D111171311 - Skripsi - 24-12-2021 Bab 1-2
D111171311 - Skripsi - 24-12-2021 Bab 1-2
D111171311 - Skripsi - 24-12-2021 Bab 1-2
WINDI
D111171311
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ABSTRAK
Nikel laterit merupakan material yang berasal dari regolith (lapisan yang
merupakan hasil pelapukan batuan yang menyelimuti suatu batuan dasar) yang berasal
dari batuan beku ultrabasa yang mengandung unsur Ni, Mg, Fe dan Co. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pengendapan ini yaitu keberadaan kemiringan lereng
Kemiringan lereng diketahui untuk menentukan presentase keberadaan endapan nikel
laterit sebagai salah satu perencanaan dan pengembangan eksplorasi dan eksploitasi
dalam rangka meningkatkan hasil produksi penambangan. PT Tekonindo merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel di Indonesia yang
terletak di Desa Pongkalaero, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah
satu masalah yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Tekonindo
adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang bervariasi sehingga akan sangat
mempengaruhi kualitas bijih yang diproduksi. Salah satu metode estimasi yang dapat
diterapkan adalah metode Poligon, Penelitian ini bertujuan untuk estimasi sumberdaya
terukur endapan nikel laterit menggunakan metode poligon extended area berdasarkan
pengaruh kemiringan lereng khususnya pada zona saprolit yang merupakan zona bijih
nikel laterit. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya terukur pada zona bijih saprolit di
blok D, terdapat 3 kemiringan lereng yang berbeda yaitu kemiringan lereng 0˚- 7˚, 8˚-
14˚ dan 15˚-27˚. Pada kemiringan lereng 0˚-7˚didapatkan hasil 70,48 ton, pada
kemiringan 8˚-14˚ didapatkan hasil 68,24 ton dan pada kemiringan 15˚-27 didapatkan
hasil 13,88 ton.
Kata kunci: Endapan nikel laterit, Estimasi sumberdaya terukur, poligon Extended
area, kemiringan lereng, bijih saprolit
ABSTRACT
Nickel laterite is a material derived from regolith (a layer that is the result of
weathering of rocks that surrounds a bedrock) derived from ultramafic igneous rocks
containing elements of Ni, Mg, Fe and Co. One of the factors that influence this
deposition is the presence of the slope. The slope is known to determine the
percentage of the presence of laterite nickel deposits as one of the planning and
development of exploration and exploitation in order to increase mining production. PT
Tekonindo is a company engaged in nickel mining in Indonesia, which is located in
Pongkalaero Village, Bombana Regency, Southeast Sulawesi Province. One of the
problems experienced in the laterite nickel mining process at PT Tekonindo is the
varying ore grades in laterite nickel deposits that will greatly affect the quality of the
ore produced. One of the estimation methods that can be applied is the Polygon
method. This study aims to estimate the measured resources of laterite nickel deposits
using the extended area polygon method based on the influence of slopes, especially in
the saprolite zone which is a laterite nickel ore zone. Based on the results of the
estimated measured resources in the saprolite ore zone in block D, there are 3
different slopes, namely 0˚-7, 8˚-14˚ and 15˚-27˚ slopes. On a slope of 0˚-7˚ the
yield is 70.48 tons, on a slope of 8˚-14˚ the yield is 68.24 tons and on a slope of 15˚-
27 the yield is 13.88 tons.
Bismillahirrahanirrahim,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua untuk terus menuntut ilmu sebagai bentuk
ketaatan kepada sang pemilik ilmu pengetahuan. Shalawat serta salam atas junjungan
kita Rasulullah Muhammad SAW, manusia terbaik yang senantiasa ruku’ dan sujud
kepada Allah SWT dalam rangka menegakkan panji-panji kebenaran di muka bumi ini.
Skripsi dengan judul “Estimasi sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan
dengan baik melalui dinamika yang mendalam dilalui dalam proses penyusunan skripsi
ini.
Penyusunan skripsi tidak akan berlangsung tanpa ada bantuan dari orang-orang
hebat yang telah memfasilitasi penulis untuk menyusun skripsi ini mulai dari tahap
terima kasih kepada pihak PT Tekonindo, khususnya kepada Bapak Ir. Rahmat Muallim
ST selaku Kepala teknik tambang yang senantiasa memberikan ilmu dan arahan, Bapak
penelitian yang telah memfasilitasi penulis sehingga dapat melakukan kegiatan Skripsi
di divisi eksplorasi, dan semua karyawan PT Tekonindo yang juga memberikan fasilitas
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Eng. Purwanto, S.T.,
Hasanuddin beserta seluruh dosen dan staf, khususnya kepada Kepala Laboratorium
Eksplorasi Mineral Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. Terima kasih pula penulis sampaikan
kepada Bapak Asran Ilyas, ST.,MT.,Ph.D. selaku Pembimbing Utama dan Bapak Dr.
meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberikan ilmu yang bermanfaat dan
ST.,M.Sc. dan Ibu Dr. Aryanti Virtanti Anas ST.,MT selaku dosen penguji pada seminar
tugas akhir.
Terima kasih yang tiada henti kepada Bapak Deli dan Ibu Sudiana atas segala
doa yang telah dipanjatkan, ridho yang senantiasa diberikan serta rasa cinta yang tiada
henti diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima
kasih pula penulis haturkan kepada Adik Wanda dan Adik Wilyam atas segala bantuan,
tidak lepas dari bantuan, semangat, diskusi yang bermanfaat di Teknik Pertambangan
Universitas Hasanuddin Angkatan 2017 (Continuity 2017) dan Naruto, serta kedua
sahabat saya yang senantiasa menemani selama masa perkuliahan yaitu Nanda
Syafriana Syaifullah dan Hastri Allo, tetap genggam erat tali persaudaraan kawan-
kawan, terima kasih saudara-saudaraku. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada
(Taekwondo 09) dan teman-teman tercinta pengurus SMFT-UH Periode 2021 dan
Teman seteknik 2017 tempat menempa diri, mengembangkan softskill, tetap dalam
seluruh anggotanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
permohonan maaf atas semua kekurangan yang dijumpai dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................................... v
4.2. Menghitung Kadar Rata-Rata Komposit Ni pada Zona Bijih (zona saprolit) .. 35
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.3 Profil Nikel Tipe Hydrous Silicate (Freyssnet et al, 2005) ................................... 15
2.4 Profil Nikel Tipe Clay Silicate (Freyssnet et al, 2005) ......................................... 16
2.6 Hubungan umum antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan
Tabel Halaman
2.1 Parameter Perbedaan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005). ................. 17
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
Rusia yang memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia pada
tahun 2010 (Fitiran, dkk, 2011). Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later”
yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh Buchanan Hamilton (1807).
Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan dari batuan induk dari jenis
ultrabasa (Ningsih, 2012) Menurut Santos-Ynigo and Esguerra (1961), kandungan nikel
laterit yang paling tinggi banyak ditemukan pada batuan dunit, peridotit dan
serpentinit, sedangkan kandungan nikel laterit yang rendah banyak terdapat pada
harus menghentikan kegiatan penambangan pada suatu daerah. Sumber daya mineral
yang memiliki sifat khusus yaitu non reneable resources yang artinya apabila bahan
galian tersebut tidak akan terbaharui kembali atau dengan kata lain industri
lokasi endapan nikel laterit yang potensial untuk ditambang, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Endapan nikel laterit merupakan produk residual pelapukan
kimia pada batuan ultramafic. Nikel laterit umumnya terdapat pada daerah dengan
iklim tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi,
drainase, tenaga tektonik, batuan induk dan struktur geologi (Elias, 2002).
1
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengendapan ini yaitu keberadaan
kemiringan lereng. Menurut Syafrizal, 2009 bahwa semakin tinggi derajat kemiringan
lereng maka semakin kecil distribusi endapan nikel laterit dalam proses
tinggi derajat presentase distribusi endapan nikel laterit. Kemiringan lereng sangat
laterit sebagai salah satu perencanaan dan pengembangan eksplorasi dan eksploitasi
berperan penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan sebab
dari hasil estimasi yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya di
lapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai
penanaman modal dalam usaha penambangan. Salah satu metode estimasi yang dapat
Salah satu daerah di pulau Kabaena yang memiliki potensi sumberdaya alam
berupa endapan nikel laterit yaitu pada daerah Pongkalaero, yang merupakan hasil
tersebut maka penulis sangat tertarik untuk mempelajari estimasi sumberdaya terukur
saprolit yang merupakan zona bijih nikel laterit, sehingga penelitian ini dilaksanakan
dengan mengangkat judul “Estimasi sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan
2
1.2 Rumusan Masalah
dilakukannya aktivitas penambangan, karena dari hasil estimasi inilah yang akan di
nikel laterit menggunakan metode poligon extended area pada zona bijih saprolit
depannya.
1. Bagi perusahaan
3
Bahan pembelajaran/referensi dalam menambah wawasan mengenai metode
sebagai berikut:
berbagai teori dan referensi mengenai topik penelitian yang dapat mendukung
jalannya penelitian. Kajian ini ditinjau melalui buku, jurnal penelitian, atrikel
dilakukan dengan mengambil beberapa data seperti assay, collar, survey dan
Data yang telah diperoleh dari hasil pengambilan data kemudian dianalisis
keseluruhan data yang didapatkan dan disusun dalam bentuk laporan akhir.
4
6. Tahap seminar dan penyerahan laporan tugas akhir
Laporan hasil penelitian akan dipersentasikan dalam seminar hasil. Koreksi dan
saran pada saat seminar akan digunakan untuk merevisi kembali laporan yang
telah diseminarkan.
Kota Makassar menuju daerah ini dapat ditempuh melalui jalur laut menuju Kota Bau-
Bau dengan waktu tempuh ±12 jam. Dari Kota Bau-Bau menuju kabupaten Buton
tengah menggunakan jalur laut yang ditempuh ±10 menit. Dari Buton tengah
ditempuh ±2 jam. Dan dari Dongkala menggunakan jalur transportasi menuju kantor
memiliki luas 62,42 km2 atau 1,21 % dari luas wilayah Kabupaten kabaena selatan
(Gambar 1.1).
5
Gambar 1.1 Peta tunjuk lokasi penelitian pada PT Tekonindo.
ciri fisik dan hasil pengamatan lapangan terdiri dari 3 (tiga) satuan morfologi yaitu
Batuan yang terdapat di daerah ini terdiri dari ultrabasa yang umumnya terdiri
berbutir sedang sampai kasar, terdiri dari mineral piroksen dan olivin. Di bawah
penyusunnya: olivine 67%, piroksen (30%) dan mineral opak (3%). Harzburgit ini
terdapat pada seluruh daerah perbukitan yang berada di daerah ini, diperkirakan
berumur Kapur Awal (Simanjuntak, 1994) dan merupakan batuan yang tertua dan
6
Pada daerah ini terdapat sebaran batu apungan (boulder) khromit, terlihat
terselimuti oleh kuarsa. Dari pengamatan di lapangan batuan ini dipengaruhi oleh
struktur patahan geser menganan (dextral). Batuan lainnya yang terdapat di daerah
Pongkalaero berupa endapan aluvial rawa dan sungai yang terdiri dari kerakal, kerikil,
pasir dan lumpur. Batuan ini menempati daerah bagian selatan, tenggara dan barat
bagian selatan daerah Pongkalaero dan menempati daerah pedataran serta pantai,
antara bulan Mei dan Oktober, dimana angin timur yang bertiup dari Australia tidak
musim hujan terjadi antara bulan november dan maret, dimana angin barat yang
bertiup dari benua Asia dan samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga
terjadi musim hujan. Khusus pada bulan april arah angin tidak menentu, demikian pula
curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Penelitian ini
dilakukan di IUP PT Tekonindo tepatnya berada pada blok D dengan luas 17 Ha yang
pada saat ini masih aktif dalam proses penambangan dengan menggunakan metode
open cast mining, blok ini merupakan blok dengan cadangan tertinggi yang ada di IUP
PT Tekonindo.
7
BAB II
LATERIT
Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dimulai dari air permukaan
yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material–material
pelindihan, di mana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini, air tanah yang
kaya akan CO2 kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan
melarutkan mineral–mineral yang tidak stabil seperti olivin, serpentin dan piroksin. Mg,
Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan
ultrabasa (peridotit, dunit, serpentin), di mana pada batuan ini banyak mengandung
mineral olivin, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya banyak
pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh–
nikel dan silika ke dalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan
8
kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan
tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan
silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe,
Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr,
Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral–mineral oxida
atau hidroksida, seperti limonit, hematit, dan goetit (Hasanudin, 1992). Umumnya
endapan nikel terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivin yang
tinggi dan nikel berkadar antara 0,2% - 0,4%. Berikut merupakan gambar proses
Gambar 2.1. Proses Pembentukan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005).
9
1. Batuan Asal
laterit. Batuan asal dari nikel laterit adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada
batuan ultrabasa terdapat unsur nikel (Ni) yang paling banyak di antara batuan
mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan
piroksin.
2. Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah sehingga terjadi proses pemisahan
3. Reagen-Reagen Kimia
Asam-asam pada humus berkaitan erat dengan vegetasi yang ada di daerah
tersebut. Vegetasi akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih
mudah mengalir.
4. Topografi
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
10
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan
hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur ( run off) lebih
kurang intensif.
5. Waktu
endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan
tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang tipis.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling
efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi melewati waktu, ketimbang
6. Struktur
rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan dapat pula berfungsi
vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan
11
2.2 Endapan Nikel Laterit
Endapan Nikel Laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultrabasa
pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai
yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan
nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin
dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion
terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah
Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang
(Ahmad, 2005). Berikut susunan stratigrafi yang terdapat dalam endapan nikel laterit
dan dideskripsikan dari bawah ke atas yang merupakan urutan aktual dapat dilihat
12
A. Bedrock
Terletak di bagian paling bawah dari profil laterit, zona batuan dasar menandai
batuan ultrabasa asli yang belum terpengaruh oleh proses pelapukan tropis. Komposisi
kimia dari batuan ini adalah komposisi asli atuan asal (protolith). Lipatan dan rekahan
masih dalam kondisi baru dan belum membuka secara signifikan karena tekanan
hidrostatik dari material atasnya. Serta, air tanah meresap telah kehilangan hampir
semua keasamannya pada saat mencapai zona batuan dasar dan dengan demikian
B. Zona saprolit
Terletak di atas batuan dasar, zona saprolit terdiri dari batu-batu yang sebagian
telah benar-benar terurai di bawah pengaruh pelapukan tropis. Proses pelapukan mulai
boluder dalam zona saprolit. Dalam batuan dasar yang relatif sangat terserpentinisasi,
batas zona saprolit tidak terbatas hanya untuk rekahan dan lipatan saja, tetapi secara
aktif berlanjut ke seluruh massa batuan yang memungkinkan terjadinya akses air
tanah.
Magnesia larut, silika dan alkali terpindahkan dengan cepat meninggalkan konsentrasi
sisa seskuioksida besi, alumina, krom dan mangan. Nikel di zona saprolit sebagian
tersisa tapi kebanyakan dari pengayaan sekunder. Air tanah yang asam melarutkan
nikel di bagian atas profil laterit dan menyimpannya di zona saprolit di mana
peningkatan mendadak dalam alkalinitas air (karena kerusakan olivin dan pelepasan
magnesium) membuat nikel terlarut. Zona saprolit juga menjadi tempat untuk urat
garnierite dan deposisi silika bebas sebagai urat atau boxwork. Bagian bawah dari zona
saprolit secara bertahap menjadi kekurangan pengayaan nikel sekunder dan bukan
13
C. Zona limonit
Terletak di atas profil laterit, zona limonit merupakan produk akhir dari
pelapukan tropis batuan ultrabasa dan konsentrasi residu unsur non-mobile. Pencucian
lengkap dari komponen larut telah meninggalkan materi yang lemah dan menyebabkan
hilangnya mineral utamanya. Zona limonit terbagi beberapa tingkat, Bagian paling atas
dari zona terkena efek oksidasi dari udara dan membawa beberapa hematit, terutama
di medan flattish dimana kondisi rawa juga menyebabkan solusi dan pengendapan
kembali besi sebagai iron cap. Iron cap merupakan bahan konstruksi jalan yang sangat
baik karena kadar air yang lebih rendah. Di bawah zona hematit, besi sebagian besar
dalam bentuk goetit dan limonit, baik hidroksida besi dengan jumlah yang signifikan.
Sementara seskuioksida besi, aluminium dan krom lebih atau kurang merata dalam
zona limonit, mangan dan kobalt dilarutkan dan diendapkan ke bagian bawah zona
limonit.
Secara mineralogi Nikel Laterit dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu (Brand et
al, 1998):
Pada endapan tipe Hydrous Silicate bagian bawah zona saprolit (horizon bijih)
didominasi oleh mineral-mineral hydrous Mg-Ni silikat (Gambar 2.3) setempat pada
zona saprolit, urat-urat halus atau box-work dapat terbentuk. Rekahan dan batas-
batas antar butir dapat terisi oleh mineral silikat dan mineral yang kaya dengan nikel.
Sebagai contoh garnerit dapat memiliki kandungan nikel sampai dengan 40%.
14
Gambar 2.3. Profil Nikel Tipe Hydrous Silicate (Freyssnet et al, 2005).
Silika (Si) dari profil laterit, hanya sebagian yang terlindikan oleh air tanah.
Silika yang tersisa bersama-sama dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mieral lempung
seperti Ni-rich nontronite pada bagian tegah sampai dengan bagian atas zona saproli.
Serpentin yang kaya dengan nikel juga bisa digantikan (teraltrasi) oleh smektit pada
bagian yang kontak dengan air tanah sehingga larutan-larutan yang terbentuk
menjadi jenuh dengan mineral-mineral lempung ini (gambar 2.4). Secara umum,
kadar nikel rata-rata pada tipe endapan ini lebih rendah dibandingkan dengan tipe
Hydrous Silicate.
15
Gambar 2.4. Profil Nikel Tipe Clay Silicate (Freyssnet et al, 2005).
Oxide deposit dikenal juga dengan nama endapan limonit, dimana nikel
juga kaya dengan oksida Mn yang kaya dengan Co (gambar 2.5) Kadar Ni rata-rata
pada tipe endapan ini lebih rendah 1.0-1.6%, sehingga memiliki nilai ekonomis yang
kurang baik. Pada endapan tipe oxide deposit posisi muka air tanah awal relatif
dangkal dan drainasenya tidak terhambat (infiltrasi air lancar) sehingga Ni lebih
Gambar 2.5. Profil Nikel Tipe Oxide Deposits (Freyssnet et al, 2005).
16
Perbedaan endapan nikel laterit memiliki beberapa parameter yang dapat dilihat
Tabel 2.1 Parameter Perbedaan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005).
Si bersama dengan
lempung
biasanya terdapat di lapisan saprolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan
silicate Ni, didominasi oleh lempung smektit (seperti nontronit), biasanya terdapat di
bagian atas saprolit atau pedolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan
Murrin (Australia Barat) memiliki sumberdaya Ni sebesar 334 Mt dan cadangan 145 Mt,
17
kadar Ni rata-rata 1,07% pada zona lempung (Elias, 2006; Marsh & Anderson, 2011).
Endapan Ni laterit tipe clay yang berada di Murrin Murrin terdiri atas lima zona yaitu:
unweathered country rock pada bagian dasar, saprolit, smektit, limonit (lebih dikenal
dengan istilah ferruginous zone), dan colluvium pada bagian atas (Wells & Butt, 2006;
lapisan di antara pedolit dan saprolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan
Ni laterit di Moa Bay, Cuba adalah contoh dari tipe endapan oksida (Gleeson, et al.,
2003). Endapan ini memiliki kadar Ni sebesar 1,27% (Freyssinet, et al., 2005).
Endapan tipe oksida ini terbentuk dari proses pelapukan dari batuan peridotit
(Roqué-Rosell, et al., 2010). Profil endapan Ni laterit di Moa Bay terdiri dari ferricrete
cap berada di atas lapisan limonite yang mengandung goetit, maghemit, hematit, dan
gibsit, serta Mn-Ni-Co oxyhydoxides. Lapisan limonit berada di atas lapisan saprolit
yang terdiri dari lizardit, goethit, magnetit, maghemit, kromit, dan hydrous Mg-silicates.
Lapisan paling bawah adalah protolit yang merupakan peridotit terserpentinisasi dan
yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan
18
keyakinan geologinya, dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu tereka, tertunjuk dan
pengambilan conto yang terbatas. Bukti geologi tersebut memadai untuk menunjukkan
terjadian mineral dapat diidentifikasi, dan pengukuran serta percontoan terbatas telah
diselesaikan, dimana data yang diperoleh belum cukup untuk melakukan interpretasi
untuk perencanaan rinci. Oleh karenanya, tidak ada hubungan langsung dari
Sumberdaya Tereka dengan salah satu kategori pada Cadangan Mineral. Kehati-hatian
harus diterapkan jika kategori ini akan dipertimbangkan dalam studi keteknikan dan
keekonomian.
19
2. Sumberdaya mineral tertunjuk
mana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, dan karakteristik fisiknya
tambang dan evaluasi kelayakan ekonomi cebakan tersebut. Bukti geologi didapatkan
dari eksplorasi, pengambilan conto dan pengujian yang cukup detail dan andal, dan
memadai untuk mengasumsikan kemenerusan geologi dan kadar atau kualitas diantara
hanya dapat dikonversi ke cadangan mineral terkira, tetapi memiliki tingkat keyakinan
sifat alamiah, kualitas, jumlah dan distribusi datanya memungkinkan interpretasi yang
kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, karakteristik fisiknya dapat diestimasi
faktor pengubah untuk mendukung perencanaan tambang detail dan evaluasi akhir
dari kelayakan ekonomi cebakan tersebut. Bukti geologi didapatkan dari eksplorasi,
pengambilan conto dan pengujian yang detail dan andal, dan memadai untuk
20
pengamatan. Sumberdaya mineral terukur memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi
evaluasi kelayakan ekonomi yang memiliki tingkat kepastian lebih tinggi dibandingkan
dengan evaluasi yang berdasarkan atas sumberdaya Mineral Tertunjuk. (KCMI, 2017).
Hubungan umum antara hasil ekplorasi sumberdaya dan cadangan dapat dilihat pada
gambar 2.6.
Gambar 2.6 Hubungan umum antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan
cadangan mineral (KCMI, 2017).
21
2.5 Metode Estimasi Sumberdaya
endapan, metode eksplorasi, keakuratan data dan nilai koefisien variasi, manfaat serta
digunakan berbagai metode seperti metode poligon, metode inverse distance weighting
adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linear atau harga rata-
rata pembobotan (weighting average) dari titik-titik data yang ada disekitarnya. Suatu
cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok merupakan suatu kombinasi linear
atau harga rata-rata pembobotan (weighting average) dari data lubang bor di sekitar
blok tersebut. Nilai data-data hasil taksiran tersebut merupakan nilai rata-rata
pembobotan (weighting average) dari data sampel yang telah ada (Bankes et al.,
2003).
Pada tahun 1950, peneliti pertambangan bernama Daniel Gerhardus (DG) Krige,
menginterpolasi suatu kandungan bijih emas berdasarkan data sampel. Dari sini kriging
meminimalkan variansi dari hasil estimasi. Kriging menghasilkan best linear unbiased
estimation (BLUE) dari variabel yang ingin diketahui nilainya. Hasil prediksi kriging lebih
akurat daripada metode regresi. Sebab, metode ini mampu membaca error yang
22
berkorelasi, sehingga dapat diketahui nilai kedekatannya (Kleijnen and Van Beers,
2004).
Metode poligon disebut juga metode daerah pengaruh (area of influence). Pada
metode ini semua faktor ditentukan untuk suatu titik tertentu pada endapan mineral,
diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik di sekitarnya yang membentuk suatu
daerah pengaruh (gambar 2.7). Batas daerah pengaruh terluar dari poligon ini bisa
hanya sampai pada titik-titik bor terluar saja (included area), atau diekstensikan
1. Setiap lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh
mempunyai kadar dan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan
23
3. Sumberdaya endapan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase tiap
tonase.
Metode poligon extended area pada dasarnya sama dengan metode poligon
diatas namun poligonnya berbentuk segiempat dengan titik bor terdapat ditengah
poligon. Perhitungan volume diextensikan ke luas poligon pada titik bor yang
bersangkutan.
24