Makalah State 1 Arin
Makalah State 1 Arin
Makalah State 1 Arin
Dosen pembimbing
Bdn. Siti Juaeriah,
S.Tr.Keb
Bdn. Zakia Hary Nisa, M.Tr.Keb
Oleh :
Jamilah
NPM : 220503356147
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Injeksi Intramuscular dalam Pemberian Suntikan KB 1 Bulan pada Akseptor
KB”
Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Pembina Yayasan Bhakti
Pertiwi Indonesia.
2. Dr. Hj. Maimunah, S.SiT., SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Bhakti Pertiwi
Indonesia.
3. Dr. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT., SKM, M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.
4. Bd. Siti Juaeriah, S,Str.Keb dan Bdn. Zakiyah Khairunnisa, M.Tr.Keb selaku
Pembimbing
5. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan bantuan,
sehingga makalah dan video ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari, bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang kita harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Jamilah
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat .......................................................................................................... 3
A. Injeksi............................................................................................................. 4
B. Kontrasepsi .................................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................ 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi
telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan
terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah
meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun
2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan
penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir.
Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi
61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.
Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau
menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan
alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek
samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi.
Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan populasi.
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk
sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan
penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di
Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang 2 relatif masih tinggi. Perkiraan
penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,48%. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian
dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian
rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan
penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program Keluarga
Berencana (KB).
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014 dengan
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar
7.761.961 (16,15%) meliputi suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), pil KB sebanyak
1.951.252 (25,14%), kondom sebanyak 441.141 (5,68%), implan sebanyak 826.627
(10,65%), IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi
Wanita (MOW) sebanyak 116.384 (1,5%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak
16.062 (0,2%). Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD
1
sebanyak 3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak
241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak 1.110.341
(3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil KB sebanyak 8.300.362
(29,58%).
Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian khususnya saat ini, survei
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2013 menunjukan
kondisi bahwa PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengetahui semua alat kontrasepsi
modern, seperti IUD (Intra Uterine Device)/AKDR 3 (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim)/Spiral, MOP (Metode Operasi Pria), MOW (Metode Operasi Wanita),
Implan, Suntik, pil KB dan kondom hanya 10,6%. Ini artinya masih 80,4% PUS
belum mengetahui semua alat kontrasepsi modern dan yang mengetahui sedikitnya 6
(enam) jenis alat kontrasepsi modern hanya 59,2%. Disisi lain, PUS yang mengetahui
semua alat atau cara KB (IUD/AKDR/Spiral, MOP, MOW, dan Implan) ternyata
hanya 40,2%. Ini artinya masih ada sekitar 59,8% PUS yang belum mengetahui
semua jenis alat kontrasepsi.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apakah pengertian injeksi?
2. Apa saja macam-macam teknik injeksi?
3. Apa tujuan dari injeksi?
4. Dimana saja lokasi yang dapat dilakukan injeksi?
5. Apa saja prinsip melakukan injeksi?
6. Bagaimana prosedur melakukan injeksi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari injeksi.
2. Untuk mengetahui macam-macam teknik injeksi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari dilakukan injeksi.
4. Untuk mengetahui lokasi yang dapat dilakukan injeksi.
5. Untuk mengetahui prinsip dalam melakukan injeksi.
6. Untuk mengetahui posedur kerja dalam melakukan injeksi.
2
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan makalah ini dapat sebagai tambahan bahan kepustakaan sehingga
dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan
kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan dalam ilmu kebidanan khususnya.
3. Bagi PMB Bdn. Siti Juaeriah, S.Tr.KEb
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pelayanan
pemberian KB suntik 1 bulan bagi akseptor KB.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Injeksi
1. Pengertian Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif
yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril (Iinsinarti, 2021).
2. Macam-Macam Teknik Injeksi
Macam-macam teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah :
a. Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan ke
dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan terjadi dalam 10-30 menit. Obat
yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya : vitamin, vaksin,
antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan lain-lain.
b. Injeksi subkutan adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan ke dalam
lapisan lemak di bawah kulit. Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam
jaringan lemak tidak banyak terdapat pembuluh darah. Obat yang sering
diberikan secara subkutan adalah : insulin, anestesi local.
c. Injeksi intradermal/ intrakutan adalah pemberian obat/cairan yang
diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas/lapisan dermis atau
dibawah epidermis atau permukaan kulit, sehingga akan timbul indurasi
kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan yang sering dilakukan
yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
d. Injeksi intravena adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan langsung
ke dalam vena/pembuluh darah sehingga menghasilkan efek tercepat,
dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran darah) obat
sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan secara intravena
misalnya bermacam-macam antibiotika (Hermasari, dkk, 2019).
4
Gambar 2.1 Macam-macam Teknik Injeksi
3. Tujuan Injeksi
a. Injeksi intramuskuler bertujuan untuk melaksanakan fungsi kolaborasi
dengan dokter terhadap klien yang diberikan obat secara intramuskuler.
Adapun beberapa tujuan injeksi intramuscular sebagai berikut:
1) Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih
cepat dibanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh.
2) Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar obat yang diberikan
melalui subcutan.
3) Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi
obat. Namun perawat harus berhati-hati dalam melakukan injeksi secara
intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan
rasa nyeri dan rasa takut pada pasien.
b. Injeksi intarvena bertujuan untuk memasukkan obat secara cepat agar
mempercepat penyerapan obat.
c. Injeksi subcutan bertujuan agar obat bekerja efektif, dalam, pemberian obat
insulin, pemberian imunisasi DPT, Heptitis, Meningitis, MR, dst.
d. Injeksi intracutan bertujuan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap
obat yang diinjeksikan yaitu antibiotik (skin test), vaksin BCG (mantouk
test) (Rahayu, 2016).
5
4. Tempat Melakukan Injeksi
a. Tempat Injeksi Intramuskular (IM) :
1) Otot Vastus Lateralis. Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang
baik adalah tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan
bayi. Otot terletak dibagian lateral anterior paha dan pada orang dewasa
membentang sepanjang satu tangan di atas lutut sampai sepanjang satu
tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot merupakan
tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
2) Otot Ventrogluteal. Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan
minimus.
3) Otot Dorsogluteus. Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa
digunakan untuk injeksi IM. Pada klien yang jaringannya kendur,
tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian
atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista
iliaka. Perawat dapat menggunakan injeksi dorsogluteus pada orang
dewasa dan anak-anak (sekurang-kurangnya berusia 3 tahun) yang otot
gluteusnya sudah berkembang.
4) Otot Deltoid. Pada orang dewasa, bayi dan anak, otot deltoid belum
berkembang baik. Saraf radialis, ulnaris dan arteri brakialis terdapat di
dalam lengan atas di sepanjang humerus. Perawat jarang menggunakan
daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat diakses karena
ada balutan, gips, atau obstruksi lain.
6
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak.
4) Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
(Prasetyaningati, 2019).
c. Injeksi sub cutan (SC) biasanya dilakukan di 1/3 lengan atas bagian luar,
paha anterior, daerah abdomen, area scapula pada punggung atas, daerah
ventrogluteal bagian atas dan dorsogluteal bagian atas, dan bagian anterior
paha.
7
Gambar 2.5 Lokasi Injeksi Intracutan (I.C)
5. Prinsip Injeksi
a. Injeksi intramuskular (IM) :
1) Otot harus bebas dari nyeri tekan.
2) Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o.
3) Aspirasi tidak boleh ada darah.
b. Injeksi intravena (IV) :
1) Setiap injeksi sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik
lamanya.
2) Sudut insersi 15° - 25°.
3) Aspirasi harus ada darah.
c. Injeksi sub cutan (SC) :
1) Bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis atau edema.
2) Area kulit yang akan diinjeksi diregangkan.
3) Sudut insersi 45° - 60°.
4) Aspirasi tidak boleh ada darah.
d. Injeksi intracutan (IC) : Sudut insersi 10°- 15° dan jangan melakukan
aspirasi (Bachtiar, Madjid, 2014).
8
6. Prosedur Injeksi
a. Persiapan
1) Klien :
a) Cek (mencocokkan) : nama klien, nama obat, dosis, cara pemberian,
dan waktu pelaksanaan.
b) Kaji riwayat alergi obat pada klien.
c) Memberikan penjelasan tindakan injeksi yang akan dilakukan
kepada klien/keluarga.
d) Menyiapkan lingkungan (menutup gorden atau memasang sampiran).
e) Mengatur posisi tidur sesuai tindakan yang akan dilakukan.
f) Membuka pakaian yang menutupi lokasi injeksi.
2) Alat : Baki beralas yang berisi :
a) Bak injeksi
b) Spuit dan jarum steril (sesuai keperluan)
c) Kapas alkohol/alkohol swab
d) Obat sesuai terapi
e) Pelarut/aquabidest
f) Bengkok/nier bekken
g) Sarung tangan/hand scoon.
h) Buku catatan injeksi/kartu daftar obat dan bolpoint.
b. Pelaksanaan
1) Siapkan peralatan ke dekat klien.
2) Salam terapeutik.
3) Validasi dan identifikasi klien dengan prinsip 6 benar yaitu :
a) Benar klien
b) Benar jenis dan nama obat
c) Benar dosis obat
d) Benar cara pemberian obat injeksi
e) Benar waktu pemberian obat injeksi
f) Benar dokumentasi
4) Mengkaji riwayat alergi obat
5) Menjelaskan kepada klien prosedur tindakan injeksi yang akan
dilakukan.
6) Menyiapkan lingkungan (penutup gorden/pasang sampiran).
9
7) Melihat kembali program terapi pada catatan injeksi.
8) Menyiapkan dosis obat yang akan diinjeksikan memasukkan obat ke
dalam spuit sesuai dengan program terapi dokter dengan teknik
antiseptik.
9) Atur posisi klien sesuai cara pemberian obat (IC, SC dan IM).
10) Pasang pengalas pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan.
11) Cuci tangan 6 langkah, pakai sabun pada air mengalir, dan keringkan
dengan handuk bersih.
12) Kenakan sarung tangan.
13) Tentukan lokasi injeksi (IC, SC dan IM), dengan membebaskan
penghalang, lakukan desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas
alkohol 70%, secara sirkulair ± 5 cm
14) Regangkan permukaan kulit pada lokasi yang akan di suntik dengan
tangan kiri, tangan kanan memegang spuit
a) Intracutan. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan kulit
bentuk sudut 15-20º, masukan obat perlahan hingga timbul
gelembung, cabut jarum, beri lingkaran pada area tusukan.
b) Subcutan. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan kulit,
bentuk sudut 45º, lakukan aspirasi udara terlebih dahulu, masukan
obat perlahan, cabut jarum, tekan dengan kapas pada area tusukan.
c) Intramuskular. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan
kulit, bentuk sudut 90º, lakukan aspirasi, masukan obat perlahan,
cabut jarum, tekan dengan kapas pada area tusukan.
15) Atur posisi klien seperti semula sambil observasi reaksi obat atau efek
dari obat.
16) Rapikan alat-alat, masukan jarum bekas pakai ke dalam safety box.
17) Lepaskan sarung tangan, rendam dalam bak larutan klorin 0,5% , cuci
tangan pakai sabun pada air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.
18) Dokumentasikan hasil tindakan, tanda tangan, dan nama jelas. (StiKes
BPI, 2021).
1
B. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan
menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil Kombinasi
Pil kontrasepsi kombinasi ialah obat untuk kontrasepsi yang berisi
estrogen dan progesteron, tetapi pil kombinasi yang sekarang digunakan
tidak berisi estrogen dan progesteron alamiah, melainkan steroid sintetik.
Ada dua jenis progesteron yang dipakai, yaitu yang berasal dari 19 nor-
testosteron, dan yang berasal dari 17 alfa-asetoksi-progesteron. Derivat
dari 19 nor- testosteron yang sekarang banyak dipergunakan untuk pil
kontrasepsi ialah noretinodrel, norethindron asetat, etinodiol diasetat, dan
norgestrel. Estrogen yang banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah etinil
estradiol dan mestranol.
2) Kontrasepsi Suntik
Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Kontrasepsi suntik ialah 6-
alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi
parental, mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif.
Mekanisme kerja obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan cara
menekan pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus
yang menyebabkan lendir serviks bertambah kental, sehinnga
menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri. Implantasi ovum
dalam endometrium menjadi terhalangi dan mempengaruhi transport
ovum di tuba.
3) Kontrasepsi Implant (susuk)
Suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus
dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan disusukkan dibawah
kulit.
1
b. Kontrasepsi Non-hormonal
1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD)
efektivitas IUD.
sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik”
sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
1
d. Metode Kalender
Masa subur juga disebut “fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan
berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan
tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini ialah sulit untuk
menentukan waktu yang tepat dari ovulasi, ovulasi umumnya terjadi 14+2 hari
sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada perempuan yang haid tidak
teratur ,sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya
ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur ada kemungkinan
hamil, oleh salah satu sebab ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah
datang sebelum semestinya.
e. Kondom
Penggunaanya ialah untuk melindungi laki-laki terhadap penyakit kelamin.
Yang kini dipakai ialah kondom karet, yang tebalnya kira-kira 0,05 mm.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung
yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Pessarium (Cincin Vagina).
1
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang Ibu bernama Ny.S usia 30 tahun, P3A0 datang ke PMB Bdn. Siti juaeriah,
S.TR.Keb. pada tangggal 30 Mei 2022. Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang ber-
KB, yaitu Suntikan 1 bulan. Dalam hasil pemeriksaan didapatkan BB: 61 kg, TD:
110/70 mmhg, ND: 82x/mt, RR:20x/mt suhu 36,2°C. Ibu mengatakan keluhan : ada
kenaikan pada berat badannya.
B. SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Plan)
S : Pasien bernama Ny. S , usia 30 thn P3A0 , Kunjungan ulang KB Suntikan 1
bulan.
O : BB : 61 kg, TD: 110/70 mmhg, Suhu 36,5°C , Nadi : 82 x/mn, RR:22x/mt.
A : Ny. S usia 30 thn P3A0 Akseptor KB suntik 1 bulan.
P:
1) Baca catatan perencanaan, menyiapkan alat dengan lengkap dan disusun secara
ergonomis.
Hasil : Alat telah di siapkan secara lengkap.
2) Beri salam dan perkenalkan diri kepada klien
Hasil : Klien mengenal bidan.
3) Menjelaskan kepada ibu cara menurunkan berat badan yaitu dengan :
Memperhatikan jumlah asupan kalori per hari.
Komsumsi makanan yang mengandung serat tinggi.
Penuhi asupan cairan agar tubuh tetap terhidrasi.
Menggunakan piring kecil dapat membantu makan dalam porsi yang sedikit.
Menghindari mengkomsumsi makanan cepat saji atau olahan.
Olah raga rutin setiap hari seperti lari pagi atau jogging selama 20- 30 menit.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk mempraktekannya di rumah.
4) Menjelaskan tujuan memberi obat secara IM, dengan persetujuan klien (Inform
Consent).
Hasil : Klien mengerti tujuan dan menyutujui tindakan.
5) Memasang sampiran untuk menjaga privasi klien
Hasil: sampiran sudah dipasang
6) Membaca instruksi pemberian obat dengan prinsip: benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi)
1
Hasil: instruksi pemberian obat sudah dipastikan benar.
7) Mendekatkan alat-alat dan bahan pada ibu
Hasil: alat-alat dan bahan sudah di dekatkan
8) Mengatur posisi ibu sesuai cara pemberian obat injeksi intramuscular.
Hasil: posisi ibu sudah diatur
9) Memasang pengalas pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan.
Hasil: pengalas sudah dipasang.
10) Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir, kemudian
mengeringkan dengan tissue.
Hasil: cuci tangan sudah dilakukan dan tangan telah bersih dan kering.
11) Menggunakan sarung tangan.
Hasil: sarung tangan sudah digunakan
12) Menentukan lokasi injeksi suntikan KB 1 bulan secara intramuscular, kemudian
melakukan desinfeksi area yang akan di injeksi dengan kapas alcohol 70%
secara sirkulair ± 5 cm, dalam 1 kali putaran.
Hasil: lokasi injeksi sudah di desinfeksi dalam 1 kali putaran.
13) Meregangkan permukaan kulit pada lokasi yang akan di suntik dengan tangan
kiri dan tangan kanan memegang spuit.
Hasil: sudah dilakukan
14) Melakukan injeksi KB suntik 1 bulan secara intramuscular di 1/3 Sias pada
bokong dengan posisi mata jarum ke atas tusukan ke permukaan kulit, bentuk
sudut 90°, melakukan aspirasi, memasukkan obat vitamin K perlahan, setelah
obat masuk semua kemudian mencabut jarum dan menekan dengan kapas pada
area tusukan.
Hasil: injeksi suntikan KB 1 bulan sudah diberikan
15) Mengatur posisi ibu seperti semula.
Hasil: sudah dilakukan
16) Merapikan alat-alat dan memasukkan jarum spuit bekas pakai ke dalam safety
box yang berbeda..
Hasil: alat-alat sudah dirapikan dan jarum sudah dibuang ke dalam safety box
yang berbeda.
17) Melepaskan sarung tangan dan melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun
dan air mengalir, kemudian mengeringkan dengan tissue.
Hasil: sudah dilakukan dan tangan sudah bersih.
1
18) Melakukan dokumentasi atas tindakan yang telah dilakukan dalam status
medical record pasien.
Hasil: dokumentasi telah dilakukan.
1
BAB IV
PEMBAHASA
Berdasarkan kasus di atas pada seorang Ibu bernama Ny.S usia 30 tahun, P3A0
datang ke PMB Bdn. Siti juaeriah, S.Tr.Keb pada tangggal 30 Mei 2022. Ibu mengatakan
ingin kunjungan ulang ber-KB, yaitu Suntikan 1 bulan. Dalam hasil pemeriksaan
didapatkan BB: 61 kg, TD: 110/70 mmhg, ND: 82x/mt, RR:20x/mt suhu 36,2°C. Ibu
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID) atau Intracutan (IC), dan Injeksi
Intravena (IV).
B. Saran
terutama teknik injeksi agar obat yang diberikan bekerja dengan baik dan
menghasilkan efek terapeutik yang bemanfaat. Selain itu dengan cara injeksi
yang tepat dapat meminimalkan efek samping dan komplikasi dari injeksi
yang diberikan.
1
1
DAFTAR PUSTAKA
Alimiul Hidayat, Aziz A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan
Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba Media.
Baradero, dkk., (2017). Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi
&
Seksualitas. Jakarta: EGC.
Mufdillah. (2010). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima.
Yogyakarta : Mitra Cendika.
Hermasari, Bulan, dkk. 2019. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Teknik Injeksi
Dan Pungsi Untuk Semester 4. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, hlm. 13.
Rahayu, Tentrem. 2016. Prosedur Injeksi Intramuscular, Sub Cutan, Intra Cutan,
dan Intravena. [online]. Diperoleh dari :
https://id.scribd.com/presentation/364257158/4-Prosedur-Injeksi-IM-SC-IC-
Dan-IV-2016.