0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan93 halaman

terbaru IMP 1-4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 93

1

IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA DALAM


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA KELAS V
DI SDN WAWAI GARDU

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
LISDA ERIKA SARI
NPM 3062056257

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI KALIMANTAN
TAHUN 2024
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan ialah sebuah keperluan yang mendasar dalam usaha

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dengan pendidikan

manusia dapat mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu

kehidupan suatu bangsa. Disisi lain akan terbentuknya sumber daya manusia

yang terampil, berpotensi, dan berkualitas untuk mencapai tujuan nasional

yang terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 tentang pendidikan

nasional menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

sepiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”.

Ditetapkannya Undang-Undang tersebut, diketahui bahwa

pendidikan wajib menjadi prioritas utama bagi seluruh komponen bangsa.

Dalam hal ini, sekolah sebagai institusi pendidikan pada dasarnya bertujuan

untuk mempersiapkan anak didik menghadapi kehidupan masa depan, dengan

cara mengembangkan potensi yang dimilikinya. Menurut James & Rowen

(2013), anak-anak usia sekolah belajar keterampilan yang mereka siapkan

saat dewasa nanti dan sikap dasar orang terhadap pekerjaan ditetapkan pada

periode ini
Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang

memiliki berbagai macam budaya yang berbeda, sehingga keanekaragaman

budaya dapat diteruskan melalui nilai-nilai luhur dalam tatanan kehidup

masyarakatnya dari zaman dahulu yang memuculkan adanya tata krama,

sopan santun, adab berperilaku, dan tutur kata yang baik kepada yang orang

yang lebih tua. Disisi lain, sikap hormat, menghormati, patuh kepada perintah

orang tua, mendahulukan orang yang lebih tua dari yang muda, dan

mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi merupakan

contoh kebudayaan moral yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat

Indonesia.

Dibalik itu semua, terdapat pesatnya perkembangan teknologi

informasi membawa manusia masuk ke dalam era tatanan baru yaitu era

globalisasi. Pada era ini gaya hidup sudah menjadi kebutuhan bagi manusia.

Gaya hidup yang semula menggunakan cara-cara konversional dan sekarang

beralih ke gaya hidup modernisasi. Remaja menjadi objek yang paling banyak

menerapkan pola hidup ini khususnya siswa. Era globalisasi juga memberikan

banyak peluang untuk budaya lain masuk dengan cepat dan memberikan

pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku siswa (Nisa, 2021). Oleh sebab itu

perlunya penguatan karakter profil pelajar Pancasila di sekolah untuk

meneruskan budaya luhur yang dimiliki.

Budaya luhur tersebut diteruskan dengan adanya kurikulum

merdeka yang memuat penanaman karakteristik peserta didik yang berbudi

luhur. Mendikbud (2022), mengatakan bahwa dalam kurikulum merdeka

terdapat penguatan pendidikan karakter peserta didik dimanifestasikan

2
melalui berbagai strategi yang berpusat pada upaya untuk mewujudkan

Pelajar Pancasila. Hijriana (2020) menyebutkan bahwa Pancasila merupakan

filsafat hidup berbangsa, selain menjadi dasar Negara, Pancasila juga memuat

visi hidup berbangsa, dalam pancasila terdapat nilai-nilai luhur yang meliputi

keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, visi kemanusiaan yang adil dan

beradab, cita-cita kesatuan hidup berbangsa, penegakan hak dan kewajiban

setiap warga Negara untuk berpartisi aktif dalam hidup berbangsa, dan

perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, idealisme yang terkandung di dalam Pancasila menjadi

sebuah filsafat Pendidikan yang dapat dikembangkan dan berkontribusi untuk

perwujudan nilai-nilai Pancasila, hal ini tertuang pada Profil Pelajar

Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila ialah sebuah dukungan dari pelajar

Indonesia yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman bertakwa kepada

Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong,

mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Sehingga, dengan adanya Profil Pelajar

Pancasila ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan terealisasi dengan

baik, yang nantinya akan menghasilkan pelajar-pelajar Indonesia yang

berakhlak mulia, memiliki kualitas yang dapat bersaing secara nasional

maupun global, mampu bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun,

mandiri dalam melaksanakan tugasnya, meniliki nalar yang kritis, serta

mempunyai ide-ide kreatif untuk dikembangkan. Tentu untuk tercapainya

cita-cita tersebut harus ada kerjasama juga dari pihak pelajar seluruh

3
Indonesia. Pelajar Indonesia harus punya motivasi tinggi untuk maju dan

berkembang menjadi pelajar yang berkualitas internasional dengan karakter

nilai kebudayaan lokal (Syahnur, 2024).

Seperti halnya di SDN Wawai Gardu, yang menggunakan

kurikulum merdeka dengan menerapkan Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa Profil Pelajar Pancasila

diterapkan melalui beberapa aktivitas seperti pembiasaan dan pembelajaran

berbasis proyek. Hal ini memiliki tujuan untuk mewujudkan karakter siswa

agar dapat menghargai budaya yang ada disekitar mereka, sehingg tumbuh

juga rasa teloransi tinggi, dan memiliki pemikiran yang kritis. Profil Pelajar

Pancasila diimplementasi dalam proses pembelajaran, salah satunya pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

dapat dijadikan sebagai jalan untuk menguatkan karakter siswa terutama

terkait penguatan profil pelajar Pancasila. PPKn adalah program

pembelajaran yang berupaya untuk memanusiakan (humanizing) dan

membudayakan (civilizing) siswa untuk menjadi warga negara yang

berkarakter positif (Djahiri, 2006). Mata pelajaran PPKn dalam

pelaksanaanya lebih berfokus dalam penguatan karakter siswa sehingga

harapannya siswa yang mempelajari PPKn dapat mengalami peningkatan

karakter khususnya peningkatan karakter tentang cerminan pelajar Pancasila

(Nono, 2018).

Sesuai dengan penuturan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan

haruslah merdeka yakni dapat membebaskan dan mengutamakan kepentingan

4
peserta didik dalam setiap prosesnya. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara

menyebutkan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam

dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan

di mana anak berada. Sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan

irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya

masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi,

yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar

muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi atau mengaburkan sifat-sifat

jeleknya. Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah

menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai

kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing

ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan

memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak.

Dalam hal ini, guru menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil,

berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan

dan keselamatan.

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan peneliti di atas,

membuat peneliti tertarik untuk lebih dalam tentang implementasi profil

pelajar pancasila dalam pembelajaran pendidikan Pancasila kelas V di SDN

Wawai Gardu, alasan peneliti meneliti di SDN Wawai Gardu adalah karena

siswa siswi di sekolah ini memiliki pendidikan karakter yang baik dengan

pembelajaran yang tidak hanya penjelasan dari guru. Akan tetapi juga di

praktekan dalam lingkungan sekolah khususnya dalam pembelajaran

pendidikan Pancasila. Sebagai contoh yaitu penerapan nilai Pancasila sila

5
pertama berbunyi ketuhanan yang maha Esa dengan cara sholat dhuha

berjamaah di masjid dekat sekolah belajar dan sesudah belajar dan penerapan

sila ketiga yang berbunyi persatuan Indonesia dengan cara melakukan

kebiasaan menyanyikan lagu nasional Negara Indonesia sebelum memulai

pembelajaran sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut dengan judul "implementasi profil pelajaran pancasila dalam

pembelajaran pendidikan Pancasila kelas V di SDN Wawai Gardu"

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat masalah-

masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Perubahan gaya hidup dari konversional ke modern

2. Banyaknya budaya lain yang masuk dengan cepat dan memberikan

pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku siswa

1.3. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang sudah dipaparkan

adapun fokus pada penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajaran dengan

pengimplementasian profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran

Pendidikan Pancasila. Menurut Putri(2024), Pendidikan pancasilan

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga

negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya

dengan cerdas sebagai warga negara Indonesia yang berkarakter. Dengan

6
menanamkan nilai-nilai karakter seperti nilai-nilai religius, kejujuran,

kedisiplinan, kreatif, mandiri, dan cinta tanah air, siswa diharapkan menjadi

warga negara yang baik dan mencerminkan karakter bangsa yang luhur.

PPKn merupakan mata pelajaran yang dapat merubah sikap dan perilaku

peserta didik agar menjadi pribadi yang baik dan berkarakter. Dalam hal ini,

nilai-nilai karater tersebut dapat diimplementasikan melalui profil pelajar

Pancasila.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan, sehingga

peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana

implementasi profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan

Pancasila di SDN Wawai Gardu?”

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Mendeskripsikan perencanaan profil pelajar Pancasila melalui mata

pelajaran Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu.

2. Mendeskripsikan langkah dan pelaksanaan profil pelajar Pancasila melalui

mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu.

7
1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam penerapan ilmu-

ilmu pendidikan dan pengajaran untuk mengintegrasikan profil pelajar

Pancasila terhadap proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat bermanfaat dapat memperhatikan dan

memahami kondisi karakteristik peserta didik guna menciptakan

pembelajaran yang aman dan nyaman serta pembentukan karakter

yang berbudi pekerti dan luhur.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi

dan menambah wawasan mengenai implementasi profil pelajar

Pancasila untuk anak sekolah dasar.

1.7. Definisi Oprasional

Agar tidak terjadi kesalahan dan penafsiran yang berbeda

mengenai istilah yang digunakan dalam pengembangan ini, peneliti

memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri-ciri karakter dan

kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik, yang

8
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga dalam penelitian ini,

profil pelajar Pancasila dapat membentuk siswa yang memiliki

kompetensi dan sikap sesuai dengan filosofi bangsa Indonesia melalui

proses pembelajaran.

2. Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila adalah bagian dari kurikulum pendidikan di

Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan pemahaman dan

penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dalam

pengajarannya Pendidikan Pancasila, guru maupun pihak sekolah dapat

mengenalkan nilai-nilai dasar Pancasila, seperti diajarkan untuk

memahami setiap sila dalam Pancasila, baik secara filosofis maupun

praktis. Dalam hal ini, pengenalan nilai-nilai tersebut dapat melalui

implementasi profil pelajar Pancasila dalam proses pembelajaran.

9
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Robi Fernando (2023) dengan

judul “Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Proses Pembelajaran

PPKn”. Hasil dari penelitian didapati bahwa implementasi Profil Pelajar

Pancasila dilakukan secara efektif dengan mayoritas guru PPKn memiliki

pandangan positif terhadap pentingnya pembentukan karakter siswa

berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Penelitian kedua dilakukan oleh Suci Herwani (2023) dengan

judul “Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam pembentukan

pendidikan karakter bagi siswa Sekolah Dasar”. Hasil dari penelitian

didapati bahwa penerapan Profil Pelajar Pancasila dapat membantu siswa

untuk mengamalkan dan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari. Wujud penerapannya meliputi, melaksanakan

ibadah sholat dengan khusyuk dan dilaksanakan secara berjamaah, tidak

membeda-bedakan teman, saling membantu, membersihkan lingkungan

sekolah secara bersama-sama, hadir tepat waktu, serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Yumriani, (2024) dengan judul

“Implementasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap

Karakter Siswa di SDN 107 Lagego Luwu Timur”. Hasil dari penelitian

didapati bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi profil


pelajar Pancasila di SDN 107 Lagego Luwu Timur telah memberikan

dampak yang positif terhadap karakter siswa. Para siswa menunjukkan

antusiasme dalam pembelajaran konsep-konsep Pancasila dan

menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran abstrak. Hal ini

mengindikasikan bahwa pendidikan karakter berbasis Pancasila dapat

memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembentukan karakter

siswa.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, Adapun persamaan

dalam penelitian ini adalah sama-sama mengacu kepada Implementasi

Profil Pelajar Pancasila dalam proses pembelajaran. Perbedaannya pada

penelitian Robi Fernando (2023) ialah peneliti tidak memuat perencanaan

dalam mengimplementasikan profil pelajar Pancasila, sedangkan pada

penelitian ini memuat perencanaan implementasi profil pelajar Pancasila.

Perbedaannya pada penelitian Suci Herwani (2023) ialah pada metode

yang digunakan yaitu library reseach, sedangkan pada penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan terjun secara langsung

ke tempat penelitian. Perbedaannya pada penelitian Yumriani (2024) ialah

pada penelitian ini memuat implikasi dari impelementasi profil pelajar Pancasila

sedangkan pada penelitian ini berfokus kepada perencanaan dan pelaksanaan

profil pelajar Pancasila.

2.2. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran

Menurut Rosmita (2020:15), pembelajaran pada hakikatnya

merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik baik

11
interaksi langsung seperti tatap muka maupun interaksi secara tidak

langsung menggunakan media pembelajaran. Sedangkan dalam Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan

bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Disisi lain

Yolandasari (2020:17), mengatakan bahwa pembelajaran juga diartikan

sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik

dalam melakukan proses belajar.

Pembelajaran berkaitan erat dengan pengembangan potensi

manusia (peserta didik), perubahan dan pembinaan dimensi-dimensi

kepribadian peserta didik (Hafid, 2013: 179). Pembelajaran merupakan

proses yang berfungsi membimbing diri sesuai dengan tugas

perkembangan yang harus dijalankan oleh para peserta didik itu (Rohani,

2004: 2).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran itu memiliki arti

yang sangat luas tidak hanya terfokus pada tingkah laku sehingga adanya

interaksi antara dua orang lebih atau dengan lingkungannya. Akan tetapi

pembelajaran itu ialah sesuatu hal yang mampu merubah individu

menjadi lebih baik dan juga meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya

melalui perantara individu lain yang mempunyai pengetahuan lebih dari

orang yang belajar tersebut, sehingga akan menghasilkan individu dari

yang tidak tahu menjadi tahu.

Kegiatan pembelajaran ialah proses yang didapati sebuah

kegiatan interaksi antara guru-peserta didik serta adanya komunikasi

12
timbal balik yang berlangsung pada situasi edukatif guna tercapainya

tujuan pembelajaran. Sehingga dalam prosenya, guru dan peserta didik

adalah dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Dari keseluruhan

kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pembelajaran

kepada peserta didik.

2. P5

a. Pengertian Profil Pelajar Pancasila

Pelajar Pancasila merupakan pelajar sepanjang hayat yang

memiliki kompetensi, karakter, dan perilaku global sesuai kaidah

Pancasila (Dyah, 2021: 2). Pernyataan tersebut menjelaskan tiga

komponen penting yaitu pelajar sepanjang hayat, kompetensi, dan

karakter sesuai nilai nilai Pancasila. Pelajar sepanjang hayat

membutuhkan kemandirian, dimana seseorang mengenali kebutuhan

belajarnya, memiliki motivasi tinggi untuk tetap belajar, dan mampu

mencari sumber serta metode belajar yang sesuai dengan dirinya

(Dini, 2022: 6). Pelajar Indonesia diharapkan memiliki kompetensi

untuk menjadi warga negara yang demokratis, unggul, dan produktif.

Menurut Kemendikbud (2022), kompetensi (profil) menjadi

output sistem pendidikan Indonesia yang fokus untuk mencapai

standar kompetensi lulusan dalam hal penanaman karakter pelajar

Pancasila. Karakter pelajar Pancasila memili`ki ciri ciri sebagai

berikut:

1) Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia.

13
Pelajar Pancasila diharapkan mampu menjalankan nilai nilai

spiritual dalam kehidupannya. Selain keimanan dan akhlak beragama

pelajar Pancasila juga memiliki akhlak kepada diri sendiri, kepada

sesama manusia, kepada alam, dan akhlak berbangsa.

2) Berkebhinekaan Global

Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika menjadi nilai yang harus

dipegang bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya

dengan sesama masyarakat Indonesia tetapi juga dengan bangsa dan

budaya lain. Pelajar Pancasila harus memiliki kemampuan untuk

menjaga budaya dan identitas bangsa dengan tetap berpikir terbuka

saat berinteraksi dengan bangsa atau budaya lain.

3) Gotong Royong

Gotong royong sebagai solusi dalam mencapai kemudahan dan

keringanan menjadi hal yang dijunjung bangsa Indonesia. Kolaborasi

dan rasa kepedulian antar sesama manusia dapat tercipta dengan

adanya gotong royong.

4) Mandiri

Kemandirian merupakan bentuk tanggung jawab pelajar

Pancasila dalam menyelesaikan segala aktivitas dengan baik.

Kolaborasi tidak menjadi alasan untuk tidak memiliki tanggung jawab

pribadi karna pelajar Pancasila memiliki kesadaran dari diri sendiri

terhadap situasi yang dihadapi, Serta mampu membentuk regulasi diri

sendiri untuk mewujudkan karakter yang tangguh dan mandiri.

14
5) Bernalar Kritis

Untuk menghadapi persaingan global seperti sekarang dan di

masa depan, diperlukan penalaran kritis untuk mengambil keputusan

yang tepat pelajar Pancasila harus berpikir kritis. Berpikir kritis

diartikan sebagai kemampuan mengolah informasi secara objektif,

mengetahui keterkaitan antar informasi, menganalisis informasi,

mengevaluasi, dan menyimpulkannya.

6) Kreatif

Kreatifitas merupakan awal dari penemuan inovasi besar di

masa depan. Bukan hanya sekadar menemukan gagasan-gagasan baru,

inovasi diharapkan bermakna, bermanfaat, dan berdampak bagi

masyarakat. Pelajar Pancasila dapat meningkatkan kreativitasnya

dengan menerapkan berpikir kritis kemudian disempurnakan menjadi

inovasi-inovasi baru.

b. Pengertian pembelajaran proyek

Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran

yang dikelola dengan melibatkan kerja proyek. Proyek adalah kegiatan

untuk mencapai tujuan dengan cara mempelajari topik yang menantang.

Proyek dirancang agar peserta didik melakukan penelitian, memecahkan

masalah, dan mengambil keputusan. Proyek merupakan pembelajaran

lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi dari

permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya untuk menguatkan

berbagai kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

15
Kemendikbud ristek No 5/M/2022, menjelaskan bahwa P5

merupakan kegiatan kokurikuler yang dibentuk untuk menguatkan upaya

pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar

Pancasila. Pelaksanaan P5 dilakukan secara fleksibel baik dari segi

muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Rencana kegiatan proyek tidak

harus sesuai dengan materi di kurikulum baik itu tujuan, muatan, dan

kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat tetap melaksanakan kegiatan

pembelajaran berbasis proyek pada saat melakukan pelajaran

intrakurikuler yang bertujuan untuk mencapai Capaian Pembelajaran

sesuai kurikulum, Sementara P5 bertujuan untuk mencapai kompetensi

Profil Pelajar Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut satuan

pendidikan dapat berkolaborasi dengan masyarakat luas dan dunia kerja

dalam melaksanakan P5. Adapun prinsip-prinsip dalam Penguatan Profil

Pelajar Pancasila menurut Satria (2022), yaitu:

1) Holistik

Holistik memiliki arti memandang sesuatu secara utuh dan

menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Pendidikan holistik

merupakan pendidikan yang mengembangkan potensi peserta didik

seutuhnya dari kualitas intelektual, rohani, jasmani, hingga estetika

untuk mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas.

Tujuan dari pendidikan holistik adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik melalui suasana pembelajaran

yang menyenangkan, demokratis, humanis, serta terdapat pengalaman

berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan holistik lebih

16
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan peserta didik secara

keseluruhan, dalam pendidikan holistik guru lebih banyak berperan

sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator daripada peran guru dalam

memimpin kegiatan pembelajaran (Rahman, 2012: 29-31).

Dalam konteks perancangan P5 pendidikan holistik

mendorong kita untuk menelaah mata pelajaran secara keseluruhan

dan mengetahui keterkaitan dari berbagai hal sehingga kita dapat

memahami sebuah isu secara mendalam. Oleh karna itu setiap tema

P5 yang diimplementasikan bukanlah sebuah wadah tematik yang

menghimpun beragam mata pelajaran, melainkan wadah untuk

menyatukan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara

terpadu. Holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat hubungan

yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan proyek profil,

seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan

realita kehidupan sehari-hari.

2) Kontekstual

Prinsip kontekstual mengacu pada upaya yang mendasarkan

kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menjadikan bahan utama

pembelajaran adalah lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-

hari. Oleh karna itu satuan pendidikan harus memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk dapat mempelajari hal-hal yang berbeda di

luar lingkup satuan pendidikan.Dengan mendasarkan proyek profil pada

pengalaman nyata dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam

17
kehidupan sehari-hari, peserta didik diharapkan dapat mengalami

pembelajaran yang bermakna sehingga dapat meningkatkan

pemahaman dan kemampuanya.

3) Berpusat pada peserta didik

Prinsip berpusat pada peserta didik adalah menempatkan

peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Peserta didik diberikan

kesempatan untuk memilih atau mengusulkan topik proyek profil sesuai

minatnya. Pendidik diharapkan mengurangi peran sebagai aktor utama

dalam kegiatan pembelajaran yang menjelaskan banyak materi dan

memberikan banyak instruksi. Sebaiknya pendidik menjadi fasilitator

pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan kepada peserta

didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya sendiri

sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Dengan harapan setiap

kegiatan belajar mengajar dapat mengasah kemampuan peserta didik

dalam memunculkan inisiatif serta meningkatkan kemampuan peserta

didik dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

4) Eksploratif

Prinsip eksploratif yaitu semangat untuk membuka ruang

dalam mengembangkan diri baik terstruktur maupun bebas. P5 tidak

berada dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan aturan formal

sehingga proyek profil ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi

jangkauan materi, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan

pembelajaran. Namun diharapkan dalam implementasinya pendidik

18
dapat Menyusun kegiatan proyek profil secara sistematis dan terstruktur

untuk memudahkan pelaksanaannya.

c. Proses P5

Proses Pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan upaya pendidik

pencapaian Profil Pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma

pembelajaran baru. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai

Profil Pelajar Pancasila dan paradigma pembelajaran baru. Faktor penting

yang harus di lakukan yaitu bagaimana desain P5 dan proses

penerapannya. Tahapan perencanaan dan pelaksanaan P5 menurut Satria

(2022), yaitu:

1) Membentuk tim fasilitator P5

Pembentukan dan pengelolaan tim fasilitator oleh kepala

sekolah dan koordinator Proyek Profil. Tim fasilitator terdiri dari

pendidik yang bertugas merencanakan, menjalankan, dan

mengevaluasi Proyek Profil. Pembentukan tim fasilitator disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, dapat disesuaikan dengan :

a) Jumlah peserta didik dalam satuan Pendidikan

b) Jumlah tema yang ada dalam satu tahun ajaran

c) Jumlah jam mengajar pendidik yang belum terpenuhi atau

dialihkan untuk Proyek Profil

d) Pertimbangan lain sesuai kebutuhan siswa

Langkah-langkah dalam pembentukan tim fasilitator :

19
a) Kepala sekolah menentukan koordinator Proyek Profil yang

memiliki kemampuan atau pengalaman dalam mengelola proyek.

b) Membentuk koordinator level kelas apabila memiliki SDM yang

cukup.

c) Kepala sekolah Bersama dengan koordinator memetakan pendidik

dari setiap kelas untuk menjadi tim fasilitator Proyek Profil.

d) Tim fasilitator Membuat perencanaan dan modul Proyek Profil

Pelajar Pancasila untuk setiap kelas dengan di arahkan oleh

koordinator.

2) Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengelolaan Proyek

Profil.

Masing-masing bagian mulai dari satuan pendidikan,

koordinator Proyek Profil, dan Fasilitator Proyek Profil memiliki

peran dan tanggung jawab menurut Satria (2022), yaitu:

a) Satuan Pendidikan

1. Bertugas menyiapkan sistem dari perencanaan hingga evaluasi

dan refleksi Proyek Profil.

2. Bekerjasama dengan masyarakat, komunitas, akademisi,

praktisi untuk menambah materi Proyek Profil.

3. Mengomunikasikan P5 kepada lingkungan sekolah, orang tua

peserta didik, dan mitra.

4. Memastikan pembelajaran tetap berjalan sesuai dengan arahan

alokasi waktu dari pemerintah. Adapun alokasi waktu Proyek

Profil dilaksanakan pada mata Program Ketterampilan.

20
5. Melibatkan pendidik bimbingan dan konseling untuk

memberikan fasilitas dan dukungan pada proses berjalannya

Proyek Profil Pelajar Pancasila.

6. Menyediakan dana dan sumber daya yang diperlukan untuk

kelangsungan Proyek Profil Pelajar Pancasila.

b) Koordinator Proyek Profil

Tugas koordinator Proyek Profil adalah:

1. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam

menjalankan Proyek Profil Pelajar Pancasila.

2. Menyiapkan sistem yang dibutuhkan oleh fasilitator dan

peserta didik yang digunakan dalam proses menyelesaikan

Proyek Profil Pelajar Pancasila.

3. Memastikan adanya kolaborasi antara fasilitator.

4. Memastikan pelaksanaan Proyek Profil dilakukan secara

eksploratif.

5. Memastikan rancangan penilaian yang dilaksanakan sesuai

dengan kriteria yang ada.

c) Fasilitator Proyek Profil

1. Memperhatikan kebutuhan dan minat belajar peserta didik dan

menjadikan pembelajaran (berdiferensiasi), sesuai dengan gaya

belajar, imajinasi, kreatiivitas, dan inovasi tema Proyek Profil.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat

dalam Proyek Profil Pelajar Pancasila.

21
3. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendalami

tema pembelajaran yang diminati.

4. Berkolaborasi dengan pihak terkait Proyek Profil (orang tua,

mitra, lingkungan) untuk mencapai tujuan pembelajaran dari

setiap tema Proyek Profil.

5. Menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan peserta didik.

6. fMengajarkan keterampilan proses inkuiri kepada peserta didik

dan mendampingi peserta didik dalam mencari referensi.

7. Memberikan fasilitas akses untuk proses riset dan bukti.

8. Terbuka dalam memberi dan menerima saran dan kritik

pelaksanaan Proyek Profil.

9. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menyampaikan pendapat, memilih, dan mempresentasikan

Proyek Profil.

10. Mengelola beban kerja mengajar dengan seimbang antara

intrakurikuler dan Proyek Profil.

d) Mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan.

Kesiapan awal dalam pelaksanaan Proyek Profil Pelajar

Pancasila didasarkan pada kemampuan sekolah dalam

menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project based

learning). Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan

dimana peserta didik secara aktif menyelidiki masalah dan

tantangan nyata untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan.

22
Aspek yang perlu diketahui dalam identifikasi kesiapan satuan

pendidikan antara lain:

1. Seberapa banyak pendidik yang pernah melaksanakan

pembelajaran berbasis proyek?

2. bApakah pembelajaran berbasis proyek sudah menjadi

kebiasaan di sekolah?

3. Apakah proyek sudah terjadi lintas disiplin?

4. Apakah sekolah memiliki sistem yang mendukung

perlaksanaan pembelajaran berbasis proyek?

5. Apakah sudah ada keterlibatan mitra?

e) Merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu P5

1. Langkah menentukan dimensi Profil Pelajar Paancasila

diantaranya sebagai berikut :

A. Tim fasilitator dan kepala sekolah menentukan dimensi

Profil Pelajar Pancasila yang akan dikembangkan.

B. Dimensi dapat merujuk pada visi misi sekolah.

C. Menentukan jumlah dimensi Profil Pelajar Pancasila tidak

terlalu banyak supaya tujuan dapat terarah dan jelas. d)

Penentuan dimensi akan ditindaklanjuti dengan penentuan

elemen dan sub-elemen sesuai dengan minat dan kebutuhan

peserta didik.

2. Tema Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Kemendikbudristek telah menentukan tema untuk

setiap Proyek Profil yang diimplementasikan di satuan

23
pendidikan. Mulai dari tahun ajaran 2021-2022 terdapat empat

tema untuk jenjang paud dan delapan tema untuk SD-SMK dan

sederajat. Tema P5yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan

SD-SMK dan sederajat adalah sebagai berikut :

A. Gaya Hidup Berkelanjutan

Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia

terhadap kelangsungan hidup dan lingkungan sekitarnya.

Peserta didik membangun kesadaran untuk berperilaku

ramah lingkungan dan memahami mempelajari potensi

krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

B. Kearifan lokal

Peserta didik membangun rasa ingin tau melalui budaya

dan kearifan lokal masyarakat sekitar.

C. Bhinneka Tunggal Ika

Peserta didik mengenal berbagai budaya, mempelajari

perspektif berbagai agama dan kepercayaan.

D. Bangunlah Jiwa dan Raganya

Contoh kontekstualisasi tema: mencari solusi untuk

masalah cyber bullying yang marak di kalangan remaja.

E. Suara Demokrasi

Contoh kontekstualisasi tema : sistem musyawarah yang

dilakukan masyarakat untuk menyelesaikan suatu konflik.

24
F. Kewirausahaan

Contoh : membuat produk dengan konten lokal yang

berdaya jual.

Dalam satu tahun ajaran, peserta didik mengikuti

P5 dengan ketentuan jenjang SMP dengan ketentuan jumlah

tema 3 s.d 4 Proyek Profil dengan tema berbeda.

3. Alokasi Waktu Proyek Penguatan Profil Pelajar Paancasila

Permulaan merancang alokasi waktu Proyek Profil

adalah mengidentifikasi jumlah total jam Proyek Profil yang

dimiliki oleh setiap kelas. Adapun jumlah jam tersebut telah

ditentukan oleh Kepmendibudristek RI Nomor 56/M/2022

tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka

Pemulihan Pembelajaran. Pada jenjang SMP kelas VII-VIII

360JP dan SMP kelas IX 320JP. Adapun pilihan waktu

pelaksanaan Proyek Profil, sekolah dapat menentukan satu hari

dalam seminggu untuk pelaksanaan Proyek Profil,

mengalokasikan 1-2 jam pelajaran di akhir hari, atau dengan

memadatkan tema dalam satu periode satu atau dua minggu

untuk melaksanakan Proyek Profil.

4. Menyusun Modul Proyek

Modul P5 terdiri dari beberapa komponen yaitu

Profil Modul (Tema, Fase, Durasi kegiatan), tujuan, Langkah,

media pembelajaran, dan asesmen. Pendidik dapat membuat

25
sendiri dan memodifikasi modul sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.

5. Merancang strategi pelaporan hasil proyek

Dalam pelaporan hasil Proyek pertama mengoleksi

dan mengolah hasil asesmen, kedua menyusun rapor Projek

Profil. Pada tahap pertama Tindakan yang dilakukan yaitu

dokumentasi berupa penyusunan juenal bagi pendidik dan

portofolio bagi peserta didik. Setelah melakukan dokumentasi

tim fasilitator dapat mengolah hasil asesmen untuk

menentukan pencapaian peserta didik secara menyeluruh.

Melalui berbagai macam bentuk instrument penilaian. Dalam

penyusunan rapor terdapat perinsip – prinsip seperti :

menunjukan keterpaduan, tidak menjadi beban administrasi

yang berat, dan kompetensi utuh.

3. Modul Ajar Kurikulum Merdeka

a. Pengertian Modul Ajar

Siddiq (2023) mengatakan bahwa modul ajar merupakan

sejumlah media, metode dan pedoman yang dirancang guru secara

sistematis dan menarik. Selain itu, Kemendikbud (2022) menyebutkan

bahwa modul ajar merupakan rancangan implementasi dari alur

tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari capaian

pembelajaran, yang dilengkapi dengan langkah pembelajaran,

rencana asesmen, hingga sarana yang dibutuhkan dalam

menjalankan pembelajaran secara terorganisir. Menurut

26
Kemendikbud (2022), adapun dalam perancangan modul ajar harus

memperhatikan beberapa aspek, yaitu:

a. Esensial

Perlu adanya kepahaman mengenai konsep dari setiap mata

pelajaran melalui pengalaman belajar dan lintas disiplin.

b. Menarik, bermakna, dan menantang

Memunculkan minat dalam belajar dan mengikutsertakan peserta

didik secara aktif pada kegiatan belajar. Hal ini memiliki

keterkaitan dengan dengan pengetahuan dan pengalaman yang

dipunyai sebelumnya, sehingga tidak terlalu kompleks, namun

dan memicu keingintahuan sesuai tahapan usianya agar peserta

didik dapat menuju capaian pembelajarannya.

c. Relevan dan kontekstual

Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki sebelumnya, dan sesuai dengan konteks di waktu dan

tempat peserta didik berada.

d. Berkesinambungan

Adanya hubungan alur kegiatan pembelajaran sesuai dengan fase

belajar peserta didik.

e. Penyajian

Penulisan modul ajar menggunakan bahasa dan visual yang

sederhana, mudah dipahami, dan disajikan secara menarik.

f. Kelengkapan

Memuat seluruh komponen yang dibutuhkan.

27
b. Komponen dalam Modul Ajar

Penyusunan dan pembuatan modul ajar tentu saja harus

memperhatikan beberapa komponen-komponen utama yang wajib

tercantum di dalam modul ajar Menurut Kemendikbud (2022),

yaitu:

1) Informasi Umum

a) Pemilihan jenis satuan dan jenjang pendidikan

b) Pemilihan fase dan kelas

c) Pemilihan mata pelajaran

d) Judul modul ajar

e) Deskripsi umum modul ajar

f) Identitas penulis modul

2) Profil Pelajar Pancasila

Profil Pancasila merupakan tujuan akhir dari suatu

kegiatan pembelajaran yang erat kaitannya dengan pembentukan

karakter peserta didik. Dalam modul pembelajaran, Profil Pelajar

Pancasila tidak perlu memuat semua hal, tetapi Anda dapat

memilih Profil Pancasila yang sesuai dengan kegiatan

pembelajaran dalam modul pembelajaran.

Dimensi Profil Pelajar Pancasila saling terkait dan

terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Adapun 6 dimentsi

Profil Pelajar Pancasila, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3)

28
bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan

6) kreatif..

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan sarana dan bahan

yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Sarana

adalah alat dan bahan yang digunakan, sedangkan prasarana

adalah bahan dan sumber bahan ajar lain yang relevan yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ketersediaan bahan ajar

sebaiknya memperhatikan kebutuhan peserta didik, baik yang

memiliki keterbatasan maupun kelebihan. Teknologi, termasuk

sarana dan prasarana, penting untuk diperhatikan dan

dimanfaatkan agar pembelajaran lebih mendalam dan bermakna.

4) Target Peserta didik

Peserta didik yang menjadi target adalah:

A. Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam

mencerna dan memahami materi ajar.

B. Peserta didik dengan kesulitan belajar: memiliki gaya belajar

yang terbatas hanya pada satu gaya, misalnya audio. Memiliki

kesulitan dengan bahasa dan pemahaman materi pengajaran,

kurang percaya diri, kesulitan berkonsentrasi dalam jangka

panjang, dll.

C. Peserta didik berprestasi tinggi: mampu mencerna dan

memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan

29
berpikir tingkat tinggi ( HOTS), dan memiliki keterampilan

kepemimpinan.

5) Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu model atau

kerangka pembelajaran yang memberikan gambaran sistematis

tentang pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat

berupa Problem Based Learning (PBL), Problem Project

Learning (PJBL), Discovery Learning, STAD, Inkuiri, dan yang

lain- lain.

6) Kompetensi Awal

Kompetensi Awal merupakan pengetahuan awal

atau pengalaman yang dimiliki peserta didik sebelum

mempelajari aspek materi pada modul ajar. Kompetensi awal

dapat dijadikan tolok ukur ketercapaian pembelajaran modul

ajar yang dirancang. Dalam hal ini, kompetensi awal dapat

menjadikan stimulus untuk mencapai CP yang telah dibuat.

7) Kompetensi Inti

Secara umum komponen inti berisi informasi yang

bersifat pokok dan ditujukan kepada pembaca untuk mengenal

modul ajar milik orang lain. Informasi umum berisi: 1) Tujuan

pembelajaran; 2) Pemahaman Bermakna; 3) Pertanyaan

Pemantik; 4) Kegiatan Pembelajaran; 5) Asesmen; Adapun

penjelasan sebagai berikut:

30
1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran ditentukan oleh guru mata

pelajaran dengan mempertimbangkan potensi sumber daya

yang dimiliki oleh guru dan peserta didik, kesesuaian

dengan keberagaman peserta didik, dan teknik evaluasi

yang digunakan. Sehingga tujuan pembelajaran

mencerminkan hal-hal penting dari pembelajaran. Adapun

bentuk pengetahuan dalam tujuan pembelajaran berupa

fakta dan informasi, prosedural, pemahaman konseptual,

pemikiran dan penalaran keterampilan, serta strategi

komunikasi.

2. Pemahaman Bermakna

Pemahaman bermakna merupakan pengetahuan

bagi peserta didik setelah mengikuti skenario pembelajaran

di dalam modul ajar. Manfaat pemahaman bermakna bagi

peserta didik, peserta didik dapat menerapkan keilmuannya

dalam kehidupan sehari-hari. Contoh pernyataan dari

pemahaman bermakna ialah peserta didik mendapat

pengalaman belajar dalam mengenal maknaperaturan di

rumah dan di sekolah serta dapat menerapkannya

dikeseharian mereka

3. Pertanyaan Pamantik

Pertanyaan pamantik dibuat oleh guru untuk

menumbuhkan rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis

31
pada peserta didik. Pertanyaan pemicu yang dapat

membimbing peserta didik dalam memperoleh pemahaman

yang bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya,

materi makna aturan, guru dapat mendorong pertanyaan

pemicu seperti ketika kalian di rumah, pernahkan orang tua

kalian menasehati kalian ketika berbuat salah?

4. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran pada modul ajar

kurikulum merdeka mirip dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) di kurikulum 2013. Sebab terdapat

persamaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada

RPP dan modul ajar yaitu urutan skenarionya dalam wujud

sintaks yang ditulis secara eksplisit dan mencakup pilihan

pembelajaran alternatif dan langkah-langkah untuk

memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Akan tetapi, ada

perbedaan yang menjadi bahan acuan pembelajaran dimana

pada RPP mengacu pada silabus, sedangkan modul ajar

mengacu pada ATP.

5. Asesmen

Asesmen dilaksanakan dalam mengukur

ketercapaian pembelajaran di akhir kegiatan. Kriteria capaian

harus ditetapkan secara jelas sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ditetapkan. Jenis penilaian:

32
1. Penilaian sebelum pembelajaran (asesmen diagnostik)

2. Penilaian selama proses pembelajaran (asesmen formatif)

3. Penilaian pada akhir proses pembelajaran (asesmen

sumatif).

Bentuk penilaian yang dapat dilakukan:

1. Sikap (Profil Pelajar Pancasila) dapat berupa: observasi,

penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan anekdot.

2. Pertunjukan (presentasi, drama, pameran karya, jurnal,

dll.)

3. Tertulis (tes objektif: esai, pilihan ganda, isi-kosong,

jawaban singkat, benar-salah).

6. Pengayaan dan Remedial

Pengayaan merupakan kegiatan pembelajaran

yang diberikan kepada peserta didik berprestasi tinggi agar

dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Remedial

diberikan kepada peserta didik yang memerlukan bimbingan

untuk memahami materi atau mengulang pembelajaran.

Dalam merancang kegiatan pengayaan perlu memperhatikan

diferensiasi, misalnya lembar kerja/kegiatan yang berbeda

dengan kelas.

7. Refleksi Guru dan Peserta didik

Refleksi merupakan kegiatan pemberian umpan

balik atau penilaian dari peserta didik kepada guru setelah

mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam kurun

33
waktu tertentu. Refleksi merupakan ungkapan perasaan

peserta didik secara jujur untuk memberikan kesan dan pesan

tentang pembelajaran yang telah dilakukannya bersama guru.

Refleksi dapat berupa lisan maupun tulisan yang disampaikan

peserta didik kepada guru tanpa adanya tekanan dari pihak

manapun.

Tujuan dari pemberian refleksi adalah untuk

menyampaikan kesan, pesan, harapan, dan kritik yang

membangun terhadap pembelajaran yang telah diterima

peserta didik kepada guru dengan perasaan jujur dan tanpa

adanya tekanan. Refleksi dapat membantu tenaga

kependidikan untuk mengukur kemampuan mengajar masing-

masing guru. Dengan memberikan refleksi, guru bisa

memperbaiki secara terus menerus dalam meningkatkan

kemampuan mengajarnya sehingga dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh lembaga sekolah.

8. Lampiran

1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dapat

diperbanyak sesuai kebutuhan untuk diberikan kepada

peserta didik, termasuk peserta didik non-reguler.

2. Bahan Bacaan Guru dan Peserta didik digunakan sebagai

pemicu sebelum kegiatan dimulai atau untuk

memperdalam pemahaman materi pada saat atau akhir

kegiatan pembelajaran.

34
3. Glosarium merupakan kumpulan istilah dalam suatu

bidang yang disusun secara alfabetis dan dilengkapi

dengan definisi dan makna. Glosarium diperlukan untuk

kata atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih

mendalam.

4. Daftar Pustaka ialah sumber-sumber acuan yang digunakan

dalam pengembangan modul ajar. Acuan yang dimaksud

adalah semua sumber belajar (buku peserta didik, buku

referensi, majalah, surat kabar, situs internet, lingkungan

sekitar, narasumber, dan lain-lain).

4. Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar Periode golongan anak yang berusia sekitar 6

hingga 12 tahun. Anak pada masa ini sudah menguasai keterampilan dasar

menbaca, menulis, dan matematik, sehingga tema sentral perode ini adalah

prestasi dan perkembangan pengendalian diri (Yusuf, 2013: 1).

Perkembangan pada anak usia sekolah dasar, lebih banyak

mengembangkan kemampuannya dalam interaksi sosial, belajar mengenai

nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil

bagian peran dalam kelompoknya. Perkembangan lebih khusus juga mulai

muncul dalam tahan perkembangan konsep diri, keterampilan serta belajar

untuk menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat, 2005). Berikut adalah

perkembangan anak usia sekolah dasar menurut teori perkembangan yaitu:

35
a. Perkembangan Kognitif

Piaget (2002) mengatakan bahwa perkembangan anak pada

usia sekolah dasar berada pada ahap konkret yang mana dengan

perkembangan kemampuan anak sudah memulai memandang secara

realistis terhadap dunianya dan mempunyai anggapan bahwa yang sama

dengan orang lain. Sifat ego sentrik yang dimilliki mulai hilang

dikarenakan anak mulai memliki pengertian tentang keterbatasan diri

sendiri. Anak usia sekolah dasar mulai dapat mengetahui akan tujuan

yang rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek dalam situasi

dan tempat yang berbeda.

Periode ini, anak mulai mampu mengelompokkan,

menghitung, mengurutkan dan mengatur bukti dalam penyelesaian

masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dimulai dari

apa yang dirasakannya. Sifat dan pikiran anak usia sekolah dasar berada

dalam tahap reversibilitas yang dimana anak mulai memandang sesuatu

dari arah yang sebaliknya atau juga dapat disebut dengan anak yang

memiliki dua pandangan terhadap sesuatu. Perkembangan kognitif pada

anak usia sekolah dasar memperlihatkan anak lebih bersifat logis dan

dapat menyelesaikan masalah secara konkret. Kemampuan kognitif pada

anak terus akan berkembang sampai remaja (Hurlock, 2015: 210).

b. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik masa sebelum lahir merupakan

pertumbuhan dan perkembangan individu yang sangat komplek karena

pada masa ini adalah awal terbentuknya organ-organ tubuh dan

36
tersusunnya jaringan saraf manusia. Pertumbuhan fisik individu

berlangsung sampai masa dewasa yang secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi perilaku individu. Perkembangan fisik

individu mencakup beberapa aspek, di antaranya sistem saraf yang sangat

mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, otot-otot yang

mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, dan

kelenjar endokrin yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.

Perkembangan fisik masa kanak-kanak merupakan kelanjutan

dari perkembangan awal anak-anak. Perkembangan ini berlangsung dari

usia 6 tahun saat individu mulai masuk ke sekolah dasar. Individu mulai

menunjukkan perubahan terhadap pola kehidupannya dalam sikap, nilai

dan perilaku. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangannya lambat

dan relatif sama sampai menjelang masa pubertas. Pada masa ini, individu

sudah mulai tertarik dengan lingkungan sekolah. Mereka dapat

memperhatikan gerakan-gerakan secara cermat, rumit, dan kompleks

sehingga individu juga dapat melibatkan diri dalam aktivitas permainan

olahraga yang bersifat universal, serta dapat mengembangkan pola

permainan dan mentaati peraturan-peraturan yang ada.

c. Perkembangan Emosi

Emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam

kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan

pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sebenarnya

kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang

baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan

37
umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-

lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru

lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi baru lahir, bayi tidak

memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai

keadaan emosional yang spesifik (Hurlock, 2015: 210). Bahkan sebelum

bayi berusia satu tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan

ekspresi dengan orang dewasa. Bayi menunjukkan berbagai macam reaksi

emosional yang semakin banyak antara lain kegembiraan,

kemarahan,ketakutan, dan kebahagiaan. Reaksi ini dapat ditimbulkan

dengan cara memberikan berbagai macam rangsangan yang meliputi

manusia serta obyek dan situasi yang tidak efektif bagi bayi yang lebih

muda.

Meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi

kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.

Sebagai contoh , anak yang lebih muda memperlihatkan ketidak

senangan semata-mata dengan menjerit dan menangis. Kemudian reaksi

mereka semakin bertambah yang meliputi perlawanan, melemparkan

benda, mengejangkan tubuh, lari meghindar, bersembunyi, dan

mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur, maka reaksi yang

berwujud bahasa meningkat, sedangkan reaksi gerak otot berkurang

(Hurlock, 2015: 212).

38
39

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data

yang berupa uraian bukan angka, dalam bentuk deskripsi dan gambaran dari

orang-orang yang bersangkutan dengan mengenati setiap pembelajaran.

Menurut Sodik (2015) penelitian deskriptif ialah penelitian yang berhubungan

dengan sebuah fenomena yang detail dan memiliki perbedaan dengan

fenomena lainnya. Selain itu, Sugiyono (2012) mengatakan bahwa penelitian

deskriptif ialah penelitian yang dipakai pada suatu riset yang memberikan

mekanisme berupa uraian dari hasil data yang diperoleh sehingga dapat

dipakai untuk mendapatkan sebuah kesimpulan secara rinci dan menyeluruh.

Jenis penelitian yang digunakan ialah kualitatif. Menurut

Moleong (2010) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, Syaodih

(2011) menyebutkan, penelitian kualitatif adalah penelitian yang

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun kelompok.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti mengamati

fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran di SDN Wawai Gardu

dengan melihat implementasi profil pelajar Pancasila pada mata pelajaran

Pendidikan Pancasila.
3.2. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek

Subyek penelitian adalah peserta didik kelas V yang saat ini

sedang belajar di SDN Wawai Gardu.

2. Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Wawai Gardu yang

beralamat di CFXP+PJC, Wawai Gardu, Kec. Batang Alai Sel.,

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan 71381.

3.3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menurut Sugiyono (2012) terdapat

dua jenis pengumpulan data berdasarkan dengan sumbernya yaitu sebagai

berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Data primer

adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari objek penelitian

dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada informan.

Dalam penelitian ini yang akan menjadi sumber data primer adalah hasil

wawancara secara langsung dengan informan yang sebelumnya sudah

ditentukan, yaitu guru kelas V SD yang mengajar di SDN Wawai Gardu.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

40
lewat dokumen (Sugiyono, 2012). Data sekunder dalam penelitian ini

berupa literatur,buku dan sumber bacaan yang relevan dengan penelitian

ini. Selain itu, dokumentasi berupa foto-foto foto dokumentasi kegiatan

pembelajaran dan foto dokumentasi pelaksanaan penelitian, serta catatan

dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dari data

primer.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah langkah-langkah sistematis

yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

Prosedur ini harus sesuai dengan jenis penelitian dan tujuan penelitiannya.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian

kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk menjelajahi kemungkinan

realitas fenomena yang tengah diteliti. Penelitian sebagai instrumen kunci

langsung terjun ke lapangan untuk melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Berikut adalah pemaparannya:

1. Observasi

Menurut Riyanto (2010) observasi merupakan metode

pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung

maupun tidak langsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti sebagai

langkah awal untuk mendapat informasi mengenai masalah yang diangkat

oleh peneliti.

41
Sugiyono (2018) mengklasifikasikan observasi menjadi

beberapa macam, salah satunya yaitu observasi non partisipan. Dalam

observasi ini peneliti tidak terlibat secara langsung akan tetapi hanya

bertindak sebagai observer tanpa ikut terjun melaksanakan aktivitas

mengajar guru. Dengan observasi ini, data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap

perilaku yang tampak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non

partisipan untuk mendapatkan data mengenai implementasi Profil Pelajar

Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SDN Wawai

Gardu. Dengan observasi ini, maka peneliti mendapatkan data yang lebih

lebih jelas dan sumber data yang akurat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui proses tanya jawab secara lisan untuk mengetahui

situasi tertentu dalam suatu kelas berdasarkan sudut pandang lain

(Rachmawati, 2007). Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam

tulisan, atau direkam secara audio, visual, atau audio visual.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang sudah terstruktur sedemikian rupa kepada informan

mengetahui lebih dalam mengenai implementasi Profil Pelajar Pancasila

melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu

Wawancara dilakukan secara tatap muka, peneliti sebagai pihak penanya

42
berjumpa langsung dengan para kepala sekolah dan guru sebagai pihak

informan.

Jenis wawancara yang dipakai oleh peneliti ialah wawancara

tersruktur dimana pertanyaan sudah dipersiapkan dengan mengambil

point penting guna mendapatkan data atau gambaran dari implementasi

Profil Pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila di

SDN Wawai Gardu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah kegiatan pengumpulan data, sebagai bukti

yang akurat dalam proses penelitian berlangsung. Menurut Sugiyono

(2012) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian. Dalam hal ini dokumentasi digunakan saat pelaksanaan

observasi dan wawancara.

3.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan sumber data, maka teknik analisis data dalam

penelitian ini didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Sugiyono 2018) bahwa analisis data dapat

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/

triangulasi. Sehingga dalam hal ini aktivitas untuk analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sampai dengan datanya sudah jenuh. Teknik dalam analisis data, yaitu:

43
1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012).

Reduksi data dilakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan

hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini,

reduksi data yang dilakukan oleh peneliti yakni memilah hal-hal pokok,

merangkum serta memfokuskan pada hal-hal yang penting dalam

menyesuaikan tema dari penelitian sehingga dapat memberikan

gambaran yang konkret dan mempermudah peneliti mengumpulkan data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984)

mengatakan “the most frequent form of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text”, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penyajian data, data yang telah

diperoleh kemudian disusun lalu disajikan agar dapat memudahkan

peneliti dalam memahami apa yang terjadi terkait fenomena atau

permasalahan yang sedang diteliti.

44
3. Verification (Penarikan Kesimpulan)

Menurut Sugiyono (2012) bahwa dalam penelitian kualitatif

memungkinkan akan dapat menjawab suatu rumusan masalah yang

dirumuskan pada awal, tetapi juga memungkinkan untuk tidak dapat

menjawab rumusan masalah tersebut, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas.

Data yang telah direduksi dan disajikan maka dilakukan

penarikan kesimpulan dari data yang terkumpul berdasarkan apa yang

sudah dipahami dari penyajian data dan menemukan masalah inti dari

penelitian.

3.6. Pengujian Keabsahan Data

Pada dasarnya keabsahan data dilakukan untuk membuktikan suatu

penelitian terbukti sebagai penelitian yang ilmiah yang sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. (Sugiyono 2018) menyatakan bahwa uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji credibility, uji

transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Agar data dalam

penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah, maka

45
perlu dilakukan uji keabsahan data dengan cara melakukan uji credibility atau

uji kepercayaan, melalui cara-cara berikut:

1. Perpanjangan pengamatan untuk mengecek kembali kebenaran data yang

diperoleh sebelumnya;

2. Meningkatkan kecermatan untuk memperoleh kepastian data dan urutan

kronologis peristiwa yang dicatat atau direkam dengan baik dan sistematis;

3. Melakukan triangulasi sumber dan metode

4. Menggunakan referensi seperti dokumentasi foto;

5. Mengadakan proses pengecekan data yang dilakukan peneliti kepada

pemberi data dengan tujuan agar informasi yang diperoleh dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informan (Sugiyono 2018).

46
47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Perencanaan profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran

Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu

Jauh sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan, harus ada

perencanaan terlebih dahulu. Ini dilakukan agar nantinya

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Sama halnya

dengan implementasi profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran

Pendidikan Pancasila yang ada di SDN Wawai Gardu, yang mana

guru merencanakan pembelajaran dengan memilih materi terlebih

dahulu, kemudian melakukan diskusi dengan rekan sejawat. Berikut

adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru mata

pelajaran Pendidikan Pancasila:

“Ya, saya rutin berdiskusi dengan rekan-rekan guru dalam


mengembangkan modul pelajaran Pendidikan Pancasila. Diskusi
ini bertujuan untuk menyelaraskan materi agar sesuai dengan
kurikulum dan nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Selain itu,
kami bertukar ide mengenai cara mengajarkan materi yang lebih
efektif dan menarik untuk siswa, serta membahas contoh-contoh
aplikasi nilai-nilai Pancasila yang dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari siswa”.

Adanya diskusi bersama rekan sejawat ini, maka guru akan

menemukan materi yang sesuai dengan kurikulum dan menetukan

profil pelajar Pancasila yang dapat diimpelemtasikan dalam mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dengan mempertimbangkan beberapa

47
aspek. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan

Pancasila:

“Dalam menentukan dimensi profil pelajar Pancasila, saya


mempertimbangkan kebutuhan karakter siswa, materi yang sedang
diajarkan, serta aspek sosial-emosional yang ingin dikembangkan. Saya
melihat dimensi seperti gotong royong dan bernalar kritis sebagai nilai yang
penting untuk ditanamkan pada siswa sejak dini agar mereka tumbuh
menjadi individu yang peduli terhadap orang lain dan mampu berpikir
kritis. Saya juga mempertimbangkan relevansi dimensi tersebut dengan
konteks lokal dan budaya siswa agar pembelajaran lebih dekat dengan
realitas mereka”.

Penentuan Dimensi profil pelajar Pancasila yang memperhatikan kebutuhan

karakter siswa di SDN Wawai Gardu dilakukan dengan observasi kepada siswa

untuk memahami setiap siswa yang memiliki latar belakang berbeda-beda,

sehingga sangat penting sekali observasi ini dilakukan untuk memahami

kebutuhan karakter siswa. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata

pelajaran Pendidikan Pancasila:

“Ya, saya melakukan observasi untuk memahami kebutuhan, minat, dan


karakter masing-masing siswa. Observasi ini membantu saya dalam
merancang metode dan strategi yang sesuai dengan profil mereka, sehingga
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik. Dengan mengetahui
karakter siswa, saya bisa menyesuaikan pendekatan agar sesuai dengan
kebutuhan individu, sehingga nilai-nilai Pancasila yang diajarkan dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh setiap siswa”.

Observasi dilakukan untuk mempertimbangkan dan memahami kebutuhan

karakter siswa yang digunakan guru untuk merancang modul pembelajaran

dengan memuat dimensi profil pelajar Pancasila, sehingga dapat

diimplemetasikan pada kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru melakukan

komunikasi kepada orang tua siswa untuk mendapatkan informasi yang lebih

akurat mengenai karakter mereka. Berikut adalah hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti kepada guru:

“Ya, saya terkadang berkomunikasi dengan orang tua untuk memahami


kebiasaan siswa di rumah, termasuk sikap, nilai, dan perilaku yang bisa

48
mendukung pembelajaran Pancasila. Informasi dari orang tua membantu
saya dalam mengetahui latar belakang siswa dan lingkungan sosial mereka.
Dengan demikian, saya dapat menyesuaikan pendekatan agar nilai-nilai
Pancasil a dapat dipahami dengan baik oleh siswa, baik di sekolah maupun
di rumah”.

Informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan komunikasi kepada orang

tua siswa sehingga dapat mempertimbangkan dimensi profil pelajar Pancasila

yang dimuat ke dalam modul pembelajaran melalui beberapa tahapan. Berikut

adalah hasil wawancara mengenai langkah-langkah pembuatan modul ajar oleh

guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila:

“Langkah pertama dalam menyusun modul ajar adalah memilih dimensi


profil pelajar Pancasila yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setelah
itu, saya merancang kegiatan yang mampu mencerminkan nilai-nilai
tersebut, seperti kegiatan diskusi kelompok untuk membangun sikap gotong
royong. Selain itu, saya juga menyiapkan asesmen untuk mengevaluasi
pemahaman siswa terhadap materi serta penguasaan dimensi profil yang
diharapkan. Asesmen ini tidak hanya menilai kemampuan akademik siswa
tetapi juga sikap dan nilai yang mereka tunjukkan selama pembelajaran”.

Secara khusus modul pembelajaran dirancang dengan memilih dimensi

profil pelajar Pancasila yang dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

hal ini dimaksudkan untuk tujuan dapat lebih terarah dan jelas sehingga siswa

dapat menguasai materi yang diajarkan dan mendapatkan sikap yang sesuai

dengan profil pelajar Pancasila. Adapun dalam pengembangan profil pelajar

Pancasila ini guru mengkhususkan dimensi gotong royong dan bernalar kritis.

Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan

Pancasila:

“Saya ingin lebih fokus pada dimensi gotong royong dan bernalar kritis
karena ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
kemampuan berpikir siswa. Gotong royong mengajarkan siswa tentang
kerja sama dan empati, sementara bernalar kritis membekali mereka dengan
kemampuan untuk berpikir secara logis dan analitis dalam memahami
berbagai masalah di sekitar mereka. Kedua dimensi ini, menurut saya,
sangat relevan dengan perkembangan siswa dalam lingkungan sosial dan
akademik”.

49
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum

membuat modul pembelajaran guru terlebih dahulu melakukan diskusi dengan

rekan sejawat, kemudian mencari tahu karakteristik siswa dengan observasi dan

berkomunikasi dengan orang tua mereka. Sehingga dapat dirancanglah modul

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang memuat profil pelajar

Pancasila.

4.1.2 Langkah dan pelaksanaan profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran

Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan sebauh mekanisme dengan memuat

pola interaksi antara guru dan siswa yang terjadi di dalam kelas, hal ini

dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dimuat guru dalam

modul ajar. Pelaksanaan pembelajaran ini tentu saja memuat langkah-langkah

yang dapat diterapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Berikut adalah

hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila mengenai

langkah pembelajaran:

“Saya biasanya memulai pembelajaran dengan kegiatan seperti doa


bersama, memberikan motivasi, atau bercerita tentang kisah yang relevan
dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, saya mengajak siswa untuk
mendengarkan cerita tentang tokoh-tokoh yang mempraktikkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan nyata. Kegiatan ini membantu siswa memahami
pentingnya nilai Pancasila dan membangun suasana belajar yang
mendukung pembelajaran sosial emosional”.

Dengan adanya langkah-langkah yang diimplementasikan saat

pembelajaran pelajaran Pendidikan Pancasila di kelas V SDN Wawai Gardu

dengan memuat langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup pada modul yang telah dirancang oleh guru.

Berkut adalah langkah-langkah yang terdapat di dalam modul guru:

Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran Pendidikan Pancasila

50
Kegiatan Pembuka

 Setelah peserta didik memasuki kelas, sebelum memulai pembelajaran


guru secara acak memberikan kesempatan kepada salah satu peserta
didik untuk memimpin berdoa bersama sesuai dengan agama dan
kepercayaanya masing-masing.
• Setelah selesai berdoa, guru menyapa sekaligus membimbing peserta
didik di kelas untuk bernyanyi bersama lagu daerah berjudul
“Pambatangan” yang menunjukkan nilai dan semangat gotong royong.
• Setelah berdoa selesai, guru memberikan klarifikasi terhadap aktivitas
pembuka di atas dengan mengaitkannya dengan materi dan kegiatan
belajar yang akan dilaksanakan.
• Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan
pembelajaran secara sederhana.
• Guru mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
di dalam pembelajaran.

Kegiatan Inti

 Peserta didik diarahkan untuk menyimak tayangan yang ditampilkan oleh


guru melalui gambar atau video yang terkait dengan nilai dan semangat
gotong royong. Guru dapat mencari video tersebut melalui youtube
dengan menggunakan kata kunci penelusuran "video pembelajaran
tentang gotong royong".
 Guru mempersilahkan kepada setiap peserta didik untuk menyimak
tayangan yang disampaikan oleh guru melalui gambar, video atau cerita
verbal tentang nilai dan semangat gotong royong di Indonesia. Setelah
penayangan video, guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk
merefleksikan tayangan video ke dalam kehidupan peserta didik sehari-
hari.
 Peserta didik menentukan satu masalah yang dihadap di lingkungan
sehari-hari.

51
 Guru secara demokratis memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menentukan sikap bentuk gotong royong yang akan
dilakukannya jika masalah tersebut muncul dalam kehidupan mereka.
 Guru memberikan umpan balik kepada setiap cerita peserta didik agar
dapat membiasakannya di dalam kehidupan sehari-hari.
 Guru membimbing setiap peserta didik untuk dapat bersyukur atas nilai
dan semangat gotong royong yang berkembang di Indonesia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengimplementasikan
nilai-nilai dan semangat gotong royong di lingkungan tempat tinggal
peserta didik melalui keteladanan yangdiberikan oleh guru serta upaya
pembiasaan pada peserta didikdi lingkungan rumah, sekolah, dan
masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan waktu kepada setiap peserta didik untuk
menyampaikan maknayangdidapatdari aktivitasyangdilakukan secara
bergiliran di depan kelas.
 Guru mengarahkan pada peserta didik untuk dapat membiasakan
perilaku menjunjung tinggi atas nilai dan semangat gotong royong yang
berkembang di Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
Kegiatan Penutup

 Guru mengapresiasi seluruh pemaparan pengalaman aktivitas yang


disampaikan oleh setiap peserta didik.
 Guru memberikan klarifikasi atas seluruh pendapat yang disampaikan
oleh peserta didik.
 Guru dan peserta didik melakukan refleksi berupa penegasan bahwa
menjunjung tinggi nilai dan semangat gotong royong sangat penting
untuk dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai identitas nasional
bangsa Indonesia, yang membedakannya dengan bangsa negara lain.
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyampaikan kesimpulan yang didapat dari proses pembelajaran
tentang pentingnya bersyukur atas nilai dan semangat gotong royong
yang berkembang di Indonesia.
 Guru menyampaikan tugas membuat jurnal harian bagi peserta didik
selama satu minggu terkait satu bentuk implementasi nilai dan semangat
gotong royong yang dilakukan oleh peserta didik setiap hari (Format
terlampir di LKPD).
 Guru menutup pelajaran dan secara bergantian memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memimpin doa bersama setelah selesai
pembelajaran

52
Pembelajaran Alternatif
Adapun media pembelajaran yang harus dipersiapkan tersebut dapat
dilaksanakan apabila fasilitas tersebut dimiliki oleh guru maupun sekolah
sekolah. Apabila guru atau sekolah mendapatkan kendala untuk
mempersiapkan media pembelajaran tersebut, sebagai alternatif dapat
dipersiapkan media pembelajaran manual yang relevan sebagaimana
tertulis di atas sebagai berikut.

1. Gambar tentang contoh nilai dan semangat gotong royong yang


berkembang di Indonesia.
2. Cerita verbal dari guru tentang contoh perilaku yang menunjukkan
perilaku menjunjung tinggi nilai dan semangat gotong royong.
Media pembelajaran alternatif tersebut di atas memiliki relevansi
substansi yakni memberikan informasi awal kepada peserta didik
tentang berbagai perilaku yang menunjukkan pembiasaan nilai dan
semangat gotong royong di tempat tinggal peserta didik.

Berdasarkan langkah pembelajaran tersebut, dilaksanakan dengan memuat

profil pelajar Pancasila di dalam kelas dapat dioptimalkan guru dengan mengajak

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebab mereka

merasa akan lebih termotivasi dan tertarik pada materi yang dipelajari. Berikut

adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila:

“Saya mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan mengajak siswa


untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan seperti diskusi kelompok, studi
kasus, dan refleksi. Setiap siswa didorong untuk menyampaikan pendapat
mereka, dan kegiatan ini dirancang agar mereka dapat memahami
bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, saya mengadakan refleksi bersama di akhir pelajaran untuk
memastikan bahwa siswa mengerti dan dapat menginternalisasi nilai-nilai
yang diajarkan”.

53
Dengan mengajak siswa berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran akan

mendorong mereka untuk mempunyai kesempatan dalam membangun

pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang diajarkan dengan

memahami dimensi Pancasila yang dimuat dalam modul ajar. Sehingga siswa

dapat menintegrasikan nilai-nilai profil pelajar Pancasila yang telah dirancang

oleh guru. Seperti hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan

Pancasila berikut ini:

“Saya mengoptimalkan keterlibatan siswa dengan menggunakan metode


pembelajaran interaktif seperti diskusi kelompok dan tanya jawab. Saya
juga memberi kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapat dan
ide mereka. Selain itu, saya menggunakan media pembelajaran yang
menarik agar siswa lebih antusias dalam belajar, serta memberikan apresiasi
atas partisipasi mereka sehingga mereka merasa dihargai”.

Adanya keterlibatan aktif saat proses pembelajaran maka siswa mempunyai

kesempatan mendapatkan pengalaman langsung, merasa lebih terlibat, dan

melihat relevansi materi dalam konteks kehidupan mereka sendiri. Hal ini akan

membuat siswa dapat mengimpelemtasikan dimensi profil pelajar Pancasila

dengan baik. Seperti yang dipaparkan melalui hasil wawancara dengan guru guru

mata pelajaran Pendidikan Pancasila, yaitu:

“Ya, siswa umumnya dapat menerapkan nilai-nilai seperti gotong royong


dan rasa tanggung jawab. Dalam kegiatan diskusi atau kerja kelompok, saya
melihat siswa saling membantu dan bekerja sama. Selain itu, mereka juga
mulai menunjukkan sikap kritis dalam menganalisis masalah yang diangkat
dalam pelajaran, yang menunjukkan bahwa mereka mampu menerapkan
dimensi bernalar kritis”.

Keberhasilan siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai profil pelajar

Pancasila yang dimuat di dalam modul ajar ini tidak terlepas dari stimulasi yang

diterapakan oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, hal ini akan membuat siswa dapat membayangkan apa yang telah

54
mereka alami. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran

Pendidikan Pancasila:

“Ya, saya sering memberikan rangsangan melalui pertanyaan-pertanyaan


reflektif atau contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu
siswa memahami nilai-nilai tersebut dengan lebih baik dan memotivasi
mereka untuk menerapkan dimensi profil pelajar Pancasila dalam
kehidupan mereka. Saya juga memberikan studi kasus atau cerita yang
relevan agar siswa bisa melihat bagaimana nilai-nilai tersebut berlaku
dalam situasi nyata”.

Dibalik keberhasilan dengan memberikan rangsangan pertanyaan reflektif

agar siswa dapat mengimplementasikan profil pelajar Pancasila yang termuat di

dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila, tentu saja mendapatkan kendala yang

ditemui. Seperti hasil wawancara yang diperoleh peneliti di bawah ini:

“Beberapa kendala yang sering saya temui adalah perbedaan karakter siswa,
keterbatasan waktu pembelajaran, dan kurangnya dukungan dari lingkungan
sekitar. Beberapa siswa mungkin membutuhkan pendekatan yang berbeda
untuk memahami materi, sementara waktu yang terbatas membuat saya
sulit memberikan pembelajaran yang lebih mendalam. Selain itu, dukungan
dari lingkungan sekitar yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai Pancasila
kadang membuat siswa kesulitan untuk menerapkannya”.

Kendala inilah yang bisa menjadi bahan evaluasi sebab hal ini sangat

penting dilakukan untuk mengetahui efektif atau tidaknya kegiatan pembelajaran

yang diimplementasikan. Selain itu juga, guru dapat merefleksikan pembelajaran

dilakukan untuk melihat kelemahan dan kekurangan pembelajaran baik dari

metode, strategi, dan model pembelajaran, sehingga dapat dilaksanakan perbaikan

secara terus-menerus dalam praktek mengajar. Didasarkan dari hal tersebut guru

memberikan solusi atau tindak lanjut dari kendala yang dihadapi saat

pengimpelemtnasian profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan

Pancasila. Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh peneliti:

“Solusi yang saya terapkan adalah menyesuaikan metode pembelajaran


untuk setiap siswa agar mereka dapat memahami materi dengan lebih baik.
Saya juga meningkatkan penggunaan kegiatan interaktif untuk
mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam waktu yang terbatas. Selain itu,

55
saya berupaya untuk berkomunikasi dengan orang tua agar nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah bisa terus diterapkan di rumah, sehingga pembentukan
karakter siswa lebih optimal”.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SDN

Wawai Gardu memuat kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Disamping itu,

dalam kegiatan pembelajaran guru melakukan rangsangan kepada siswa dengan

mengajukan pertanyaan reflektif dan memberikan contoh nyata dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga siswa mampu untuk menerapkan dan memahami nilai-nilai

yang terdapat dalam profil pelajar Pancasila.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Perencanaan profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan

Pancasila di SDN Wawai Gardu

Perencaanaan tidak hanya menetapkan arah dan target bagi suatu

organisasi, melainkan juga mencerminkan tindakan terbaik yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan tersebut, dengan efektif dan efisien, mengintegrasikan

berbagai faktor seperti sumber daya yang tersedia, lingkungan eksternal, dan

kebutuhan internal organisasi. Dengan merinci langkah-langkah yang harus

diambil dan menyusun strategi yang tepat, perencanaan memberikan kerangka

kerja yang kokoh bagi suatu entitas untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai

sasaran yang telah ditetapkan (Rahmalia dan Sabila, 2024).

Sama halnya dengan perencanaan dalam pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, ini bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran dengan cepat dan

sukses. Akan tetapi hal ini membutuhkan mekanisme yang metodis untuk

merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

56
berpusat pada siswa. (Lase, 2020) Perencanaan pembelajaran yang efektif

memungkinkan guru untuk menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik,

menggunakan teknik pengajaran yang efektif, memilih sumber daya dan materi

yang sesuai, serta menilai kemajuan siswa secara rutin (Anggraeni dan Nurazizah,

2024).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang diperoleh peneliti

mengenai perencanaan profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan

Pancasila di SDN Wawai Gardui ditemui bahwa dalam perencanaan yang

dilakukan oleh guru melibatkan rekan teman sejawat untuk dalam

mengembangkan modul pelajaran Pendidikan Pancasila yang memuat profil

pelajar Pancasila. Menurut Satria (2022) tahap perencaan implementasi profil

pelajar Pancasila harus membentuk tim fasilitator P5 yang betujuan untuk

pembentukan dan pengelolaan tim fasilitator oleh kepala sekolah dan koordinator

Proyek Profil. Tim fasilitator terdiri dari pendidik yang bertugas merencanakan,

menjalankan, dan mengevaluasi Proyek Profil.

Disamping itu, adanya penyesuaian dan pertimbangan kebutuhan

karakter peserta didik melalui observasi, materi yang sedang diajarkan, serta

aspek sosial-emosional yang ingin dikembangkan. Selain itu, guru berkomunikasi

dengan orang tua untuk memahami kebiasaan siswa di rumah, termasuk sikap,

nilai, dan perilaku yang bisa mendukung pembelajaran Pancasila. Sejalan dengan

pendapat satria (2022) bahwa satuan Pendidikan memiliki tugas untuk

bekerjasama dengan masyarakat, komunitas, akademisi, praktisi untuk menambah

materi Proyek Profil dan mengomunikasikan P5 kepada lingkungan sekolah,

orang tua peserta didik, dan mitra.

57
Setelah melakukan diskusi dan penyesuaian kebutuhan karakter peserta

didik yang diperoleh dari observasi dan komunikasi dengan orang tua, Kemudian

modul dirancang berdasarkan kebutuhan karakteristik peserta didik dengan

memilih dimensi profil pelajar Pancasila, memilih materi yang akan digunakan

dalam pembelajaran, menentukan sub elemen profil pelajar Pancasila yang akan

dimuat dalam tujuan pembelajaran, merancang aktivitas pembelajaran, dan

merancang asesmen profil pelajar Pancasila untuk mengetahui perkembangan

siswa. Sejalan dengan pendapat Rizal (2022) mengatakan bahwa untuk

memudahkan pelaksanaan pembelajaran, guru harus merancang modul ajar

dengan memahami cara menyusun yang meliputi pemilihan topik/tema,

memperhatikan pemilihan dimensi, elemen dan sub elemenprofil pelajar

Pancasila sesuai kebutuhan peserta didik.

4.2.2Langkah dan pelaksanaan profil pelajar Pancasila melalui mata pelajaran

Pendidikan Pancasila di SDN Wawai Gardu

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan

peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Abidin (2015)

pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai

hasil belajar tertentu dalam bimbingan dan arahan serta motivasidari seorang

guru. Sedangkan menurut Majid (2014) pelaksanaan pembelajaran ialah aktivitas

belajar mengajar yang memuat unsur inti dari proses pembelajaran sebagai unsur

inti dari aktifitas pembelajaran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan langkah-

langkah yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti, ditemui bahwa pada pelaksanaan pembelajaran guru memuat 6 dimensi

58
profil pelajar Pancasila, yaitu: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar

kritis, dan kreatif. Dimensi tersebut dimuat ke dalam kegiatan pembelajaran yang

terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. Menurut Kemendikbud (2022)

kegiatan pembelajaran pada modul ajar kurikulum merdeka mirip dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di kurikulum 2013. Sebab terdapat

persamaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada RPP dan modul ajar

yaitu urutan skenarionya dalam wujud sintaks yang ditulis secara eksplisit dan

mencakup pilihan pembelajaran alternatif dan langkah-langkah untuk

memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Akan tetapi, ada perbedaan yang

menjadi bahan acuan pembelajaran dimana pada RPP mengacu pada silabus,

sedangkan modul ajar mengacu pada ATP. Badelah (2021) berpendapat bahwa

pelaksanaan pembelajaran menggunakan tiga aspek dalam langkah-langkah

kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dioptimalkan

dengan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan seperti diskusi

kelompok dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik agar siswa

lebih antusias dalam belajar. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan nilai-

nilai dalam dimensi profil pelajar Pancasila seperti gotong royong dan rasa

tanggung jawab. Akan tetapi dalam pengimplementasian profil pelajar Pancasila

dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila terdapat kendala antara lain

perbedaan karakter siswa, keterbatasan waktu pembelajaran, dan kurangnya

dukungan dari lingkungan sekitar.

59
Penelitian Intania(2023) menyebutkan bahwa kendala yang menghambat

keberhasilan implementasi profil pelajar Pancasila dapat dikaitkan dengan

pemahaman dan apresiasi yang terbatas terhadap pentingnya keadilan, kesadaran

lingkungan, dan pelaksanaan profil pelajar Pancasila yang relatif tidak memadai.

Selain itu, menurunnya nilai-nilai moral siswa juga memperparah keadaan.

Penelitian yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa peserta didik memiliki

karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan tingkat kesadaran diri dalam

memahami sifat-sifat unik setiap individu. Disamping itu, Fernando (2023)

mengemukakan bahwa kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan

Profil Pelajar Pancasila, termasuk kesulitan mengkomunikasikan kurikulum baru

kepada siswa, keterbatasan sumber daya, dan keterbatasan waktu pembelajaran.

Berdasarkan kendala yang diamali oleh guru saat pengimplementasian

profil pelajar Pancasila maka guru mengemukakan solusi yang dapat mengatasi

permasalahan tersebut, antara lain menyesuaikan metode pembelajaran untuk

setiap siswa agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan penggunaan

kegiatan interaktif untuk mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam waktu yang

terbatas. Menurut Intania (2023) Optimalisasi kegiatan belajar mengajar dapat

dicapai melalui penyelesaian masalah siswa, dimana siswa terlibat aktif dalam

konsep profil siswa pancasila.

60
61

DAFTAR PUSTAKA

Dini Irawati. 2022. Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter
Bangsa. Jurnal Pendidikan Edumaspul. 6 (1).
Djahiri, H. A., Kosasih. 2006. Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era
Globalisasi, dalam Pendidikan Nilai Moral, Dimensi PKn menyambut 70
tahun. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.
Dyah M, Sulistyati. 2021. Panduan Guru P5 untuk Satuan PAUD. Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan Kemendikbud.
Fernando, R., Montessori, M., Ananda, A., dan Junaidi, I., 2023. Implementasi
Profil Pelajar Pancasila dalam Proses Pembelajaran PPKn. Jurnal Ideologi
dan Konstitusi. 3(2).
Firman, Elfina., & Ardipal. 2021. Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik
Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila melalui Media Audiovisual di
SMA Negeri 1 Bonjol. Jurnal Sendratasik. 10(4).
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/user
Firman, Mujahidin. 2023. Pemanfaatan Konten Multibudaya dalam Pembelajaran
Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar. The Elementary Journal. 1 (1). DOI
: https://doi.org/10.56404/tej.v1i1.48.
Hafid. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Herwani, S. 2023. Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam pembentukan
pendidikan karakter bagi siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Surya
Edukasi (JPSE). 9 (2).
Hijriana. 2020. Building Indonesian Humanity through Civic Education in High
School. Journal La Edusci. 1 (4). DOI:
https://doi.org/10.37899/journallaedusci.v1i4.248
Hurlock B. Elizabet. 2015. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan. Rentang
Hidup Jakarta: Erlangga.
James Susan Rowen, P. R. N., Nelson Kristine Ann, M. N. R. N., & Ashwill Jean
Weiler, M. S. N. R. N. 2012. Nursing care of children: Principle and
practice (4th ed.). Missouri: Elsevier.
Kemendikbud. 2022. Modul Ajar Kurikulum Merdeka. Diakses melalui
https://pghc.uma.ac.id/2022/07/pengertian-dan-komponen-penyusun-modul-ajar/
pada tanggal 15 Agustus 2024.
Kemendikbud. 2022. Kurikulum Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam
rangka pemulihan pembelajaran tahun. 2022s.d.2024.
https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/. Diakses tanggal 5 November
2024
Kemendikbud. https://ditsmp.kemendikbud.go.id/6-ciri-pelajar-pancasila-yang-cerdas-
dan-berkarakter/. Diakses tanggal 10 Oktober 2024.
Miles, M.B & Huberman A.M. 1984. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh.
Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

61
Nisa, F., Hanifa, R., dan Berlianti, Y. 2021. Hubungan Mata Pelajaran Pancasila di Sekolah
terhadap Implementasi Pancasila pada Pelajar. Jurnal Pancasila dan Bela Negara. 1(1).
Nono, G. U., Hermuttaqien, B. P. F., dan Wadu, L. B. 2018. Hubungan Mata Pelajaran PPKn
Terhadap Peningkatan Karakter Siswa. Jurnal Moral Kemasyarakatan. 3(2), 52–56.
https://doi.org/10.21067/jmk
Rachmawati. 2007. Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara. E-Journal
Ivet. 11, 133–136.
Rahman, Abd. 2021. Pendidikan Holistik : Konsep dan Implementasi dalam Pendidikan.
Jakarta : Uhamka Press.
Rizky Satria. 2022, Buku Panduan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Rosdakarya.
Sodik, A. M., & Siyoto, P. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. penerbit.
Alfabeta,Bandung.
Syahnur, Fajriati., Satryanti, S.C., Pratama, J.A., Kusuma, P. H, & Gibbson, D. 2024.
Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas 4b
SD Negeri 01 Kota Jambi. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata. 5 (3). https://e-
journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf
Syamsul, Y. L. N. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Syaodih, Nana. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja
Yolandasari, M. B. 2020. Efektivitas Pembelajaran Daring Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di Kelas II A MI Unggulan Miftahul Huda Tumang Cepogo Boyolali.
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Yumriani., Amin, S., dan S.Mualla, S. 2024. Implementasi Profil Pelajar Pancasila dan
Implikasinya terhadap Karakter Siswa di SDN 107 Lagego Luwu Timur. Sindoro
Cendikia Pendidikan. 4(4). https://doi.org/10.9644/sindoro.v4i4.3191

62
LAMPIRAN

63
Lampiran 1 Hasil Observasi Perencanaan
LEMBAR OBSERVASI PERENCANAAN PROFIL PELAJAR
PANCASILA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
PANCASILA DI SDN WAWAI GARDU

Kelas :V
Hari/tanggal : Selasa/ 12 November 2024

Petunjuk :
Berikanlah tanda checklist (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan
Indikator Hasil Pengamatan Keterangan

Ya Tidak

Guru memilih materi ✔ Guru memilih materi "Nilai-

yang akan digunakan nilai dan Semangat Gotong

dalam pembelajaran Royong". Materi ini relevan

untuk membangun karakter

siswa agar memahami

pentingnya gotong royong

sebagai identitas nasional.

Guru menentukan ✔ Dimensi "Bergotong-royong"

dimensi profil pelajar dan "Mandiri" dipilih un tuk

Pancasila mendukung tujuan

pembelajaran. Dimensi ini

sesuai dengan kegiatan

pembelajaran yang mencakup

kerja kelompok dan refleksi

64
mandiri.

Guru menentukan sub ✔ Sub elemen yang dipilih

elemen profil pelajar adalah "Bekerja sama untuk

Pancasila yang akan mencapai tujuan bersama"

dimuat dalam tujuan dan "Melibatkan diri secara

pembelajaran aktif dalam kegiatan

kelompok." Sub elemen ini

diintegrasikan ke dalam

langkah-langkah

pembelajaran.

Guru merancang ✔ Aktivitas mencakup

aktivitas pembelajaran penyimakan video, diskusi

kelompok, refleksi individu,

dan presentasi. Aktivitas ini

telah disusun berdasarkan

langkah-langkah yang tertera

dalam RPP.

Guru merancang ✔ Asesmen meliputi penilaian

asesmen profil pelajar refleksi individu, partisipasi

pancasila kelompok, dan jurnal harian.

Format ini telah sesuai

dengan panduan tugas dalam

LKPD pada RPP.

65
Lampiran 2 Hasil Validasi Observasi Perencanaan

66
67
Lampiran 3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pemebelajaran
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN DALAM
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI SDN WAWAI
GARDU

Kelas :V
Hari/tanggal : Selasa/ 12 November 2024

Petunjuk :
Berikanlah tanda checklist (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan
Dimensi Indikator Hasil Keterangan
Pengamatan
Ya Tidak
Beriman, Peserta didik ✔ Doa dipimpin oleh
membaca doa siswa secara bergiliran
Bertakwa
sebelum dan sesudah sesuai agama dan
Kepada Tuhan
pembelajaran kepercayaan masing-
YME, dan masing

Berakhlak

Mulia.

Bergotong Mendorong ✔ Dalam kelompok,


royong kolaborasi siswa siswa menentukan
dalam belajar masalah di lingkungan
dengan berkelompok dan menyusun solusi
gotong royong, sesuai
kegiatan inti.
Guru memberikan ✔ Refleksi dilakukan
kesempatan kepada setelah menyimak
siswa untuk refleksi video pembelajaran.
tayangan video Siswa mengaitkan
tentang gotong tayangan dengan

68
royong pengalaman sehari-
hari, sebagaimana
diinstruksikan dalam
RPP.
Bernalar Kritis Guru memberikan ✔ Guru memantik
pertanyaan pemantik diskusi dengan
yang memotivasi pertanyaan seperti
dan memancing "Bagaimana gotong
proses diskusi royong membantu
peserta didik menyelesaikan
masalah?" sesuai
langkah kegiatan inti.
Guru mendorong ✔ Siswa diarahkan untuk
siswa untuk memilih masalah
menentukan satu sehari-hari yang
masalah di relevan, sesuai arahan
lingkungan mereka RPP.
Berkebhinekaan Peserta didik dapat ✔ Diskusi kelompok
Global berkomunikasi dan dilakukan dalam tim
berbaur dengan yang beragam,
teman dari berbagai mencerminkan nilai
latar belakang kebhinekaan.

Mandiri Peserta didik mampu ✔ Siswa aktif dalam


berkontribusi penuh diskusi dan
terhadap kerja mengambil bagian
kelompok dalam presentasi hasil
kelompok.
Kreatif Guru memberikan ✔ Siswa
kesempatan kepada mempresentasikan
peseta didik untuk solusi gotong royong
melakukan yang mereka rancang

69
presentasi secara untuk masalah yang
klasikal terhadap dipilih.
hasil diskusi yang
telah disajikan

70
Lampiran 4 Hasil Validasi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

71
72
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR
PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA
KELAS V DI SDN WAWAI GARDU

Nama : Mukhyar, S.Pd.SD


Jabatan : Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
Hari/tanggal : Selasa/ 12 November 2024

No. Pertanyaan Jawavaban


Perencanaan
1. Apakah bapak/ibu dalam Ya, saya rutin berdiskusi dengan rekan-
membuat atau rekan guru dalam mengembangkan modul
mengembangkan modul pelajaran Pendidikan Pancasila. Diskusi ini
mengenai mata pelajaran bertujuan untuk menyelaraskan materi agar
Pendidikan sesuai dengan kurikulum dan nilai-nilai
Pancasila melakukan profil pelajar Pancasila. Selain itu, kami
diskusi dengan rekan bertukar ide mengenai cara mengajarkan
sesama guru? materi yang lebih efektif dan menarik
untuk siswa, serta membahas contoh-
contoh aplikasi nilai-nilai Pancasila yang
dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
2. Apa saja yang menjadi Dalam menentukan dimensi profil pelajar
pertimbangan ibu/bapak Pancasila, saya mempertimbangkan
dalam menentukan dimensi kebutuhan karakter siswa, materi yang
profil pelajar Pancasila? sedang diajarkan, serta aspek sosial-
emosional yang ingin dikembangkan. Saya
melihat dimensi seperti gotong royong dan
bernalar kritis sebagai nilai yang penting
untuk ditanamkan pada siswa sejak dini
agar mereka tumbuh menjadi individu
yang peduli terhadap orang lain dan

73
mampu berpikir kritis. Saya juga
mempertimbangkan relevansi dimensi
tersebut dengan konteks lokal dan budaya
siswa agar pembelajaran lebih dekat
dengan realitas mereka.
3. Apa langkah bapak/ibu Langkah pertama dalam menyusun modul
dalam menyusun modul ajar ajar adalah memilih dimensi profil pelajar
yang memuat profil pelajar Pancasila yang sesuai dengan tujuan
Pancasila melalui mata pembelajaran. Setelah itu, saya merancang
pelajaran Pendidikan kegiatan yang mampu mencerminkan nilai-
Pancasila? nilai tersebut, seperti kegiatan diskusi
kelompok untuk membangun sikap gotong
royong. Selain itu, saya juga menyiapkan
asesmen untuk mengevaluasi pemahaman
siswa terhadap materi serta penguasaan
dimensi profil yang diharapkan. Asesmen
ini tidak hanya menilai kemampuan
akademik siswa tetapi juga sikap dan nilai
yang mereka tunjukkan selama
pembelajaran.
4. Dalam merancang Ya, saya melakukan observasi untuk
pembelajaran Pendidikan memahami kebutuhan, minat, dan karakter
Pancasila apakah masing-masing siswa. Observasi ini
melakukan observasi membantu saya dalam merancang metode
kepada peserta didik? dan strategi yang sesuai dengan profil
mereka, sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menarik. Dengan
mengetahui karakter siswa, saya bisa
menyesuaikan pendekatan agar sesuai
dengan kebutuhan individu, sehingga nilai-
nilai Pancasila yang diajarkan dapat

74
diterima dan dipahami dengan baik oleh
setiap siswa.
5. Adakah bapak/ibu Ya, saya terkadang berkomunikasi dengan
berkomunikasi dengan orang tua untuk memahami kebiasaan
orang tua untuk siswa di rumah, termasuk sikap, nilai, dan
mendapatkan informasi perilaku yang bisa mendukung
tentang peserta didik? pembelajaran Pancasila. Informasi dari
orang tua membantu saya dalam
mengetahui latar belakang siswa dan
lingkungan sosial mereka. Dengan
demikian, saya dapat menyesuaikan
pendekatan agar nilai-nilai Pancasila dapat
dipahami dengan baik oleh siswa, baik di
sekolah maupun di rumah.
6. Dalam meracang profil Saya ingin lebih fokus pada dimensi
pelajar pancasila mata gotong royong dan bernalar kritis karena
pelajaran Pendidikan ini sangat penting untuk mengembangkan
Pancasila adakah dimensi keterampilan sosial dan kemampuan
khusus yang bapak/ibu berpikir siswa. Gotong royong
ingin amati dan mengajarkan siswa tentang kerja sama dan
kembangkan? empati, sementara bernalar kritis
membekali mereka dengan kemampuan
untuk berpikir secara logis dan analitis
dalam memahami berbagai masalah di
sekitar mereka. Kedua dimensi ini,
menurut saya, sangat relevan dengan
perkembangan siswa dalam lingkungan
sosial dan akademik.

Pelaksanaan
7. Bagaimana Saya mengoptimalkan pelaksanaan

75
mengoptimalkan pembelajaran dengan mengajak siswa
pelaksanaan pembelajaran untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
yang memuat profil pelajar seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan
Pancasila di dalam kelas? refleksi. Setiap siswa didorong untuk
menyampaikan pendapat mereka, dan
kegiatan ini dirancang agar mereka dapat
memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, saya mengadakan refleksi
bersama di akhir pelajaran untuk
memastikan bahwa siswa mengerti dan
dapat menginternalisasi nilai-nilai yang
diajarkan.
8. Apa saja kegiatan guru Saya biasanya memulai pembelajaran
dalam mengawali kegiatan dengan kegiatan seperti doa bersama,
pembelajaran yang memuat memberikan motivasi, atau bercerita
profil pelajar Pancasila pada tentang kisah yang relevan dengan nilai-
mata pelajaran Pendidikan nilai Pancasila. Misalnya, saya mengajak
Pancasila? siswa untuk mendengarkan cerita tentang
tokoh-tokoh yang mempraktikkan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan nyata.
Kegiatan ini membantu siswa memahami
pentingnya nilai Pancasila dan membangun
suasana belajar yang mendukung
pembelajaran sosial emosional.
9. Bagaimana guru Saya mengoptimalkan keterlibatan siswa
mengoptimalkan dengan menggunakan metode
keterlibatan peserta didik pembelajaran interaktif seperti diskusi
dalam mengikuti kelompok dan tanya jawab. Saya juga
pembelajaran? memberi kesempatan bagi siswa untuk
menyampaikan pendapat dan ide mereka.

76
Selain itu, saya menggunakan media
pembelajaran yang menarik agar siswa
lebih antusias dalam belajar, serta
memberikan apresiasi atas partisipasi
mereka sehingga mereka merasa dihargai.
11. Dalam proses pembelajaran Ya, siswa umumnya dapat menerapkan
mata pelajaran Pendidikan nilai-nilai seperti gotong royong dan rasa
Pancasila apakah peserta tanggung jawab. Dalam kegiatan diskusi
didik dapat atau kerja kelompok, saya melihat siswa
mengimpelemtasikan saling membantu dan bekerja sama. Selain
dimensi profil pelajar itu, mereka juga mulai menunjukkan sikap
Pancasila? kritis dalam menganalisis masalah yang
diangkat dalam pelajaran, yang
menunjukkan bahwa mereka mampu
menerapkan dimensi bernalar kritis.
12. Dalam pembelajaran Ya, saya sering memberikan rangsangan
Pendidikan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif
Pancasila, adakah bapak/ibu atau contoh nyata dari kehidupan sehari-
memberikan ransangan hari. Hal ini membantu siswa memahami
kepada peserta didik untuk nilai-nilai tersebut dengan lebih baik dan
mengimpelemtasikan memotivasi mereka untuk menerapkan
dimensi profil pelajar dimensi profil pelajar Pancasila dalam
Pancasila kehidupan mereka. Saya juga memberikan
studi kasus atau cerita yang relevan agar
siswa bisa melihat bagaimana nilai-nilai
tersebut berlaku dalam situasi nyata.
13 Apa saja kendala dalam Beberapa kendala yang sering saya temui
pengimpelemtnasian profil adalah perbedaan karakter siswa,
pelajar Pancasila melalui keterbatasan waktu pembelajaran, dan
mata pelajaran Pendidikan kurangnya dukungan dari lingkungan
Pancasila? sekitar. Beberapa siswa mungkin

77
membutuhkan pendekatan yang berbeda
untuk memahami materi, sementara waktu
yang terbatas membuat saya sulit
memberikan pembelajaran yang lebih
mendalam. Selain itu, dukungan dari
lingkungan sekitar yang tidak selalu
selaras dengan nilai-nilai Pancasila kadang
membuat siswa kesulitan untuk
menerapkannya.
14 Bagaimana solusi atau Solusi yang saya terapkan adalah
tindak lanjut dari kendala menyesuaikan metode pembelajaran untuk
yang dihadapi saat setiap siswa agar mereka dapat memahami
pengimpelemtnasian profil materi dengan lebih baik. Saya juga
pelajar Pancasila melalui meningkatkan penggunaan kegiatan
mata pelajaran Pendidikan interaktif untuk mengoptimalkan
Pancasila? keterlibatan siswa dalam waktu yang
terbatas. Selain itu, saya berupaya untuk
berkomunikasi dengan orang tua agar
nilai-nilai yang diajarkan di sekolah bisa
terus diterapkan di rumah, sehingga
pembentukan karakter siswa lebih optimal.

Lampiran 6 Hasil Validasi Hasil Wawancara

78
79
80
Lampiran 7 Modul Ajar

81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

92

Anda mungkin juga menyukai