Makalah Ahklak Dan Tasawuf

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKHLAK DAN TASAWUF


MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA
DOSEN PENGASUH : SAFURA YULINDA, S.Ag, M.AG

DISUSUN OLEH :

ULUL AZMI

PROGRAM STUDI MENAJEMEN


INFORMATIKA

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER INDONESIA
BANDA ACEH (STMIK)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan karunia-Nya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah, dengan judul : “ Pendidikan Agama Akhlak dan Tasawuf “
Saya meyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberi do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenunya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Aceh Besar, 20 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

LATAR BELAKANG MASALAH........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2

2.1 PENGERTIAN AKHLAK DAN TASAWUF............................................2

1. PENGERTIAN AKHLAK...................................................................2

2. PENGERTIAN TASAWUF.................................................................2

3. SEJARAH TASAWUF......................................................................2

2.2 RUANG LINGKUP TASAWUF............................................................3

1. TUJUAN MEMPELAJARI AKHLAK TASAWUF..................................3

2.3 TOKOH-TOKOH TASAWUF DAN AJARANNYA...................................4

2.4 KAJIAN KAJIAN TASAWUF...............................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................9

3.1 KESIMPULAN...................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Akhlak tasawuf merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari dalam
pendidikan Agama Islam. Dengan adanya pembelajaran akhlak tasawuf,
mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikan ilmu serta nilai akhlak
yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.

Apabila mahasiswa hakikat, tujuan, serta pengimplementasian akhlak


tasawuf, maka pembelajaran dikatakan berhasil. Namun, yang dilakukan
terhadap mahasiswa masih ditemui beberapa permasalahan, seperti tidak
sanggup melanjutkan kuliah karena tugas perkuliahan yang sangat
banyak,merasa jauh dengan teman karena keterbatasan komunikasi, faktor
ekonomi,tidak mendapatkan perhatian orang tua, minder, atau bahkan yang
marak di kalangan mahasiswa adalah rasa malas untuk melanjutkan
perkuliahan karena bermasalah dalam nilai, kehadiran, kurangnya keaktifan
serta kurangnya hubungan baik dengan dosen.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang Hubungan ilmu akhlak
dengan ilmu yang lain.

 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akhlak dan tasawuf
2. Ruang lingkup Akhlak dan tasawuf
3. Tokoh-tokoh tasawuf dan Ajarannya
4. Kajian- kajian Tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKHLAK DAN TASAWUF


1. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah tingkah laku yang menginginkan untuk menjalankan
hal-hal yang baik. Akhlak juga bisa diartikan sebagai perangai, tabiat, atau
etika yang menjadi pilihan dan kewajiban seseorang. Akhlak merupakan
kumpulan kaidah yang sesuai dengan akal tentang kebaikan dan
keburukan.
Secara istilah, menurut Ibnu Miskawaih (w. 421 H) seorang pakar
bidang akhlak terkemuka, akhlak adalah sifat dalam jiwa yang
mendorongnya untuk yang tertanam melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Hujjatul Islam, Imam
Al-Ghazali (w. 505 H) dalam kitab Thya' Ulumiddin, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Jadi,ilmu akhlak adalah ilmu yang objek pembahasanya
adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang
dapat disifati dengan baik atau buruk.

2. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu untuk menyucikan hati, membaguskan akhlak
demi memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Tasawuf juga bisa
diartikan sebagai ilmu tauhid untuk mengenal Allah.
Kata tasawuf berasal dari kata shuf (wol) yang berarti memakai kain
wol. Seseorang disebut sufi (pengamal tasawuf) bukan sekadar karena
memakai kain wol saja, melainkan karena kesucian dan kebersihan
hatinya yang merupakan karunia dari Allah, Tasawuf mengatur jalinan
komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Tasawuf
mementingkan akhlak sebagai dasar dari pelaksanaan ibadah.
3. Sejarah Tasawuf
Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:
1. Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum
diperlukan,karena pada era itu, semua orang adalah ahli takwa, waraa dan
ahli ibadah.Mereka semua berlomba mengikuti dan meneladani
Rasulullah dalam setiap aspek. Oleh karena itu, mereka belum

2
membutuhkan tasawuf karena segala sesuatunya didasarkan pada
perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah.

2. Pada masa sahabat dan tabi’in sudah menggunakan tasawuf, tetapi


belum mengggunakan istilah tasawuf, karena para sahabat dan tabiin
merupakan sufi yang sesungguhnya. Tasawuf merupakan sifat-sifat
umum yangt erdapat pada hampir seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali
dan adanya perasaan takut dan cintanya mereka kepada Allah dan
Rasulullah melebihidirinya sendiri.

3. Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk


Islam.Bidang ilmu pengetahuan semakin meluas dan terspesialisasi,
muncullahilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu faraid
dan ilmu-ilmu lainnya.

4. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi


sedikit melemah. Manusia mulai lupa akan kewajibannya kepada Allah,
sehingga ahli uhud terdorong untuk mengkodifikasikan ilmu
tasawuf serta menerangkan kemuliaan dan keutamaannya diantara ilmu-
ilmu lainnya.Mulai dari fase inilah ilmu tasawuf berkembang .

2.2 RUANG LINGKUP TASAWUF

Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung


dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh
kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut
akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan.
Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya
yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di
luarnya.

Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme


islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang
dapat mudah berada di hadirat Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan”
penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang
mampu menelaah informasi dari Tuhannya.

Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan


berkembang mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi
kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan
Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan.
Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal
belum dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum
sufi.

3
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu
tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu
hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.

1. Tujuan Mempelajari Akhlak Tasawuf

Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada sedekat
mungkin dengan Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik
tasawuf secara umum yaitu :

Untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan


kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian
hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada
keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan moralitas ini, pada umumnya
bersifat praktis.

Untuk makrifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-


kasyf al-hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan
seperangkat ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistematis
analisis.

Untuk membahas bagaimana system pengenalan dan pendekatan diri


kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara
Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan
yaitu dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam
hati, dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog
antara manusia dengan Tuhan dan makna dekat yang ketiga adalah
penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga yang terjadi adalah monolog
antara manusia yang telah menyatu dalam iradat Tuhan.

2.3 TOKOH-TOKOH TASAWUF DAN AJARANNYA

Berikut ini beberapa tokoh tasawuf yang terkenal beserta ajarannya,


diantaranya:
a. Hasan Al-Bashri
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat
taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-
Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura.
Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana
sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia
membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup dan
kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu
ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa
4
itu. Gerakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang
sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara
ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.

Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan


duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.

Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan


pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering
melakukan perintah-Nya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh
karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk
melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang
akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.

b. Rabiah Al-Adawiyah

Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al


Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H,
disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Dia adalah
seorang zahidah, zahid perempuan yang dapat menghiasi lembaran sejarah sufi
dalam abad kedua hijriah. Dia termasyhur karena mengemukakan dan
membawa versi baru dalam hidup keruhanian, dimana tingkat zuhud yang
diciptakan Hasan al-Bashri yang bersifat khauf dan raja’ itu dinaikkan oleh
Rabi’ah ke tingkat zuhud yang bersifat hub (cinta) karena yang suci murni tidak
mengharapkan apa-apa.

Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang
pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari
syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:

Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,

Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,

Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,

Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.

Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia


tidak bersedia membagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya
“Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”.
Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepada Rasulullah SAW, ia
menjawab: “Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku
pada al-Khaliq telah melupakanku untuk mencintai siapa saja selain Dia”.
Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi melalui syair berikut ini: “Daku
tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena
kekasih, sirna rasa benci dan murka”.

5
Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia
rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.

c. Al-Hallaj

Al-hallaj adalah seorang tokoh sufi yang mengembangkan paham al-hulul.


Nama lengkapnya adalah Husein Bin Mansyur al-Hallaj. Dia dilahirkan pada
tahun 244 H/858 M di negeri Baidha, salah satu kota kecil yang terletak di
Persia. Dia tinggal sampai dewasa di Waisith, dekat Baghdad, dan dalam usia 16
tahun dia pergi belajar pada seorang sufi yang terbesar dan terkenal bernama
Sahl bin Abdullah al-Tustur di negeri Ahwaz. Selanjutnya, ia berangkat ke
Bashrah dan belajar pada seorang sufi bernama Amr al-Makki. Pada tahun 264
H, ia masuk kota Baghdad dan belajar pada Junaid yang juga seorang sufi. Al-
Hallaj pernah menunaikan ibadah haji di Makkah selama tiga hari. Dengan
riwayat hidup singkat ini jelas bahwa ia memiliki dasar pengetahuan tentang
tasawuf yang cukup mendalam dan kuat.

Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini
terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Hulul berimplikasi kepada
bersemayamnya sifat-sifat ke-Tuhanan kedalam diri manusia atau masuk suatu
dzat kedalam dzat yang lainnya. Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang.
Hulul ini telah disalah artikan oleh manusia yang telah mengaku bersatu dengan
Tuhan. Sehingga dikatakan bahwa seorang budak tetaplah seorang budak dan
seorang raja tetaplah seorang raja. Tidak ada hubungan yang satu dengan yang
lainnya sehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang mengetahui Allah dan
hanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang menyembah Allah.

d. Al-Ghazali

Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn al-


Ghazali.Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul
Islam. Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol.
Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang pemintal
wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali, sebagaimana diriwayatkan
al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan pada suatu kawasan
yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan Khurasan,
tahun 1059 M. Ia pernah belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini, seorang
guru besar di Madrasah al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama,
al-Ghazali mempelajari teologi, pengetaauan alam, filsafat dan lain-lain, tetapi
akhirnya ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah bertahun-tahun
menggembara sebagai sufi, ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan meninngal di
sana tahun 1111 M.

Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling


penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan
secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan

6
fiqh maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-
Dhalal, dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj
al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan sebagainya.

e. Ibn Arabi

Muhyiddin Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol tahun 1165 M. setelah


menempuh studi di Seville, ia pindah ke Tunis di taun 1194 m, dan di sana ia
masuk aliran sufi. Di tahun 1202 M ia pergi ke Makkah dan meninggal di
Damaskus tahun 1240 M.

Selain sebagai sufi, Ibn Arabi juga dikenal sebagai penulis yang produktif.
Jumlah buku yang dikarangnya kira-kira berjumlah dua ratus lebih. Salah satu
buku termasyhurnya adalah Fushush al-Hikam yang merupakan wacana
tentang tasawuf.

Inti ajaran tasawuf yang diperkenalkan Ibn Arabi adalah wahdat al-wujud.
Wahdat al-wujud terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat
artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan
demikian, wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud. Dalam paham wahdat al-
wujud ada dua hal yaitu khalq (makhluk) dan haq (tuhan). Menurut paham ini
setiap sesuatu punya dua aspek (aspek luar dan dalam). Aspek luar merupakan
khalq yang merupakan sifat kemakhlukan, aspek dalam adalah haq yang
mempunyai sifat ketuhanan. Dari sini kemudian muncul pemahaman bahwa
antara makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari
wujud Tuhan, dan yang sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan
wujud makhluk hanya bayang-bayang atau fotokopi dari wujud Tuhan. Paham
ini dibangun dari suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagaimana diterangkan
dalam al-hulul, ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya, dan oleh karena itu Dia
menjadikan alam semesta ini. Dengan demikian, alam ini merupakan cermin
bagi Allah. Pada saat Allah ingin melihat diri-Nya, Dia cukup melihat alam ini.
Pada benda-benda yang ada di alam ini Allah dapat melihat diri-Nya, karena
pada benda-benda alam ini terdapat sifat-sifat Allah, dan dari sinilah timbul
paham kesatuan. Paham ini juga mengatakan bahwa yang ada di alam ini
kelihatannya banyak tetapi sebenarnya satu. Hal ini tak ubahnya seperti orang
yang melihat dirinya dalam beberapa cermin: ia melihat dirinya yang banyak,
tetapi dirinya sebenarnya hanya satu.

2.4 KAJIAN KAJIAN TASAWUF

Pembahasan candaan (nasihat) yang disampaikan oleh imam Ghazali, yang


mana pembahasan ini merupakan lanjutan dari pertemuan jum’at lalu, candaan
yang disampaikan imam Ghazali ini bukanlah candaan seperti pada umumnya,

7
seperti yang dikatakan pada materi jum’at lalu, candaan ini kalau direnungkan
dan dipikirkan merupakan sindiran dan bekal bagi kita, oleh karena itu
hendaknya kita memperhatikan hal hal yang disampaikan oleh imam Ghazali.

Candaan yang kedua yaitu, bahwa kita telah tahu bahwa rezeki telah habis
dibagi. Dan kita telah tahu pula bahwa rezeki itu tidak akan berubah,
berkurang, bahkan tergantikan, lantas jika kita mengingkari hal ini kita telah
mendekati pintu kekufuran naudzubillah.

Oleh karena itu Rasulullah Saw bersabda : “Rezeki si Fulan telah habis di atas
punggung ikan paus dan punggung sapi. Sehingga orang yang tamak tidak akan
menambah rezekinya. Kecuali (hanya berbuah) usaha-usaha keras (yang
melelahkan)”.

Ketiga, imam Ghazali memberikan penjelasan bahwa rezeki itu adalah hal
ghaib, dan hendaknya urusan rezeki itu dipasrahkan kepada Allah Swt, maka
insya Allah kita akan mendapatkan ketentraman jiwa.

Lalu candaan (nasihat) yang terakhir ialah, imam Ghazali mengatakan


bahwa Allah Swt tidak menjamin rezeki kecuali yang sudah dijamin. Yang
meliputi kebutuhan makan dan pengasuhan, dan di dalam rezeki yang sudah
dijamin ini terdapat pula rezeki kesehatan tubuh agar tetap sehat dan sebagai
bekal ibadah.

8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Akhlak dan tasawuf adalah dua hal yang saling berkaitan dalam Islam.
Akhlak adalah tingkah laku yang baik yang mengatur hubungan antara sesama
manusia. Tasawuf adalah ilmu untuk menyucikan hati dan mengenal Allah yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Keduanya merupakan
intisari dari syariat Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan
mempelajari dan mengamalkan akhlak dan tasawuf, kita dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan
upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan
untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.

Akhlak Tasawuf memiliki beberapa tujuan, diantaranya sebagai berikut :


Untuk pembinaan aspek moral. Untuk makrifatullah melalui penyingkapan
langsung atau metode al-kasyf al-hijab. Untuk membahas bagaimana system
pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis.

Adapun tokoh-tokoh terkemuka di dunia tasawuf diantarnya adalah Hasan


Basri (w. 110 H), Rabi’ah al Adawiyah (w. 185), Abu Yazid al-Busthami (261 H),
Ibn Arabi, al-Ghazali, dan lain sebagainya. Tasawuf juga memunculkan sekte-
sekte, yang kemudian dikenal dengan istilah tarekat. Di antara tokoh-tokoh
tarekat yang terkenal antara lain Abd. Qadir al- Jailani (471-561 H), Syihabu al-
Din Umar Ibn Abdillah al-Suhraardi (539-631 H), Abu Hasal Al-Syadzili (592-656
H), Ahmad Al-Badawi (596-675), dan Muhammad Ibn Bahau Al-Din al-Uwaisi al
Bukhary (717-791 H).

9
B. Sejarah Tasawuf

Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:

1. Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum diperlukan,karena pada era itu, semua
orang adalah ahli takwa, waraa dan ahli ibadah.Mereka semua berlomba mengikuti dan meneladani
Rasulullah dalamv

setiap aspek. Oleh karena itu, mereka belum membutuhkan tasawuf karenasegala sesuatunya didasarkan
pada perkataan, perbuatan dan ketetapanRasulullah.

2. Pada masa sahabat dan tabi’in sudah menggunakan tasawuf, tetapi belummengggunakan istilah tasawuf,
karena para sahabat dan tabiin merupakansufi yang sesungguhnya. Tasawuf merupakan sifat-sifat
umum yangterdapat pada hampir seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali dan adanyaperasaan takut dan
cintanya mereka kepada Allah dan Rasulullah melebihidirinya sendiri.

3. Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk Islam.Bidang ilmu pengetahuan
semakin meluas dan terspesialisasi, muncullahilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu
faraid dan ilmu-ilmu lainnya.

4. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi sedikitmelemah. Manusia mulai lupa
akan kewajibannya kepada Allah, sehinggaahli uhud terdorong untuk mengkodifikasikan ilmu
tasawuf sertamenerangkan kemuliaan dan keutamaannya diantara ilmu-ilmu lainnya.Mulai dari fase inilah
ilmu tasawuf berkembang.

10

Anda mungkin juga menyukai