Asuhan Keperawatan Pada Anak
Asuhan Keperawatan Pada Anak
Asuhan Keperawatan Pada Anak
Disusun Oleh :
1 Konsep Anak
A. Definisi
lakilaki meskipun tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak yaitu
manusia muda dalam umur, muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena
masih dikatakan sebagai anak dan baru menjadi dewasa ketika proses
pertumbuhan dan perkembangan itu selesai jadi batas umur anak-anak adalah
sama dengan permulaan menjadi dewasa yaitu 18 tahun untuk wanita dan 21
yang dialami pada masa anak-anak. Pertama, periode prenatal yaitu periode
konsepsi sampai akhir. kedua, periode bayi mulai dari kelahiran sampai minggu
kedua. Ketiga, akhir minggu kedua masa kelahiran sampai akhir tahun kedua.
Keempat, awal masa kanak-kanak dua sampai enam tahun. Kelima, akhir masa
kehidupan manusia terjadi pada usia nol sampai enam tahun. Pada usia nol sampai
tiga tahun anak-anak menunjukkan perkembangan mental yang sulit didekati dan
dipengaruhi orang dewasa. Anak-anak pada usia ini mengalami kepekaan
yang kuat terhadap keteraturan, misalnya jika anak bisa melihat sesuatu diletakkan
di atas meja, maka anak akan menangis atau memindahkan benda tersebut ke
tempat semula, anak-anak pada periode ini juga mengalami kepekaan detail,
dimana jika anak melihat sesuatu anak akan memperhatikan benda tersebut
dalam mulut. Anak-anak pada periode ini juga mengalami kepekaan tangan dan
kaki, sehingga pada masa ini anak sangat suka menggunakan tangannya untuk
Anak-anak pada usia tiga-enam tahun, sudah mulai bisa didekati dan dipengaruhi
pada situasi-situasi tertentu. Periode ini ditandai dengan anak-anak menjadi lebih
individual dan memiliki kecerdasan yang cukup untuk memasuki sekolah. Anak-
anak pada usia ini sudah menguasai banyak kosa kata sehingga sudah lancar
A. Definisi
encer (diare) lebih dari 3 kali dalam kurun waktu 24 jam. Selain itu, penyakit ini
dapat ditandai dengan gejala penyerta seperti mual, muntah, mulas, nyeri
abdominal, demam, tenesmus, dan gejala- gejala dehidrasi. Prawati & Haqi (2019)
bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
atau feses yang terjadi secara tiba-tiba akibat kandungan air di dalamnya melebihi
kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto et al., 2018).
frekuensinya lebih dari 3 kali dalam sehari yang disertai dengan muntah dan
B. Etiologi
anak, adalah infeksi saluran pencernaan oleh beberapa hal, antara lain:
3. Faktor keracunan makanan. Makanan yang dimaksud dalam hal ini adalah
makanan beracun, makanan basi, dan makanan yang bisa menyebabkan alergi
C. Klasifikasi
agen infeksius dalam traktus GI. Kondisi ini menyertai infeksi saluran nafas
atas atau infeksi saluran kemih. Gastroenteritis akut ini biasanya berlangsung
kandungan air dalam feses dengan durasi sakit lebih dari 14 hari.
D. Patofisiologi
faktor ini berawal dari adanya mikoroorganisme atau kuman yang masuk ke
kapasitas usus yang bisa mengakibakan gangguan fungsi usus dalam absorbs
cairan dan elektrolit. Bisa juga dikatakan bahwa adanya toksin bakteri bisa
menyebaban sistem tansport aktif di dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami
iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor
meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
faktor makanan. Hal ini bisa terjadi jika toksik yang ada tidak bisa atau tidak
mampu disrap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan perisaltik usus yang
menyebabkan gastroenteritis.
dengan gejala diare berat adalah dehidrasi. Lebih lanjut, dehidrasi berat yang tidak
ini maksudnya kondisi yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi sebagai akibat
dari disparittas atau ketidakseimbangan antara volume darah dan ruang vaskuar.
Disparitas yang terjadi pada gastroenteritis disebabkan oleh volume darah yang
Maka kemudian darah keluar melalui pembbuluh- pembuluh dan masuk ke dalam
2017).
Gambar 2.1 WOC Gastroenteritis (Muttaqin, 2017)
E. Manifestasi Klinis
dan elektrolit ini bisa bertambah apabila ada muntah dan keilangan air juga
meningkat bila ada panas. Hal ini menyebabkan dehidrasi, asidosis metaboli dan
diobati secara tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma bisa berupa
dehidrasi isotonik, hipertonik atau hipotonik. Derajat dehidrasi bisa berupa ringan,
anak adalah sebagai berikut: a. Diare akut 1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak
sadar, mata cekung, tidak bisa minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali
mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin minum/ada rasa
haus. 3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak cekung,
tidak ada rasa haus berlebih, turgor kulit normal. b. Diare persisten atau kronis
F. Pemeriksaan Penunjang
terarah pada akhirnya akan sampai pada terapi yang definitif (Elsi Evayanti et al.,
2014). Pemeriksaan bisa dilakukan pada dua hal: Pertama, pemeriksaan darah (darah
+ + -
prefier lengkap; serum elektrolit: Na , N , dan C1 ; analisa gas darah jika
terdapat gejala ganggguan keseimbangan asam basa [pernfasan kusmaul];
parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypa pada jamur] dan biakanserta resistensi
G. Penatalaksanaan
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit
diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolitdalam tubuh yang terbuang saat
diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan
dengan oralit osmolaritas rendah yang diberikan kepada penderita diare, maka
efeknya akan mengurangi volume tinja hingga 25%; mengurangi mual muntah
ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5% Umur < 1 tahun: ¼- ½
gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun: ½ - 1 gelas setiap kali anak
mencret Umur diatas 5 Tahun: 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret. Kedua,
ehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%. Dosis oralit yang
diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. Ketiga, dehidrasi berat bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%. Penderita diare yang tidak dapat minum harus
segera dirujuk ke Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikandulu selama 10 menit
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang
selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan
diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi
mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada
dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare.
Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetapsehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar30
berikut: balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari dan balita umur ≥ 6
3. Pemberian Makanan
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak
anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak
terkena diare kembali. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa: Pertama,
bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan
(bayi 0 – 24 bulan atau lebih); Kedua, dukung ibu untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formulaberikan konseling kepada ibu agar kembali
menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek samping dari
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit,
kesehatan jika anak mengalami hal-hal beikut ini: buang air besar cair lebih
sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau
hari.
H. Komplikasi
Komplikasi utama pada gastroenteritis akut, terutama pada anak dan lanjut
usia, kehilangan cairan kelainan elektrolit. Kehilangan cairan bisa terjadi secara
mendadak pada diare akut karena kolera, sehingga cepat terjadi syok hipovolemik.
Sagitarisandi (2021) dalam menyatakan bahwa komplikasi yang bisa muncul pada
gastroenteritis akut yang tidak ditangani. Komplikasi yang dimaksud antara lain:
dehidrasi, kejang, malnutrisi dan hipoglikemi. Senada dengan itu, Lestari (2016)
mengatakan bahwa komplikasi yang bisa muncul akibat gastroenteritis yang tidak
I. Masalah Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), ada sejumlah masalah yang lazim
Pola nafas tidak efektif merupakan inspirasi atau ekspirasi yang tidak
(ortopnea) dan objektifnya (sianosis diaforesis, gelisah napas cuping hidung, pola
napas abnormal, warna kulit abnormal, dan kesadaran menurun) (PPNI, 2017).
2. Diare (D.0020)
antasida, cimetidine dan antibiotik], perubahan air,makanan dan bakteri pada air).
Diare memiiki kriteria mayor yang subjektif dan objektif (defekasi lebih dari 3
kali dalam 24 jam dan feses lembek atau cair). Sementara kriteria minornya bisa
subjektif (seperi urgensi nyeri/ kram abdomen) dan obektif (seperti frekuensi
3. Hipovolemia (D.0023)
dan /atau intraseluler yang disebabkan oleh kehilangan cairan aktif dan
objektif berupa frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
minornya bisa subjektif (seperti merasa lemah dan merasa haus) dan bisa uga
objektif (seperti pengisian vena menurun, status mental berubah suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urin meningkat, dan berat badan turun tiba-tiba) (PPNI,
2017).
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
Integritas kulit memiliki kriteria mayor (subjektif dan objektif [seperti kerusakan
jaringan dan atau lapisan kulit). Sementara kriteria minornya (subjektif dan
psikologis (mis: stress, keengganan untuk makan). Defisit nutrisi memiliki kriteria
mayor (subjektif dan objektif: Berat badan menurun minimal 10% di bawah
setelah makan, kram/nyeri abdomen, dan nafsu makan menurun] dan objektif
[seperti bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
7. Ansietas (D.0080)
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
anak tidak memuaskan, terpapar bahaya lingkungan (mis: toksin, polutan dan lain-
lain), dan kurang terpapar informasi. Ansietas memiliki kriteria mayor (subjektif
[seperti halnya merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi] dan objektif [seperti halnya tampak gelisah, tampak
tegang, dan sulit tidur). Sementara kriteria minornya (subjektif [seperti halnya
mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, dan merasa tidak berdaya] dan objektif
diaforesisi, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, kering
November 2023 dengan data pengkajian pada tanggal 06 November 2023 jam
08.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari orang tua pasien dan file No. Register
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 12 Bln
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Leuwiliang – Bogor
diare.
November 2023 disertai mual dan muntah, ibu pasien juga mengatakan anaknya
jika diberi makan dan minum dimuntahkan. Ibu pasien sempat memberikan obat
penurun panas yang biasa diminum pasien yaitu Paracetamol sirup 60 ml. Ibu
pasien mengatakan demamnya tidak kunjung turun disertai mual muntah dan
diare. Ibu pasien mengatakan bahwa tidak memberikan obat apapun selain
penurun panas dan pada tanggal 05 November 2023 ibu pasien langsung
nafas: 20x/menit. Pasien di pasang infus D% 1/4 NS, diberikan Antrain injeksi
100 mg dan dilakukan pengecekan tes darah lengkap. Setelah itu pasien di
anjurkan rawat inap oleh dokter dan pasien di pindahkan ke ruang Lt. 02
Perawatan Anak.
a. Prenatal care
Ibu pasien mengatakan pasien anak kedua. Ibu pasien selalu rutin
b. Natal care
Ibu pasien mengatakan An.S dilahirkan secara Caesar dan dibantu oleh
dokter. Ibu pasien mengatakan anaknya lahir Caesar karena riwayat
penyakit pada tanggal 1November 2022 dengan PB: 50 Cm dan BB: 3000
Gram
c. Post natal care
diberikan suntik vit K 1 mg dan diberikan suntikan imunisasi dalam 2 jam setelah
lahir dan diberikan imunisasi hepatitis B 0,5 ml pasien diberikan ASI eksklusif.
RS Hermina Bogor
3. Penggunaan obat-obatan
anaknya sakit
operasi
mengandung butter
6. Kecelakaan
imunisasi Hepatitis B (HB) 0 pada usia ≤ 7 hari, BCG, POLIO 1 pada usia 1
bulan, DPT/HB 1,POLIO 2 pada usia 2 bulan, DPT/HB 2,POLIO 3 pada usia 3
bulan, DPT/HB 3, POLIO 4 pada usia 4 bulan. Kurang campak karena demam
6. Pengkajian Keluarga
1 th
: Laki – laki
: Perempuan
X : Meninggal
dunia : Pasien
......... : Tinggal serumah
2. Psikososial keluarga
mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan berharap psien cepat sembuh
7. Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan bahwa yang mengasuh pasien adalah ayah dan
ibunya
Ibu pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan teman sebaya baik
8. Kebutuhan Dasar
1. Pola Nutrisi
Sebelum masuk rumah sakit (SMRS) : Ibu An.S mengatakan saat dirumah
anak makan 3x/hari 1 porsi habis berupa bubur tim. Air putih dan ASI
Masuk rumah sakit (MRS): Ibu An.S mengatakan An.S hanya mau minum
ASI dan sedikit air putih. An. S sempat makan pisang tetapi dimuntahkan,
selama MRS makanan yang masuk di muntahkan. Air putih dan ASI
waktu dengan bermain gadget, lama jam tidur saat MRS 5 hingga 6 jam
per hari.
Masuk rumah sakit (MRS): Pasien lebih sering diam dan main handphone.
4. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit (SMRS): Ibu An.S mengatakan anak BAB 1-
sebanyak 4-6x sehari warna kuning jernih dan tidak ada keluhan saat BAB
dan BAK.
Masuk rumah sakit (MRS): Ibu pasien mengatakan An.S BAB cair 8x
Pasien belum mampu berkomunikasi dengan baik karena pasien hanya bisa
bicara mama
Pasien terlihat takut jika di datangi oleh perawat dan dokter dirumah sakit
9. Keadaan umum
1. Cara Masuk
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya masuk IGD pada tanggal 06
November 2023 pukul 16.00 dengan keluhan demam sejak 2 hari disertai
mual muntah.
2. Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmentis
Suhu :38,5 °C
RR : 20 x/menit
TB/BB: 80 cm / 8 kg
Warna rambut hitam tidak ada kotoran, kulit kepala bersih tidak ada
2. Mata
konjungtiva tidak anemis, pupil iskor, sclera mata tidak icterus, reflek terhadap
cahaya
3. Hidung
cuping hidung
4. Telinga
Telinga tampak simetris, tidak ada serumen, tidak terdapat cairan pada
7. Pemeriksaan Thorax/Dada
8. Paru
Bentuk dada simetris, irama nafas teratur, RR: 20x/menit, tidak didapatkan
nyeri tekan, suara nafas normas dan tidak terdengar suara nafas tambahan.
9. Jantung
10. Punggung
Bentuk perut datar, tidak teraba pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan,
Anus) Jenis kelamin laki-laki, alat kelamin bersih tidak ada lesi
Tidak ada odema, akral hangat,warna kulit sawo matang, CRT 3 detik,
1. Adaptasi Sosial
2. Bahasa
3. Motorik Halus
4. Motorik kasar
5. Kesimpulan
Didapatkan tumbuh kembang pada anak sesuai dengan umur atau pasien
Tidak ada
3. Terapi Medis
Tabel 3.2 Terapi Obat
Waktu Nama obat Dosis Cara masuk Indikasi
TANGGAL Nama
No Diagnosa keperawatan
ditemukan Teratasi perawat
1 Hipovolemia b.d kehilangan cairan 06/11/23 AISYAH
aktif
2 Nausea b.d iritasi lambung 06/11/23 AISYAH
3 Hipertermia b.d dehidrasi 06/11/23 06/11/23 AISYAH
2. Nausea b/d iritasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 1. Memonitor mual (frekuensi, durasi dan tingkat
lambung (D.0076) 24 jamtingkat nausea(L.08065) menurun, keparahan)
dengan kriteria hasil: 2. Memonitor asupan kalori dan nutrisi
1. Nafsu makan membaik ( dapat 3. Menganjurkan ibu memberikan makan sedikit tapi
menghabiskan 1 mangkuk kecil nasi tim sering
atau 2 keping biscuit) 4. Kolaborasi pemberian cairan intravena
2. Wajah pucat membaik
3. Keluhan muntah menurun
3. Hipertermi b/d dehidrasi Setelah dilakukantindakan keperawatan 3 x 1. Monitor suhu tubuh
(D.0130) 24 jam diharapkansuhu tubuh dalam rentang 2. Lakukan kolaborasi pemberian anti piretik
normal dengan kriteria hasil: 3. Lakukan kompres hangat saat anak mengalami demam
1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5) 4. Menganjurkan meningkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Nadi dan RR (70-120x/menit dan 30-
60x/menit
3. Tidak ada perubahan warna kulit
4. Diare b.d inflamasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsitensi tinja
gastroenteritis (D.0020) selama 3 x 24 jam diharapkan diare dapat 2. Monitor jumlah pengeluaran diare
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor keamanan penyiapan makanan.
1. Frekuensi BAB <3 x/hari 4. Berikan asupan cairan oral
2. Konsistensifeses padat 5. Berikan cairan intravena
3. Bising usus (5-30x/menit) 6. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
Do :
- Pasien dapat menghabiskan 1
keping biskuit dan 1 buah pisang
- Pasien tidak nampak pucat
- K/u membaik
A : Masalah teratasi ( Paisen rencana KRS)
P : melakukan discharge planing
Dx 4 : AISYAH
Ds : -
Do:
- warna kuning, konsistensi padat
- peristaltik usus 30x/menit
- BAB 2x/hari
A : masalah teratasi ( pasien rencana KRS)
P : - melakukan discharge planing
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. (2018). Pengaruh Susu Bebas Laktosa Terhadap Masa Perawatan Pasien
Anak dengan Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat. Jurnal Kedokteran
Diponegoro 1.1 (2018): 110542.
Arda, D., Hartaty, H., & Hasriani, H. (2020). Studi Kasus Pasien dengan Diare
Rumah Sakit di Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
11(1), 461–466. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.324
BPS Kota Surabaya. (2021). Kota Surabaya dalam Angka 2022. Badan Pusat
StatistikKota Surabaya.
Dinkes Jatim. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2020. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Elsi Evayanti, N. K., Nyoman Purna, I., & Ketut Aryana, I. (2014). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang berobat ke
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(2),
134.
Kemenkes. (2021a). Buku Saku: Hasil Studi Status Gizi Indonesia (Tingkat
Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021). Balitbang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. (2021b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Santi, D. E. (2017). Perbedaan efektifitas pemberian ASI dan susu formula rendah
laktosa terhadap durasi penyembuhan gastro enteritis akut pada anak usia 2-
12 bulan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1).
Sari, R. S., Solihat, L. L., Febriyana, L., Mardianti, M., Pratama S., M., Sari, M.
P., Mirqotussyifa, M., Caterina, M., Rustami, M., Daetun, M., Ridwanul
P., M., Yusup, M., Farhani F., N., Ria O., N., Rosdiana, N., & Nurlaelah,
N. (2021). Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Penanganan Diare Pada
Anak Melalui Penyuluhan Kesehatan. SELAPARANG Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 4(2), 70.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i2.3874
Yuniati. (2015). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak-
Anak. Bandung: PT Refika Aditama.
Lampiran 2
- Indikasi pada klien yang tidak mampu menelan obat, mengalami gangguan
pada lambung, klien tidak sadar, serta klien terpasang infus.
1. Persiapan Klien
b) Sampaikan salam
c) Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
2. Persiapan Alat
a) Baki/meja obat
b) Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan yang telah berisi obat.
d) Bak spuit
e) Torniquet
f) Buku obat/catatan
g) Bengkok obat
h) Sarung tangan
j) Perlak/pengalas
3. Persiapan Obat
b) Siapkan obat hanya untuk satu kali pemberian pada satu klien
4. Persiapan Lingkungan
5. Langkah Prosedur
a) Cuci tangan
c) Bandingkan nama yang tertera di buku obat atau pada gelang nama
sefalika
b) Jika pilihan lokasi penyuntikan di vena area lengan, singsingkan
lengan baju yang menutupi vena, jika sudah ditemukan, atur lengan
lurus dan pasang torniket sampai vena benar-benar dapat dilihat dan
melingkar dari pusat ke arah luar atau satu usapan dari titik
d) Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit masih
vena.
vena.
d) Lepaskan jarum spuit, buka port IV, masukkan spuit ke dalam port IV
f) Secara perlahan, suntikkan obat ke dalam port IV. Gunakan jam untuk
tahanan
(abocath)
d) Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit masih
teknik one hand, lalu buang ke tempat sampah medis alat tajam habis
pakai.
h) Setelah obat masuk semua, buka kembali aliran cairan infus ke vena
9. Evaluasi
d) Cuci tangan