D111171311 - Skripsi - 24-12-2021 Bab 1-2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 37

SKRIPSI

ESTIMASI SUMBERDAYA TERUKUR ENDAPAN NIKEL LATERIT


DENGAN METODE POLIGON EXTENDED AREA
BERDASARKAN PENGARUH KEMIRINGAN
LERENG TOPOGRAFI
(STUDI KASUS: BLOK D PT TEKONINDO, SITE PONGKALAERO)

Disusun dan diajukan oleh

WINDI

D111171311

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
ABSTRAK

Nikel laterit merupakan material yang berasal dari regolith (lapisan yang
merupakan hasil pelapukan batuan yang menyelimuti suatu batuan dasar) yang berasal
dari batuan beku ultrabasa yang mengandung unsur Ni, Mg, Fe dan Co. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pengendapan ini yaitu keberadaan kemiringan lereng
Kemiringan lereng diketahui untuk menentukan presentase keberadaan endapan nikel
laterit sebagai salah satu perencanaan dan pengembangan eksplorasi dan eksploitasi
dalam rangka meningkatkan hasil produksi penambangan. PT Tekonindo merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel di Indonesia yang
terletak di Desa Pongkalaero, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah
satu masalah yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Tekonindo
adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang bervariasi sehingga akan sangat
mempengaruhi kualitas bijih yang diproduksi. Salah satu metode estimasi yang dapat
diterapkan adalah metode Poligon, Penelitian ini bertujuan untuk estimasi sumberdaya
terukur endapan nikel laterit menggunakan metode poligon extended area berdasarkan
pengaruh kemiringan lereng khususnya pada zona saprolit yang merupakan zona bijih
nikel laterit. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya terukur pada zona bijih saprolit di
blok D, terdapat 3 kemiringan lereng yang berbeda yaitu kemiringan lereng 0˚- 7˚, 8˚-
14˚ dan 15˚-27˚. Pada kemiringan lereng 0˚-7˚didapatkan hasil 70,48 ton, pada
kemiringan 8˚-14˚ didapatkan hasil 68,24 ton dan pada kemiringan 15˚-27 didapatkan
hasil 13,88 ton.

Kata kunci: Endapan nikel laterit, Estimasi sumberdaya terukur, poligon Extended
area, kemiringan lereng, bijih saprolit
ABSTRACT

Nickel laterite is a material derived from regolith (a layer that is the result of
weathering of rocks that surrounds a bedrock) derived from ultramafic igneous rocks
containing elements of Ni, Mg, Fe and Co. One of the factors that influence this
deposition is the presence of the slope. The slope is known to determine the
percentage of the presence of laterite nickel deposits as one of the planning and
development of exploration and exploitation in order to increase mining production. PT
Tekonindo is a company engaged in nickel mining in Indonesia, which is located in
Pongkalaero Village, Bombana Regency, Southeast Sulawesi Province. One of the
problems experienced in the laterite nickel mining process at PT Tekonindo is the
varying ore grades in laterite nickel deposits that will greatly affect the quality of the
ore produced. One of the estimation methods that can be applied is the Polygon
method. This study aims to estimate the measured resources of laterite nickel deposits
using the extended area polygon method based on the influence of slopes, especially in
the saprolite zone which is a laterite nickel ore zone. Based on the results of the
estimated measured resources in the saprolite ore zone in block D, there are 3
different slopes, namely 0˚-7, 8˚-14˚ and 15˚-27˚ slopes. On a slope of 0˚-7˚ the
yield is 70.48 tons, on a slope of 8˚-14˚ the yield is 68.24 tons and on a slope of 15˚-
27 the yield is 13.88 tons.

Keywords: Laterite nickel deposit, Estimation of measured resources, Extended area


polygon, slope, saprolite ore
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahanirrahim,

Assalamualaikum warahmataullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua untuk terus menuntut ilmu sebagai bentuk

ketaatan kepada sang pemilik ilmu pengetahuan. Shalawat serta salam atas junjungan

kita Rasulullah Muhammad SAW, manusia terbaik yang senantiasa ruku’ dan sujud

kepada Allah SWT dalam rangka menegakkan panji-panji kebenaran di muka bumi ini.

Skripsi dengan judul “Estimasi sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan

metode poligon extended area berdasarkan pengaruh kemiringan lereng topografi“

(Studi kasus: Blok D PT Tekonindo Site Pongkalero) akhirnya dapat diselesaikan

dengan baik melalui dinamika yang mendalam dilalui dalam proses penyusunan skripsi

ini.

Penyusunan skripsi tidak akan berlangsung tanpa ada bantuan dari orang-orang

hebat yang telah memfasilitasi penulis untuk menyusun skripsi ini mulai dari tahap

pengolahan data di perusahaan sampai selesai. Olehnya itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada pihak PT Tekonindo, khususnya kepada Bapak Ir. Rahmat Muallim

ST selaku Kepala teknik tambang yang senantiasa memberikan ilmu dan arahan, Bapak

Muhammad Yasirullah, ST selaku geologis dan pembimbing selama berada di lokasi

penelitian yang telah memfasilitasi penulis sehingga dapat melakukan kegiatan Skripsi

di divisi eksplorasi, dan semua karyawan PT Tekonindo yang juga memberikan fasilitas

kepada penulis pada saat kegiatan tugas akhir di PT Tekonindo.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Eng. Purwanto, S.T.,

M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin beserta seluruh dosen dan staf, khususnya kepada Kepala Laboratorium
Eksplorasi Mineral Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. Terima kasih pula penulis sampaikan

kepada Bapak Asran Ilyas, ST.,MT.,Ph.D. selaku Pembimbing Utama dan Bapak Dr.

Phil.nat.Sri Widodo, ST.,MT. selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberikan ilmu yang bermanfaat dan

motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Ibu Andi Arumansawang,

ST.,M.Sc. dan Ibu Dr. Aryanti Virtanti Anas ST.,MT selaku dosen penguji pada seminar

tugas akhir.

Terima kasih yang tiada henti kepada Bapak Deli dan Ibu Sudiana atas segala

doa yang telah dipanjatkan, ridho yang senantiasa diberikan serta rasa cinta yang tiada

henti diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima

kasih pula penulis haturkan kepada Adik Wanda dan Adik Wilyam atas segala bantuan,

semangat dan doa yang tulus yang diberikan kepada penulis.

Perjalanan panjang penulis dalam dunia perkuliahan hingga penyusunan skripsi

tidak lepas dari bantuan, semangat, diskusi yang bermanfaat di Teknik Pertambangan

Universitas Hasanuddin Angkatan 2017 (Continuity 2017) dan Naruto, serta kedua

sahabat saya yang senantiasa menemani selama masa perkuliahan yaitu Nanda

Syafriana Syaifullah dan Hastri Allo, tetap genggam erat tali persaudaraan kawan-

kawan, terima kasih saudara-saudaraku. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada

organisasi tercinta Persatuan Mahasiswa Tambang Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin (PERMATA FT-UH), Organisas Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin (OKFT-UH), Mahasiswa Pencinta Alam 09 (MAPALA 09) Taekwondo Teknik

(Taekwondo 09) dan teman-teman tercinta pengurus SMFT-UH Periode 2021 dan

Teman seteknik 2017 tempat menempa diri, mengembangkan softskill, tetap dalam

koridor pergerakan keilmuan dan kebenaran yang memberikan manfaat kepada

seluruh anggotanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

permohonan maaf atas semua kekurangan yang dijumpai dalam proses penyusunan

skripsi ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ ivi

ABSTRACT ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

1.5 Tahapan Penelitian .................................................................................. 4

1.6 Lokasi Penelitian...................................................................................... 5

BAB II ESTIMASI SUMBERDAYA TERUKUR ENDAPAN NIKEL LATERIT ........................ 8

2.1 Pembentukan Nikel Laterit ........................................................................ 8

2.2 Endapan Nikel Laterit ............................................................................. 12

2.3 Klasifikasi Endapan Nikel Laterit .............................................................. 14

2.4 Estimasi Sumberdaya Endapan Nikel Laterit ............................................. 18


2.5 Metode Estimasi Sumberdaya ................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 25

3.1 Sumber Data......................................................................................... 25

3.2 Pengolahan Data ................................................................................... 26

3.3 Bagan Alir Penelitian .............................................................................. 33

BAB IV ESTIMASI SUMBERDAYA TERUKUR ENDAPAN NIKEL LATERIT ..................... 34

4.1. Perhitungan Tonase Sumberdaya ............................................................ 34

4.2. Menghitung Kadar Rata-Rata Komposit Ni pada Zona Bijih (zona saprolit) .. 35

4.3. Hasil Perhitungan Sumberdaya ............................................................... 37

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 38

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 40

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Lokasi IUP PT Tekonindo .......................................................................... 6

2.1 Pembentukan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005) ............................... 9

2.2 Profil Endapan Nikel Laterit (Ahmad, 2005) .................................................... 13

2.3 Profil Nikel Tipe Hydrous Silicate (Freyssnet et al, 2005) ................................... 15

2.4 Profil Nikel Tipe Clay Silicate (Freyssnet et al, 2005) ......................................... 16

2.5 Profil Nikel Tipe Oxide Deposits (Freyssnet et al, 2005)..................................... 16

2.6 Hubungan umum antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan

mineral (KCMI, 2017) .................................................................................. 21

2.7 Metode Estimasi Sumberdaya (Hartman, 1992) ............................................... 23

3.1 Memasukkan Data Shp. ................................................................................. 27

3.2 Data kontur. ................................................................................................. 27

3.3 Bentuk Peta Topografi. .................................................................................. 28

3.4 Tampilan Kelas-Kelas Kemiringan ................................................................... 28

3.5 Peta Kemiringan Lereng Topografi .................................................................. 29

3.6 Pembagian Kelas-Kelas Kemiringan ................................................................ 29

3.7 Peta Kelas Kemiringan. .................................................................................. 30

3.8 Pembagian Blok-blok Titik Bor pada Peta Topografi .......................................... 30

3.10 Bagan alir Penelitian .................................................................................... 33

4.1 Bijih Saprolit ................................................................................................. 36


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter Perbedaan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005). ................. 17

3.1 Data Collar ................................................................................................... 25

4.1 Hasil Perhitungaan Sumberdaya Terukur ......................................................... 36


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A Peta Sebaran Titik Bor ..................................................................... 44

LAMPIRAN B Peta Kemiringan Lereng Topografi .................................................... 46

LAMPIRAN C Data Collar ..................................................................................... 48

LAMPIRAN D Data Assay ..................................................................................... 52

LAMPIRAN E Data Survey .................................................................................... 54

LAMPIRAN F Data Lithology ................................................................................. 58

LAMPIRAN G Perhitungan Tonase Sumberdaya...................................................... 60

LAMPIRAN H Perhitungan Rata-rata Komposit ....................................................... 63

LAMPIRAN I Hasil Perhitungan Sumberdaya Terukur .............................................. 65


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar kedua dunia setelah

Rusia yang memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia pada

tahun 2010 (Fitiran, dkk, 2011). Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later”

yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh Buchanan Hamilton (1807).

Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan dari batuan induk dari jenis

ultrabasa (Ningsih, 2012) Menurut Santos-Ynigo and Esguerra (1961), kandungan nikel

laterit yang paling tinggi banyak ditemukan pada batuan dunit, peridotit dan

serpentinit, sedangkan kandungan nikel laterit yang rendah banyak terdapat pada

batuan pyroxenite dan konglomerat.

Saat ini industri pertambangan dihadapkan pada suatu problematika dimana

cadangan tambangnya semakin menipis bahkan habis dan mengakibatkan perusahaan

harus menghentikan kegiatan penambangan pada suatu daerah. Sumber daya mineral

yang memiliki sifat khusus yaitu non reneable resources yang artinya apabila bahan

galian tersebut tidak akan terbaharui kembali atau dengan kata lain industri

pertambangan adalah industri besar tanpa daur (Mustajam, 2012).

Berdasarkan karakteristik geologi dan tatanan tektoniknya, terbentuk beberapa

lokasi endapan nikel laterit yang potensial untuk ditambang, terutama di daerah

Indonesia bagian timur. Endapan nikel laterit merupakan produk residual pelapukan

kimia pada batuan ultramafic. Nikel laterit umumnya terdapat pada daerah dengan

iklim tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi,

drainase, tenaga tektonik, batuan induk dan struktur geologi (Elias, 2002).

1
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengendapan ini yaitu keberadaan

kemiringan lereng. Menurut Syafrizal, 2009 bahwa semakin tinggi derajat kemiringan

lereng maka semakin kecil distribusi endapan nikel laterit dalam proses

pengendapanya, sebaliknya semakin rendah derajat kemiringan lereng maka semakin

tinggi derajat presentase distribusi endapan nikel laterit. Kemiringan lereng sangat

penting untuk diketahui untuk menentukan presentase keberadaan endapan nikel

laterit sebagai salah satu perencanaan dan pengembangan eksplorasi dan eksploitasi

dalam rangka meningkatkan hasil produksi penambangan.

Dalam penambangan nikel laterit, diperlukan estimasi untuk dapat menghitung

sumberdaya sebelum proses penambangan berlangsung. Estimasi sumberdaya

berperan penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan sebab

dari hasil estimasi yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya di

lapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai

penanaman modal dalam usaha penambangan. Salah satu metode estimasi yang dapat

diterapkan adalah metode Poligon.

Salah satu daerah di pulau Kabaena yang memiliki potensi sumberdaya alam

berupa endapan nikel laterit yaitu pada daerah Pongkalaero, yang merupakan hasil

penyelidikan umum yang dilakukan oleh PT Tekonindo. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka penulis sangat tertarik untuk mempelajari estimasi sumberdaya terukur

endapan nikel laterit di lokasi penambangan PT Tekonindo khususnya pada zona

saprolit yang merupakan zona bijih nikel laterit, sehingga penelitian ini dilaksanakan

dengan mengangkat judul “Estimasi sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan

metode extended area berdasarkan pengaruh kemiringan lereng topografi”.

2
1.2 Rumusan Masalah

Estimasi sumberdaya merupakan hal yang sangat vital dilakukan sebelum

dilakukannya aktivitas penambangan, karena dari hasil estimasi inilah yang akan di

evaluasi untuk menentukan ke proses selanjutnya yaitu perhitungan cadangan.

Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukanlah penelitian estimasi sumberdaya terukur

nikel laterit menggunakan metode poligon extended area pada zona bijih saprolit

sehingga dapat diketahui tonase sumberdaya terukur nikel laterit dengan

mempertimbangan pengaruh kemiringan lereng topografi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tonase sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan metode

poligon extended area pada zona bijih saprolit berdasarkan pengaruh

kemiringan lereng topografi pada PT Tekonindo.

2. Mengetahui keuntungan menggunakan metode poligon dalam proses

pengolahan data sehingga dapat menguntungkan dalam penelitian ke

depannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitiaan ini, yaitu:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan kepada perusahaan dalam memilih metode yang

digunakan dalam mengestimasi sumberdaya terukur pada PT Tekonindo.

2. Bagi kalangan akademik

3
Bahan pembelajaran/referensi dalam menambah wawasan mengenai metode

estimasi sumberdaya terukur endapan nikel laterit dengan menggunakan

metode poligon extended area.

1.5 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir adalah

sebagai berikut:

1. Tahap studi literatur

Studi literatur merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan dan pengkajian

berbagai teori dan referensi mengenai topik penelitian yang dapat mendukung

jalannya penelitian. Kajian ini ditinjau melalui buku, jurnal penelitian, atrikel

ataupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

2. Tahap perumusan masalah

Perumusan masalah dilakukan untuk menentukan masalah yang diteliti dan

menjadi batasan dalam melakukan penelitian.

3. Tahap oreintasi lapangan dan pengambilan data

Orientasi lapangan dilakukan di daerah PT Tekonindo. Pengambilan data

dilakukan dengan mengambil beberapa data seperti assay, collar, survey dan

geologi. Data ini merupakan data sekunder.

4. Tahap pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari hasil pengambilan data kemudian dianalisis

untuk mengestimasi sumberdaya mineral daerah penelitian. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel dan ArcGIS 10.3

5. Tahap penyusunan laporan tugas akhir

Penyusunan laporan tugas akhir merupakan kegiatan pengumpulan

keseluruhan data yang didapatkan dan disusun dalam bentuk laporan akhir.

4
6. Tahap seminar dan penyerahan laporan tugas akhir

Laporan hasil penelitian akan dipersentasikan dalam seminar hasil. Koreksi dan

saran pada saat seminar akan digunakan untuk merevisi kembali laporan yang

telah diseminarkan.

1.6 Lokasi Penelitian

PT Tekonindo secara administrasi berada di Desa Pongkalaero, Kecamatan

Kabaena Selatan, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Perjalanan dari

Kota Makassar menuju daerah ini dapat ditempuh melalui jalur laut menuju Kota Bau-

Bau dengan waktu tempuh ±12 jam. Dari Kota Bau-Bau menuju kabupaten Buton

tengah menggunakan jalur laut yang ditempuh ±10 menit. Dari Buton tengah

melakukan perjalanan laut menunju ke Dongkala Kecamatan Kabaena timur yang

ditempuh ±2 jam. Dan dari Dongkala menggunakan jalur transportasi menuju kantor

PT Tekonindo sekitar ±6 jam dan memiliki medan yang cukup berat.

Daerah penyenelitian terletak di Kecamatan kabaena selatan Kepulauan yang

memiliki luas 62,42 km2 atau 1,21 % dari luas wilayah Kabupaten kabaena selatan

(Gambar 1.1).

5
Gambar 1.1 Peta tunjuk lokasi penelitian pada PT Tekonindo.

Daerah Pongkalaero secara administrasi termasuk dalam Desa Pongkalaero,

Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Morfologi daerah Pongkalaero berdasarkan

ciri fisik dan hasil pengamatan lapangan terdiri dari 3 (tiga) satuan morfologi yaitu

satuan morfologi perbukitan terjal, perbukitan sedang dan pedataran.

Batuan yang terdapat di daerah ini terdiri dari ultrabasa yang umumnya terdiri

dari harzburgit, serpentinit. Secara megaskopis terlihat berwarna abu-abu kehijauan,

berbutir sedang sampai kasar, terdiri dari mineral piroksen dan olivin. Di bawah

mikroskop batuan harzburgit ini memperlihatkan tekstur holokristalin, berbutir halus

hingga berukuran 4mm, berbentuk anhedral umumnya retak-retak, mineral

penyusunnya: olivine 67%, piroksen (30%) dan mineral opak (3%). Harzburgit ini

terdapat pada seluruh daerah perbukitan yang berada di daerah ini, diperkirakan

berumur Kapur Awal (Simanjuntak, 1994) dan merupakan batuan yang tertua dan

merupakan alas di Mendala Sulawesi Timur.

6
Pada daerah ini terdapat sebaran batu apungan (boulder) khromit, terlihat

boulder khromit dengan diameter 10 cm hingga 100 cm berwarna hitam pejal

berbentuk menyudut, kadang-kadang dijumpai boulder fragmen khromit yang

terselimuti oleh kuarsa. Dari pengamatan di lapangan batuan ini dipengaruhi oleh

struktur patahan geser menganan (dextral). Batuan lainnya yang terdapat di daerah

Pongkalaero berupa endapan aluvial rawa dan sungai yang terdiri dari kerakal, kerikil,

pasir dan lumpur. Batuan ini menempati daerah bagian selatan, tenggara dan barat

bagian selatan daerah Pongkalaero dan menempati daerah pedataran serta pantai,

diperkirakan berumur Holosen (Simanjuntak, 1994).

Struktur yang ditemukan di daerah Pongkalaero berupa kekar-kekar dan

patahan mendatar menganan (dextral) yang berarah baratdaya–timurlaut tersingkap di

S. Uwauwo. Secara umum sesar yang berkembang di daerah ujipetik Pongkalaero

mempunyai arah timurlaut–baratdaya dan utara – selatan. Musim Kemarau terjadi

antara bulan Mei dan Oktober, dimana angin timur yang bertiup dari Australia tidak

banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya

musim hujan terjadi antara bulan november dan maret, dimana angin barat yang

bertiup dari benua Asia dan samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga

terjadi musim hujan. Khusus pada bulan april arah angin tidak menentu, demikian pula

curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Penelitian ini

dilakukan di IUP PT Tekonindo tepatnya berada pada blok D dengan luas 17 Ha yang

pada saat ini masih aktif dalam proses penambangan dengan menggunakan metode

open cast mining, blok ini merupakan blok dengan cadangan tertinggi yang ada di IUP

PT Tekonindo.

7
BAB II

ESTIMASI SUMBERDAYA TERUKUR ENDAPAN NIKEL

LATERIT

2.1 Pembentukan Nikel Laterit

Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dimulai dari air permukaan

yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material–material

organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona

pelindihan, di mana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini, air tanah yang

kaya akan CO2 kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan

melarutkan mineral–mineral yang tidak stabil seperti olivin, serpentin dan piroksin. Mg,

Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan

mineral–mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanuddin, 1992).

Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan

ultrabasa (peridotit, dunit, serpentin), di mana pada batuan ini banyak mengandung

mineral olivin, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya banyak

mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh

pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh–

tumbuhan akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi,

nikel dan silika ke dalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari

partikel–partikel silika yang submikroskopis. Di dalam larutan besi akan bersenyawa

dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan

menghilangkan air dengan membentuk mineral–mineral karat, yaitu hematit dan

8
kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan

tanah.

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan

silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta

membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe,

Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979, dalam Nushantara, 2002).

Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr,

Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral–mineral oxida

atau hidroksida, seperti limonit, hematit, dan goetit (Hasanudin, 1992). Umumnya

endapan nikel terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivin yang

tinggi dan nikel berkadar antara 0,2% - 0,4%. Berikut merupakan gambar proses

pembentukan nikel laterit yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005).

Pembentukan bijih nikel laterit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun

faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan nikel laterit (Ahmad, 2005) adalah:

9
1. Batuan Asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama terbentuknya endapan nikel

laterit. Batuan asal dari nikel laterit adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada

batuan ultrabasa terdapat unsur nikel (Ni) yang paling banyak di antara batuan

lainnya. Batuan ultrabasa mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan

memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel serta mempunyai

mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan

piroksin.

2. Iklim

Pergantian musim kemarau dan musim penghujan menyebabkan terjadinya

kenaikan dan penurunan permukaan air tanah sehingga terjadi proses pemisahan

dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar membantu

terjadinya pelapukan mekanis, di mana terjadi rekahan-rekahan dalam batuan

yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

3. Reagen-Reagen Kimia

Reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang

membantu dalam mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung

CO2 memegang peranan penting di dalam proses pelapukan kimia. Asam-asam

pada humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat mengubah pH larutan.

Asam-asam pada humus berkaitan erat dengan vegetasi yang ada di daerah

tersebut. Vegetasi akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih

mudah mengalir.

4. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air beserta

reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-

lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih

10
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan

umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang,

hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada

daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur ( run off) lebih

banyak daripada air yang meresap sehingga dapat menyebabkan pelapukan

kurang intensif.

5. Waktu

Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelapukan,

transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya

endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan

tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang tipis.

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif

karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling

berhubungan dan karakteristik profil di satu tempat dapat digambarkan sebagai

efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi melewati waktu, ketimbang

didominasi oleh satu faktor saja.

6. Struktur

Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalah

rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan

mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan

terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan dapat pula berfungsi

sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung nikel (Ni) sebagai

vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan

permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan

adanya rekahan-rekahan tersebut akan memudahkan masuknya air dan proses

pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.

11
2.2 Endapan Nikel Laterit

Endapan Nikel Laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultrabasa

pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai

dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan

yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan

nikel laterit. Menurut Vinogradov, batuan ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan

nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin

dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya

substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion

yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang

terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah

batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit.

Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang

bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk

(Ahmad, 2005). Berikut susunan stratigrafi yang terdapat dalam endapan nikel laterit

dan dideskripsikan dari bawah ke atas yang merupakan urutan aktual dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Profil Endapan Laterit (Ahmad, 2005)

12
A. Bedrock

Terletak di bagian paling bawah dari profil laterit, zona batuan dasar menandai

batuan ultrabasa asli yang belum terpengaruh oleh proses pelapukan tropis. Komposisi

kimia dari batuan ini adalah komposisi asli atuan asal (protolith). Lipatan dan rekahan

masih dalam kondisi baru dan belum membuka secara signifikan karena tekanan

hidrostatik dari material atasnya. Serta, air tanah meresap telah kehilangan hampir

semua keasamannya pada saat mencapai zona batuan dasar dan dengan demikian

tidak mampu masuk ke komponen mineral ke tingkat yang signifikan.

B. Zona saprolit

Terletak di atas batuan dasar, zona saprolit terdiri dari batu-batu yang sebagian

telah benar-benar terurai di bawah pengaruh pelapukan tropis. Proses pelapukan mulai

sepanjang permukaan lipatan dan rekah mengakibatkan pembentukan bongkah atau

boluder dalam zona saprolit. Dalam batuan dasar yang relatif sangat terserpentinisasi,

batas zona saprolit tidak terbatas hanya untuk rekahan dan lipatan saja, tetapi secara

aktif berlanjut ke seluruh massa batuan yang memungkinkan terjadinya akses air

tanah.

Dalam zona saprolit, pelapukan batu-batu semakin meningkat ke arah atas.

Magnesia larut, silika dan alkali terpindahkan dengan cepat meninggalkan konsentrasi

sisa seskuioksida besi, alumina, krom dan mangan. Nikel di zona saprolit sebagian

tersisa tapi kebanyakan dari pengayaan sekunder. Air tanah yang asam melarutkan

nikel di bagian atas profil laterit dan menyimpannya di zona saprolit di mana

peningkatan mendadak dalam alkalinitas air (karena kerusakan olivin dan pelepasan

magnesium) membuat nikel terlarut. Zona saprolit juga menjadi tempat untuk urat

garnierite dan deposisi silika bebas sebagai urat atau boxwork. Bagian bawah dari zona

saprolit secara bertahap menjadi kekurangan pengayaan nikel sekunder dan bukan

bagian dari badan bijih.

13
C. Zona limonit

Terletak di atas profil laterit, zona limonit merupakan produk akhir dari

pelapukan tropis batuan ultrabasa dan konsentrasi residu unsur non-mobile. Pencucian

lengkap dari komponen larut telah meninggalkan materi yang lemah dan menyebabkan

hilangnya mineral utamanya. Zona limonit terbagi beberapa tingkat, Bagian paling atas

dari zona terkena efek oksidasi dari udara dan membawa beberapa hematit, terutama

di medan flattish dimana kondisi rawa juga menyebabkan solusi dan pengendapan

kembali besi sebagai iron cap. Iron cap merupakan bahan konstruksi jalan yang sangat

baik karena kadar air yang lebih rendah. Di bawah zona hematit, besi sebagian besar

dalam bentuk goetit dan limonit, baik hidroksida besi dengan jumlah yang signifikan.

Sementara seskuioksida besi, aluminium dan krom lebih atau kurang merata dalam

zona limonit, mangan dan kobalt dilarutkan dan diendapkan ke bagian bawah zona

limonit.

2.3 Klasifikasi Endapan Nikel Laterit

Secara mineralogi Nikel Laterit dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu (Brand et

al, 1998):

2.3.1 Hydrous silicate deposits

Pada endapan tipe Hydrous Silicate bagian bawah zona saprolit (horizon bijih)

didominasi oleh mineral-mineral hydrous Mg-Ni silikat (Gambar 2.3) setempat pada

zona saprolit, urat-urat halus atau box-work dapat terbentuk. Rekahan dan batas-

batas antar butir dapat terisi oleh mineral silikat dan mineral yang kaya dengan nikel.

Sebagai contoh garnerit dapat memiliki kandungan nikel sampai dengan 40%.

14
Gambar 2.3. Profil Nikel Tipe Hydrous Silicate (Freyssnet et al, 2005).

2.3.2 Clay silicate deposits

Silika (Si) dari profil laterit, hanya sebagian yang terlindikan oleh air tanah.

Silika yang tersisa bersama-sama dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mieral lempung

seperti Ni-rich nontronite pada bagian tegah sampai dengan bagian atas zona saproli.

Serpentin yang kaya dengan nikel juga bisa digantikan (teraltrasi) oleh smektit pada

bagian yang kontak dengan air tanah sehingga larutan-larutan yang terbentuk

menjadi jenuh dengan mineral-mineral lempung ini (gambar 2.4). Secara umum,

kadar nikel rata-rata pada tipe endapan ini lebih rendah dibandingkan dengan tipe

Hydrous Silicate.

15
Gambar 2.4. Profil Nikel Tipe Clay Silicate (Freyssnet et al, 2005).

2.3.3 Oxide deposits

Oxide deposit dikenal juga dengan nama endapan limonit, dimana nikel

berasosiasi dengan Fe-oxyhidroxide, dengan mineral utama geotit. Kadang-kadang

juga kaya dengan oksida Mn yang kaya dengan Co (gambar 2.5) Kadar Ni rata-rata

pada tipe endapan ini lebih rendah 1.0-1.6%, sehingga memiliki nilai ekonomis yang

kurang baik. Pada endapan tipe oxide deposit posisi muka air tanah awal relatif

dangkal dan drainasenya tidak terhambat (infiltrasi air lancar) sehingga Ni lebih

banyak terakumulasi pada zona limonit sampai saprolit bagian atas.

Gambar 2.5. Profil Nikel Tipe Oxide Deposits (Freyssnet et al, 2005).

16
Perbedaan endapan nikel laterit memiliki beberapa parameter yang dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter Perbedaan Endapan Nikel Laterit (Freyssnet et al, 2005).

Hydrous Silicate Clay Silicate


Parameter Oxide Deposit
Deposit Deposit

Kandungan Ni 1.8- Kandungan Ni 1.0- Kandungan Ni 1.0-


Kadar Ni
2.5 % 1.5% 1.6%

Si bersama dengan

Terdapat Silika box- Fe, Ni, dan Al Mineral utamanya


Mineral
work membentuk mineral Geothite

lempung

Posisi muka air tanah Posisi muka air tanah


Posisi
Posis muka air tanah awal relatif lebih relatif dangkla
Muka air
relatif dalam rendah dan drainase Drainasenya tidak
tanah
terhambat. terhambat

Nikel lebih banyak Lapisan limonit lebih Ni lebih banyak

Akumulasi terakumulasi pada sering terendam ai terakumulasi pada

Ni zona saprolit bagian sehingga terbentuk zona limonit sampai

bawah lapisan lempung saprolit bagian atas.

Endapan Ni silika, didominasi oleh hydrated Mg-Ni silicates (seperti garnierite),

biasanya terdapat di lapisan saprolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan

silicate Ni, didominasi oleh lempung smektit (seperti nontronit), biasanya terdapat di

bagian atas saprolit atau pedolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan

Murrin (Australia Barat) memiliki sumberdaya Ni sebesar 334 Mt dan cadangan 145 Mt,

17
kadar Ni rata-rata 1,07% pada zona lempung (Elias, 2006; Marsh & Anderson, 2011).

Endapan Ni laterit tipe clay yang berada di Murrin Murrin terdiri atas lima zona yaitu:

unweathered country rock pada bagian dasar, saprolit, smektit, limonit (lebih dikenal

dengan istilah ferruginous zone), dan colluvium pada bagian atas (Wells & Butt, 2006;

Marsh & Anderson, 2011).

Endapan oksida, didominasi oleh Fe oxyhydroxides (seperti goetit), membentuk

lapisan di antara pedolit dan saprolit (Golightly, 1981; Gleeson, et al., 2003). Endapan

Ni laterit di Moa Bay, Cuba adalah contoh dari tipe endapan oksida (Gleeson, et al.,

2003). Endapan ini memiliki kadar Ni sebesar 1,27% (Freyssinet, et al., 2005).

Endapan tipe oksida ini terbentuk dari proses pelapukan dari batuan peridotit

(harzburgit) yang terserpentinisasi dan dunit pada sabuk Mayari-Baracoa ofiolit

(Roqué-Rosell, et al., 2010). Profil endapan Ni laterit di Moa Bay terdiri dari ferricrete

cap berada di atas lapisan limonite yang mengandung goetit, maghemit, hematit, dan

gibsit, serta Mn-Ni-Co oxyhydoxides. Lapisan limonit berada di atas lapisan saprolit

yang terdiri dari lizardit, goethit, magnetit, maghemit, kromit, dan hydrous Mg-silicates.

Lapisan paling bawah adalah protolit yang merupakan peridotit terserpentinisasi dan

harzburgit (Roqué-Rosell, et al., 2010; Marsh & Anderson, 2011).

2.4 Estimasi sumberdaya Endapan Nikel Laterit

Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material

yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan

kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya

dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan

kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau

diintepretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik, termasuk

pengambilan contonya. Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat

18
keyakinan geologinya, dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu tereka, tertunjuk dan

terukur (KCMI, 2017).

1. Sumberdaya mineral tereka

Sumberdaya mineral tereka merupakan bagian dari sumberdaya mineral dimana

kuantitas dan kualitas kadarnya diestimasi berdasarkan bukti-bukti geologi dan

pengambilan conto yang terbatas. Bukti geologi tersebut memadai untuk menunjukkan

keterjadiannya tetapi tidak memverifikasi kemenerusan kualitas atau kadar dan

kemenerusan geologinya. Sumberdaya mineral tereka memiliki tingkat keyakinan lebih

rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral tertunjuk dan

tidak dapat dikonversi ke cadangan mineral. Sangat beralasan untuk mengharapkan

bahwa sebagian besar sumberdaya mineral tereka dapat ditingkatkan menjadi

sumberdaya mineral tertunjuk sejalan dengan berlanjutnya eksplorasi.

Kategori Tereka dimaksudkan untuk mencakup situasi di mana konsentrasi dan ke

terjadian mineral dapat diidentifikasi, dan pengukuran serta percontoan terbatas telah

diselesaikan, dimana data yang diperoleh belum cukup untuk melakukan interpretasi

kemenerusan geologi dan/atau kadarnya secara meyakinkan. Pada umumnya,

beralasan untuk mengharapkan bahwa sebagian besar Sumberdaya Mineral Tereka

dapat ditingkatkan menjadi Sumberdaya Tertunjuk sejalan dengan berlanjutnya

eksplorasi. Tetapi, karena ketidakpastian dari Sumberdaya Mineral Tereka, peningkatan

kategori Sumberdaya tidak selalu akan terjadi.

Tingkat keyakinan dalam estimasi Sumberdaya Mineral Tereka biasanya tidak

mencukupi, sehingga parameter keteknikan dan keekonomian tidak dapat digunakan

untuk perencanaan rinci. Oleh karenanya, tidak ada hubungan langsung dari

Sumberdaya Tereka dengan salah satu kategori pada Cadangan Mineral. Kehati-hatian

harus diterapkan jika kategori ini akan dipertimbangkan dalam studi keteknikan dan

keekonomian.

19
2. Sumberdaya mineral tertunjuk

Sumberdaya mineral tertunjuk merupakan bagian dari sumberdaya mineral di

mana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, dan karakteristik fisiknya

dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang cukup untuk memungkinkan

penerapan faktor-faktor pengubah secara memadai untuk mendukung perencanaan

tambang dan evaluasi kelayakan ekonomi cebakan tersebut. Bukti geologi didapatkan

dari eksplorasi, pengambilan conto dan pengujian yang cukup detail dan andal, dan

memadai untuk mengasumsikan kemenerusan geologi dan kadar atau kualitas diantara

titik-titik pengamatan. Sumberdaya mineral tertunjuk memiliki tingkat keyakinan yang

lebih rendah penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral terukur dan

hanya dapat dikonversi ke cadangan mineral terkira, tetapi memiliki tingkat keyakinan

yang lebih tinggi penerapannya dibandingkan dengan Sumberdaya Mineral Tereka.

Mineralisasi dapat diklasifikasikan sebagian Sumberdaya Mineral Tertunjuk ketika

sifat alamiah, kualitas, jumlah dan distribusi datanya memungkinkan interpretasi yang

meyakinkan atas kerangka (model) geologi dan untuk mengasumsikan kemenerusan

mineralisasinya. Tingkat keyakinan dalam estimasi harus cukup untuk menerapkan

parameter keteknikan dan keekonomian, dan memungkinkan dilakukannya suatu

evaluasi kelayakan ekonomi.

3. Sumberdaya mineral terukur

Sumberdaya mineral terukur merupakan bagian dari sumberdaya mineral di mana

kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, karakteristik fisiknya dapat diestimasi

dengan tingkat keyakinan yang memadai untuk memungkinkan penerapan faktor-

faktor pengubah untuk mendukung perencanaan tambang detail dan evaluasi akhir

dari kelayakan ekonomi cebakan tersebut. Bukti geologi didapatkan dari eksplorasi,

pengambilan conto dan pengujian yang detail dan andal, dan memadai untuk

memastikan kemenerusan geologi dan kadar atau kualitasnya diantara titik-titik

20
pengamatan. Sumberdaya mineral terukur memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi

penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral tertunjuk ataupun

sumberdaya mineral tereka. Sumberdaya mineral terukur dapat dikonversi ke cadangan

mineral terbukti atau cadangan mineral terkira.

Tingkat keyakinan dalam estimasi harus memadai untuk memungkinkan penerapan

parameter keteknikan dan keekonomian, dan memungkinkan dilakukannya suatu

evaluasi kelayakan ekonomi yang memiliki tingkat kepastian lebih tinggi dibandingkan

dengan evaluasi yang berdasarkan atas sumberdaya Mineral Tertunjuk. (KCMI, 2017).

Hubungan umum antara hasil ekplorasi sumberdaya dan cadangan dapat dilihat pada

gambar 2.6.

Gambar 2.6 Hubungan umum antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan
cadangan mineral (KCMI, 2017).

21
2.5 Metode Estimasi Sumberdaya

Metode untuk estimasi sumberdaya umumnya bergantung pada keadaan geologi

endapan, metode eksplorasi, keakuratan data dan nilai koefisien variasi, manfaat serta

tujuan estimasi sumberdaya. Dalam mengestimasi sumberdaya mineral biasanya

digunakan berbagai metode seperti metode poligon, metode inverse distance weighting

(IDW), dan metode kriging.

2.5.1 Metode Inverse Distance Weighting (IDW)

Metode IDW merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan

adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linear atau harga rata-

rata pembobotan (weighting average) dari titik-titik data yang ada disekitarnya. Suatu

cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok merupakan suatu kombinasi linear

atau harga rata-rata pembobotan (weighting average) dari data lubang bor di sekitar

blok tersebut. Nilai data-data hasil taksiran tersebut merupakan nilai rata-rata

pembobotan (weighting average) dari data sampel yang telah ada (Bankes et al.,

2003).

2.5.2 Metode krigging

Pada tahun 1950, peneliti pertambangan bernama Daniel Gerhardus (DG) Krige,

merancang metode interpolasi untuk menentukan struktur bijih emas. Dia

menginterpolasi suatu kandungan bijih emas berdasarkan data sampel. Dari sini kriging

dijadikan sebuah nama metode interpolasi atas penemuannya tersebut.

G. Matheron memperkenalkan metode kriging dalam menonjolkan metode

khusus dalam moving average terbobot (weighted moving average) yang

meminimalkan variansi dari hasil estimasi. Kriging menghasilkan best linear unbiased

estimation (BLUE) dari variabel yang ingin diketahui nilainya. Hasil prediksi kriging lebih

akurat daripada metode regresi. Sebab, metode ini mampu membaca error yang

22
berkorelasi, sehingga dapat diketahui nilai kedekatannya (Kleijnen and Van Beers,

2004).

2.5.3 Metode Poligon

Metode poligon disebut juga metode daerah pengaruh (area of influence). Pada

metode ini semua faktor ditentukan untuk suatu titik tertentu pada endapan mineral,

diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik di sekitarnya yang membentuk suatu

daerah pengaruh (gambar 2.7). Batas daerah pengaruh terluar dari poligon ini bisa

hanya sampai pada titik-titik bor terluar saja (included area), atau diekstensikan

sampai sejauh setengah jarak (extended area) (Hartman, 1992).

Gambar 2.7 Metode estimasi sumberdaya menggunakan poligon (Hartman, 1992).

Estimasi sumberdaya dengan metode poligon dapat dilakukan dengan:

1. Setiap lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh

garis-garis berat antara titik tersebut dengan titik-titik terdekat di sekitarnya.

2. Masing-masing daerah atau blok diperlakukan sebagai suatu poligon yang

mempunyai kadar dan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan

ketebalan titik bor di dalam poligon tersebut.

23
3. Sumberdaya endapan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase tiap

blok/ poligon, sedangkan kadar rata-ratanya dihitung memakai pembobotan

tonase.

Metode poligon extended area pada dasarnya sama dengan metode poligon

diatas namun poligonnya berbentuk segiempat dengan titik bor terdapat ditengah

poligon. Perhitungan volume diextensikan ke luas poligon pada titik bor yang

bersangkutan.

24

Anda mungkin juga menyukai