubungan dengan kaitannya dengan pengelolaan
kelas sebagai berikut :
➢ Tidak kompak
➢ Belum mampu mengikuti peraturan kelompok
➢ Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
➢ Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
➢ Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang
telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru
kegiatan orang (anggota) lainnya saja
➢ Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
➢ Tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan dalam metode pembelajaran
inovatif adalah sebagai berikut :
1. Metode Debat.
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing
kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan
materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif
siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil
seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan
materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika
mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam
Pengelolaan Kelas | 93
menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru
bisa sebagai pemonitor proses belajar.
5. Cooperative Script
Skrip cooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan
dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran ini adalah :
Pengelolaan Kelas | 95
dan membantu mengingat/ menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
➢ Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
➢ Kesimpulan guru.
➢ Penutup.
Kebaikan dari metode Picture and Picture adalah : guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa dan melatih berpikir logis dan sistematis dari
para siswanya.
Pengelolaan Kelas | 97
➢ Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah merencanakan kerjasama diatas. Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
➢ Analisis dan sintesis. Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah implementasi diatas, dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik
di depan kelas.
➢ Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam
kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
➢ Evaluasi. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
9. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke
dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga
setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing
kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
➢ Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya
➢ Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok
masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung
jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
Pengelolaan Kelas | 99
➢ Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
➢ Memberi evaluasi dan Penutup yang baik.
Adapun kelebihan dari Model Student Teams – Achievement Divisions
(STAD) adalah : seluruh siswa menjadi lebih siap dan berguna dalam melatih
kerjasama dengan baik.
Sedangkan Kekurangan dari Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD) adalah : aanggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam
membedakan siswa.