Wasiat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

WASIAT RENUNGAN MASA PENGALAMAN BARU

T.G.K.H. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru merupakan sebuah karya sastra daerah
berbentuk syair yang diciptakan oleh Maulana Syaikh T.G.K.H. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid. Syair ini terdiri atas 433 bait dengan tiap bait sejumlah empat baris atau larik. Setiap
lariknya terdiri dari empat (4) kata, walaupun di bagian larik-larik tertentu ditemukan juga tiga
(3) atau lima (5) kata. Hal tersebut bergantung pada panjang pendeknya kata dan jumlah silabe
yang dimiliki dalam kata, serta setiap baris pada bait merupakan isi dengan perimaan yang tetap,
yaitu a-a-a-a. Selain itu, dari segi pilihan diksi, alur pikiran, susunannya, dan arti kandungannya
sangat mengagumkan. Pesan moral yang disampaikan baik secara eksplisit maupun implisit
menarik bagi pembacanya sehingga memiliki keindahan atau estetika. Sugiarti (2016)
menjelaskan bahwa kata estetika artinya indah, tentang keindahan, atau memiliki nilai keindahan.
Menurut Ratna (2009: 2), stilistika atau stylistic adalah ilmu tentang gaya, sedangkan
style secara umum adalah cara-cara khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara
tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Cara pengungkapan
bisa meliputi setiap aspek kebahasaan: diksi, penggunaan bahasa kias atau bahasa figuratif
(figurative language). Tanda-tanda stilistika itu sendiri dapat berupa: a) fonologi, misalnya pola
suara ucapan dan irama, b) sintaksis, misalnya jenis struktur kalimat, c) leksikal, misalnya
pengggunaan kata benda, kerja, sifat, dan d) penggunaan bahasa figuratif, misalnya bentuk-
bentuk pemajasan, permainan struktur, pencitraan, dan sebagainya.
Keraf (2006: 22-23) menjelaskan diksi tidak saja dipergunakan untuk menyatakan kata-
kata maupun dipakai untuk menggunakan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disintesiskan diksi
adalah pilihan kata yang khas oleh pengarang dalam menciptakan suatu karyanya. Adapun jenis-
jenis diksi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah kata konotatif, konkret, kata sapaan
khas, kata serapan, kata asing, kata vulgar, dan kosakata bahasa daerah.
Nurgiyantoro (2009: 298-299) menyebutkan bentuk pemajasan lain antara lain: simile,
metafora, personifikasi, metonemia, sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. Sejalan dengan
pernyataan sebelumnya, Keraf (2006: 136) menjelaskan mengenai gaya bahasa dibentuk.
berdasarkan perbandingan atau persamaan. Menurut Pradopo (2010: 62), majas menyebabkan
karya sastra menjadi lebih menarik perhatian sehingga menimbulkan kesegaran, lebih hidup, dan
kejelasan gambaran angan. Munir (2013) menerangkan gaya bahasa lebih luas daripada majas.
Majas sudah berpola, sehingga pola-pola majas seolah-olah membatasi kreatifitas pengarang
dalam karya sastra
Wiyatmi (2006: 68) membagi jenis citraan yang sesuai dengan indra manusia meliputi
citraan penglihatan (visual imagery), citraan pendengaran (auditory imagery), citraan rabaan
(thermal imagery), citraan pencecapan (tactile imagery), citraan penciuman (alfactory imagery),
dan citraan gerak (kinesthetic imagery).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penjelasan Tentang Wasiat Renungan Masa?

2. Bagaimana Kutipan Sya’ir Wasiat Renungan Masa?

C. Tujuan

1. Mengetahui Tentang Syair-Syair Wasiat Renungan Masa

2. Macam-macam Syair Wasiat Renungan Masa?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemabahsan Tentang Wasiat Renungan Masa

Wasiat Renungan Masa Karya TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Kumpulan
wasiat renungan masa merupakan karya seorang pahlawan yang berasal dari Nusa Tenggara
Barat. Karena objek penelitian ini merupakan teks maka penelitian ini lebih banyak dlakukakn di
perpustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan lain sebagai pendukung penguatan data.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan tujuan untuk mengungkapkan
berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang diteliti untuk mendiskripsikan secara
cermat, detail, utuh, estetika dan stlistika yang terkandung di Waisat Renungan Masa. Arikunto
(2010: 234) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala dan keadaan.
Sumber data merupakan data yang diperoleh dalam penelitian.Sesuai dengan masalah
yang akan diteliti pada Wasiat Renungan Masa. Sumber penelitian ini adalah Waisat Renungan
masa karya TGH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Objek penelitian ini merupakan teks,
sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisi konten. Analisis konten biasanya menggunakan kajian kualitatif
dengan ranah konseptual. Ranah ini menghendaki pemadatan kata-kata yang memuat
pengertian. Kata-kata dikumpulkan ke dalam elemen referrens sehingga mudah masuk ke dalam
konsep baik itu nilai stlistika maupun nilai estetika yang dikandung.

Pendiri Nahdlatul Wathan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid banyak


menghasilkan karya kitab, doa-doa hizib, dan syair-syair
perjuangan Nahdlatul Wathan (NW).
Syair-syair perjuangan Nahdlatul Wathan ini tertuang dalam karyanya
yakni Wasiat Renungan Masa.
Lirik-lirik dalam syair Wasiat Renungan Masa sarat makna dan pesan bagi para generasi
penerus Nahdlatul Wathan.
Dikutip dari Wikipedia, syair merupakan salah satu jenis puisi klasik yang memperoleh
pengaruh kebudayaan Arab.
Syair termasuk salah satu puisi lama dari Persia dan dibawa ke dalam sastra Indonesia
bersama dengan masuknya ajaran Islam.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mampu membuat banyak syair karena
selama menutut ilmu di Makkah dia juga belajar ilmu sastra.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berlajar langsung dari seorang
ahli syair terkenal di Makkah yakni Syaīkh Muhammād Āmīn al-Quthbī.
Dikutip dari jurnal karya Herman Wijaya berjudul "Analisi Wacana Lirik
Lagu Wasiat Renungan Masa", syair Wasiat Renungan Masa karya TGKH Muhammad Za
inuddin Abdul Madjid terdiri dari 20 bait, setiap bait terdiri dari empat baris, bersajak
a,a,a,a.
Setiap baris pertama dan kedua di setiap bait merupakan sampiran dan baris ketiga dan
keempat merupakan isi.
Wasiat Renungan Masa ini merupakan wasiat berisi pesan atau wasiat kepada jemaah NW
serta keturunan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, supaya tetap kompak utuh
bersatu dalam satu barisan.
Melalui karya syair ini, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terus mengobarkan
semangat perjuangan kepada generasi penerus Islam, khususnya warga Nahdlatul Wathan.
Syair Wasiat Renungan Masa sendiri cukup panjang, berikut \
ini syair Wasiat Renungan Masa pilihan yang dikutip dari situs resmi NW (nw.or.id).

B. MACAM_MACAM SYAIR TENTANG WASIAT RENUNGAN MASA


Beberapa kutipan wasiat renungan masa Baru karya Maulana Syaikh T.G.K.H. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid
Buka madrasah desa dan dasan
Agar tersebar ajaran Tuhan
Ikatan Pelajar PG aktifkan
Himmah pemuda terus tonjolkan
Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda
Kuamanatkan kepada anakda
dipelihara dan terus dibina
dan dikembangkan di Nusantara

Kalau nanda memang beryakin


tak sampai hati ninggalkan Zainuddin
Maulanal Hasan do’akan tamkin
dalam kitabnya Al-Mustarsyidin

Nahdlatul Wathan berjalan terus


Siang dan malam tidak terputus
Meskipun dahsyat gelombang arus
Dalam lindungan Ilahi Al-Quddus

Banyaklah orang tersesat jalan


Mengaku diri Nahdlatul Wathan
Padahal dia di luar barisan
Tidak menurut garis pimpinan

Bahwa PB adalah satu


Bukannya dua bukannya telu
Atas pimpinan PB yang satu
Dewan Mustasyar pemberi restu

Organisasi ada imamnya


Pengurus Besar PB namanya
Wajib ditaati instruksinya
Selama berjalan menyelamatkannya
Banyak orang tidak mengerti
Pada tugasnya berorganisasi
Dipermainkan orang sehari-hari
Akhirnya ia menjadi amphibi
(Al-Magfurulah Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid).

1. Majas metafora
a. Wasiatku dijunjung tinggi seperti santan dengan tengguli,
b. Ijma' qiyas jangan dibuang seperti sirih pulang kegagang,
c. Agar selamat sepanjang umur seperti belut pulang kelumpur,
d. Qur'an dan hadist tidak difikir seperti airjatuh dipasir,
e. Amal ibadat terbengkalai seperti anjing beroleh bangkai,
f. Sekalipun berjasa setinggi langit seperti melepas anjing tersepit,
g. Berlagak alim yang paling keramat seperti si buta baru melihat.
2. Majas Hiporbola
a. Irnran siap dengan kilat anginnya,
b. Secepat kilat kemana perginya,
c. Sekalipun berjasa setinggi langit,
d. Cita-citanya setinggi Mustawa,
e. Sungguh ajaib bukan kepalang,
f. Berabad-abad tak hancur hilang,
3. Majas Sinekdoke
a. Kepada Warga Nahdlatul Wathan
b. Wahai anakku jama’ah Tariqat
c. Jangan sekali anakku mengkaji
8. Bentuk Penggunaan Diksi dalam Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru
karya Maulana Syaikh T.G.K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
1. Kata Konotatif
a. Butiran hikmah,
b. Alat tablig lampu dan guci,
c. Makhlukjinak aktif beraksi
d. Tho’at seribu,
e. Memakai seribu satu,
f. Cemara Siwu, Bersatu Derap,
g. Dilain wadah,
h. Lombok serambi Masjidil Haram,
i. Kitabyang gundul
2. Kata Sapaan Khas
a. Aduh sayang !
b. Nahdlatul Wathan,
c. ayahanda,
d. anakku,
3. Kata Asing
Ke Khadam, Ilahi Rabbi, Thoriqot, Saifulhaq, dito’ati, bernafsi-nafsi, hadlrah,
Wasysyukrulahu Abadan-abada, ma’mum, Tamkin, Su’ulkhotimah, aqidah,Syari’ah
4. Kata Daerah
Erat, cupak, Belongas, Pengkores, Mamiq
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil pembahasan penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru karya Maulana Syaikh T.G.K.H. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid terdapat bentuk penggunaan gaya bahasa yang meliputi majas metafora, majas
hiporbola, majas personafikasi, majas sinekdoke, dan majas metonimia. Selain itu juga terdapat
beberapa diksi yang ditemukan ada kata konotasi, kata sapaan khas, kata asing, dan kata daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


Keraf, G. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Munir, saiful, Haryati S.,Nas, dan Mulyono. 2013. Diksi dan Majas Dalam Kumpulan Puisi Nyanyian
Dalam Kelam Karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika. Jurnal Sastra Indonesia. Vol 2 No.1
Nurgiyantoro,B. 2009. Penilaian Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE
Pradopo, R. D. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, N. K. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugianti. 2016. Estetika Dalam Novel Jatisaba Karya Ramayda Akmal. LITERA. Volume 15 No. 1
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai