Tauhid Sebagai Prinsip Kerja Dan Ekonomi
Tauhid Sebagai Prinsip Kerja Dan Ekonomi
Tauhid Sebagai Prinsip Kerja Dan Ekonomi
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Agama islam, sebagai agama penutup dan penyempurna agama-agama
sebelumnya memberikan pengajaran yang begitu komprehensif mencakup semua
bidang kehidupan manusia. Dengan tiga kajian utama, Ketuhanan / Tauhid,
Syari'at dan Akhlak memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagai seorang muslim kita perlu mengetahui dan mempelajari nama lain
ilmu tauhid. Maka dari itu, kami sebagai pemakalah akan menjelaskan mengenai
nama-nama lain dari tauhid dan hukum mempelajarinya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Apa Pengertian Tauhid ?
2. Apa Pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Kerja Dan Ekonomi?
3. Apa Pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Kerja?
4. Apa pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Ekonomi?
C.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tauhid.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Kerja Dan Ekonomi.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Kerja.
1
4. Untuk Mengetahui pengertian Tauhid Sebagai Prinsip Ekonomi.
D.Manfaat
Hubungan Tauhid dengan prinsip Kerja dan Ekonomi, sebagai pedoman
dasar bagi kita untuk mengimplementasikan nilai-nilai tauhid yang kita miliki
dalam bentuk aktifitas sehari-hari terutama dalam kegiatan ekonomi.Umat Islam,
seyogyanya tidak hanya tekun dalam beribadah, tetapi juga harus benar dalam
bermuamalah. Dengan kata lain, umat Islam itu di samping memiliki kesalehan
ritual, juga harus memiliki kesalehan sosial. Umat Islam harus bisa
mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidannya kepada Allah SWT dalam
kegiatan sehari-harinya, baik dalam kegiatan politik, sosial, maupun ekonomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAUHID.
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu kata “wahhada” ( ),
“yuwahhidu” ( ), “tauhid” ( ), yang berarti mengesakan. Sedangkan menurut
istilah, tauhid adalah mengesakan Allah Subhana wa Ta‟ala dalam Uluhiyah,
Rububiyah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.1
Agama mempunyai tiga pondasi pokok yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Dalam
konteks kekinian Iman sering disebut dengan teologi, ilmu kalam, aqidah, atau
tauhid. Adapun Islam, sering diekuivalenkan dengan syari‟at atau fiqih.
Sedangkan Ihsan terkadang diistilahkan dengan tasawuf atau akhlak. Iman atau
tauhid itu sendiri merupakan unsur utama dalam suatu agama. Ia merupakan ilmu
yang bersifat global (kulli). Sedangkan ilmu-ilmu yang lain bersifat parsial (juz‟i),
sehingga ilmu-ilmu yang lain yang bersifat juz‟i itu harus dilandasi dengan ilmu
tauhid yang bersifat kulli.
Ilmu tauhid itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan
dan yang berkaitan dengannya, seperti sifat-sifat Tuhan. Adapun hakikat tauhid
dalam Islam itu sebenarnya adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak
Allah, baik menyangkut ibadah maupun muamalah, dalam rangka menciptakan
pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tauhid menjadi dasar
seluruh konsep dan aktifitas umat Islam, baik dalam ibadah, seperti shalat, puasa,
membayar zakat, haji, dan sebagainya, juga dalam bermuamalah, seperti dalam
hal ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
1
Ibnu Khaldun, Muqaddiman Ibnu Khaldun (Beirut: Daar al-Kutub alIlmiah, 1971), h. 363.
3
1. Iman
Percaya kepada Allah merupakan bentuk iman atau yakin. Bahwa Allah
memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya adalah sifat ar-Rahman dan ar-
Rahim-Nya. Oleh karena itu, Allah memberikan sesuatu petunjuk kepada
makhluk di dunia ini tanpa memandang tempat, waktu, benda, bentuk manusia
maupun yang lain.
Pertama-tama, kita beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. 2 Iman
mempunyai tata nilai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyyah) 3 dan
mempunyai jiwa kesadaran bahwa kita hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju
kepada Tuhan. 4
4
dipertebal oleh Al-Qur‟an dan sabda nabi sendiri. Di Madinah ditetapkan
keimanan itu terdiri dari Enam perkara:
2. Islam
Seorang yang ingin masuk agama Islam harus mengetahui rukun iman yang
ada enam macam yaitu salah satunya iman pada Allah yang sudah dijelaskan di
atas. Adapun yang harus diketahui juga bagi seorang muslim yaitu menjalankan
lima rukun Islam. Sebelum menjelaskan rukun Islam, maka perlu kita ketahui arti
agama dan Islam.
Pengertian Agama Islam adalah agama barasal dari kata bahasa Arab dan
kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata Sanskrit. Agama tersusun
dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama adalah tidak pergi, tetap di
tempat, diwarisi turun temurun.6 Adapun agama Islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan menerima wahyu dari Allah SWT pertama di Gua
Hira‟ di Makkah pada tahun 610 M.7
Islam adalah beriman kepada bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
Rasul-Nya, Nabi Muhammad adalah utusan Allah (syahadah), mendirikan
sembayang (shalat), membayar zakat, melakukan puasa pada bulan Ramadhan,
dan menunaikan pergi haji bagi yang mampu.8
5
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1986), hlm. 17.
6
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 9
7
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 5.
8
Ibid, hlm. 25.
5
Sebagai juga diterangkan oleh Al-Qur‟an, ajaran yang murni dan keimanan
dari agama menurut Allah SWT adalah Islam. Mengenai hal ini surat Ali Imran
ayat 19 mengatakan, „Agama (yang benar) dalam pandangan Allah adalah Islam
(Menyerahkan dirinya kepada-Nya)‟.9
Adapun yang dimaksud Islam dalam surat an-Nisa‟ ayat 125 adalah „Barang
siapa mempunyai agama yang lebih baik yang menyerahkan kepada Allah dan
berbuat baik, serta mengikuti ajaran agama Ibrahim, maka itulah (agama) yang
sebenarnya‟.10 Nabi Ibrahim dalam Al-Qur‟an menyatakan kepada Allah untuk
menyerah diri (yaitu untuk beragama Islam).11
3. Amal
Ayat ayat al-Qur‟an tentang iman selalu dikaitkan dengan amal shalih karena
amal shaleh merupakan manifestasi dari keimanan, bahkan keduanya rankaian
yang tak terpisahkan12. Dalam al-Qur‟an banyak ditemukan kata yang artinya
„Orang-orang yang beriman‟ dan „Amalamal yang baik‟ dalam kitab suci
tersebut terdapat di 31 tempat.
Kata „al-Mukminun al-Ladhina Ya‟malun asShalikhati‟ ada dua tempat, dan kata
„Man Ya‟malu Min asShalikhati Wahuwa Mukmin‟ juga ada dua tempat.13
Kedua menerangkan atau mengisyaratkan antara iman dan amal shaleh. Dari
ajaran Al-Qur‟an atau Hadist dapat dipahami bahwa Islam terdiri dari aqidah dan
syari‟ah (akhlaq termasuk di dalamnya).14 Adapun pernyataan Al-Qur‟an
9
Ali „Imran: 3/19.
10
An-Nisa‟: 4/125.
11
Al-Baqarah: 2/67
12
H. M. Said Mahmud, Konsep Amal Saleh Dalam al-Qur‟an, (Yogyakarta: Desertasi PPs IAIN,
1995), hlm. 43.
13
7 Lihat, Muhammad Fuad „Abdul Baqiy, al-Muhammad Mufahrasy li-Afazil Qur‟an, (ttp: Dar
Fikr, 1981), hlm. 410-412. dan Ahmad Janan, Etos Kerja Islami, hlm. 101.
14
Ahmad Janan, Etos Kerja Islami, hlm. 102
6
mengenai keterkaitan antara iman dan amal shaleh selalu diungkapkan dengan
janji Allah memberikan kemenangan, keberhasilan, dan keuntungan.15
Tidak semua orang mengetahui apa saja yang kita lakukan dalam bekerja, akan
tetapi Allah Subhanahu Wata’ala Maha Melihat akan hal tersebut. Orang yang
sudah tertanam didalam hatinya tentang pengawasan Allah, dia tidak akan keluar
15
Al-Ashr: 103/2-3. Dengan artinya “ Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh”
7
dari koridor syariat yang ada, sehingga keseharian pekerjaannya mencerminkan
nilai-nilai tauhid dalam dirinya.
8
tidak terlalu penting, namun diadakan dalam rangka ada kepentingan lain yang
pastinya Allah maha mengetahui akan hal tersebut.
Konsep ini adalah bukti yang menjelaskan bahwa konsep dan sistem
ekonomi Islam, hendaknya berawal dari bangunan sebuah keyakinan atau Iman
atau faith, dan berakhir dengan kekayaan atau property. Diharapkan pada
gilirannya tidak akan muncul kesenjangan ekonomi atau perilaku ekonomi yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah.
Basis utama sistem ekonomi syariah, adalah terletak pada aspek kerangka
dasarnya yang berlandaskan hukum Islam atau syariah. Terutama pada aspek
tujuannya, yaitu mewujudkan suatu tatanan ekonomi masyarakat yang sejahtera
berdasarkan: (1) keadilan (2) pemerataan dan (3) keseimbangan. 17
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985)
17
Ghazanfar, S. M. 2003. Medieval Islamic Economic Thought: Filling the “Great Gap” in European
Economics. London: Routledge Curzon.
9
Sistem ekonomi Islam memiliki pijakan yang sangat tegas bila dibandingkan
dengan sistem ekonomi liberal. Bahkan bagi yang berfaham sosialis sekalipun.
Dalam sistem ekonomi liberal, menghendaki lebih pada elemen kebebasan
absolute individu. Termasuk di dalam memperoleh keuntungan keadilan non-
distributif. Semisal dalam sistem sosialis-komunis, menekankan kepada aspek
pemerataan ekonomi (keadilan yang merata). Yaitu dengan teknik membenturkan
dua pertentangan kelas sosial, yang terdiri dari: (1) kelas borjuis dan (2) kelas
proletar.
Sementara dalam faham Islam, asas kolektivitas yang sama rata serta sama
rasa, adalah melanggar sunnatullah. Karena pada dasarnya manusia memang
berbeda satu dengan lainnya, agar dapat saling belajar satu dengan lainnya. Sistem
ekonomi Islam menganut Asas Equilibrium, yaitu dengan “menjembatani” antara
sikaya dan simiskin. Atau kelompok masyarakat borjuis dengan masyarakat
proletar melalui konsep ZIS (Zakat, Infaq, Sadaqah) serta Waqaf. Sistem ekonomi
Islam mengutamakan aspek hukum serta etika, yaitu berupa adanya keharusan
mengimplementasikan beberapa prinsip hukum serta etika bisnis Islami.
18
Implementasinya berupa prinsip:
10
perbedaan antar sesama manusia, dengan alasan apapun Begitupun manusia dalam
muamalat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan dan yang berkaitan
dengannya, seperti sifat-sifat Tuhan. Hakikat tauhid dalam Islam itu sendiri adalah
penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Allah, baik menyangkut ibadah
maupun muamalah.
Umat Islam, seyogyanya tidak hanya tekun dalam beribadah, tetapi juga harus
benar dalam bermuamalah. Dengan kata lain, umat Islam itu di samping memiliki
kesalehan ritual, juga harus memiliki kesalehan sosial. Umat Islam harus bisa
mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidannya kepada Allah SWT dalam
kegiatan sehariharinya, baik dalam kegiatan politik, sosial, maupun ekonomi.
19
Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016
11
Nilai-nilai tauhid harus diimplementasikan dalam muamalah kita sehari-hari
misalnya dalam kegiatan ekonomi seperti berlaku jujur, adil, amanah, dan
transparansi.
DAFTAR PUSTAKA
12
Ahmad Imam Mawardi, Fiqih Minoritas Fiqih Al-Aqalliyyat dan Evolusi
Maqashid Al-Syari‟ah dari Konsep ke Pendekatan, (Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta, 2010)
Al-Syahrastani, Abu al-Fath Muhammad Abd al-Karim bin Abi Bakr Ahmad.
2005. Al-Milal wa An-Nihal. Bairut: Daar al-Fikr.
Khaldun, Ibnu. 1971. Muqaddiman Ibnu Khaldun. Beirut: Daar al-Kutub al-
Ilmiah.
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998)
13