Riska Rahmatul Laila, 150204053, FTK, PFS, 082273724308

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 153

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI ELASTISITAS DI


MAN 4 ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Riska Rahmatul Laila


NIM. 150204053
Jurusan Pendidikan Fisika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Demikian juga shalawat dan salam

kami curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian

yang telah mengarahkan kita kejalan yang benar.

Berbagai pengarahan, bimbingan dan bantuan dari banyak pihak telah

penulis dapatkan dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Fitriyawany, M.Pd, sebagai

pembimbing proposal, Dr. Abd Mujahid Hamdan, M.Sc, sebagai pembimbing

I dan Fera Annisa, M.Sc, sebagai pembimbing II. Motivasi dan bimbingan

secara ikhlas dan sungguh-sungguh telah diberikan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis juga menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-

Raniry Banda Aceh.

2. Ketua Prodi Pendidikan Fisika FTK Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

serta Bapak/Ibu staf pengajar yang telah memberi bekal berbagai ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga karya tulis dapat terselesaikan.

3. Bapak Muhammad Nasir M.Sc, bapak Samsul Bahri M.Pd, bapak Mulyadi

Abdul Wahid M.Sc, Ibu zakiati Mandas S.Ag dan Ibu Dra. Cut Nuriza

yang telah membantu memvalid bahan ajar dan memberi saran yang

v
bermanfaat sebagai ilmu baru juga.

4. Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah MAN 4 Aceh Besar, yang

telah memudahkan penulis dalam proses administrasi dan pelaksanaan

penelitiaan ini.

5. Kepala Sekolah dan Zakiati Mandas, S.Ag selaku Guru Fisika dan siswa/i kelas

XI MIA 1 di MAN 4 Aceh Besar yang telah banyak membantu penulis sejak

dari awal penelitian sampai selesai.

6. Terimakasih kepada Nella, Cut maulida, Elsa, zahrina, Hustar, cut yuyun,

hamna, sukma, serta unit 2 leting 2015 lainnya yang telah banyak membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teristimewa penulis sampaikan rasa terimakasih kepada kedua orang tua atas

segala cinta, dorongan dan doa yang tiada hentinya selalu diberikan, serta

keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat demi

kesuksesan penulis skripsi ini.

Meskipun penulisan skripsi ini telah dilakukan, namun dengan rendah hati

penulis mengharapkan kritik dan saran baik dari segi isi maupun penulisan, demi

kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata, hanya kepada

Allah-lah segala sesuatu urusan kita serahkan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca agar dapat

menambah ilmu pengetahuan kita.

Banda Aceh, 11 November 2019

Riska Rahmatul Laila

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL JUDUL


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
E. Definisi Operasional ....................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Bahan Ajar.................................................................................... 9
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ............ 15
C. Elastisitas ...................................................................................... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian .................................................................. 32
B. Langkah – Langkah Penelitian .................................................... 33
C. Uji Coba Produk .......................................................................... 37
D. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
F. Teknik Analisis Data................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Desain Penyusunan Bahan Ajar Fisika (Hasil Produk) ................ 43
B. Kualitas Produk Bahan Ajar Fisika .............................................. 53
C. Pembahasan .................................................................................. 62

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 67
B. Saran ............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69


LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................................... 70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Modulus Elastisitas Berbagai Zat ................................................... 22


Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Bahan Ajar........................................................... 39
Tabel 3.2 Kriteria atau Tanggapan Terhadap Bahan Ajar .............................. 41
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Bahan Ajar Fisika Oleh Ahli Media ..................... 53
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Bahan Ajar Fisika Oleh Ahli Materi..................... 58
Tabel 4.3 Hasil Angket Respon Peserta Didik ................................................ 60
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Batang yang ditarik dengan Gaya F ............................................ 20


Gambar 2.2 Pegas yang Menegang ................................................................. 21
Gambar 2.3 Grafik Hubungan Gaya dan Pertambahan Panjang benda .......... 23
Gambar 2.4 Pegas yang ditarik Gaya F ........................................................... 24
Gambar 2.5 Grafik Hubungan Gaya terhadap Panjang Pegas ........................ 25
Gambar 2.6 Susunan Seri pada Pegas ............................................................. 26
Gambar 2.7 Susunan Paralel pada Pegas ........................................................ 27
Gambar 2.8 Susunan Campuran pada Pegas ................................................... 28
Gambar 3.1 Skema ADDIE............................................................................. 32
Gambar 4.1 Desain Cover Sebelum dan Sesudah Revisi ................................ 44
Gambar 4.2 Kata Pengantar Sebelum dan Sesudah Revisi ............................. 45
Gambar 4.3 Peta Konsep Sebelum dan Sesudah Revisi ................................. 46
Gambar 4.4 Sumber dan Bahan Sebelum dan Ssesudah Revisi...................... 48
Gambar 4.5 Tampilan Konsep Sebelum dan Sesudah Revisi ......................... 49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 SK Penunjukan Pembimbing.... .................................................. 72


Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan .............................................................................. 73
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kantor Wilayah
Kementrian Agama ..................................................................... 74
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari MAN 4 Aceh
Besar ............................................................................................ 74
Lampiran 5 Hasil Penilaian Ahli Desain Media ............................................. 75
Lampiran 6 Hasil Penilaian Ahli Substansi Materi ......................................... 82
Lampiran 7 Hasil Penilaian Respon Peserta Didik.. ....................................... 95
ABSTRAK

Nama : Riska Rahmatul Laila


NIM : 150204053
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Fisika
Judul : Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Contextual
Teaching and Learning Pada Materi Elastisitas di
MAN 4 Aceh Besar
Tanggal Sidang : 17 Januari 2020
Tebal Skripsi : 142 Halaman
Pembimbing I : Dr. Abd Mujahid Hamdan, M.Sc
Pembimbing II : Fera Annisa, M.Sc
Kata Kunci : Bahan Ajar, Contextual Teaching and Learning,
Elastisitas

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya bahan ajar khusus yang berbasis
Contextual Teaching and Learning pada materi Elastisitas, jadi peneliti
berinisiatif mengembangkan bahan ajar Contextual Teaching and Learning pada
materi Elastisitas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) desain
penyusunan, (2) kualitas bahan ajar dan (3) respon peserta didik terhadap bahan
ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning pada materi Elastisitas di
MAN 4 Aceh Besar. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D) yang mengacu pada model ADDIE dan
dibatasi tidak menggunakan langkah penerapan. Langkah penelitian dan
pengembangan dipenelitian ini dianalisis dengan langkah studi pendahuluan
desain produk, pengembangan produk dan evaluasi produk. Instrumen penelitian
berupa skala angket dengan 4 kategori disusun dalam bentuk ceklist. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) desain penyusunan bahan Fisika berbasis
Contextual Teaching and Learning di MAN 4 Aceh Besar berada pada kategori
sangat layak (88%), (2) kualitas bahan ajar Fisika berbasis Contextual Teaching
and Learning di MAN 4 Aceh Besar yang di nilai oleh ahli substansi materi
berada pada kategori sangat layak (85%) dan (3) respon peserta didik sangat
positif dalam menilai bahan ajar sangat setuju (81%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning pada
materi Elastisitas ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha membekali peserta didik dengan bimbingan,

pembelajaran dan latihan. Dengan adanya tercapainya fungsi dan tujuan

pendidikan nasional. Upaya yang dilakukan tersebut berupa pembaharuan

beriringan dengan perkembangan IPTEK, seni budaya, dan perubahan pada

masyarakat. Pencapaian tersebut menuntut pengembangan kurikulum dalam

melakukan perbaikan dan penilaian kurikulum yang akan diterapkan. Kurikulum

tersebut adalah kurikulum2013 sebagai pembaharuan dari kurikulum 2006.

Kurikulum 2013 di arahkan pada kegiatan pembelajaran yang dapat

memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mereka

dapat memiliki kompetensi yang diharapkan yaitu menumbuhkan dan

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.1 Kurikulum yang di

gunakan era sekarang ini adalah kurikulum 2013.

Salah satu mata pelajaran pada kurikulum 2013 adalah mata pelajaran

fisika. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala

alam pada benda-benda mati secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang

melibatkan proses dan sikap ilmiah.2 Pembelajaran fisika dengan segala proses di

____________
1
Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
2
Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, (Bandung : Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol 13, 2007), h. 91-105

1
2

dalamnya akan lebih bermakna jika dipelajari secara kontekstual dengan

melibatkan siswa untuk berekplorasi membentuk kompetensi dengan menggali

potensi kebenaran ilmiah.3 Pembelajaran Fisika dapat menumbuhkan kemampuan

berpikir siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika merupakan salah satu

cabang ilmu sains yang mempelajari tentang gejala dan fenomena alam dalam

kehidupan sehari-hari yang dapat ditinjau melalui berbagai kegiatan seperti

pengalaman, observasi serta ekperimen dengan dilandasi sikap ilmiah untuk

meningkatkan keterampilan proses sains sehingga dapat dipahami dengan mudah.

Keberhasilan peserta didik didalam belajar fisika sangat tergantung dari

cara guru mengajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Poerwanto: “Cara guru

mengajar turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar”. 4 Guru yang

merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan serta secara aktif

dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang makin berkembang. Dalam merencanakan pengajaran

yang perlu dipersiapkan oleh guru adalah bahan ajar sesuai dengan topik bahasan.

Bahan ajar dipilih dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan dan

kemampuan peserta didik, disusun secara rinci dan sistematis. Dalam

____________
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Menengah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 69-70.

4
Poerwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994), h. 105
3

melaksanakan mengajar, guru menyampaikan bahan ajar sesuai dengan

sistematika yang disusun.

Sumber bahan ajar sudah harus diusahakan pada tingkat pedoman

kurikulum. Pada tahap ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin kepada tenaga

pengajar untuk bersama-sama mempersiapkan segala sumber mengajar ini dapat

dilakukan sewaktu bersama-sama mempunyai kurikulum baru. Untuk

mengembangkan sumber bahan ajar, tenaga pengajar dibagi dalam sejumlah

kelompok menurut bidang studi dan ketrampilan menyiapkan sumber mengajar

tertentu. Sumber ini dapat berupa bahan cetak, buku pelajaran atau buku referensi,

majalah, transparansi, proyektor, diagram, permainan simulasi, peta rekaman,

audio dan video, peta, gambar dan segala alat dan bahan lainnya yang dapat

menunjang proses belajar mengajar.5 Untuk mengembangkannya membutuhkan

waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, sebaiknya dikembangkan oleh teams

dari pada oleh individu secara mandiri.

Berdasarkan observasi di MAN 4 Aceh Besar menunjukkan bahwa

sebagian guru menggunakan bahan ajar namun belum menggunakan pembelajaran

yang konstektual yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.. Pemahaman konsep yang rendah dapat berdampak pada

hasil belajar peserta didik. Namun pada hal ini guru bukannya gagal dalam

menggunakan bahan ajar tersebut, hanya saja ada beberapa proses yang tertinggal

____________
5
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 85
4

pada saat proses pembelajaran Fisika berlangsung. Tingkat pemahaman siswa

yang masih rendah, peserta didik sulit memahami materi Fisika pada bahan ajar

yang telah disediakan dan peserta didik tidak tau keterkaitan materi yang

diajarkan dengan kehidupan sehari-hari, karena bahan ajar yang digunakan belum

dikaitkan dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). oleh sebab itu guru

perlu memodifikasi bahan ajar yang telah ada dengan bahan ajar yang berbasis

CTL agar meningkatkan pemahaman dan motivasi peserta didik dalam

pembelajaran yang berlansung sehingga dengan adanya bahan ajar yang berbasis

CTL ini dapat memicu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang

memuaskan.

Sesuai dengan pernyataan di atas upaya yang dilakukan dalam bahan ajar

yaitu pendekatan proses pembelajaran CTL yang memacu peserta didik agar

saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan

yang diajarkan oleh guru. Sehingga penulis berinisiatif untuk mengembangkan

bahan ajar berbasis CTL. Pendekatan CTL pada hakikatnya adalah konsep

pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.6

Pendekatan CTL membantu siswa lebih mandiri sehingga peran guru hanya

sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar.

Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari dan Salam ,

mengenai Pengembangan Bahan Ajar Melalui Model Pembelajaran REACT Pada


____________
6
Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Kontruktivisme, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014), h. 103.
5

Materi Elastisitas. Hasil pengembangan menunjukkan bahwa: (1) Bahan ajar yang

dikembangkan dinyatakan valid dengan kategori sangat tinggi yang divalidasi

oleh dua validator, (2) bahan ajar yang dikembangkan praktis dilihat dari

keterlaksaan RPP dengan kategori sangat baik, (3) bahan ajar yang

dikembangkan dinyatakan efektif dilihat dari gain score yang tinggi.7 Dapat

diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar pada pokok bahasan elastisitas melalui

model pembelajaran react dinyatakan layak untuk digunakan karena memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arifin dan Muhammad

Zaenal mengenai pengembangan bahan ajar fisika berbasis CTL materi elastisitas

dan getaran penunjang pembelajaran bermakna siswa. Hasil pengembangan ini

menunjukkan bahwa hasil validasi, bahan ajar siswa memperoleh presentase

95,45% dan bahan ajar guru memperoleh presentase 93,30%. Berdasarkan hasil

uji coba terbatas pada siswa, bahan ajar siswa memperoleh nilai presentase

84,33%.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah

memenuhi kriteria layak/valid menurut validator dan pengguna.

____________

7
Pratiwi Purnamasari, Syubhan An’nur dan Abdul Salam M, Pengembangan Bahan Ajar
Melalui Model Pembelajaran REACT Pada Materi Elastisitas, jurnal. Vol 4 no 3, 2016.

8
Muhammad Zaenal Arifin, Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis CTL Materi
Elastisitas dan Getaran Penunjang Pembelajaran Bermakna Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Tumpang. Skripsi Jurusan Fisika Fakultas MIPA UM, 2013
6

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dari penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya adalah pada jenis bahan ajar yang dikembangkan dengan

judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Contextual Teaching and

Learning (CTL) Pada Materi Elastisitas di MAN 4 Aceh Besar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti mencoba

merumuskan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana design penyusunan bahan ajar berbasis CTL pada materi

elastisitas di MAN 4 Aceh Besar ?

2. Bagaimana kualitas produk bahan ajar berbasis CTL pada materi

elastisitas di MAN 4 Aceh Besar ?

3. Bagaimana respon peserta didik terhadap bahan ajar berbasis CTL pada

materi elastisitas di MAN 4 Aceh Besar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui design bahan ajar berbasis CTL pada materi elastisitas

di MAN 4 Aceh Besar.

2. Untuk mengetahui kualitas produk bahan ajar berbasis CTL pada materi

elastisitas di MAN 4 Aceh Besar menurut para ahli.

3. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap bahan ajar berbasis CTL

pada materi elastisitas di MAN 4 Aceh Besar.


7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan supaya kedepannya dapat lebih mencermati

dalam pengembangan bahan ajar sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai dengan baik dan nantinya peserta didik akan lebih cepat memahami

materi yang disampaikan oleh seorang pendidik.

2. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik

agar lebih aktif dan kreatif sehingga peserta didik berpeluang besar untuk

mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan,

memproses sendiri dengan bimbingan guru.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan dasar masukan bagi peneliti untuk mengetahui

pengembangan dan hasil pengembangan bahan ajar Fisika berbasis Contextual

Teaching and Learning.

4. Bagi pembaca, dapat memberikan motivasi untuk mengembangkan dan

melakukan penelitian lainnya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran,

perlu kiranya dijelaskan beberapa istilah pokok dalam penelitian ini yaitu :

1. Bahan ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu

guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di


8

kelas.9 Dalam penelitian ini bahan ajar dapat diartikan sebagai suatu alat

atau media yang dapat menunjang proses pembelajaran.

2. CTL (Contextual Teaching and Learning)

CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

peserta didik.10 Dalam pembelajaran konstektual peserta didik yang lebih

aktif untuk memperoleh informasi tentang apa yang dipelajarinya, guru

hanyalah sebagai pembimbing bagi peserta didik dalam pembelajaran.

3 . Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu objek untuk kembali ke bentuk

awalnya setelah suatu gaya eksternal yang diberikan sebelumnya

berakhir.11 Jika benda tersebut tidak tidak kembali ke bentuk semula

setelah setelah gaya dihentikan benda tersebut dikatakan memiliki sifat

plastis.

____________

9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.589

10
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 189
11
Sear, Zemansky, Fisika Universitas 1 Mekanika Panas, (Jakarta: Bina Cipta, 1994), h.
251
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru atau instruktur dalam melaksanakan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud

dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Dengan bahan ajar

memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi atau

kompetensi dasar secara runtun dan sistematis sehinggga secara akumolatif

mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan tek yang diperlukan guru untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi dalam pembelajaran. Bahan ajar adalah

segala bentuk bahan ajar yang dipergunakan untuk membantu guru dalam

melaksakan kegiatan mengajar dalam kelas.12 Pengelompokan bahan ajar menurut

faculte de psycologie et des sciences de I’education universite de geneve dalam

websitenya adalah media tulis, audio visual, elektronik dan integrasi terinteraksi

yang kemudian disebut sebagai medenverbund (bahasa jerman yang berarti media

integrasi) atau mediamix.

Sebuah bahan ajar mencakup antara lain :

1. Petunjuk belajar

2. Kompetensi yang akan dicapai

3. Informasi pendukung

____________

12
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran - Mengembangkan Kompetensi Guru, Jakarta:
PT. Remaja Roesdakarya,cet. 1, 2005, hal. 173

9
10

4. Latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembaran kerja dan evaluasi.

B. Jenis-jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan

menjadi empat kategori sebagai berikut:

1. Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk antara lain:
1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan
guru dalam menyampaikan dan menunjukkan kepada peserta didik
bagaimana yang dipelajarinya.
2. Bahan tertulis cepat digunakan dan mudah dipindah-pindahkan.
3. Menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas bagi individu.
4. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.
5. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi peserta didik dan
pembaca untuk melakukan aktivitas13.

Bahan ajar biasanya ditampilkan daftar kata pengantar, daftar isi, materi

belajar, contoh soal dan soal evaluasi, bahan ajar menawarkan kemudahan secara

luas dan kreatif kepada peserta didik.

Bahan Ajar Cetak dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk:

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk

memperkaya pengetahuan peserta didik.

b. Buku

Buku merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku

yang baik adalah buku yang tertulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan

mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan


____________

13
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran,..... h. 169
11

keterangannya. Buku pengetahuan berisi tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang

dapat diguakan oleh peserta didik untuk belajar.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik

dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbangan guru, sehingga modul

berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah

disebutkan sebelumnya.

d. Lembar kerja peserta didik

Lembar kerja peserta didik merupakan lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik.14 Lembar kerja peserta didik biasanya

berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalahyang

disusun secara bersistem yang terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa

dijilid.

f. foto dan gambar

foto dan gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan

tulisan.Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan

yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto atau gambar

peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau

lebih kompetensi dasar.

____________

14
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran,... h. 170
12

g. Model atau maket

Model atau maket yang didesain secara baik akan memberikan makna

yang makin sama dengan benda aslinya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat

bediri sendiri melainkan harus dibantu bahan tertulis agar memudahkan guru

dalam mengajari maupun siswa dalam belajar.15 Model atau maket adalah tiruan

benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila

menghadirkan objek atau benda tersebut langsung kedalam kelas.

2. Bahan Ajar Dengar (audio)

Audio adalah sesuatu yang berkaitan dengan indra pendengar, dimana

pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal

maupun non verbal. Program audio dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran

individual,berkelompok, maupun massal.

Lebih lanjut John Lannon mengemukakan bahwa media pengajaran


khususnya alat-alat pandang dapat:
a. Menarik minat siswa
a. Meningkatkan pengertian siswa
b. Memberikan data yang kuat dan terpercaya
c. Memadatkan informasi
d. Memudahkan penafsiran data.

Bentuk media visual yang efektif digunakan dalam proses belajar

mengajar antara lain:

a. Kaset

Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah

programnya dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Media kaset dapat

____________
15
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran,... h. 171
13

menjumpai suatu yang dapat secara berulang-ulang diperdengar kepada

peserta didik yang menggunakan sebagai bahan ajar.

b. Radio

Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar.

Program radio dapat dirancang sebagai bahaan ajar misalnya pada jam

tertentu sama merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio.

Dengan memperdengar berita secara langsung suatu kejadian yang sedang

berlangsung.

3. Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual)

Bahan ajar audio visual merupakan bahan ajar pandang dengar yang dapat

dipergunakan oleh siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bahan ajar pandang dengar ini dapat dikelompokkan menjadi:

a. Video

Video juga alat bantu yang didesain sebagai bahan ajar. Umumnya

program video dibuat dalam rancangan lengkap sehingga setiap akhir

penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.

b. Orang/narasumber

Orang sebagai sumber belajar juga dapat dikatakan sebagai bahan ajar

yang dapat dipandang dan didengar. Karena dengan seseorang , orang dapat

belajar karena orang tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui

ketrampilannya dapat dijadikannya sebagai bahan belajar, bahkan

seorang guru dapat dijadikan sebagai bahan ajar 16. Narasumber ialah orang

____________
14

yang mengetahui dan memberikan secara jelas atau menjadi sumber

informasi.

4. Bahan Ajar Interaktif

Menurut Guidelines for Bibliographic Description of Interactive

Multimedia dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar, bahan ajar

interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih (audio teks, grafik gambar,

animasi, video) yang oleh penggunannya dimanipulasi untuk mengendalikan

perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi.17 Bahan ajar interaktif adalah

bahan ajar yang mengombinasikan beberapa media pembelajaran yang bersifat

interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu

presentasi.

C. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar

Adapun tujuan Pengembangan Bahan Ajar antara lain:


a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntunan kurikulum
dengan tujuan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping
makalah-makalah teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sekaligus
sebagai pedoman dalam mengarahkan aktivitasnya dalam proses
pembelajaran
d. Sebagai alat ukur atau evaluasi dalam suatu proses pembelajaran,
sehingga kemampuan dan pemahaman peserta didik dapat diketahui.
Bahan ajar disini juga dapat dijadikan sebagai pengukuran bagi peserta
didik dalam proses pembelajaran, dengan cara mengidentifikasi
pemahaman peserta didik dari latihan-latihan yang ada di bahan ajar.18

16
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran,...h.171
17
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva
Press,2015), h. 329

18
Fitri Erning Kurniawati, Pengembangan Bahan Ajar Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah, 2015, Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 2, h. 370-375.
15

Jadi tujuan pengembangan bahan ajar adalah untuk memudahkan peserta

didik untuk melihat media yang sangat nyata, memudahkan peserta didik dalam

belajar baik dalam memahami materi, contoh soal, latihan soal maupun soal

evaluasi.

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Model Pembelajaran CTL

Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan pembelajaran

konstektual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-

pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut Elaine mengatakan bahwa

pembelajaran konstektual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan

otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan

konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik.19

Menurut Howey R, Keneth, (2001) CTL adalah pembelajaran yang memu

ngkinkanterjadinya proses belajar dimana peserta didik menggunakan pemahaman

dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah

untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-

sendiri maupun bersama-sama.20

Berdasarkan beberapa pendapat di atas CTL adalah konsep belajar yang

mendorong peserta didik untuk mengerti dan memahami makna belajar itu

19
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 187

20
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru,..., h. 190
16

sendiri, manfaat belajar dan dan bagaimana mencapai tujuan belajar tersebut

dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan nyata.

2. Langkah-langkah Penerapan CTL

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL sebagai berikut:


1. Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri,menemukan
sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru
yang akan dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui model,
ilustrasi bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif.21

Langkah penerapan CTL adalah untuk mengembangkan pemikiran peserta

didik dalam melaksanakan kegiatan belajar sendiri, menemukan sendiri, mencari

sendiri tanpa dibimbing oleh guru, mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik

untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, menciptakan masyarakat belajar

seperti berdiskusi, tanya jawab. Di langkah penerapan CTL menghadirkan model

sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui model maupun ilustrasi bahkan media

yang sebenarnya.

3. Prinsip Pembelajaran Konstektual

Ada tujuh prinsip pembelajaran CTL yang harus dikembangkan oleh guru,
yaitu:

____________
21
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 200
17

a. Kontruktivisme, komponen ini merupakan landasan filosofis ( berfikir)


pendekatan CTL. Pendekatan yang berciri konstruktivisme
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif,
dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu
dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
b. Bertanya (Questioning). Komponen ini merupakan strategi
pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang
sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui
sesuatu, mengarahkan peserta didik untuk memperoleh informasi,
sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan befikir peserta didik.
c. Menemukan (Inquiry), komponen menemukan merupakan inti CTL.
Kegiatan ini dimulai dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan
dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperoleh sendiri oleh peserta didik, dengan demikian, pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya.
d. Masyarakat belajar (Learning Community). Konsep ini menyarankan
bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang
lain. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar yang dikemas dalam
berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang
bervariasi, sangat mendukung komponen learning comunity ini.
e. Pemodelan (Modelling). Komponen pendekatan CTL ini menyarankan
bahwa pembelajaran ketarmpilan dan pengetahuan tertentu diikuti
dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa
berupa pemberian contoh tentang, misalnya cara mengoperasikan
sesuatu, menunjukkan hasil karya, mmpertonton suatu penampilan.
Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami peserta
didik dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada
peserta didik tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
f. Refleksi (reflection). Komponen yang merupakan bagian terpenting
dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan
kembali atas penegtahuan yang baru dipelajari, dengan memikirkan
apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian,
aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan
memberikan masukan atau saran jika diperlukan, peserta didik akan
menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan
pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada
18

peserta didik agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-


pengetahuan baru.
g. Penilaian autentik (Authentic Assessment). Komponen yang
merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran
perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat
agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa, dengan
demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika tau
dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata
pada hasil pembelajaran.22

Prinsip pembelajaran CTL pada kontruktivisme adalah mengkonstruksi

menekankan terbangunnya pemahaman sendiri bukan menerima. Komponen

inquiri adalah Pengetahuan diperoleh dengan menemukan karya. Komponen

bertanya adalah belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi dan

menghasilkan pengetahuan. Masyarakat belajar adalah kerjasama, maju bersama

saling membantu. Pemodelan adalah mencoba hal-hal baru. Refleksi adalah

pembelajaran evaluasi diri sendiri internal dan eksternal. Penilaian autentik adalah

penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, tes dan non tes.

1. Kelebihan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

Dalam pembelajaran CTL juga memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut :


a. Pembelajaran konstektual menekankan pada proses keterlibatan peserta
didik secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran kontekstual dalam kelas dapat berlangsung secara ilmiah.
c. Dalam pembelajaran konstektual konstektual peserta didik dapat
belajar melalui kegiatan kelompok seperti saling berdiskusi.

____________

22
Trianto, KTSP Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2019), h. 111
19

d. Dalam pembelajaran konstektual kemampuan didasarkan atas


pengalaman.
e. Dalam pembelajaran kontektstual tindakan atau perilaku dibangun atas
kesadaran diri sendiri.
f. Dalam pembelajaran kontektual pengetahuan yang dimiliki setiap
individu, selalu dikembangkan sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya.
g. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata. 23
Kelebihan CTL adalah peserta didik terlibat langsung untuk menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari,

pembelajaran berlangsung secara ilmiah, pembelajaran didasarkan atas

pengalaman, peserta didik juga dapat belajar melalui kegiatan berdiskusi,

pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.

2. Kekurangan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

Dalam pembelajaran kontekstual juga memiliki kekurangan, yaitu sebagai


berikut :
a. Dalam pemilihan informasi atau materi di kelas didasarkan pada
kebutuhan peserta didik, padahal dalam kelas itu tingkat kemampuan
peserta didiknya berbeda-beda sehingga guru kesulitan dalam
menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian peserta didik
tidak sama.
b. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan CTL akan nampak
jelas antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan peserta
didik yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi peserta didik kurang
kemampuannya.
c. Bagi peserta didik yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
CTL ini akan terus tertinggal dan akan sulit mengejar ketertinggalan,
karena dalam pendekatan pembelajaran ini kesuksesan peserta didik
tergantung pada keaktifan dan uasaha sendiri jadi peserta yang dengan
baik mengikuti setiap pembelajaran dengan pendekatan ini tidak akan
menggangu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
d. Tidak setiap peserta didik dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan
penggunaan pendekatan CTL ini.

____________

23
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implimentasi, ( Jakarta: Kencana, 2008), h. 115.
20

e. Pengetahuan yang didapat oleh setiap peserta didik akan berbeda-beda


dan tidak merata.24
Kelemahan pembelajaran CTL adalah guru kesulitan dalam menentukan

materi pembelajaran karena tingkat pencapaian peserta didik tidak sama, dalam

proses pembelajaran pendekatan CTL akan nampak jelas antara peserta didik yang

memiliki kemampuan tinggi dan rendah yang kemudian menimbulkan rasa tidak

percaya diri bagi peserta didik kurang kemampuannya, bagi peserta didik yang

tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL akan terus tertinggal dan akan

sulit mengejar ketertinggalan.

D. Elastisitas dan Hukum Hooke

a. Sifat-sifat elastisitas bahan

Sifat elastis atau elastisitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda

untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan pada

benda itu dihilangkan (dibebaskan).

Berdasarkan sifat keelastisannya benda dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

1) Benda elastis yaitu benda yang jika diberi gaya luar, maka benda

tersebut akan mengalami perubahan ukuran atau bentuk, ketika gaya

luar dihilangkan maka gaya dalam cenderung untuk mengembalikan

bentuk dan ukuran benda ke keadaan semula.

Contoh: karet gelang, pegas/per, karet ketapel dan tali busur.

2) Benda plastis (tak elastis) yaitu benda yang diberi gaya luar, maka

benda tersebut akan mengalami perubahan ukuran atau bentuk tetapi


____________
24
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru,..., h. 205
21

setelah gaya luar dihilangkan ukuran dan bentuk benda tidak kembali

ke keadaan semula. Contoh : plastik dan tanah liat.

Ketika diberi gaya, suatu benda akan mengalami deformasi, yaitu

perubahan ukuran atau bentuk. Karena mendapat gaya, molekul-molekul benda

akan bereaksi dan memberikan gaya untuk menghambat deformasi. Gaya yang

diberikan kepada benda dinamakan gaya luar, sedangkan gaya reaksi oleh

molekul-molekul dinamakan gaya dalam. Ketika gaya luar dihilangkan, gaya

dalam cenderung untuk mengembalikan bentuk dan ukuran benda ke keadaan

semula.

Benda-benda yang elastis mempunyai batas-batas elastisitasnya. Sebagai

contoh, karet gelang diregangkan terus menerus, pada suatu saat tidak akan

mampu lagi diregangkan sehing ga kalau diregangkan terus akan putus. Ini

menunjukkan bahwa karet gelang mempunyai batas elastisitas.Dalam hal ini,

elastisitas berhubungan dengan konsep regangan (strain), tegangan (stress), dan

modulus elastisitas.25

1) Regangan (strain)

Suatu batang yang panjang mula-mula l0 menjadi l saat ditarik gaya F,

berarti terjadi pertambahan panjang Δl. Artinya batang ini dapat meregang

sehingga batang ini memiliki sifat elastis.

____________
25
Marthen Kanginan. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi
2016. (Jakarta : Erlangga, 2016), hal. 80
22

Gambar 2.1 Batang yang ditarik dengan Gaya F

Regangan (strain) perbandingan antara pertambahan panjang batang

dengan panjang mula-mula.

e= (2.1)

dengan e adalah regangan, ∆L adalah pertambahan panjang satuannya (m) dan Lo


adalah panjang awal satuannya (m).
2) Tegangan (stress)

Jika pemberian gaya tidak melebihi sifat elastisnya maka pertambahan

panjang itu akan kembali lagi. Tetapi jika gaya yang diberikan melebihi sifat

elastisitas inilah yang dikatakan menegang. Tegangan (stress) adalah besarnya

gaya yang bekerja tiap satu satuan luas penampang.

Gambar 2.2 pegas yang menegang.


23

(2.2)

Dengan σ adalah tegangan satuannya (N/m2), F adalah gaya satuannya (N), dan A
adalah luas penampang satuannya (m2).

3) Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas adalah besaran yang menggambarkan tingkat

elastisitas bahan.Modulus elastisitas disebut juga modulus Young yang

didefinisikan sebagai perbandingan tegangan dengan regangan.

𝜎 𝐹𝐿
E=𝑒 =𝐴 Satuan E = = N/m2 atau Pa
𝐿

Dalam SI satuan modulus elastisitas sama dengan satuan tegangan.

Semakin besar nilai E, berarti semakin sulit untuk merentangkan benda, artinya

dibutuhkan gaya yang lebih besar.

Tabel 1. Modulus Elastisitas berbagai zat

Zat Modulus Elastisitas (N/m2)


Besi 100 x 109
Baja 200 x 109
Perunggu 100 x 109
Aluminium 70 x 109
Beton 20 x 109
Batu bara 14 x 109
Marmer 50 x 109
Granit 45 x 109
Kayu (pinus) 10 x 109
Tulang muda 15 x 109
Nilon 5 x 109

Sumber : College Physics, Serway R.A. Faughn J.S

Modulus elastisitas adalah satu dari sifat-sifat dasar bahan. Jika modulus
elastisitas mempunyai nilai yang tinggi maka untuk menghasilkan suatu tegangan
tertentu hanya diperlukan deformasi dalam jumlah sedikit dan oleh karena itu
dapat menahan beban yang cukup besar. Bahan semacam ini terasa keras jika
24

disentuh contohnya baja dan batu. Jika modulus elastisitas suatu bahan cukup
rendah maka banyaknya deformasi yang terjadi sebelum suatu beban ditahan
sangat besar contohnya karet yang terasa lunak jika disentuh.

Gaya F

Titik patah

Batas
linear
B
A C

Daerah
Daerah plastis
elastis

o
Pertambahan panjang x

Gambar 2.3 Grafik Hubungan Gaya dan pertambahan panjang suatu benda.

Apabila gaya F diperbesar terus sampai melewati titik B, pegas bertambah

panjang dantidak kembali ke bentuk semula setelah gayadihilangkan. Ini disebut

batas elastisitas atau kelentingan pegas. Jika gaya terus diperbesar lagihingga di

titik C, maka pegas akan putus. Jadi,benda elastis mempunyai batas elastisitas.

Jikagaya yang diberikan melebihi batas elastisitasnya,maka pegas tidak mampu

lagi menahan gaya sehingga akan putus.

Hal yang jauh dalam kaitan modulus elastisitas dengan tegangan dan

regangan adalah ketika tegangan dalam suatu bahan berada dalam daerah elastis,

grafik beban lendutan untuk bahan tersebut adalah garis lurus dan perilaku bahan

ini dikatakan linear. Jika bahan dalam struktur diberi tegangan dalam daerah

inelastis (plastis), hubungan beban dan lendutan untuk keseluruhan struktur tidak
25

akan berupa garis lurus dan struktur tersebut dikatakan menunjukkan perilaku

non-linear.26

2. Hukum Hooke

Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang

setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik setiap

pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas (k). Hukum

Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka

pegas tersebut akan bertambah panjang, sebanding dengan besar gaya yang

bekerja padanya. Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja

dengan pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.

F= -k. 𝑥
2.3
Dengan F adalah Gaya yang bekerja (N), k adalah Konstanta pegas (N/m), dan
(2.3)
adalah Pertambahan panjang pegas (m).
Grafik Hubungan antara Gaya dengan Pertambahan Panjang Pegas.

____________
26
Paul A. Tipler. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. ( Jakarta: Erlangga,
1998), h. 386-387
26

Gambar 2.5 Grafik Hubungan Gaya Terhadap Panjang Pegas


Dari grafik dapat dilihat bahwa hubungan antara gaya dan dan

pertambahan panjang pegas adalah berbanding lurus, semakin besar gaya yang

diberikan maka semakin besar pula pertambahan panjang suatu pegas.

3. Susunan Pada Pegas

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat beberapa pegas

digunakan secara bersamaan. Sebagai contoh, spring bed menggunakan pegas

dalam jumlah banyak yang disusun secara paralel. Jika beberapa pegas disusun

sedemikian rupa, bagaimanakah konstanta pegas gabungannya?.

Penggunaan pegas pada spring bed merupakan salah satu contoh susunan

pegas.Susunan pegas pada spring bed adalah contoh susunan pegas secara

paralel.Secara garis besar, susunan pegas ada dua macam, yaitu susunan seri dan

susunan paralel.

1) Susunan Seri

Susunan seri pegas dapat kita buat dengan cara menyambung pegas

dengan pegas lain, sehingga pegas gabungan tampak panjang. Dari uraian materi

yang telah kita pelajari di depan, jika pegas ditarik dengan suatu gaya, pegas akan
27

bertambah panjang sebanding dengan gaya yang menariknya. Bagaimanakah

pertambahan panjang pada susunan seri pegas, jika ditarik dengan gaya F?

Jika susunan seri pegas diberi gaya F, setiap pegas akan bertambah

panjang. Bukan hanya pegas yang paling dekat dengan penyebab gaya saja yang

bertambah panjang, tetapi semua pegas akan bertambah panjang

k1

ks

k2

Gambar 2.6 susunan seri pada pegas


Sumber: Handayani fisika untuk SMA/MA kelas XI

Untuk susunan seri yang terdiri dari dua pegas atau lebih, maka tetapan pegas

pengganti serinya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:


1 1 1
ks
= k + k + ...... (2.4)
1 2

Untuk n buah pegas identik dengan tetapan tiap pegasnya k yang disusun seri,

berlaku persamaan berikut :

k
k =
(2.5)
28

Dengan ks adalah tetapan pegas pengganti (N/m), k adalah tetapan masing-masing


pegas (N/m), dan n adalah jumlah pegas.
2) Susunan Paralel

Susunan paralel pegas dapat kita lihat pada spingbed, shockbreakersepeda

motor, atau alat olahraga yang digunakan untuk peregangan otot.Ketika kita

menarik alat olah raga tersebut dengan posisi mendatar, pertambahan panjang

ketiga pegas sama besar.

Dua pegas atau lebih yang disusun secara paralel


memenuhi prinsip sebagai berikut :

a. Gaya tarik pada pegas pengganti paralel sama dengan


jumlah gaya tarik pada pegas masing-masing.
k1 k2 b. Pertambahan panjang pegas pengganti paralel sama
besar dengan pertambahan panjang pada masing-masing
pegas.
F = F1+ F2 (2.6)

Gambar 2.7 susunan paralel pada pegas


Sumber: Handayani Fisika SMA/MA Kelas XI

Tetapan pegas pengganti paralel sama dengan jumlah tetapan pegas dari
pegas yang disusun secara paralel. Untuk susunan paralel lebih dari dua pegas,
berlaku persamaan berikut

kp = k1 +k2 + . . ∆x = ∆x1=∆x2 (2.7)


.
Untuk n buah pegas identik dengan tetapan tiap pegasnya k yang disusun seri,
berlaku persamaan berikut :
kp = nk
(2.8)

Dengan kp adalah tetapan pegas pengganti (N/m), k adalah tetapan masing-masing


pegas (N/m) dan n adalah jumlah pegas.
29

3) Susunan Seri Paralel Pegas

Bagaimana jika beberapa pegas disusun campuran, akan berlaku sifat

gabungan. Dalam menganalisanya dapat ditentukan dengan memilih susunan yang

sudah dapat dikategorikan seri atau paralelnya.

Gambar 2.8 susunan campuran pada pegas


Sumber: http//.google.com
Susunan seri ataupun susunan paralel pegas pada dasarnya memiliki tujuan

tertentu. Susunan seri bertujuan untuk memperkecil konstanta pegas sehingga

pertambahan panjang yang dialami sistem pegas akan lebih besar, sedangkan

susunan paralel bertujuan untuk memperbesar konstanta pegas sehingga

pertambahan panjang sistem pegas lebih kecil dibandingkan dengan susunan seri.

Pada susunan seri pertambahan panjang sistem pegas sama dengan jumlah

pertambahan panjang masing-masing pegas sedangkan pada susunan paralel,

masing-masing pegas mengalami pertambahan panjang yang sama besar yaitu

sama dengan pertambahan panjang sistem pegasnya. 27

____________
27
Tim dosen Laboratorium Fisika Dasar,.Buku Ajar Fisika Dasar, (Surabaya: Universitas
Wijaya Putra, 2009), h. 17
30

1. Beberapa Manfaat Pegas sebagai Produk Perkembangan Teknologi

dalam Keseharian

Seperti telah Anda ketahui bahwa jika pada pegas dikerjakan gaya dari luar

yang tidak melebihi batas elastisnya, pegas akan kembali ke bentuknya semula

jika gaya tersebut dihilangkan. Sifat elastis pegas inilah yang dimanfaatkan pada

produk perkembangan teknologi dalam keseharian. Sebagai tambahan

pemanfaatan pegas, kita akan membahas tentang sistem suspensi kendaraan

bermotor dan pegas setir kemudi mobil.

a. Sistem Suspensi Kendaraan Bermotor untuk Meredam Kejutan

Jika kendaraan bermotor (sepeda motor atau mobil) melalui jalan

berlubang atau jalan bergelombang, kendaraan akan mengalami kejutan. Jika

bagian kendaran tersebut tidak memiliki alat untuk meredam kejutan, kejutan

sangat tidak menyenangkan bagi pengendara. Pengendara akan cepat lelah dan

merasa tidak nyaman mengendarai kendaraan bermotor, khususnya untuk

perjalanan jarak jauh.

Untuk meredam kejutan, pegas digunakan pada sistem suspensi kendaraan

bermotor, Ketika melalui jalan berlubang, berat pengendara berikut berat motor

akan menekan pegas sehingga pegas termampatkan. Begitu motor berada di jalan

datar, pegas kembali ke panjang awalnya. Pengendara hanya akan merasakan

sedikit ayunan dan akan merasa nyaman mengendarai motor.

b. Pegas pada Setir Kemudi

Ada tiga usaha untuk mendesain mobil yang memerhatikan faktor

keselamatan pengemudi, yaitu sebagai berikur.


31

1) Bagian depan dan belakang mobil yang dapat menggumpal secara perlahan.

2) Kantong udara yang terletak antara setir kemudi dan pengendara.

3) Sabuk keselamatan.

Di sini kita lihat penggunaan pegas pada setir kemudi yang akan

mengurangi kemungkinan dada pengemudi menabrak setir ketika terjadi tabrakan

fatal. Walaupun menggunakan sabuk keselamatan, pengemudi tetap dapat

terlempar ke depan ketika terjadi tabrakan. Hal tersebut menyebabkan bagian

sekitar dada pengemudi dapat menumbuk setir dan jika ini terjadi, akan

membahayakan jiwa pengemudi. Untuk mengurangi bahaya ini, kolom setir diberi

pegas. Jika terjadi tabrakan (keadaan darurat), kolom setir tertekan, pegas

memendek, dan setir kemudi bergeser miring untuk menghindari tabrakan dengan

dada pengemudi.28

____________
28 28
Marthen Kanginan. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi
2016. (Jakarta : Erlangga, 2016), hal. 96
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah

metode penelitian untuk mengembangkan produk atau menyempurnakan

produk.29 Penelitian dan pengembangan merupakan sebuah strategi atau metode

penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik.30 Metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

suatu produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.31 Berdasarkan

beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa penelitian dan pengembangan

adalah suatu usaha untuk menghasilkan produk, yang mana produk tersebut akan

diuji kepada peserta didik di sekolah tersebut.

Salah satu media yang memperhatikan tahapan-tahapan dasar desain

pengembangan media yang sederhana dan mudah dipahami adalah model ADDIE.

ADDIE ini terdiri dari 5 fase atau tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esign,

(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation. ADDIE merupakan singkatan

yang mengacu pada proses-proses utama dari proses pengembangan sistem

pembelajaran yaitu: analisis kebutuhan, desain, pengembangan, implementasi, dan


____________

29
Yaya Suryana, Metode Penelitian Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h. 334.
30
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 24.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R and
D (Bnadung: Alfabeta, 2011), h. 32.

32
33

evaluasi. Beberapa alasan pemilihan metode ADDIE antara lain: 32 (1) Model

ADDIE adalah model yang memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi

dan revisi secara terus menerus dalam setiap fase yang dilalui. Sehingga produk

yang dihasilkan menjadi produk yang valid dan reliabel; (2) Model ADDIE sangat

sederhana tapi implementasinya sistematis, Konsep ADDIE dapat dilihat pada

Gambar 2.12

Sumber: Instructional Design: The ADDIE Approach

Gambar. 3.1. Skema ADDIE

B. Langkah-langkah Penelitian

Model ADDIE adalah desain model pembelajaran yang sistematis dan terdiri

dari 5 langkah ini meliputi dasain keseluruhan proses pembelajaran cara yang

sistematik.33

____________

32
Branch,R.M, Instructional Design : The ADDIE Approach (London: Springer Science,
2009), h. 52
33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R and
D (Bnadung: Alfabeta, 2011), h. 32
34

Tahapan Kegiatan yang dilakukan peneliti Luaran


(1) (2) (3)
Analyze Menganalisis permasalahan-permasalahan dalam Solusi terhadap
pembelajaran seperti penguasaan model mengajar permasalahan
guru, media pembelajaran yang digunakan guru, dan
masalah lainnya di sekolah dilakukan observasi awal
dan wawancara.
Design Setelah di analisis permasalahan dan kebutuhan, Desain Bahan Ajar
selanjutnya membuat desain Bahan Ajar berbasis - Gambar
CTL. Desain Bahan Ajar yaitu kegiatan perancangan - Materi
Bahan Ajar atau penyusunan draft Bahan Ajar. - KD
Desain Bahan Ajar meliputi materi dan gambar yang - IPK
menarik peserta didik, membuat desain Bahan Ajar
dengan melihat materi, indikator pencapaian
kompetensi, kesesuaian dengan KD.
Develop 1. Tahap pengembangan yaitu pembuatan Bahan Bahan Ajar pada
Ajar berbasis CTL pada materi tekanan hidrostatis Materi Elastisitas siap
dengan memperhatikan kesesuain materi, gambar, di implementasikan
dan indikator pencapaian kompetensi.
2. Selanjutnya melakukan konsultasi kepada
validator (ahli materi dan ahli media). Tim
validator pada penelitian pengembangan Bahan
Ajar ini yaitu 3 orang dosen Uin Ar-Raniry dan 2
orang guru dari sekolah MAN 4 Aceh Besar.
3. Melakukan revisi terhadap saran yang diberikan
oleh tim validator untuk mendapatkan produk
Bahan Ajar yang baik dan sesuai yang diinginkan.
4. Data yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi
dan ahli media dianalisis dan dipresentasikan
untuk mengetahui katagori kelayakan dari Bahan
Ajar yang dikembangkan.
Implement Implementasi kelayakan Bahan Ajar dilakukan Tanggapan peserta
dengan uji coba terbatas yaitu dilakukan pada peserta didik terhadap
didik MAN 4 Aceh Besar pada salah satu kelas XI penggunaan Bahan
yang dipilih secara purposive sampling. Selanjutnya Ajar berbasis CTL
peneliti juga melakukan penyebaran angket pada yang telah
peserta didik yang berisi butir-butir pertanyaan dikembangkan
tentang tanggapan peserta didik
Evaluate Tahap evaluasi adalah tahap penilaian terhadap hasil Persentase peserta
kelayakan Bahan Ajar oleh peserta didik sehingga didik terhadap
didapatkan kesimpulan layak atau tidak layak Bahan penggunaan Bahan
Ajar yang telah dikembangkan yang akan digunakan Ajar dalam proses
pada pembelajaran fisika materi Elastisitas. belajar.
35

C. Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapar

dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat efektifitas, efesien, atau

daya tarik produk yang dihasilkan, bagian tersebut meliputi :

1. Desain uji coba

Uji coba produk dimaksudkan untuk mencapai kriteria produk pembelajaran

berbasis CTL yang valid.

2. Subyek uji coba

Subjek uji coba dilakukan oleh Ahli bidang pendidikan fisika 3 orang,

pendidik fisika 2 orang dan peserta didik 15 orang.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Lembar validasi oleh validator

2. Lembar angket respon peserta didik

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik mengumpulkan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah adalah mendapatkan data. 34

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data-data yang relevan, akurat,

dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

____________

34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016), h. 308.
36

1. Lembar Validasi oleh Validator

Lembar validasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

masukan berupa kritik, saran, dan tanggapan terhadap bahan ajar yang

dikembangkan. Untuk mengetahui kevalidan bahan ajar dan instrumen yang

disusun, lembar validasi diberikan kepada validator, validator memberikan

penilaian terhadap bahan ajar dengan memberi tanda centang pada baris dan

kolom yang sesuai, menulis butir-butir revisi jika terdapat kekurangan pada

bagian saran atau dapat menulis langsung pada naskah bahan ajar.

Validasi bahan ajar dilakukan oleh empat validator yaitu 3 orang ahli bidang

fisika dan 2 orang pendidik fisika. Lembar validasi yang diamati dalam penilaian

berupa lembar validasi bahan ajar. Penilaian validator terhadap bahan ajar terdiri

dari 4 kategori yaitu tidak valid (1), cukup valid (2), valid (3), dan sangat valid

(4).

2. Lembar Angket

Angket respon peserta didik bertujuan untuk mengetahui tanggapan

peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan

menggunakan bahan ajar berbasis CTL Pada materi Elastisitas. Angket digunakan

untuk mendapatkan informasi terkait dengan pendapat peserta didik terhadap

bahan ajar berbasis CTL yang telah dikembangkan dan divalidasi oleh ahli.35

Angket ini diberikan kepada peserta didik setelah peserta didik membaca

bahan ajar dengan menggunakan pendekatan CTL selesai. Angket ini digunakan

untuk memperoleh tanggapan peserta didik terhadap komponen-komponen


____________

35
Sugiyono, Metode Penelitian,..., h. 309.
37

kegiatan pembelajaran, yang meliputi tentang pelajaran, buku peserta didik,

lembar kegiatan, minat peserta didik, dan soal evaluasi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data berupa data deskriptif kuantitatif untuk mendapat angka rata-

rata dan persentase. Teknik analisis data untuk validasi bahan ajar sebagai berikut:

1. Analisis Data Hasil Validasi Bahan Ajar

Analisis dari validaror bersifat deskriptif kualitatif berupa masukan saran

dan komentar, sedang data yang digunakan dalam validasi bahan ajar merupakan

data kuantitatif dengan mengacu 4 kriteria penilaian, sebagai berikut:36

a. Skor 1, apabila penilaian sangat kurang baik/sangat kurang sesuai (tidak

valid)

b. Skor 2, apabila penilaian kurang baik/kurang sesuai (kurang valid)

c. Skor 3, apabila penilaian baik/sesuai (valid)

d. Skor 4, apabila penilaian sangat baik/sangat sesuai (sangat valid)

Selanjutnya data yang didapat dengan instrumen pengumpulan data

dianalisis dengan menggunakan teknik analisis dan persentase sesuai rumus yang

telah ditentukan:

1) Menghitung skor rata-rata dari setiap aspek yang dinilai dengan persamaan


̅ (3.1)

____________

36
Widoyoko, E.P, Teknik Penyusunan Instrument Penelitian (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2012), h. 18
38

Dengan adalah ̅ Skor rata-rata penilaian oleh ahli, ∑ adalah Jumlah skor yang
diperoleh ahli dan N adalah Jumlah pertanyaan.
(Sumber: Suparno, 2011 termodifikasi)

2) Mengubah skor rata-rata yang diperoleh menjadi data kualitatif. Katagori

kualitatif ditentukan terlebih dahulu dengan mencari interval jarak antara

jenjang katagori sangat baik (SB) hingga sangat kurang (SK) menggunakan

persamaan berikut:

k k
k () (3.2)
k

= 0,75
Sehingga diperoleh katagori penilaian bahan ajar fisika berbasis Contextual

Teaching and Learning sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Bahan ajar


No. Nilai Kriteria Keputusan
1. 81,25 < x ≤ 100 Sangat Layak Apabila semua item pada unsur yang
dinilai sangat sesuai dan tidak ada
kekurangan dengan bahan ajar
sehingga dapat digunakan sebagai
bahan ajar peserta didik.
2. 62,50 < x ≤ 81,25 Layak Apabila semua item yang dinilai
sesuai, meskipun ada sedikit
kekurangan dan perlu adanya
pembenaran dengan produk bahan ajar,
namun tetap dapat digunakan sebagai
bahan ajar peserta didik.
3. 43,75 < x ≤ 62,50 Kurang Layak Apabila semua item pada unsur yang
dinilai kurang sesuai, ada sedikit
kekurangan dan atau banyak dengan
produk ini, sehingga perlu pembenaran
agar dapat digunakan sebagai bahan
ajar.
4. 25,00 < x ≤ 43,75 Tidak Layak Apabila masing-masing item pada
unsur din ilai tidak sesuai dan ada
kekurangan dengan produk ini,
sehingga sangat dibutuhkan
39

pembenaran agar dapat digunakan


sebagai bahan ajar.
Kriteria validasi pada tabel 3.1 merupakan modifikasi dari kriteria penilaian

Sujarwo (2006).

2. Analisis Respon Peserta Didik

Selanjutnya hasil persentase dari validator diubah menjadi data kuantitatif

dengan menggunakan kriteria validasi. Data uji keterbacaan dan uji kesulitan

dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian untuk mengukur

pendapat peserta didik terhadap bahan ajar berbasis PBL dan nilai islami. Data

respon peserta didik diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada seluruh

peserta didik setelah proses penggunaan bahan ajar selesai. Tujuannya untuk

mengetahui respon peserta didik terhadap penggunaan bahan ajar dalam proses

pembelajaran.

Persentase respon peserta didik dihitung dengan menggunakan rumus:

(3.3)

Dengan A adalah jumlah peserta didik yang memilih dan B adalah jumlah peserta

didik keseluruhan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 mengenai kriteria penilaian

bahan ajar berbasis CTL pada materi Elastisitas.37

____________

37
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 33.
40

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian atau Tanggapan Terhadap Bahan Ajar Berbasis CTL
pada Materi Elastisitas
No. Kategori Penilaian Interval Nilai
1. Sangat Setuju 78,77 – 100
2. Setuju 56,54 – 77,76
3. Kurang Setuju 33,3 – 55,53
Sumber : Arikunto (2004)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Desain Penyusunan Bahan Ajar Fisika (Hasil Produk)

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di MAN 4 Aceh Besar pada tanggal

24 oktober 2019 sampai dengan 26 oktober 2019. Sebelum melaksankan

penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi langsung ke sekolah

untuk melihat situasi dan kondisi sekolah serta berkonsultasi dengan guru bidang

studi fisika. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan sebuah produk

berupa bahan ajar fisika SMA/MA materi Elastisitas kelas XI berbasis Contextual

Teaching and Learning (CTL) Bahan ajar fisika Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam penelitian ini dikembangkan melalui beberapa tahap

sesuai dengan prosedur dari pengembangan ADDIE yaitu Analysis, Design,

Development, Implementation dan Evaluation. Adapun aplikasi ADDIE dalam

pengembangan produk ini sebagai berikut:

1. Analysis (Analisis)

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal pada penelitian ini. Peneliti

melakukan observasi bahan ajar fisika SMA/MA kelas XI berbasis CTL di

lingkungan sekolah. Observasi ini dilakukan di sekolah MAN 4 Banda Aceh.

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut masih menggunakan buku

paket fisika, namun tidak berbasis CTL.

Langkah yang dilakukan selanjutnya dalam tahap ini yaitu mencari

literatur maupun referensi yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar

41
42

fisika berbasis CTL dalam bentuk jurnal maupun skripsi pendidikan, peneliti

juga mencari bahan atau materi sebagai penunjang isi bahan ajar yang

berkaitan dengan Elastisitas.

2. Design (Desain)

Tahap kedua yaitu desain bahan ajar fisika berbasis CTL. Pada tahap ini

yang perlu diperhatikan adalah cara penyajian materi dalam bahan ajar.

Penyajian materi dalam bahan ajar fisika berbasis CTL ini menghubungkan

ilmu-ilmu fisika dengan konteks dalam kehidupan peserta didik. Uraian materi

diawali dengan fenomena-fenomena yang sering ditemui oleh peserta didik,

setelah itu terdapat pertanyaan atau masalah dengan tujuan untuk

mengarahkan peserta didik agar dapat melihat gambaran materi yang akan

dipelajarinya. Setelah dirangsang dengan pertanyaan, diikuti dengan penyajian

materi, di mana setiap materi terdapat contoh soal beserta aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Development (Pengembangan)

Tahap ketiga yaitu membuat pengembangan bahan ajar. Langkah pertama

yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Langkah

selanjutnya yang dilakukan peneliti pada tahap pengembangan produk

sebelum membuat bahan ajar adalah menyusun draf bahan ajar fisika pada

materi Elastisitas untuk Peserta didik SMA/MA kelas XI. Berikut draf bahan

ajar fisika berupa komponen-komponen yang terdapat dalam bahan ajar antara

lain:
43

a. Cover Bahan Ajar

Hasil desain cover bahan ajar dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.1. Desain cover sebelum dan sesudah revisi
Setelah diperiksa oleh validator desain cover mengalami perubahan pada

salah satu gambar yang terdapat tulisan pegas, validator menyuruh

menghapus tulisan pegas supaya lebih rapi.


44

b. Kata Pengantar

Hasil penyusunan kata pengantar dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.2. Kata pengantar sebelum dan sesudah revisi
Kata pengantar merupakan ucapan penulis mengenai tujuan penulisan

bahan ajar dan harapan penulis terhadap bahan ajar. Kata pengantar direvisi

berdasarkan masukan dari pembimbing dan validator untuk memuat pernyataan

bahwa bahan ajar merupakan bagian dari skripsi penulis.

c. Daftar Isi

Daftar isi merupakan halaman yang menjadi petunjuk pokok isi bahan ajar

beserta nomor halaman. Daftar isi direvisi berdasarkan masukan dari validator

untuk mengatur dengan lebih rapi dan lebih mudah dilihat.

d. Kerangka Konsep Bahan Ajar

Kerangka konsep bahan ajar merupakan kerangka yang berisi seluruh

konsep yang digunakan dalam bahan ajar yang dikembangkan.

e. Peta Konsep

Hasil penyusunan peta konsep dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini:
45

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.3. Tampilan peta konsep sebelum dan sesudah revisi
Peta konsep merupakan diagram alur penyajian materi atau konsep untuk

mengetahui alur belajar yang tepat. Peta konsep direvisi berdasarkan masukan

dari validator, yaitu untuk memuat materi Elastisitas pada silabus kurikulum 2013

terdapat di kelas XI semester satu dan memuat kompetensi dasar dari materi

elastisitas.

f. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan narasi di awal bab dimaksudkan untuk

mengiringi peserta didik pada cakupan bab yang akan dikembangkan. Tujuan

merupakan tujuan yang perlu dicapai setelah mempelajari materi yang telah

dikembangkan dalam bahan ajar.

g. Pengetahuan Awal Yang Diperlukan

Pengetahuan awal yang diperlukan merupakan beberapa hal yang harus

diketahui sebelum pengguna mempelajari materi yang telah dikembangkan dalam

bahan ajar.
46

Hasil penyusunan tujuan dan pengetahuan awal yang diperlukan dapat dilihat

pada gambar 4.8 berikut ini:

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.4. Tampilan tujuan dan pengetahuan awal yang diperlukan sebelum dan
sesudah revisi
Tujuan dan pengetahuan awal yang diperlukan tidak ada perubahan baik

sebelum revisi maupun setelah revisi. Tujuan dan pengetahuan awal yang

diperlukan dalam bahan ajar yaitu agar pengguna bahan ajar lebih mudah dalam

menggunakan bahan ajar.

h. Sumber dan Bahan

Sumber dan bahan merupakan daftar sumber bahan ajar yang digunakan

dan sebagai bahan pendukung yang digunakan dalam bahan ajar untuk membantu

peserta didik memahami materi yang dikembangkan.


47

Hasil penyusunan sumber dan bahan dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut ini:

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.5. Tampilan sumber dan bahan sebelum dan sesudah revisi
Sumber dan bahan direvisi berdasarkan masukan dari validator, yaitu untuk

menambahkan sumber.

i. Waktu

Waktu merupakan jumlah waktu yang disediakan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran. waktu diperlukan dalam kegiatan, yaitu untuk melakukan

kegiatan sesuai dengan waktu yang disediakan.

j. Garis Besar Kegiatan

Garis besar kegiatan merupakan gambaran secara umum fase-fase dari

kegiatan yang akan berlangsung selama pembelajaran. garis besar kegiatan

diperlukan agar pengguna bahan ajar lebih mudah untuk memahaminya secara

garis besar kegiatan yang akan dilakukan.


48

k. Konsep

Hasil penyusunan desain konsep bahan ajar dapat dilihat pada gambar 4.12

berikut ini:
49

(a) Sebelum (b) Sesudah


Gambar 4.6. Tampilan konsep sebelum dan sesudah revisi
50

Konsep merupakan isi materi pada bahan ajar fisika berbasis CTL. Konsep

direvisi berdasarkan masukan dari validator, yaitu untuk menjelaskan materi dan

gambar yang dibahas serta warna gambar yang lebih jelas.

l. Aktivitas Hands-On

Aktivitas hands-on yaitu lembar kerja peserta didik yang memuat kegiatan

eksperimen untuk menemukan konsep dengan melibatkan berbagai keterampilan

proses sains. Hands-on disusun sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran

yang digunakan dalam bahan ajar yang dikembangkan.

m. Ilmuan

Ilmuan merupakan kolom yang berisi tentang biografi ilmuan fisika dalam

materi yang dibahas, yang berisi sejarah hidupnya serta penemuan-penemuan

yang ditemuinya.

n. Rangkuman

Rangkuman merupakan ringkasan materi yang telah dikembangkan dalam

konsep isi bahan ajar yang telah dikembangkan.

o. Daftar Pustaka

Daftar pustaka merupakan daftar rujuakan atau referensi yang digunakan

dalam penulisan bahan ajar.

p. Glosarium

Glosarium merupakan pengertian dari istilah-istilah penting yang terdapat

dalam bahan ajar agar peserta didik mudah dalam memahami

.
51

q. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rancangan

dalam pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran yang disusun secara

berurutan. RPP sebelum dan sesudah direvisi sama, namun berdasarkan masukan

dari validator, bahwa RPP merupakan bagian terakhir dari bahan ajar.

B. Kualitas Produk BahanAjar Fisika

Uji validasi dilakukan dengan cara memvalidasi produk kepada 3 ahli

media, 3 ahli materi, 2 pengajar fisika dan 15 peserta didik. Validasi produk ini

dilakukan dengan tujuan mendapatkan penilaian kelayakan, saran dan masukan

dari pada ahli yang berkompeten dan peserta didik sehingga bahan ajar yang

dikembangkan mempunyai kualitas yang baik. Instrumen yang digunakan adalah

hasil penjabaran peneliti yang mengacu pada Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

a. Penilaian ahli desain media

Penilaian oleh ahli desain media bertujuan untuk mengetahui kualitas

bahan ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning yang dilihat dari sisi

desain media. Ahli desain media memberi penilaian sesuai dengan kisi-kisi ahli

desain media. Dalam penyusunan bahan ajar, diperlukan penyusun menguasai

keahlian mendesain, agar penampilan fisik bahan ajar akan dapat membangkitkan

motivasi peserta didik dalam membaca serta mempelajarinya.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan yaitu:38 (1) Warna, khususnya jika

warna itu mengandung makna, (2) Penempatan ilustrasi, ditempatkan sedekat

____________
52

mungkin dengan konsep yang dijelaskan dengan ilustrasi, (3) Peta, tabel, dan

grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana, dan (4) Kertas dan

ukuran buku.

Penilaian dilakukan oleh tiga dosen, yaitu Muhammad Nasir,M.Si (dosen

pendidikan fisika UIN Ar-Raniry ), Samsul Bahri (guru fisika Darul Ulum), dan

Mulyadi Abdul Wahid, M.Sc (dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-

Raniry). Berikut data hasil penilaian bahan ajar fisika materi Elastisitas kelas XI

SMA/MA berbasis Contextual Teaching and Learning oleh ahli desain media.

Tabel 4.1. Data Hasil Penilaian Bahan Ajar Fisika Oleh Ahli Desain Media
Penilai

Persentase Kelayakan
Kriteria Penilaian
Aspek Penilaian

ƩPer Aspek

Rata – Rata

Kriteria
Skor

I II III
Ukuran Bahan

1 3 3 3 9
Layak
ajar

19 3,16 79%
2 3 4 3 10

1 4 3 4 11
Desain Cover

Sangat
Layak

33 3,67 92 %
2 4 3 4 11

4 3 4 11
3
Baha
in Isi

Laya
Sang
Desa

Ajar

1 4 3 3 10
at
n

38
Andi Prrastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva
Press, 2012), h. 29.
53

116 3,51 88%


2 4 4 4 12

3 3 4 4 11

4 3 4 4 11

5 2 4 4 10

6 3 4 3 10

7 4 4 3 11
8 4 3 3 10
9 3 3 4 10
4 3 4 11
10

11 3 4 3 10

Sangat
Layak
Jumlah Skor 55 52 57 164 164 3,41 85%

Keterangan:
1. Penilai I : Muhammad Nasir, M.Si.,M.Ed
2. Penilai II : Samsul Bahri, M.Pd
3. Penilai III : Mulyadi Abdul Wahid, M.Sc

Hasil penilaian bahan ajar fisika oleh ahli desain media secara keseluruhan

mendapatkan kriteria Sangat layak (85%) sehingga bahan ajar dapat digunakan

sebagai bahan ajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Ditinjau dari

keseluruhan aspek, persentase kelayakan tertinggi berada pada aspek desain cover

bahan ajar mendapatkan kriteria sangat layak (92%). Selanjutnya, diikuti oleh

aspek desain isi bahan ajar didapatkan kriteria Sangat layak (88%). Dan yang

terakhir yaitu aspek ukuran bahan ajar mendapatkan kriteria layak (79%) dengan

persentase kelayakan lebih rendah dari aspek ukuran bahan ajar dan desain isi

bahan ajar.
54

Berdasarkan pertanyaan pendukung yang diisi oleh ahli desain media

saran pengembangan atau harapan tentang bahan ajar berbasis Contextual

Teaching and Learning yaitu diusahakan ditambah dan disesuaikan dengan

perkembangan terkini serta gambar yang menarik dan bahan ajar dapat digunakan

dengan revisi.

b. Penilaian ahli substansi materi

Penilaian ahli substansi materi bertujuan untuk mengetahui kualitas materi

dalam bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning yang telah

dikembangkan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar

diuraikan sebagai berikut:39

1. Kesesuaian Materi

Kesesuaian yang terdapat dalam bahan ajar teks pelajaran berstandar yaitu:

1) Tujuan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik.

2) Materi yang dikembangkan memiliki kekuatan bagi proses

pembelajaran.

3) Materi akurat, mutaakhir, dan sesuai dengan konteks dan kemampuan

berpikir peserta didik.

4) Materi dibahas secara mendalam sesuai dengan keperluan

pembelajaran.

2. Penyajian Materi

____________
39
Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar, 2015, h. 9.
(http://sumberbelajar.belajar.kemendikbud.go.id), diakses tanggal 18 Juli 2019.
55

Penyajian bahan ajar merupakan aspek penting untuk dipertimbangkan

oleh guru dalam memilih bahan ajar berstandar nasional. Aspek-aspek yang perlu

mendapatkan pertimbangan adalah:

1) Penyajian peta konsep dan tujuan pembelajaran mudah dipahami oleh

peserta didik.

2) Urutan materi dan hubungan antar materi disajikan sistematis dan logis.

3) Penyajian materi dan ilustrasi atau gambar memotivasi peserta didik

untuk belajar.

4) Anatomi buku disajikan dengan model yang mudah dipahami peserta

didik.

3. Bahasa dan Keterbacaan

Aspek lain yang sangat penting bagi bahan ajar adalah bahasa yang

digunakan. Aspek keterbacaan sangat menentukan keterpahaman dan

kemenarikan bahan ajar. Oleh karena itu, diperlukan aspek-aspek berikut:

1) Ketepatan dalam menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa.

2) Kalimat yang digunakan pada umumnya mudah dipahami.

3) Paragraf yang disajikan tidak membingungkan.

4) Memiliki keterbacaan yang sesuai dengan usia baca daari siswa.

Bahan ajar yang berkualitas harus memenuhi beberapa kriteria lain sebagai

berikut:40

1) Substansi yang dibahas mencakup kompetensi atau sub kompetensi

yang relevan.
____________
40
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva
Press, 2012), h. 28.
56

2) Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual meliputi

konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan

hirarki atau step penguasaan kompetensi.

3) Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi

harus sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajaran.

4) Sistematikan penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan

mudah dipahami.

Pengembangan bahan ajar fisika ditujukan kepada peserta didik kelas XI

SMA/MA pada materi Elatisitas, sehingga penulis melakukan validasi bahan ajar

kepada pengajar fisika yang mengampu mata pelajaran Fisika di kelas XI

SMA/MA. Penilaian ahli substansi materi mencakup tiga aspek yaitu, aspek

kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, dan aspek kebahasaan. Penilaian ahli

substansi materi dilakukan oleh tiga dosen dan tiga pengajar fisika yaitu

Muhammad Nasi, M.Si (dosen pendidikan fisika UIN Ar-Raniry), Samsul Bahri

M.Pd (guru fisika Darul Ulum), Mulyadi Abdul Wahid, M.Sc (dosen Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry), Dra. Cur Nuriza (guru fisika MAN 4 Aceh

Besar), Zakiati, S.Ag (guru fisika MAN 4 Aceh Besar).

Berdasarkan data hasil pengembangan bahan ajar fisika pada materi

Elastisitas kelas XI SMA/MA berbasis Contextual Teaching and Learning oleh

ahli desain substansi materi.


57

Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian Bahan Ajar Fisika Oleh Ahli Substansi Materi
Penilai

Kriteria Penilaian
Aspek Peniaian

Ʃper Aspek

Kelayakan
Persentase
Rata-Rata

Kriteria
I II III IV V

Skor
1 3 3 4 3 4 17
2 3 3 4 3 3 16
Aspek Kelayakan Isi

3 3 3 4 4 3 17

Sangat Layak
4 4 3 3 4 3 17
5 3 3 4 4 4 18 173 3,46 86%
6 3 4 3 4 3 17
7 3 4 3 3 3 16
8 3 4 4 4 3 18
9 4 4 4 3 4 19
10 4 3 4 4 3 18
1 3 3 3 3 3 15
2 3 3 4 4 3 17
Aspek Kelayakan

Sangat Layak
3 3 4 4 4 3 18
4 3 4 4 4 3 18
5 3 4 3 3 4 17 134 3,35 84%
Penyajian

6 3 3 3 3 3 15
7 3 3 4 4 4 18
8 3 3 3 4 3 16
1 2 3 4 3 3 15
2 2 3 4 4 3 16
Aspek Kebahasaan

3 3 3 4 4 3 17
Sangat Layak

4 3 3 3 4 3 16
5 3 3 3 3 3 15 151 3,35 84%
6 3 3 3 3 3 15
7 4 3 4 3 4 18
8 3 4 4 4 4 19
9 4 4 4 4 4 20
Jumlah
SL

84 90 98 97 89 458 458 3,40 85%


Skor

Keterangan:
1. Penilai I : Muhammad Nasir, M.Si
2. Penilai II : Samsul Bahri, M.Pd
3. Penilai III : Mulyadi Abdul Wahid, M.Sc
4. Penilai IV : Dra. Cut Nuriza
5. Penilai V : Zakiati, S.Ag
58

Hasil penilaian bahan ajar fisika oleh ahli substansi materi secara

keseluruhan dari aspek yang dinilai mendapatkan kriteria layak (85%) sehingga

bahan ajar dapat digunakan sebagai bahan ajar peserta didik dalam proses

pembelajaran. Secara keseluruhan, aspek yang mendapat persentase kelayakan

tertinggi yaitu berada pada aspek kelayakan isi dengan kriteria sangat layak

(86%). Selanjutnya diikuti oleh aspek kelayakan penyajian mendapatkan kriteria

sangat layak (84%). Dan yang terakhir aspek kelayakan bahasa mendapatkan

kriteria sangat layak (84%) dengan persentase kelayakan lebih rendah dari aspek

kelayakan penyajian.

Berdasarkan jawaban dari pertanyaan pendukung yang diisi oleh ahli

substansi materi, bahwa (1) Bahan ajar Insya Allah dapat membantu peserta didik

dalam memahami materi namun ditambah lagi contoh konsep atau aplikasinnya,

(2) Kelebihan dari bahan ajar yaitu peserta didik jadi lebih aktif dari adanya bahan

ajar berbasis Contextual Teaching and Learning, (3) Kekurangan dari bahan ajar

yaitu masalah yang diangkat kurang kontekstual, gambar yang digunakan kurang

kontekstual dan ada tampilan kurang menarik, dan (4) saran untuk kedepannya

agar lebih baik lagi.

c. Respon Angket Peserta Didik

Penilaian angket peserta didik bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan ajar

fisika berbasis Contextual Teaching and Learning dilihat dari sisi peserta didik.
59

Tabel 4.3. Data Hasil Angket Respon Peserta Didik

Ketertarikan Materi Bahasa


No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 R-1 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4

2 R-2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4

3 R-3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4

4 R-4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3

5 R-5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4

6 R-6 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2

7 R-7 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 4

8 R-8 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4

9 R-9 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3

10 R-10 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4

11 R-11 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3

12 R-12 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2

13 R-13 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3

14 R-14 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4

15 R-15 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4

Skor 48 48 47 46 53 47 48 47 46 53 48 52

per Aspek 189 241 153

Rata-rata 3,15 3,21 3,4


Persentase 79% 80% 85%
60

Jumlah rata-rata 81
Kategori Sangat Setuju

Hasil penilaian bahan ajar fisika angket peserta didik secara keseluruhan

mendapatkan kategori sangat setuju (81%). Ditinjau dari aspek keseluruhan, aspek

presentase tertinggi yitu aspek bahasa mendapatkan kategori sangat setuju (85%).

Selanjutnya, diikuti aspek materi dengan kategori sangat setuju (80%)

mendapatkan presentase lebih rendah dari aspek kebahasaan, Yang terakhir yaitu

aspek ketertarikan dengan kategori sangat setuju (79%) yng mendapatkan

presentase lebih rendah dari aspek kebahasaan dan aspek materi.

C. Pembahasan

1. Desain Penyusunan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar fisika berbasis Contextual Teaching and

Learning menggunakan model ADDIE. Model ADDIE teridiri atas lima tahap,

yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Namun

pada pengembangan bahan ajar fisika ini tahap Implementation (penerapan) tidak

digunakan, karena bahan ajar ini tidak diimplementasikan pada peserta didik

hanya dinilai saja.41

Berdasarkan analisis dari studi pendahuluan, bahan ajar fisika berbasis

Contextual Teaching and Learning ini dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Namun dalam proses pembelajarannya masih menggunakan buku paket belum

menerapkan bahan ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning.

____________
41
Branch, R,M, Instructional Design: The ADDIE approach, (London: Springer Science,
2009), h. 52.
61

Langkah selanjutnya adalah Design (rancangan). Desain bahan ajar ini

diawali dengan rancangan konsep bahan ajar, yaitu memilih pendekatan

pembelajaran yang digunakan dalam bahan ajar. Setelah merancang konsep,

peneliti mempersiapkan referensi pendukung pembuatan bahan ajar. Referensi

terdiri atas buku-buku fisika. Kemudian menentukan indikator dari KI dan KD

yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Tahap ketiga yaitu Development (pengembangan). Pada tahap ini diawali

dengan penyusunan draf buku yang akan menjadi acuan dalam mengembangkan

bahan ajar. Komponen-komponen di dalam bahan ajar terdiri dari sampul bahan

ajar, kata pengantar, daftar isi, panduan penggunaan bahan ajar, kerangka konsep

bahan ajar, peta konsep, pendahuluan, tujuan, pengetahuan yang diperlukan,

sumber dan bahan, waktu, garis besar kegiatan, konsep, aktivitas hands-on, daftar

pustaka, dan RPP.

Bahan ajar yang dikembangkan yaitu berbasis Contextual Teaching and

Learning yang sesuai dengan materi yang dibahas. Setiap aplikasi pada sub materi

merupakan hubungan antara ilmu pengetahuan serta fenomena yang sering

dijumpai peserta didik di lingkungan sehari-hari.

2. Kualitas Bahan Ajar

Penilaian terhadap bahan ajar dilakukan oleh tiga dosen dan enam pengajar

fisika. Ahli desain media menilai pengembangan bahan ajar dalam tiga poin, yaitu

ukuran bahan ajar, desain cover, dan desain isi bahan ajar. Untuk ahli substansi

materi menilai pengembangan bahan ajar dalam tiga aspek, yaitu aspek kelayakan

isi, aspek kelayakan penyajian, dan aspek kebahasaan. Data hasil penilaian bahan
62

ajar meliputi data berupa skor kemudian dikonversikan menjadi empat kategori

yaitu sangat layak (SL), layak (L), kurang layak (KL), dan tidak layak (TK). Skor

yang diperoleh juga diolah menjadi persentase untuk kriteria kelayakan.

a. Penilaian oleh ahli desain media

Adapun hasil penilaian oleh ahli desain media terhadap bahan ajar fisika

pada setiap aspek dapat dilihat dalam grafik berikut:

95%
persentase penilaian oleh Ahli desain

90%

85%
media

92%
80%
88%

75% 79%

70%
Ukuran Desain Cover Desain Isi
Grafik 4.1. Grafik penilaian oleh ahli desain media
Analisis data yang diperoleh dari ahli desain media pada Tabel 4.1.

menunjukkan bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan secara keseluruhan

termasuk dalam kategori layak (L). Hal ini dapat dilihat dari nilai secara

keseluruhan dari semua aspek yaitu sebesar 3,44 dengan persentase kelayakan

88%. Dengan demikian, berdasarkan penilaian ahli desain media terhadap

kualitas bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti menunjukkan bahwa bahan

ajar layak digunakan atau dapat digunakan dengan revisi.


63

b. Penilaian ahli substansi materi

Analisis data yang diperoleh dari ahli substansi dalam Tabel 4.2.

menunjukkan bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan secara keseluruhan

termasuk dalam kategori layak (L). Hal ini dapat dilihat dari nilai secara

keseluruhan dari semua aspek yang telah diberi penilaian oleh ahli substansi

materi yaitu 3,40 dengan persentase kelayakan 85%. Adapun persentase hasil

penilaian oleh ahli substansi materi terhadap bahan ajar fisika pada setiap aspek

dapat dilihat dalam grafik berikut:

87%
Persentase penilaian oleh ahli

86%

86%
subtansi materi

85%

85% 86%

84%

84% 84% 84%

83%
Kelayakan Isi Kelayakan Kebahasaan
Penyajian

Gambar 4.2. Grafik Penilaian oleh ahli substansi materi

Dengan demikian, berdasarkan penilaian ahli substansi materi terhadap

kualitas bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti menunjukkan bahwa bahan

ajar layak digunakan.

c. Respon Angket Peserta Didik

Hasil dari respon angket peserta didik memiliki respon positif terhadap bahan

ajar Fisika berbasis Contextual Teaching and Learning. Apabila dilihat dari hasil
64

penyebaran angket mayoritas peserta didik sangat setuju menggunakan bahan ajar

fisika berbasis Contextual Teaching and Learning dalam proses pembelajaran.

Hasil analisis respon peserta didik terhadap bahan ajar fisika berbasis

Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dalam grafik berikut:

86%
Persentase respon angket peserta didik

85%
84%
83%
82%
81%
85%
80%
79%
78% 80%
79%
77%
76%
Ketertarikan Materi Bahasa

Gambar 4.3. Grafik Respon Angket Peserta Didik

Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

menggunakan bahan ajar fisika berbasis CTL sangat baik untuk digunakan dalam

proses pembelajaran fisika, karena respn peserta didik yang sangat positif

terhadap penggunaan bahan ajar


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Desain bahan ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning pada

materi elastisitas yaitu terdiri dari bagian cover bahan ajar, daftar isi, materi

bahan ajar, contoh soal, evaluasi dan rangkuman bahan ajar sesuai dengan

pembelajaran CTL, bahan ajar sebagaimana yang terlampir.

2. Kualitas bahan ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning pada

materi elastisitas kelas XI SMA/MA berdasarkan penilaian para ahli

substansi materi mendapatkan nilai 3,40 termasuk dalam katagori sangat

baik (SB) dengan presentase kelayakan 85% dengan kriteria sangat layak

atau dapat digunakan tanpa revisi.

3. Ditinjau dari hasil angket respon peserta didik bahan ajar berbasis

Contextual Teaching and Learning berada pada katagori sangat baik yaitu

81% diantaranya ketertarikan (79%), materi (80%), bahasa (85%) dan dapat

disimpulkan bahwa peserta didik memiliki respon positif terhadap

penggunaan bahan ajar berbasis Contextual Teaching and Learning dalam

pembelajaran fisika.

65
66

B. Saran

Berdasarkan pada simpulan diatas maka peneliti mengajukan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, berdasarkan hasil penelitian ini penerapan penggunaan bahan

ajar fisika berbasis Contextual Teaching and Learning dapat dijadikan

salah satu alternatif media yang digunakan dalam proses pembelajaran

fisika, karena menggunakan bahan ajar berbasis Contextual Teaching and

Learning terbukti mendapatkan respon positif dari peserta didik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan bahan ajar fisika berbasis

Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran fisika dengan

kompetensi dasar yang lain.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan penelitian ini dengan

mengimplementasikan produk bahan ajar fisika berbasis Contextual

Teaching and Learning dalam proses pembelajaran.


67

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prrastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. 2012.


Yogyakarta: Diva Press.
Abdul Majid, Rencana Pembelajaran - Mengembangkan Kompetensi Guru.2005.
Jakarta: PT. Remaja Roesdakarya,cet. 1.
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. 2015. Jogjakarta:
Diva Press.
Branch,R.M, Instructional Design : The ADDIE Approach. 2009. London:
Springer Science.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.
Fitri Erning Kurniawati, Pengembangan Bahan Ajar Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah, 2015, Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 2.
Handayani, dkk. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI. 2009. Jakarta: Depdiknas.
Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar. 2015 (http://sumber
belajar.belajar.kemendikbud.go.id), diakses tanggal 18 Juli 2019.
Juran. Joseph M. Juran on Quality By Design/Perancang Mutu. 1995. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Muhammad Zaenal Arifin, Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis CTL
Materi Elastisitas dan Getaran Penunjang Pembelajaran Bermakna
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang. 2013. Skripsi Jurusan Fisika
Fakultas MIPA UM.+

Marthen Kanginan. Fisika untuk SMA kelas XI. 2016. Jakarta: Erlangga.

Paul A. Tipler. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. 1998. Jakarta:
Erlangga.

Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur


Kurikulum SMA/MA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Jakarta.
Poerwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. 1994. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Peter Soedojo, Fisika Dasar. 2004. Yogyakarta: Andi Offset.
68

Pratiwi Purnamasari, Syubhan An’nur dan Abdul Salam M, PengembanganBahan


Ajar Melalui Model Pembelajaran REACT Pada Materi Elastisitas.
2016. jurnal. Vol 4 no 3.
Rusman, Model-model Pembelajaran – Mengembangkan Profesional Guru.2013.
Jakarta: Rajawali Pers.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Menengah. 2008. Jakarta:
Bumi Aksara.
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. 2009. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode penelitian Pendidikan,. 2016. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R


and D . 2011. Bandung: Alfabeta.
Trianto, KTSP Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. 2019. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tim dosen Laboratorium Fisika Dasar,.Buku Ajar Fisika Dasar. 2009. Surabaya:
Universitas Wijaya Putra.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. 2010. Jakarta: Bumi Aksara.
Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Kontruktivisme. 2014.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. 2007. Bandung : Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Vol 13.
Widoyoko, E.P, Teknik Penyusunan Instrument Penelitian. 2012. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implimentasi. 2008. Jakarta: Kencana.
Yaya Suryana, Metode Penelitian Manajemen Pendidikan. 2015. Bandung: CV
Pustaka Setia.
69

Lampiran 1

SK PENUNJUKAN PEMBIMBING
70

Lampiran 2

SURAT IZIN PENELITIAN


71

Lampiran 3

SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI KEMENTRIAN AGAMA


72

Lampiran 4

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


73

Lampiran 5

DATA PENILAIAN AHLI MEDIA


74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85

LAMPIRAN 6

DATA PENILAIAN AHLI SUBSTANSI MATERI


86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110

LAMPIRAN 7

DATA PENILAIAN RESPON PESERTA DIDIK


111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141

Lampiran 7

KEGIATAN FOTO PENELITIAN

Peserta Didik Menilai Cover Bahan Ajar Peserta didik membaca isi bahan ajar

Peserta Didik Mengisi Angket Bahan Ajar


142

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Riska Rahmatul Laila

2. Tempat/Tanggal Lahir : Lhokme/19 Juli 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Status : Belum Kawin

7. Alamat : Lhokme, Kec, Sakti kab, Pidie

8. Pekerjaan : Mahasiswi

9. Nama Orang Tua,

a. Ayah : Abubakar

b. Ibu : Nurlaili

c. Pekerjaan Ayah : Tani

d. Pekerjaan Ibu : IRT

e. Alamat : Lhokme, Kec, Sakti Kab, Pidie

10. Riwayat Pendidikan,

a. SDN Lameu tahun 2003 – 2009

b. SMPN 4 Sakti tahun 2009 – 2012

c. SMAN 1 Sakti tahun 2012 – 2015

d. FTK UIN Ar-Raniry, Pendidikan Fisika tahun 2015 – 2020

Banda Aceh, 11 November 2019

Riska Rahmatul Laila

Anda mungkin juga menyukai