0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan20 halaman

Makalah Ilmu Kalam Stai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

MAKALAH

ILMU KALAM
MATA PELAJARAN KULIAH : PENGANTAR STUDI ISLAM (PSI)

Dosen : MUHAMMAD AREIF, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7
1. MUHAMMAD AKBAR (NIM : 24030385)
2. MUHAMMAD WAFARIDZ AKBAR (NIM : 24144131)
3. M.ADDRUN NAFIS (NIM : 24144138)
4. RUSDIYANI (NIM : 24144149)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI) AL-WASHLIYAH BARABAI
TAHUN AKADEMIK 2024/2025

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah tentang Ilmu Kalam
ini dapat Kami selesaikan dengan baik. Salawat dan Salam senantiasa dipanjatkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah bagi
hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk
itu Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan Kami juga mengharapkan kritik
dan juga sarannya kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini dan
perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.
.

Barabai, Oktober 2024


Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2

A. Pengertian Ilmu Kalam ..................................................................... 2

B. Istilah-istilah lain dalam ilmu kalam .................................................. 3

C. Sejarah munculnya llmu Kalam ........................................................ 4

D. Tujuan mempelajari llmu Kalam ......................................................... 5

E. Ruang lingkup kajian llmu Kalam .................................................... 7

F. Objek kajian llmu Kalam....................................................................... 9

G. Aliran dan kelompok dalam llmu kalam............................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 16

A. Kesimpulan........................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar
dari suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari akidah yang terdapat dalam agamanya. Mempelajari
akidah/teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada
landasan yang kuat , yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran zaman.
Teologi dalam Islam disebut juga ilmu At-Tauhid. Kata Tauhid mengandung
arti satu/esa dan keEsaan dalam pandangan Islam merupakan sifat yang terpenting
diantara sifat-sifat Tuhan. Teologi Islam disebut juga ilmu kalam.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Ilmu Kalam ?
B. Jelaskan Istilah-istilah lain dalam ilmu kalam !
C. bagaimanaSejarah munculnya llmu Kalam ?
D. ApaTujuan mempelajari llmu Kalam ?
E. Jelaskan Ruang lingkup kajian llmu Kalam !
F. Jelaskan Objek kajian llmu Kalam !
G. Apa Saja Aliran dan kelompok dalam llmu kalam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu Kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-
dalil aqliyah (rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari
para penentang.
Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar.Menurut
persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian.
Pertama,fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu
tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah
muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja. Al-Farabi
mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat
Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah
setelah kematian yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah
menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional.
Sedangkan Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini ( ilmu kalam)
bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan dengan aqidah
imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang bersandar kepada nalar.
Menurut Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak terdapat perkataan al-
Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana yang
diartikan sekarang. Arti semula dari istilah al-Kalam adalah kata-kata yang tersusun
yang menunjukkan suatu maksud Kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu
sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara. Sebagai contoh, kata-kata kalamullah banyak
terdapat dalam al-Qur’an, diantaranya pada Surah al-Baqarah ayat 75, 253, dan Surah
an-Nisa’ ayat 164.
Penggunaan al-Kalam sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana
kita kenal saat ini pertama kali digunakan pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah,
tepatnya pada masa khalifah Al-Ma’mun.Sebelumnya, pembahasan tentang

2
kepercayaan-kepercayaan dalam islam disebut al-fiqh fi ad-din, sebagai imbangan
terhadap al-fiqh fi al-ilm yang diartikan ilmu hukum ( ilmu qanun ). Biasannya
mereka menyebutkan al-fiqhi fiddiniafdhalu minal fiqhi fil ‘ilmi, ilmu aqidah lebih
baik dari ilmu hukum.
Adapun yang melatarbelakangi mengapa ilmuini dinamakan Ilmu Kalam
adalah :
1. Permasalahan terpenting yang menjadi tema perbincangan pada masa permulaan
Islam adalah masalah firman Allah ( Kalam Allah ), yaitu al-Qur’an. Apakah
Kalamullah tersebut qadim atau hadits (baru)? Walaupun permasalahan ini hanya
merupakan salah satu bagian dari pembahasan ilmu ketuhanan dalam Islam,
namun karena ia menjadi bagian terpenting maka ilmu ini dinamai Ilmu Kalam.
2. Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan, para mutakallim (ahli Ilmu
Kalam) menggunakan dalil-dalil aqliyah dan dampaknya tercermin pada keahlian
meraka dalam berargumentasi dengan mengolah kata-kata. Dengan demikian,
mutakallim diartikan juga dengan ahli debat yang pintar memakai kata-kata.
3. Secara harfiah, kata kalam berarti “pembicaraan”. Tetapi secara istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan “pembicaraan” dalam pengertian sehari-hari, melainkan
dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Maka
ciri utama Ilmu Kalasm ialah rasionalitas atau logika .

B. Istilah-istilah lain dalam ilmu kalam

1. Ilmu Tauhid
Ilmu ini dinamakan ilmu Tauhid karena membicarakan tentang keesaan Allah.
Yang terpenting dalam pembahasan ilmu ini ialah mengenai keesaan Allah.
Menurut ulama-ulama Ahl al-Sunnah bahwa Tauhid adalah bahwa Allah itu Esa
dalam zat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya yang azali, tiada
tara bandingan bagi-Nya dan Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, tidak ada
sekutu bagi-Nya.
2. Ilmu Ushuluddin
Ilmu ini dinamakan ilmu ushuluddin sebab membahas tentang prinsip-prinsip
agama Islam. Ilmu usuluddin ialah ilmu yang membahas padanya tentang

3
prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qat’i (al-Quran dan
Hadis Mutawatir) dan dalil-dalil fikiran.
3. Ilmu Akidah atau Aqa’id
Ilmu ini dinamakan ilmu akidah atau aqa’id sebab membicarakan tentang
kepercayaan Islam. Syekh Thahir al-Jazairi (1851-1919) menerangkan bahwa
akidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka
menetapkan atas kebenaran.

Adapun ilmu ini dinamakan ilmu kalam, disebabkan:


a. Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad permulaan
Hijriah ialah apakah Kalam Allah (al-Qur’an) itu Qadim atau Hadis. Karena itu
keseluruhan ilmu kalam itu dinamai dengan salah satu bagiannya yang
terpenting.
b. Dasar ilmu Kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak
jelas dalam pembicaraan para Mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan
dalil naqli (al-Qur’an dan Hadis), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok
persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil fikiran.

C. Sejarah munculnya llmu Kalam


Sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan
prinsip teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan
kedangkalan ukhuwah dalam prilaku perebutan singgasana kekuasaan,bermula dari
Peristiwa wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tanggal 8 juni 632 M melahirkan
suatu perjuangan keagamaan dan politik dalam masyarkat islam sehingga
mengakibatkan timbulnya perpecahan di kalangan umat islam. Perpecahan ini mulai
memanas sejak Khalifah Utsman bin Affan mengambil kebijakan mengangkat
anggota keluarganya untuk menduduki posisi dalam struktur politik dan jabatan
penting, sehingga sebagian besar masyarakat islam tidak senang dengan kebijakan
tersebut. Puncaknya adalah saat Khalifah Utsman bin Affan terbunuh saat sedang
membaca Al-Qur’an dirumahnya.
Setelah khalifah ustman terbunuh maka kembali diumumkan pergantian
kekhalifahan selanjutnya dengan berpacu pada penolakan muawiyyah atas

4
terpilihnya Ali bin abi Thalib. banyak diantara yang semula berpihak pada Ali
kemudian terpecah dan keluar dari barisan militer ali bin abi Thalib ,Putusan hanya
datang dari Allah dan harus kembali pada hukum dan ketetapan Allah yang ada
dalam Al-qur’an . La hukma illa Allah (tidak ada perantara selain Allah) Hal ini
tidak hanya mempunyai implikasi politik yang tajam.

D. Tujuan mempelajari llmu Kalam

1. Mеnguаtkаn kеіmаnаn Pengetahuan kalam уаng didalamnya dibahas mеngеnаі


mаѕаlаh kеtuhаnаn (Allаh) , Rosul, аlаm ghaib dаn ѕеgаlа ѕеѕuаtu yang
bеrkаіtаn dengan rukun iman dalam islam, ѕеhіnggа dараt menguatkan
ѕеѕеоrаng. Hаl іnі dіkаrеnаkаn seseorang yang mеmреlаjаrі іlmu kаlаm akan
mengungkapkan dalil-dalil dan yang mеmреrkuаt аrgumеn tеntаng аkіdаh іѕlаm
ѕеhіnggа nantinya akan tіmbul саrа berpikir rаѕіоnаl аtаu lоgіѕtіk уаng
mеnghubungkаn keyaninan dаlаm аgаmа іѕlаm ditambah dеngаn аrgumеn уаng
didapat ѕааt belajar іlmu kаlаm. Argumen уаng dimaksud adalah alasan
реmbеlааn аtаu аlаѕаn dаѕаr untuk mеngіmаnі ѕеmuа yang аdа dаlаm “rukun
іmаn”.
2. Mеmbеrіkаn jаwаbаn аtаѕ реnуіmраngаn ajaran Pаdа ѕааt іnі tidak sedikit
mаѕаlаh уаng ada tеrkаіt penyimpangan ajaran agama islam. Pеnуіmраngаn
аjаrаn уаng аdа bіаѕаnуа dіѕеrtаі dengan іdеоlоgі ekstrim mаuрun mеngаndung
kesalahan уаng mеmbеlоkkаn kеbеnаrаn, maka dаrі іtu mempelajari ilmu kаlаm
akan mеmbеrіkаn jаwаbаn kеbеnаrаn tentang fеnоmеnа реnуіmраngаn аjаrаn dі
mаѕуаrаkаt yang bisa dіѕеbаbkаn oleh bаnуаk faktor, terutama fаktоr
lingkungan. Mаnfааt іnі sangat реntіng ѕеbаgаі keyakinan ѕеѕеоrаng аgаr tіdаk
mudаh tеrреngаruh dеngаn paham yang bеrаlіrаn islam tеtарі nyatanya bеrbеdа
ѕеkаlі dengan islam уаng ѕеbеnаrnуа.
3. Mеmbеrіkаn роndаѕі keimanan Pоndаѕі аdаlаh dаѕаr untuk mеnguаtkаn. Pаdа
mаѕаlаh kеhіduраn dаlаm kehidupan bеrаgаmа perlu mеmіlіkі penguatan уаng
tetap hаl ini untuk mеnghіndаrkаn ѕеѕеоrаng dari bаhауа уаng ѕеruра tарі tаk
ѕаmа ѕесаrа kаѕаrnуа bіѕа disebut ѕеbаgаі аlіrаn ѕеѕаt. Ilmu kаlаm аkаn
mеmbеrіkаn fоndаѕі atau dasar kеbаhаgіааn pada seseorang уаng
mеmреlаjаrіnуа kаrеnа dаlаm іlmu kаlаm раdа аgаmа іѕlаm аkаn dibahas

5
masalah kеtuhаnаn (аllаh) beserta sifat-nya, Nаbі dаn Rosul, hаl hal ghaib, аlаm
аkhіrаt уаng dіѕеrtаі реnjеlаѕаm menggunakan ѕumbеr dаrі dаlіl- dаlіl уаng
bеnаr. Pоndаѕі ѕеlаіn dіbаngun dari dаlаm dіrі sendiri dеngаn mеmреrсауаі
аdаnуа tuhаn (allah), rоѕul, kіtаb-kіtаb allah, mаlаіkаt, tаkdіr, dаn hari akhir jugа
dіbаngun dаrі реmbіаѕааn dalam mеmреlаjаrі lеbіh detail mengenai agama yang
dipeluknya.
4. Mеngаmаlkаn аjаrаn іѕlаm dengan bаіk Mаnfааt ѕеlаnjutnуа yaitu ѕеѕеоrаng
yang memepelajari іlmu kаlаm dеngаn bаіk dіhаrарkаn mendapatkan manfaat
untuk bіѕа tеruѕ mеngаmаlkаn ajaran agama іѕlаm dеngаn ѕеbаіk – bаіknуа.
Sеlаіn itu dіhаrарkаn bіѕа terus іѕtіԛаmаh dіjаlаn аllаh ѕеtеlаh memperoleh
kеѕеіmbаngаn уаng lebih bаіk раdа ѕааt bеlаjаr іlmu kаlаm dibandingkan hanya
mеmреrсауаі ѕеѕuаtu tanpa dаѕаr ilmu реngеtаhuаn уаng jelas. Hal ini аkаn
mеnаmbаh nіlаі роѕіtіf dan membuat seseorang ѕеlаlu dеkаt dеngаn Allаh
melalui іlmunуа serta mеnjаdі jаlаn реmbеrі іlmu bаgі orang lain уаng mаѕіh
belum mengerti.
5. Mеmbеrіkаn Arаhаn dan petunjuk kepada оrаng-оrаng yang membutuhkan
nаѕіhаt Manfaat ѕеlаnjutnуа tеntаng оrаng lain. іlmu kаlаm аkаn mеmbuаt
ѕеѕеоrаng mеmіlіkі lаndаѕаn реngеtаhuаn уаng baik dаrі реngеtаhuаn yang
dіреrоlеh ѕеtеlаh mempelajari іlmu kаlаm dараt dіаmаlkаn kepada orang lаіn
dаlаm bentuk сеrаmаh atau memberikan nasihat раdа уаng mеmbutuhkаn.
kadang ada оrаng lаіn dіѕеkіtаr yang mеngіngіnkаn penjelasan tеntаng mаѕаlаh
tеrtеntu уаng berhubungan dengan іlmu kаlаm ѕеhіnggа ѕеbаgаі seseorang yang
mеngеtаhuі serta tеlаh mеmреlаjаrі іlmu kalam kіtа bіѕа mеmbеrіkаn penjelasan
kepada оrаng tеrѕеbut.
6. Mеngаrаhkаn kе jаlаn yang bеnаr Manfaat ѕеlаnjutnуа yaitu mengarahkan kе
jаlаn уаng bеnаr mаkѕudnуа уаіtu іlmu kalam уаng kеbеnеnаrаn tеntаng аjаrаn
islam уаng bersumber dаrі al-quran, hadist, dаn pemikiran manusia bіѕа
mеngаrаhkаn ѕеѕеоrаng yang kurаng раhаm dеngаn аkіdаh islam уаng
ѕеbеnаrnуа menjadi раhаm dan meyakinkannya ѕеrtа bеrаdа dі dalam jаlаn allah
уаng benar. Dari manfaat yang bеrаgаm dі atas ѕеѕеоrаng уаng mеmреlаjаrі
ilmu kalam bisa mendapatkan bаnуаk manfaat yang ѕаngаt реntіng bаgі
kеhіduраn bеrаgаmа іѕlаm. Sаlаh ѕаtu mаnfааt tеrbеѕаr уаіtu dараt memperkuat

6
dаn menambah реngеtаhuаn ѕеbаgаі оrаng yang berilmu. Jаngаn luра bаhwа
setelah mempelajari іlmu kalam, іlmu tersebut bіѕа dіаmаlkаn kepada orang lаіn.

E. Ruang lingkup kajian llmu Kalam


Masalah yang dibahas dalam aqidah ilmu kalam adalah mempercayai adanya
Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul Allah, hari kiyamat,Qadha’ dan
Qadar, Akhirat, akal dan wahyu, surga , neraka, dosa besar, dan masalah iman dan
kafir. yang diperkuat dengan-dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari aqidah-
aqidah yang menyimpang.
Harun lebih lanjut mengatakan bahwa persoalan kalam yang pertama kali
muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti
siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij
sebagaimana yang telah disebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asy’ari
adalah kafir berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah ayat 44.
Persoalan ini telah menimbulkan tiga alioran teologi dalam Islam yaitu:
1) Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2) Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah
kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3) Aliran Mu’tazilah , yang tidak menerima pendapat kedua diatas.
Pengertian Aqidah Ilmu kalam adalah artinya ilmu yang mempelajari
ikatan/keyakinan seseorang tentang masalah ketuhanan dengan menggunakan
dalil-dalil fikiran dan disertai alasan-alasan yang rasional. Nama-nama ilmu
kalam yaitu ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar dan teologi Islam. dan
Ruang lingkupnya adalah tentang mengesakan tuhan yang diperkuat dengan-
dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari aqiah-aqidah yang menyimpan.
 Pengertian Imu Tauhid
Ditinjau dari sudut bahasa (etimologi ),kata tauhid adalah merupakan bentuk
kata mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu : wahhada yuwahhidu wahdah yang
memiliki arti mengesakan atau menunggalkan .kemudian ditegaskan oleh ibnu

7
khaldun dalam kitabnya muqaddimah bahwa kata tauhid mengandung makna
keesaan tuhan. maka dari pengertian ithimologi tersebut dapat diketahui bahwa
tauhid mengandung makna meyakinkan (mengi’tikadkan ) bahwa allah adalah satu
tidak ad syrikat bagi-nya
Ditinjau dari sudut istilah ( terminologi ) , telah dipahami bersama bahwa
setiap cabang ilmu pengetahuan itu telah mempunyai obyek dan tujuan
tertentu .karena itu setiap cabang ilmu pengetahuan juga masing –masing mempunyai
batasan – batasan tertentu pula . demi batasan-batasan tersebut pengaruhnya adalah
sangat besar bagi para ilmuan dan cendikiawan didalam membahas, mengkaji , dan
menelaah obek garapan dari suatu cabang ilmu pengatahuan .
Demikian juga halnya pada kajian ilmu tauhid yang telah di ta’rifkan oleh
para ahli sebagai berikut :
A. Syekh Muhamad Abduh Mengatakan Bahwa :
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud allah dan sifat sifat yang
wajib ada pada-nya ,dan sifat yang boleh ada padanya dan sifat yang tidak harus
ada pada-nya (mustahi), ia juga membahas tentang para rasul untuk menegaskan
tugas risalahnya , sifat sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada padanya ( jaiz)
dan yang tidak ada padanya (mustahil)
B. Syekh Husain Affandi Al-Jisral-Tharablusymenta ’Rifkan Sebagai Berikut :
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana menetapkan
aqidah (agama islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan
Dari kedua ilmu ta’rif ilmu tauhid tersebut itu dapat lah diambil suatu
pengertian bahwa pada ta’rif pertama (Syekh Muhamad Abduh) lebih menitik
beratkan pada objek formal ilmu tauhid yakni pembahasan tentang wuhud allah
dengan segala sifat dan perbuatannya serta membahas tentang para rasulnya , sifat-
sifat dengan segala perbuatannya .sedangkan pada ta’rif kedua (Sekh Husain Al-Jisr)
menekankan pada metode pembahasannya yakni dengan menggunakan dalil-dalil
yang meyakinkan , dan yang dimaksud disini adalah dalil naqli maupun dalil
aqli.dengan demikian ilmu tauhid adalah salah satu cabang ilmu study keislaman
yang lebih memfokuskan pada pembahasan wujud allah dengan segala sifat nya serta
tentang para rasul nya , sifat – sifat dan segala perbuatannya dengan berbagai
pendekatan .

8
F. Objek kajian llmu Kalam

Berbeda dengan ilmu fikih yang membahas masalah syari’at atau aturan
Allah dalam masalah habluminannas (hubungan manusia dengan manusia),
objek kajian ilmu kalam sedikit lebih rumit dan menimbulkan perdebatan
panjang di antara aliran- aliran teologi Islam yang ada namun perdebatan
panjang tersebut dipahami bahwa haruslah dalam kerangka atau paradigma
Islam yang sesuai thurats.
Objek kajian Ilmu Kalam terletak pada 3 persoalan, yaitu:
1. Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya. Esensi ini
dinamakan Qismul Ilahiyat. Masalah-masalah yang diperdebatkan yaitu:
a. Sifat-sifat Tuhan, apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah
ini di perdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
b. Qudrat dan Iradat Tuhan. Persoalan ini menimbulkan aliran Qadariyah
dan Jabbariyah.
c. Persoalan kemauan bebas manusia, masalah ini erat kaitannya dengan
Qudrat dan Iradat Tuhan.
d. Masalah Al-Qur’an, apakah makhluk atau tidak dan apakah Al- Qur’an
azali atau baharu.
2. Qismul Nububiyah, hubungan yang memperhatikan antara Kholik dengan
makhluk, dalam hal ini membicarakan tentang:
a. Utusan-utusan Tuhan atau petugas-petugas yang telah di tetapkan
Tuhan melakukan pekerjaan tertentu yaitu Malaikat.
b. Wahyu yang disampaikan Tuhan sendiri kepada para rasul-Nya baik
secara langsung maupun dengan perantara Malaikat.
c. Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk
menyampaikan ajarannya kepada manusia.
3. Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang
disebut dengan Qismul Al-Sam’iyat. Hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kebangkitan manusia kembali di akhirat
b. Hari perhitungan
c. Persoalan shirat (jembatan)

9
d. Persoalan yang berhubungan dengan tempat pembalasan yaitu surga atau
neraka

G. Aliran dan kelompok dalam llmu kalam


1. Khawarij: persoalan iman dan kufr (mu’min dan kafir)
Sebagai kelompok yang lahir dari peristiwa politik, pendirian teologis
khawarij –terutama yang berkaitan dengan masalah iman dan kufur lebih bertendensi
politis ketimbang ilmiah-teoritis. Kebenaran pernyataan ini tak dapat disangka
karena, seperti yang telah diungkapkan sejalrah, Khawarij mula-mula memunculkan
eprsoalan teologis seputar masalah “apakah Ali dan pendukungnya adalah kafir atau
tetap mukmin?””apakah muawiyah dan pendukungnya telah kafir atau tetap
mukmin?” jawaban atas pertanyaan ini kemudian menjadi pijakan atas dasar teologi
mereka. Menurut mereka, Ali dan Muawiyah beserta para pendukungnyatelah
melakukan tahkim kepada manusia, berarti mereka telah berbuat dosa besar.
Dansemua pelaku dosa besar (mutabb al-kabirah), menurut semua subsekte
Khawarij, kecuali Najdah, adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya.
Subsekte Khawarij yang sangat ekstrim, Azariqah, menggunakan istilah yang lebih
“mengerikan” dari pada kafir yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi siapa
saja yang tidak mau bergabung ke dalam barisan mereka, sedangkan pelaku dosa
besar dalam pandangan mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir
millah (agama), dan itu berarti ia telah keluar dari Islam. Si kafir semacam ini akan
kekal di neraka bersama orang kafir lainnya.
Iman dalam pandangan Khawarij, tidak semata-mata percaya kepada Allah.
Mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari
keimanan. Segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan,
segala perbuatan yang berbau religius, termasuk di dalam masalah kekuasaan adalah
bagian dari keimanan, al-amal juz’un al-iman). Dengan demikian, siapapun yang
menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya,
tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama dan malah melakukan perbuatan dosa, ia
dipandang kafir oleh khawarij.

10
2. Murji’ah: masalah iman dan menentang pendapat Khawarij
Aliran murji’ah adalah aliran yang memberikan reaksi terhadap pendapat
aliran khawarij yang mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar adalah aliran
murji’ah. Menurut kaum murjiah dosa besar tidak mengakibatkan kekafiran. Apabila
seorang mukmin melakukan dosa besar tetap mukmin. Adapun hakikatnya, kita
serahkan kepada Allah kelak di akhirat.
Dua doktrin pokok ajaran Murji’ah, yaitu:
a) Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan
tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang
tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan
melakukan dosa besar.
b) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari
syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
c) Ajaran pokok murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau
arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun
teologis. Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap diam. Itulah
sebabnya, kelompok Murji’ah dikenal pula sebagai the queieties (kelompok
bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga membuat murjiah
selalu diam dalam persoalan politik.
3. Paham Qadariyah dan Jabariyah: Memaksa
Dalam kitab Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Ali musthafa al-Ghurabi
menjelaskan bahwa menurut paham teologi Aliran Qadariyah, manusia berkuasa atas
perbuatan-perbuatannya; manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan
baik atas kehendak dan kemauannya sendiri, dan manusia sendiriilah yang
melakukan perbuatan-perbuatan jahat atas kehendak dan kemauannya sendiri.
Menurut paham mereka, manusia mempunyai kebebasan dalam tingkah lakunya. Ia
dapat berbuat baik kalau ia menghendakinya, dan ia pula dapat berbuat jahat kalau ia
menghendakinya. Aliran ini menolak paham yang mengatakan bahwa manusia dalam
perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut kadar yang telah ditentukan sejak
zaman azali. Selanjutnya pengarang kitab Tarikh al-Firaq al-Islamiyah itu juga

11
menyebutkan, bahwa menurut paham Jabariyah, manusia tidak mempunyai
kekuasaan untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan dalam perbuatan-perbuatannya.
Manusia dalam perbuatan-perbuatannya dipaksa, dengan tidak ada kekuasaan,
kemauan dan pilihan baginya. Perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan di dalam diri
mereka, tak ubahnya seperti air yang mengalir, manusia tak ubahnya seperti bulu
yang ditiup oleh angin, dia akan melayang-layang ke arah mana angin bertiup.
Menurut paham ini, segala perbuatan manusia tidak merupakan sesuatu yang timbul
dari kehendak dan kemauan sendiri, tapi perbuatan yang dipaksakan kepada dirinya.
Kalau seseorang membunuh orang lain, maka perbuatannya itu bukanlah terjadi atas
kehendaknya sendiri, tetapi terjadi karena Qadha dan Qadar Tuhanlah yang
menghendaki demikian.
Dengan kata lain, dia membunuh bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi
Tuhanlah yang memaksanya membunuh. Manusia dalam paham ini hanya
merupakan wayang yang digerakan oleh dalang. Manusia berbuat dan bergerak
karena digerakan oleh Tuhan. Tanpa gerak dari Tuham manusia tidak dapat berbuat
apa-apa. Disamping kedua paham itu, terdapat pula paham tengah antara paham
Qadariyah yang dibawa oleh Ma’bad dan Ghailan dengan paham Jabariyah yang
dibawa oleh Jaham, yaitu paham kasb, yang dibawa oleh al-Husain Ibn Muhammad
al-Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr. Menurut al-Syahrastani dalam kitab al-Milal wa al-
Nihal, dalam paham Kasb, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan
manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan yang jahat. Tetapi manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan-perbuatan itu. Tenaga yang
diciptakan dalam dirinya mempunyai daya untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Jadi menurut paham ini, Tuhan dan manusia bekerja sama dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatan manusia. Manusia tidak semata-mata dipaksa
dalam melakukan perbuatannya.
4. Mu’tazilah : al-Ushul al-Khamsah
Setiap pelaku dosa besar, menurut mu’tazilah berada diposisi tengah diantara
posisi mukmin dan posisi kafir, jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertobat, ia akan dimasukkan kedalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian,
siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Dalam

12
perkembangannya, beberapa tokoh mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amir Amr
bin Ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin attau
kafir.
1) Al Tauhid ( Ke-Esa-an )
Tuhan dalam paham Mu’tazilah betul-betul Esa dan tidak ada sesuatu yang
serupa denganNya. Ia menolak paham anthromorpisme (paham yang
menggambarkan Tuhannya serupa dengan makhlukNya) dan juga menolak paham
beatic vision (Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala) untuk menjaga kemurnian
Kemaha esaan Tuhan, Mu’tazilah menolak sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud
sendiri di luar Zat Tuhan. Hal ini tidak berarti Tuhan tak diberi sifat, tetapi sifat-sifat
itu tak terpisah dari ZatNya. Mu’tazilah membagi sifat Tuhan kepada dua golongan :
a. Sifat-sifat yang merupakan esensi Tuhan, disebut sifat dzatiyah, seperti al Wujud - al
Qadim – al Hayy dan lain sebagainya
b. Sifat-sifat yang merupakan perbuatan Tuhan, disebut juga dengan sifat fi’liyah yang
mengandung arti hubungan antara Tuhan dengan makhlukNya, seperti al Iradah –
Kalam – al Adl, dan lain-lain.
Kedua sifat tersebut tak terpisah atau berada di luar Zat Tuhan, Tuhan
Berkehendak, Maha Kuasa dan sifat-sifat lainnya semuanya bersama dengan Zat.
Jadi antara Zat dan sifat tidak terpisah.
Pandangan tersebut mengandung unsur teori yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa : penggerak pertama adalah akal, sekaligus subyek yang berpikir.
2) Al ‘Adl (Keadilan )
Paham keadilan dimaksudkan untuk mensucikan Tuhan dari perbuatanNya.
Hanya Tuhan lah yang berbuat adil, karena Tuhan tidak akan berbuat zalim, bahkan
semua perbuatan Tuhan adalah baik. Untuk mengekspresikan kebaikan Tuhan,
Mu’tazilah mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan mendatangkan yang baik dan
terbaik bagi manusia. Dari sini lah muncul paham al Shalah wa al Aslah yakni
paham Lutf atau rahmat Tuhan. Tuhan wajib mencurahkan lutf bagi manusia,
misalnya mengirim Nabi dan Rasul untuk membawa petunjuk bagi manusia.
Keadilan Tuhan menuntut kebebasan bagi manusia karena tidak ada artinya
syari’ah dan pengutusan para Nabi dan Rasul kepada yang tidak mempunyai

13
kebebasan. Karena itu dalam pandangan Mu’tazilah, manusia bebas menentukan
perbuatannya.
3) Al Wa’d wa al Wa’id (Janji dan Ancaman)
Ajaran ini merupakan kelanjutan dari keadilan Tuhan, Tuhan tidak disebut
adil jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum
orang yang berbuat buruk, karena itulah yang dijanjikan oleh Tuhan. QS. Al Zalzalah
ayat 7-8.

Terjemahnya :“Barang siapa yang berbuat kebajikan seberat biji zarrah,


niscaya dia akan lihat balasannya, dan barang siapa yang berbuat keburukan
seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”
4) Manzilah Baina Manzilatain (Posisi di antara dua tempat )
Posisi menengah atau fasik dalam ajaran Mu’tazilah di tempati oleh orang-
orang Islam yang berbuat dosa besar. Pembuat dosa besar bukan kafir karena masih
percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad saw, tetapi tidak juga dapat dikatakan
mukmin karena imannya tidak lagi sempurna, maka inilah sebenarnya keadilan
(menempatkan sesuatu pada tempatnya), akan tetapi di akhirat hanya ada syurga dan
neraka, maka tempat bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah di neraka, hanya
saja tidak sama dengan orang-orang kafir sebab Tuhan tidak adil jika siksaannya
sama dengan orang kafir. Jadi lebih ringan dari orang kafir.
5) Amar Ma’ruf , Nahi Munkar. ( Memerintahkan Kebaikan dan Melarang
Keburukan ).
5. Asy’ariyah: Mazhab Syafi’i
Pendiri mazhab Asya`irah adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Asy`ari. Ia
lahir pada tahun 260 H di Bashrah dan wafat tahun 324 H di Baghdad. Sampai usia
empat puluh tahun, ia adalah salah satu murid Abu Ali Jubai yang mendukung
mazhab Mu`tazilah. Abu Hasan Asy`ari keluar dari mazhab Mu`tazilah pada tahun
300 H. Setelah mengadakan beberapa perbaikan dalam ajaran Ahlul hadits, Abu
Hasan Asy`ari mendirikan mazhab baru, yang berlawanan dengan Ahlul hadits dan
juga Mu`tazilah. Dalam bidang fikih, Abu Hasan Asy`ari mengikuti mazhab Syafi`i.
Di masa sekarang, sebagian besar pengikutnya juga berkiblat kepada Imam Syafi`i
dalam masalah hukum.

14
Tehadap pelaku dosa besar, agaknya asy’ari, sebagai wakil ahl al-sunnah
tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl al-qiblah), walaupun
melakukan dosa besar seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap
sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, selalipun berbuat
dosa besar, akan tetapi, jika dosa besar itu tetap dilakukannya dengan anggapan
bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang
telah kafir. Adapun balasan diakhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia
meninggal dan tidak sempat bertobat, maka menurut al-asyari, hal itu bergantung
pada kebijakan tuhan yang maha berkehendak. Tuhan dapat saja mengampuni
dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat nabi SAW. Sehingga terbebas
dari siksa neraka atau kebalikannya, yaitu Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai
dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di
neraka seperti orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai
ia akan dimasukkan ke dalam surga. Dari paparan singkat ini, jelaslah bahwa
asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan murjiah khususnya
tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.

6. Maturidiyah: Mazhab Ahmad bin Hambal


Maturidiyah didirikan oleh Abu Manshur Muhammad bin Muhammad
Maturidi, di daerah Maturid Samarqand, untuk melawan mazhab Mu`tazilah. Abu
Manshur Maturidi (wafat 333 H) menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah
fikih. Oleh sebab itu, kebanyakan pengikutnya juga bermazhab Hanafi.
Setelah menelaah sekian riwayat tentang munculnya ilmu kalam dan
persoalan-persoalan disekitar ilmu kalam yang menjadi simbolisasi dari ilmu manthiq
dan logika , seakan menata barisan idiologi tentang hal-hal yang mendoktrin untuk
terus berfikir akan sesuatu yang telah ada dan mencakup semua sejarah tentang
perebutan kekuasaan, perbedaan cara pandang dan sistem perpolitikan. Kaca
perbandingan yang menyeluruh dari sekian bentuk knowladge yang bermunculan
seiring perkembangan zaman. Wallahu a’lam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam adalah
suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliyah (rasional
ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para penentang dan
sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan prinsip
teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan kedangkalan
ukhuwah dalam prilaku perebutan singgasana kekuasaan dan ilmu kalam tidak lepas
dari ilmu tauhid , ilmu tauhid adalah salah satu cabang ilmu study keislaman yang
lebih memfokuskan pada pembahasan wujud allah dengan segala sifat nya serta
tentang para rasul nya , sifat – sifat dan segala perbuatannya dengan berbagai
pendekatan.

B. Saran
Saran yang peyusun sampaikan sampaikan adalah sebagai berikut:
 Agar lebih giat belajar masalah ilmu kalam supaya bisa menuntaskan ilmu kalam
 Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran kita semua dan menambah
wawasan yang lebih luas bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Komarudin, Didin. (2015). Studi Kalam I. Bandung: Lembaga Penelitian dan


Pengabdian Kepada Masyarakat.

Syarifudin, Achmad. (2015). Pemikiran Islam: Tauhid dan Ilmu Kalam. Palembang:
Noer Fikri Offset.

ILMU KALAM (2014). Kementerian Agama. Jakarta : Kementerian Agama

Hasbi, Muhammad. (2015). Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam
Islam. Yogyakarta: Trustmedia Publishing

17

Anda mungkin juga menyukai