0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan12 halaman

LP Diare 2023

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

PRAKTIK KLINIK 3

LAPORAN PENDAHULAN

DIARE

Clinical Instructor : Ns. Lizna Rohani Batubara, S. Kep

Disusun Oleh :

Silvica Bo’isue Nakita Lani

I1031201032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
KONSEP TEORI

A. Pengertian GED/Diare
Gastroenteritis atau sering disebut juga diare merupakan masalah kesehatan
dengan drajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara
berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia (Adi & Suyami, 2017).
Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak
di dunia. Hal tersebut banyak disebabkan oleh makanan dan sumber air yang
terkontaminasi. Penyakit diare atau gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali per hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir.
Rotavirus merupakan penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah
5 tahun di seluruh dunia (Ariani, 2022)

B. Etiologi
Infeksi pencernaan yang sering terjadi pada anak adalah gastroenteritis (diare)
dan muntah-muntah. Hal ini terjadi karena infeksi dan kebanyakan infeksinya adalah
infeksi virus yang akan sembuh sendiri dan tidak memerlukan antibiotik. diare dapat
disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorpsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit
diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan
penanggulangannya (Wahyu Hartini dan Vina Indani, 2013).
Menurut teori jurnal (Adi & Suyami, 2017) menyatakan ada 2 faktor inndikasi
dari penyebab anak terkena diare, yaitu :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas), infeksi virus
(Entenovirus, Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus), infeksi parasit (Entamoeba
hystolytica, Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida, Abicans).
Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia,
ensefalitis
2. Faktor malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Disamping itu dapat
pula terjadi malabsorsi lemak dan protein
C. Patofisiologi
Diare atau gastroenteritis dapat disebabkan mekanisme dasar akibat kerusakan
pada vili usus yang akan dibahas sebagai berikut (Anggraini & Kumala, 2022)
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan atau minum
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumendari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSo4, Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek dalam absorbs mukosa usus
misal pada defisiensi disakaridase, malabsorbspi glukosa atau galactose.
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelles
empedu dan penyakit – penyakit saluran bilier dan hati.
4. Defek system pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+ K
+ATPase di entrosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.
6. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare bakteri dibagi atas non-invatif dan invatif. Bakteri non-invatif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut
D. Pathway

E. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi (Anggraini & Kumala, 2022) :
1. Diare Akut
Diare akut sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis, yaitu diare yang
muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa gejala seperti mual, muntah,
demam, dan nyeri abdomen yang berlangsung selama kurang dari 14 hari. Sekitar
80% disebabkan oleh virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering
bermanifestasi sebagai diare berdarah.
2. Diare Kronik
Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekuensi buang air besar
yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau volume tinja yang
semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih dari 14 hari.
3. Diare Persisten
Diare persisten adalah adalah diare yang mula-mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri.
Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk
dalam tubuh seorang anak.
F. Manifestasi Klinis (Wicaksana & Rachman, 2018)
1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Rewel
G. Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan penunjang penting dilakukan dalam menegakkan diagnosis
(kausal) penyakit yang tepat, sehingga dapat memudahkan dalam pemberian terapi
yang tepat, pemeriksaan penunjang pada bayi atau anak dengan gastroenteritis adalah:
(Tresnaningati, 2018)
1. Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada gastroenteritis
yang berasal dari bakteri)
2. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
3. Hitung darah lengkap dengan diferensial
4. Uji antigen immunoassay enzim untuk memastikan adanya rotavirus
5. Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses, atau diare yang
berkepanjangan ) untuk menentukan patogen
6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia)
8. Urinalis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme Shigella
keluar melalui urine)
9.
H. Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan Gastroenteritis pada anak-anak, akibat infeksi saluran cerna
terdiri dari:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan: (Novyanda & Hadiyani, 2017)
a. Jenis cairan. Pada gastroenteritis Akut yang ringan dapat diberikan oralit. Dapat
juga diberikan cairan Ringer Laktat, bila tidak dapat diberikan cairan NaCl
isotonik ditambah 1 ampul Natrium Bicarbonat 7,5% 50 ml.
b. Jumlah cairan. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Rute pemberian cairan dapat dipilih
oral maupun intravena
d. Jadwal pemberian cairan. Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan
berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya
kebutuhan cairan rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada jam ketiga.
2. Identifikasi penyebab Gastroenteritis Secara klinis,
tentukan jenis gastroenteritis-nya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
yang terarah (Novyanda & Hadiyani, 2017).
3. Terapi simtomatik
Obat anti gastroenteritis bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan 15 sekresi usus seperti Loperamide,
sebaiknya jangan dipakai pada infeksi Salmonella, Shigela, dan Koletis
Pseudomembran, karena akan memperburuk gastroenteritis yang diakibatkan
bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epitel
usus. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti Metoklopramid dapat
menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal (Novyanda & Hadiyani,
2017).
4. Terapi Definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti,
selain terapi farmakologi (Novyanda & Hadiyani, 2017) .
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Biodata
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku,
tanggal MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
II. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Pasien tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan
di kuadran epigastrik.
Kesadaran, GCS : Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai apatis
kalau disertai penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium, kalsium).
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : Terjadi peningkatan tekanan darah. Normalnya sistol 120-139 mmHg,
diastol 80-89 mmHg.
Nadi : Adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah menjadi lemah.
Normalnya, 60-100x/menit
Suhu : Suhu tubuh dalam batas normal. Normalnya 36,5°C - 37,5°C. Frekuensi
Pernafasan: Pernapasan lebih cepat sekitar 24- 30x/menit. Normal 18-24x/menit.
Secara Khusus (Chepalo – Caudal)
1. Kepala
Kebersihan bersih atau kotor, warna rambut, jejas ada atau tidak, hematoma ada
tidak, rambut rontok ada atau tidak.\
2. Mata
Simteris, konjungtiva merah muda tidak, pupil isokhor atau anisokhor,
palpebral edema atau tidak.
3. Hidung
Simetris, ada polip hidung atau tidak.
4. Telinga
Simteris atau tidak, bersih atau kotor, ada gangguan pendengaran atau
tidak.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab atau kering, lidah bersih atau kotor.
6. Paru
Inpeksi : Bentuk thorak simetris, bentuk punggung simetris ya atau tidak.
Palpasi : Pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa, pemeriksaan
taktil fremitus
Perkusi : Suara nafas sonor atau hipersonor
Auskultasi : Ada atau tidak suara nafas tambahan wheezing dan ronkhi,
suara nafas vesikuler
7. Jantung
Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis,
Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah
menjadi lemah, volume darah menurun sehinga jantung melakukan kompensasi
menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output dalam mencakup kebutuhan
tubuh
Perkusi : Redup atau pekak
Auskultasi : S1 S2 tunggal atau gallop atau murmur
8. Abdomen
Inspeksi : simetris, bentuk dan pergerakan dinding abdomen, tampak
kembung atau normal.
Palpasi : Ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri
abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada hepar
Perkusi : Mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian
epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar
dan pankreas
Auskultasi : Dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi
penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena lambung teriritasi.
9. Ekstremitas
Kesimetrisan ekstermitas atas dan bawah, ada atau tidak nyeri tekan pada struktur
tulang dan otot pada pergelangan kaki.
10. Syaraf
Reflek fisiologis, reflek patologi.
11. Integument
Akral dingin atau hangat, turgor meningkat atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Pola Napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
b) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : 1. Depresi Pusat Pola Napas Tidak
Mengeluh sesak pernafasan Efektif (SDKI,
D.0005)
DO :
 Fase Ekspirasi
memanjang
 Tekanan
ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi
menurun
2. DS: Ketidakseimbangan cairan Resiko
Pasien mengatakan Ketidakseimbangan
diare, mual, muntah elektrolit (SDKI,
D.0037)
DO :
Pasien tampak lemah
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas Tindakan:
keparewatan 4x24 jam maka pola Observasi
napas membaik,dengan kriteria hasil: - Monitor pola nafas (frekuensi,
1. Dipsnea dari meningkat (1) kedalaman usaha napas).\
menjadi cukup (4) Terapeutik
- Posisikan semi fowler
- Berikan minum hangat.
- Berikan oksigen jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, Mukolitik, jika perlu.
2 Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Observasi
elektrolit 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
Kriteria hasil : ketidakseimbangan elektrolit
1. Serum natrium meningkat 2. Monitor kadar elektrolit serum
atau sesuai batas normal 3. Monitor mual, muntah dan diare
2. Serum kalium, serum 4. Monitor krhilangan cairan apabila perlu
klorida,seum kalsium,
serum magnesium, serum Terapeutik
fosfor meningkat atau 1. Atur interval waktu pemantuan sesuai
dalam batas normal dengan kondisi pasien
3. Tanda tanda vital dalam 2. Dokumentasikan hasil
batas normal Pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
DAFTAR PUSTAKA

Adi, G. W., & Suyami. (2017). Studi Kasus Kurang Volume Cairan Dan Elektrolit Dengan
Gastroenteritis Dehidrasi Sedang. Pengembangan Sumberdaya Menuju Masyarakat
Mandiri Berbasis Inovasi Ipteks, C, 225–231.
Anggraini, D., & Kumala, O. (2022). Diare Pada Anak. Scientific Journal, 1(4), 309–317.
https://doi.org/10.56260/sciena.v1i4.60
Ariani, D. puji. (2022). Efektivitas Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Balita Tentang Pencegahan Diare. Prosiding Seminar Nasional, 70–77.
Novyanda, H., & Hadiyani, W. (2017). Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus:
Edukasi Dan Diet Terhadap Komplikasi Pada Pasien Dm Tipe 2 Di Poliklinik Rsup Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing
Journal), 3(1), 25–33. https://doi.org/10.33755/jkk.v3i1.81
Tresnaningati, Y. D. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA
AN.A DAN AN. I DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DIARE DI RUANG
BOUGENVILLE RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG TAHUN 2018. Universitas
Jember, 1, 1–75.
Wahyu Hartini dan Vina Indani. (2013). Asuhan Keperawatan Pada an. M Usia Todler
Dengan Gastroenteritis Akut Disertai Dehidrasi Ringan Di Ruang Arya Kemuning Rsud
Gunung Jati Cirebon. Jurnal Akper Buntet Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren
Cirebon, 53(9), 1689–1699.
Wicaksana, A., & Rachman, T. (2018). Asuhan Keperawatan pada pasien gastroenteritis
dehidrasi. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 3(1), 10–27.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai