Makalah Ilmu Kalam Stai
Makalah Ilmu Kalam Stai
Makalah Ilmu Kalam Stai
ILMU KALAM
MATA PELAJARAN KULIAH : PENGANTAR STUDI ISLAM (PSI)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. MUHAMMAD AKBAR (NIM : 24030385)
2. MUHAMMAD WAFARIDZ AKBAR (NIM : 24144131)
3. M.ADDRUN NAFIS (NIM : 24144138)
4. RUSDIYANI (NIM : 24144149)
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah tentang Ilmu Kalam
ini dapat Kami selesaikan dengan baik. Salawat dan Salam senantiasa dipanjatkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah bagi
hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk
itu Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan Kami juga mengharapkan kritik
dan juga sarannya kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini dan
perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.
.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar
dari suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari akidah yang terdapat dalam agamanya. Mempelajari
akidah/teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada
landasan yang kuat , yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran zaman.
Teologi dalam Islam disebut juga ilmu At-Tauhid. Kata Tauhid mengandung
arti satu/esa dan keEsaan dalam pandangan Islam merupakan sifat yang terpenting
diantara sifat-sifat Tuhan. Teologi Islam disebut juga ilmu kalam.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Ilmu Kalam ?
B. Jelaskan Istilah-istilah lain dalam ilmu kalam !
C. bagaimanaSejarah munculnya llmu Kalam ?
D. ApaTujuan mempelajari llmu Kalam ?
E. Jelaskan Ruang lingkup kajian llmu Kalam !
F. Jelaskan Objek kajian llmu Kalam !
G. Apa Saja Aliran dan kelompok dalam llmu kalam ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kepercayaan-kepercayaan dalam islam disebut al-fiqh fi ad-din, sebagai imbangan
terhadap al-fiqh fi al-ilm yang diartikan ilmu hukum ( ilmu qanun ). Biasannya
mereka menyebutkan al-fiqhi fiddiniafdhalu minal fiqhi fil ‘ilmi, ilmu aqidah lebih
baik dari ilmu hukum.
Adapun yang melatarbelakangi mengapa ilmuini dinamakan Ilmu Kalam
adalah :
1. Permasalahan terpenting yang menjadi tema perbincangan pada masa permulaan
Islam adalah masalah firman Allah ( Kalam Allah ), yaitu al-Qur’an. Apakah
Kalamullah tersebut qadim atau hadits (baru)? Walaupun permasalahan ini hanya
merupakan salah satu bagian dari pembahasan ilmu ketuhanan dalam Islam,
namun karena ia menjadi bagian terpenting maka ilmu ini dinamai Ilmu Kalam.
2. Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan, para mutakallim (ahli Ilmu
Kalam) menggunakan dalil-dalil aqliyah dan dampaknya tercermin pada keahlian
meraka dalam berargumentasi dengan mengolah kata-kata. Dengan demikian,
mutakallim diartikan juga dengan ahli debat yang pintar memakai kata-kata.
3. Secara harfiah, kata kalam berarti “pembicaraan”. Tetapi secara istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan “pembicaraan” dalam pengertian sehari-hari, melainkan
dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Maka
ciri utama Ilmu Kalasm ialah rasionalitas atau logika .
1. Ilmu Tauhid
Ilmu ini dinamakan ilmu Tauhid karena membicarakan tentang keesaan Allah.
Yang terpenting dalam pembahasan ilmu ini ialah mengenai keesaan Allah.
Menurut ulama-ulama Ahl al-Sunnah bahwa Tauhid adalah bahwa Allah itu Esa
dalam zat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya yang azali, tiada
tara bandingan bagi-Nya dan Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, tidak ada
sekutu bagi-Nya.
2. Ilmu Ushuluddin
Ilmu ini dinamakan ilmu ushuluddin sebab membahas tentang prinsip-prinsip
agama Islam. Ilmu usuluddin ialah ilmu yang membahas padanya tentang
3
prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qat’i (al-Quran dan
Hadis Mutawatir) dan dalil-dalil fikiran.
3. Ilmu Akidah atau Aqa’id
Ilmu ini dinamakan ilmu akidah atau aqa’id sebab membicarakan tentang
kepercayaan Islam. Syekh Thahir al-Jazairi (1851-1919) menerangkan bahwa
akidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka
menetapkan atas kebenaran.
4
terpilihnya Ali bin abi Thalib. banyak diantara yang semula berpihak pada Ali
kemudian terpecah dan keluar dari barisan militer ali bin abi Thalib ,Putusan hanya
datang dari Allah dan harus kembali pada hukum dan ketetapan Allah yang ada
dalam Al-qur’an . La hukma illa Allah (tidak ada perantara selain Allah) Hal ini
tidak hanya mempunyai implikasi politik yang tajam.
5
masalah kеtuhаnаn (аllаh) beserta sifat-nya, Nаbі dаn Rosul, hаl hal ghaib, аlаm
аkhіrаt уаng dіѕеrtаі реnjеlаѕаm menggunakan ѕumbеr dаrі dаlіl- dаlіl уаng
bеnаr. Pоndаѕі ѕеlаіn dіbаngun dari dаlаm dіrі sendiri dеngаn mеmреrсауаі
аdаnуа tuhаn (allah), rоѕul, kіtаb-kіtаb allah, mаlаіkаt, tаkdіr, dаn hari akhir jugа
dіbаngun dаrі реmbіаѕааn dalam mеmреlаjаrі lеbіh detail mengenai agama yang
dipeluknya.
4. Mеngаmаlkаn аjаrаn іѕlаm dengan bаіk Mаnfааt ѕеlаnjutnуа yaitu ѕеѕеоrаng
yang memepelajari іlmu kаlаm dеngаn bаіk dіhаrарkаn mendapatkan manfaat
untuk bіѕа tеruѕ mеngаmаlkаn ajaran agama іѕlаm dеngаn ѕеbаіk – bаіknуа.
Sеlаіn itu dіhаrарkаn bіѕа terus іѕtіԛаmаh dіjаlаn аllаh ѕеtеlаh memperoleh
kеѕеіmbаngаn уаng lebih bаіk раdа ѕааt bеlаjаr іlmu kаlаm dibandingkan hanya
mеmреrсауаі ѕеѕuаtu tanpa dаѕаr ilmu реngеtаhuаn уаng jelas. Hal ini аkаn
mеnаmbаh nіlаі роѕіtіf dan membuat seseorang ѕеlаlu dеkаt dеngаn Allаh
melalui іlmunуа serta mеnjаdі jаlаn реmbеrі іlmu bаgі orang lain уаng mаѕіh
belum mengerti.
5. Mеmbеrіkаn Arаhаn dan petunjuk kepada оrаng-оrаng yang membutuhkan
nаѕіhаt Manfaat ѕеlаnjutnуа tеntаng оrаng lain. іlmu kаlаm аkаn mеmbuаt
ѕеѕеоrаng mеmіlіkі lаndаѕаn реngеtаhuаn уаng baik dаrі реngеtаhuаn yang
dіреrоlеh ѕеtеlаh mempelajari іlmu kаlаm dараt dіаmаlkаn kepada orang lаіn
dаlаm bentuk сеrаmаh atau memberikan nasihat раdа уаng mеmbutuhkаn.
kadang ada оrаng lаіn dіѕеkіtаr yang mеngіngіnkаn penjelasan tеntаng mаѕаlаh
tеrtеntu уаng berhubungan dengan іlmu kаlаm ѕеhіnggа ѕеbаgаі seseorang yang
mеngеtаhuі serta tеlаh mеmреlаjаrі іlmu kalam kіtа bіѕа mеmbеrіkаn penjelasan
kepada оrаng tеrѕеbut.
6. Mеngаrаhkаn kе jаlаn yang bеnаr Manfaat ѕеlаnjutnуа yaitu mengarahkan kе
jаlаn уаng bеnаr mаkѕudnуа уаіtu іlmu kalam уаng kеbеnеnаrаn tеntаng аjаrаn
islam уаng bersumber dаrі al-quran, hadist, dаn pemikiran manusia bіѕа
mеngаrаhkаn ѕеѕеоrаng yang kurаng раhаm dеngаn аkіdаh islam уаng
ѕеbеnаrnуа menjadi раhаm dan meyakinkannya ѕеrtа bеrаdа dі dalam jаlаn allah
уаng benar. Dari manfaat yang bеrаgаm dі atas ѕеѕеоrаng уаng mеmреlаjаrі
ilmu kalam bisa mendapatkan bаnуаk manfaat yang ѕаngаt реntіng bаgі
kеhіduраn bеrаgаmа іѕlаm. Sаlаh ѕаtu mаnfааt tеrbеѕаr уаіtu dараt memperkuat
6
dаn menambah реngеtаhuаn ѕеbаgаі оrаng yang berilmu. Jаngаn luра bаhwа
setelah mempelajari іlmu kalam, іlmu tersebut bіѕа dіаmаlkаn kepada orang lаіn.
7
khaldun dalam kitabnya muqaddimah bahwa kata tauhid mengandung makna
keesaan tuhan. maka dari pengertian ithimologi tersebut dapat diketahui bahwa
tauhid mengandung makna meyakinkan (mengi’tikadkan ) bahwa allah adalah satu
tidak ad syrikat bagi-nya
Ditinjau dari sudut istilah ( terminologi ) , telah dipahami bersama bahwa
setiap cabang ilmu pengetahuan itu telah mempunyai obyek dan tujuan
tertentu .karena itu setiap cabang ilmu pengetahuan juga masing –masing mempunyai
batasan – batasan tertentu pula . demi batasan-batasan tersebut pengaruhnya adalah
sangat besar bagi para ilmuan dan cendikiawan didalam membahas, mengkaji , dan
menelaah obek garapan dari suatu cabang ilmu pengatahuan .
Demikian juga halnya pada kajian ilmu tauhid yang telah di ta’rifkan oleh
para ahli sebagai berikut :
A. Syekh Muhamad Abduh Mengatakan Bahwa :
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud allah dan sifat sifat yang
wajib ada pada-nya ,dan sifat yang boleh ada padanya dan sifat yang tidak harus
ada pada-nya (mustahi), ia juga membahas tentang para rasul untuk menegaskan
tugas risalahnya , sifat sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada padanya ( jaiz)
dan yang tidak ada padanya (mustahil)
B. Syekh Husain Affandi Al-Jisral-Tharablusymenta ’Rifkan Sebagai Berikut :
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana menetapkan
aqidah (agama islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan
Dari kedua ilmu ta’rif ilmu tauhid tersebut itu dapat lah diambil suatu
pengertian bahwa pada ta’rif pertama (Syekh Muhamad Abduh) lebih menitik
beratkan pada objek formal ilmu tauhid yakni pembahasan tentang wuhud allah
dengan segala sifat dan perbuatannya serta membahas tentang para rasulnya , sifat-
sifat dengan segala perbuatannya .sedangkan pada ta’rif kedua (Sekh Husain Al-Jisr)
menekankan pada metode pembahasannya yakni dengan menggunakan dalil-dalil
yang meyakinkan , dan yang dimaksud disini adalah dalil naqli maupun dalil
aqli.dengan demikian ilmu tauhid adalah salah satu cabang ilmu study keislaman
yang lebih memfokuskan pada pembahasan wujud allah dengan segala sifat nya serta
tentang para rasul nya , sifat – sifat dan segala perbuatannya dengan berbagai
pendekatan .
8
F. Objek kajian llmu Kalam
Berbeda dengan ilmu fikih yang membahas masalah syari’at atau aturan
Allah dalam masalah habluminannas (hubungan manusia dengan manusia),
objek kajian ilmu kalam sedikit lebih rumit dan menimbulkan perdebatan
panjang di antara aliran- aliran teologi Islam yang ada namun perdebatan
panjang tersebut dipahami bahwa haruslah dalam kerangka atau paradigma
Islam yang sesuai thurats.
Objek kajian Ilmu Kalam terletak pada 3 persoalan, yaitu:
1. Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya. Esensi ini
dinamakan Qismul Ilahiyat. Masalah-masalah yang diperdebatkan yaitu:
a. Sifat-sifat Tuhan, apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah
ini di perdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
b. Qudrat dan Iradat Tuhan. Persoalan ini menimbulkan aliran Qadariyah
dan Jabbariyah.
c. Persoalan kemauan bebas manusia, masalah ini erat kaitannya dengan
Qudrat dan Iradat Tuhan.
d. Masalah Al-Qur’an, apakah makhluk atau tidak dan apakah Al- Qur’an
azali atau baharu.
2. Qismul Nububiyah, hubungan yang memperhatikan antara Kholik dengan
makhluk, dalam hal ini membicarakan tentang:
a. Utusan-utusan Tuhan atau petugas-petugas yang telah di tetapkan
Tuhan melakukan pekerjaan tertentu yaitu Malaikat.
b. Wahyu yang disampaikan Tuhan sendiri kepada para rasul-Nya baik
secara langsung maupun dengan perantara Malaikat.
c. Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk
menyampaikan ajarannya kepada manusia.
3. Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang
disebut dengan Qismul Al-Sam’iyat. Hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kebangkitan manusia kembali di akhirat
b. Hari perhitungan
c. Persoalan shirat (jembatan)
9
d. Persoalan yang berhubungan dengan tempat pembalasan yaitu surga atau
neraka
10
2. Murji’ah: masalah iman dan menentang pendapat Khawarij
Aliran murji’ah adalah aliran yang memberikan reaksi terhadap pendapat
aliran khawarij yang mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar adalah aliran
murji’ah. Menurut kaum murjiah dosa besar tidak mengakibatkan kekafiran. Apabila
seorang mukmin melakukan dosa besar tetap mukmin. Adapun hakikatnya, kita
serahkan kepada Allah kelak di akhirat.
Dua doktrin pokok ajaran Murji’ah, yaitu:
a) Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan
tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang
tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan
melakukan dosa besar.
b) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari
syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
c) Ajaran pokok murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau
arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun
teologis. Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap diam. Itulah
sebabnya, kelompok Murji’ah dikenal pula sebagai the queieties (kelompok
bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga membuat murjiah
selalu diam dalam persoalan politik.
3. Paham Qadariyah dan Jabariyah: Memaksa
Dalam kitab Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Ali musthafa al-Ghurabi
menjelaskan bahwa menurut paham teologi Aliran Qadariyah, manusia berkuasa atas
perbuatan-perbuatannya; manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan
baik atas kehendak dan kemauannya sendiri, dan manusia sendiriilah yang
melakukan perbuatan-perbuatan jahat atas kehendak dan kemauannya sendiri.
Menurut paham mereka, manusia mempunyai kebebasan dalam tingkah lakunya. Ia
dapat berbuat baik kalau ia menghendakinya, dan ia pula dapat berbuat jahat kalau ia
menghendakinya. Aliran ini menolak paham yang mengatakan bahwa manusia dalam
perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut kadar yang telah ditentukan sejak
zaman azali. Selanjutnya pengarang kitab Tarikh al-Firaq al-Islamiyah itu juga
11
menyebutkan, bahwa menurut paham Jabariyah, manusia tidak mempunyai
kekuasaan untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan dalam perbuatan-perbuatannya.
Manusia dalam perbuatan-perbuatannya dipaksa, dengan tidak ada kekuasaan,
kemauan dan pilihan baginya. Perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan di dalam diri
mereka, tak ubahnya seperti air yang mengalir, manusia tak ubahnya seperti bulu
yang ditiup oleh angin, dia akan melayang-layang ke arah mana angin bertiup.
Menurut paham ini, segala perbuatan manusia tidak merupakan sesuatu yang timbul
dari kehendak dan kemauan sendiri, tapi perbuatan yang dipaksakan kepada dirinya.
Kalau seseorang membunuh orang lain, maka perbuatannya itu bukanlah terjadi atas
kehendaknya sendiri, tetapi terjadi karena Qadha dan Qadar Tuhanlah yang
menghendaki demikian.
Dengan kata lain, dia membunuh bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi
Tuhanlah yang memaksanya membunuh. Manusia dalam paham ini hanya
merupakan wayang yang digerakan oleh dalang. Manusia berbuat dan bergerak
karena digerakan oleh Tuhan. Tanpa gerak dari Tuham manusia tidak dapat berbuat
apa-apa. Disamping kedua paham itu, terdapat pula paham tengah antara paham
Qadariyah yang dibawa oleh Ma’bad dan Ghailan dengan paham Jabariyah yang
dibawa oleh Jaham, yaitu paham kasb, yang dibawa oleh al-Husain Ibn Muhammad
al-Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr. Menurut al-Syahrastani dalam kitab al-Milal wa al-
Nihal, dalam paham Kasb, Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan
manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan yang jahat. Tetapi manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan-perbuatan itu. Tenaga yang
diciptakan dalam dirinya mempunyai daya untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Jadi menurut paham ini, Tuhan dan manusia bekerja sama dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatan manusia. Manusia tidak semata-mata dipaksa
dalam melakukan perbuatannya.
4. Mu’tazilah : al-Ushul al-Khamsah
Setiap pelaku dosa besar, menurut mu’tazilah berada diposisi tengah diantara
posisi mukmin dan posisi kafir, jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat
bertobat, ia akan dimasukkan kedalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian,
siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Dalam
12
perkembangannya, beberapa tokoh mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amir Amr
bin Ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin attau
kafir.
1) Al Tauhid ( Ke-Esa-an )
Tuhan dalam paham Mu’tazilah betul-betul Esa dan tidak ada sesuatu yang
serupa denganNya. Ia menolak paham anthromorpisme (paham yang
menggambarkan Tuhannya serupa dengan makhlukNya) dan juga menolak paham
beatic vision (Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala) untuk menjaga kemurnian
Kemaha esaan Tuhan, Mu’tazilah menolak sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud
sendiri di luar Zat Tuhan. Hal ini tidak berarti Tuhan tak diberi sifat, tetapi sifat-sifat
itu tak terpisah dari ZatNya. Mu’tazilah membagi sifat Tuhan kepada dua golongan :
a. Sifat-sifat yang merupakan esensi Tuhan, disebut sifat dzatiyah, seperti al Wujud - al
Qadim – al Hayy dan lain sebagainya
b. Sifat-sifat yang merupakan perbuatan Tuhan, disebut juga dengan sifat fi’liyah yang
mengandung arti hubungan antara Tuhan dengan makhlukNya, seperti al Iradah –
Kalam – al Adl, dan lain-lain.
Kedua sifat tersebut tak terpisah atau berada di luar Zat Tuhan, Tuhan
Berkehendak, Maha Kuasa dan sifat-sifat lainnya semuanya bersama dengan Zat.
Jadi antara Zat dan sifat tidak terpisah.
Pandangan tersebut mengandung unsur teori yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa : penggerak pertama adalah akal, sekaligus subyek yang berpikir.
2) Al ‘Adl (Keadilan )
Paham keadilan dimaksudkan untuk mensucikan Tuhan dari perbuatanNya.
Hanya Tuhan lah yang berbuat adil, karena Tuhan tidak akan berbuat zalim, bahkan
semua perbuatan Tuhan adalah baik. Untuk mengekspresikan kebaikan Tuhan,
Mu’tazilah mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan mendatangkan yang baik dan
terbaik bagi manusia. Dari sini lah muncul paham al Shalah wa al Aslah yakni
paham Lutf atau rahmat Tuhan. Tuhan wajib mencurahkan lutf bagi manusia,
misalnya mengirim Nabi dan Rasul untuk membawa petunjuk bagi manusia.
Keadilan Tuhan menuntut kebebasan bagi manusia karena tidak ada artinya
syari’ah dan pengutusan para Nabi dan Rasul kepada yang tidak mempunyai
13
kebebasan. Karena itu dalam pandangan Mu’tazilah, manusia bebas menentukan
perbuatannya.
3) Al Wa’d wa al Wa’id (Janji dan Ancaman)
Ajaran ini merupakan kelanjutan dari keadilan Tuhan, Tuhan tidak disebut
adil jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum
orang yang berbuat buruk, karena itulah yang dijanjikan oleh Tuhan. QS. Al Zalzalah
ayat 7-8.
14
Tehadap pelaku dosa besar, agaknya asy’ari, sebagai wakil ahl al-sunnah
tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl al-qiblah), walaupun
melakukan dosa besar seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap
sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, selalipun berbuat
dosa besar, akan tetapi, jika dosa besar itu tetap dilakukannya dengan anggapan
bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang
telah kafir. Adapun balasan diakhirat kelak bagi pelaku dosa besar apabila ia
meninggal dan tidak sempat bertobat, maka menurut al-asyari, hal itu bergantung
pada kebijakan tuhan yang maha berkehendak. Tuhan dapat saja mengampuni
dosanya atau pelaku dosa besar itu mendapat syafaat nabi SAW. Sehingga terbebas
dari siksa neraka atau kebalikannya, yaitu Tuhan memberinya siksaan neraka sesuai
dengan ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di
neraka seperti orang-orang kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai
ia akan dimasukkan ke dalam surga. Dari paparan singkat ini, jelaslah bahwa
asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan murjiah khususnya
tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam adalah
suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliyah (rasional
ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para penentang dan
sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan prinsip
teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan kedangkalan
ukhuwah dalam prilaku perebutan singgasana kekuasaan dan ilmu kalam tidak lepas
dari ilmu tauhid , ilmu tauhid adalah salah satu cabang ilmu study keislaman yang
lebih memfokuskan pada pembahasan wujud allah dengan segala sifat nya serta
tentang para rasul nya , sifat – sifat dan segala perbuatannya dengan berbagai
pendekatan.
B. Saran
Saran yang peyusun sampaikan sampaikan adalah sebagai berikut:
Agar lebih giat belajar masalah ilmu kalam supaya bisa menuntaskan ilmu kalam
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran kita semua dan menambah
wawasan yang lebih luas bagi kita semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Achmad. (2015). Pemikiran Islam: Tauhid dan Ilmu Kalam. Palembang:
Noer Fikri Offset.
Hasbi, Muhammad. (2015). Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam
Islam. Yogyakarta: Trustmedia Publishing
17