Tugas 3 Pai Istina Widiana P 048122184
Tugas 3 Pai Istina Widiana P 048122184
Tugas 3 Pai Istina Widiana P 048122184
TUGAS ke-3
NIM : 048122184
Nama Lengkap : Istina Widiana Putri
Fakultas : Ekonomi
Prodi : Manajemen
Semester : Ke_1
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
TAHUN 2023
SOAL :
1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian
melalui perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!
2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!
3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya yang menunjukkan
kewajiban menuntut ilmu!
4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka banyak kata ilmu
ataupun derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi yang memiliki kesamaan makna
dengan ilmu dalam beragam bentuknya!
5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari hewan ternak.
Di ayat manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan ayat tersebut beserta tafsirnya!
JAWAB :
1. Pernyataan tersebut mencerminkan konsep struktur iman dalam konteks kepercayaan atau
keyakinan, dan terlihat memiliki keterkaitan yang erat antara tiga aspek utama: pembenaran
dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan. Keterkaitan dari ketiga
aspek tersebut yaitu :
a. Pembenaran dalam Hati: Pembenaran dalam hati merujuk pada keyakinan atau keimanan
yang tumbuh di dalam hati seseorang. Ini mencakup pengertian, penerimaan, dan
pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai atau prinsip-prinsip keagamaan.
Pembenaran dalam hati adalah landasan dari keimanan seseorang dan menjadi titik awal
dari proses tersebut.
b. Ikrar dengan Lisan: Ikrar dengan lisan adalah langkah selanjutnya setelah pembenaran
dalam hati. Ini melibatkan pengungkapan keimanan secara verbal, diungkapkan melalui
kata-kata atau ikrar yang diucapkan dengan lisan. Langkah ini memberikan dimensi
eksternal pada keimanan, memperkuat komitmen dan keterlibatan seseorang terhadap
keyakinan agamanya.
c. Pembuktian Melalui Perbuatan: Pembuktian melalui perbuatan merupakan manifestasi
konkret dari keimanan. Ini melibatkan tindakan nyata dan perilaku sehari-hari yang
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama yang diyakini. Dengan kata lain,
seseorang membuktikan keimanan mereka melalui tindakan positif, moral, dan sesuai
dengan ajaran agama yang dianut.
Keterkaitan dalam ketiga aspek tersebut yaitu :
- Pembenaran dalam hati memberikan dasar yang kuat untuk keimanan, menciptakan
fondasi yang mendalam dan personal.
- Ikrar dengan lisan memberikan dimensi publik pada keimanan, membuat seseorang
menyatakan komitmen mereka secara terbuka di hadapan orang lain.
- Pembuktian melalui perbuatan adalah wujud konkret dari keimanan yang dapat dilihat
oleh orang lain, mengintegrasikan keyakinan dalam tindakan sehari-hari.
Dengan keterkaitan yang erat antara pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
pembuktian melalui perbuatan, konsep ini menciptakan suatu kesatuan yang utuh dalam
ekspresi dan pengamalan keimanan seseorang.
2. Ciri-ciri orang yang beriman dapat bervariasi tergantung pada pandangan agama dan
keyakinan masing-masing. Di bawah ini adalah beberapa ciri umum yang sering
dihubungkan dengan orang yang beriman dalam banyak tradisi agama:
- Ketaatan kepada Tuhan: Orang yang beriman biasanya menunjukkan ketaatan dan
pengabdian kepada Tuhan atau kekuatan yang mereka yakini sebagai pencipta dan
pemelihara alam semesta.
- Ketaatan terhadap ajaran agama: Mereka mempraktikkan ajaran agama mereka dan
berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama
tersebut.
- Keadilan dan kejujuran: Orang beriman cenderung mengutamakan keadilan, kejujuran,
dan integritas dalam segala aspek kehidupan mereka.
- Kesabaran dan syukur: Orang yang beriman seringkali memiliki sikap sabar dalam
menghadapi cobaan hidup dan bersyukur atas berbagai nikmat yang diberikan Tuhan.
- Kasih sayang dan kepedulian: Mereka menunjukkan kasih sayang dan kepedulian
terhadap sesama manusia serta makhluk hidup lainnya.
- Kesederhanaan: Orang beriman mungkin cenderung hidup dengan sederhana dan tidak
terlalu melekat pada materi dunia.
- Kebajikan dan amal kebaikan: Mereka aktif melakukan amal kebaikan dan berusaha
berkontribusi positif untuk kebaikan masyarakat.
- Doa dan ibadah: Orang beriman melibatkan diri dalam doa dan ibadah sebagai bentuk
komunikasi dengan Tuhan dan memperkuat hubungan spiritual.
- Tawakal: Sikap tawakal atau bergantung sepenuhnya kepada kehendak Tuhan adalah ciri
yang seringkali terlihat pada orang yang beriman.
- Toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan: Orang beriman mungkin lebih
cenderung menerima perbedaan antara individu dan kelompok, serta berusaha hidup
berdampingan dengan damai.
3. Salah satu ayat Al-Quran yang menunjukkan pentingnya menuntut ilmu adalah Surah Al-
Mujadila (58:11): َل انُش ُز وا:َل َلُك ْم َتَفَّس ُحوا ِفي اْلَم َج اِلِس َفاْفَس ُحوا َيْفَس ِح ُهَّللا َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقي:َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُن وا ِإَذ ا ِقي
َفانُشُز وا َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم نُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َر َج اٍتۚ َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر
Terjemahannya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berilah
jalan dalam majelis", maka berilah jalanlah. Allah niscaya akan memberikan kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah", maka berdirilah, Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Tafsir singkatnya adalah bahwa ayat ini menekankan pentingnya berusaha menuntut ilmu
dan meningkatkan pengetahuan. Allah menjanjikan kelapangan bagi orang yang bersedia
memberi jalan dalam majelis ilmu dan akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan memiliki ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ayat ini mendorong umat Islam untuk aktif
dalam mencari ilmu dan mengembangkan pengetahuannya.
4. Al-Qur'an memang memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, dan terdapat banyak
kata-kata yang memiliki kesamaan makna dengan "ilmu" atau derivasinya. Beberapa kata
tersebut melibatkan konsep pengetahuan, pemahaman, dan kebijaksanaan. Berikut adalah
beberapa contoh derivasi kata yang memiliki kesamaan makna dengan "ilmu" dalam
beragam bentuknya:
- 'Ilm: Kata ini merupakan bentuk dasar dari kata "ilmu" dalam bahasa Arab.
Penggunaannya seringkali mewakili pengetahuan atau kebijaksanaan.
- Ma'rifah: Kata ini dapat diartikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang
mendalam. Ma'rifah mencakup pemahaman spiritual dan pengetahuan tentang Allah.
- Hikmah: Meskipun tidak secara langsung merujuk pada ilmu pengetahuan, kata ini
sering kali diartikan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan yang diaplikasikan dengan
bijak.
- 'Alim: Merupakan bentuk partisipasi dari kata "ilm" dan sering digunakan untuk
menyebut orang yang memiliki pengetahuan atau kebijaksanaan.
- 'Ulum: Merupakan bentuk jamak dari "ilm" dan dapat mencakup berbagai jenis
pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
- Mu'allim: Kata ini merujuk kepada pengajar atau guru, yang memiliki peran dalam
menyebarkan pengetahuan kepada orang lain.
- Talib ilm: Merupakan ungkapan untuk orang yang mencari ilmu atau pengetahuan,
menekankan nilai pencarian pengetahuan.
- 'Alamu: Bentuk jamak dari "alim" dan digunakan untuk menyebut para ahli atau orang
yang memiliki pengetahuan yang mendalam.
5. Ayat yang disebutkan tidak secara langsung menyatakan bahwa manusia bisa lebih sesat
atau buruk dari hewan ternak. Namun, Al-Qur'an menyentuh tema kekufuran dan
ketidaktaatan manusia dalam beberapa ayat. Salah satu ayat yang sering dikutip dalam
konteks ini adalah Ayat 179 dari Surah Al-A'raf (7:179): َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِثيًرا ِّم َن اْلِج ِّن َو اِإْل نِس َلُهْم
ُقُلوٌب اَّل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَّل ُيْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم آَذ اٌن اَّل َيْس َم ُعوَن ِبَهاۚ ُأوَٰل ِئَك َك اَأْلْنَع اِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلَغاِفُلوَن
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami jadikan banyak dari jin dan manusia untuk Jahannam.
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak memahami dengannya, mereka mempunyai mata,
tetapi tidak melihat dengannya, mereka mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar
dengannya. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai."
Tafsir ayat ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan penafsir yang merujuk padanya.
Umumnya, ayat ini diartikan sebagai peringatan tentang ketidaktaatan dan keengganan
manusia untuk memahami dan mengikuti petunjuk Allah. Perbandingan dengan binatang
ternak menyoroti tingkat ketidaktaatan dan keengganan manusia dalam menggunakan akal
dan kemampuan mereka untuk mencari kebenaran.
Sumber Referensi :