0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan16 halaman

MAKALAH EKSPLORASI TEKS bahasa indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“EKSPLORASI TEKS”

Dosen Pengampu : Hasibuan, M.Pd

Di Susun Oleh :

Abelianur

202411038

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE) MUARA TEWEH
2024/2025
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Eksplorasi Teks”.

Meskipun banyak hambatan yang Saya alami dalam proses pengerjaannya,


tapi Saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa Saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini. Serta Saya sampaikan beribu-ribu terima kasih
kepada informasi dari internet dan perpustakaan yang sangat membantu Saya dalam
proses pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari kesempurnaan, untuk itu Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga makalah
ini bisa menambah ilmu dan bermanfaat bagi Saya khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya dan semoga penulis sumber informasi ini diberi balasan yang setimpal
oleh Allah SWT.

Muara Teweh, 02 Januari 2024

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan dan manfaat pembahasan............................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................2
A. Pengertian teks sebagai bahan dasar pembelajaran.................................................2
B. Jenis-jenis teks.........................................................................................................3
C. Ciri-ciri akademik dan non akademik......................................................................7
D. Tujuh setandar teks kualitas...................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa akan memahami berbagai pembelajaran
bahasa dengan menggunakan teks sebagai alat pembelajaran.Teks berfungsi sebagai
wacana yang didalamnya memuat struktur teks dengan fungsi dan tujuan yang berbeda-
beda, sehingga teks memilki ragam jenis. Untuk mencapai pemahaman dari tujuan
tersebut, cakupan materi yang akan dipelajari adalah teks sebagai alat pembelajaran,
jenis-jenis teks, ciri-ciri teks akademik dan nonakademik, tujuh standar tekstualitas.

B. Rumusan masalah
1.Apa yang dimaksud dengan teks sebagai bahan pembelajaran?
2.Apa saja jenis-jenis teks ?

C. Tujuan dan manfaat pembahasan


1.Memperoleh pemahaman mengenai pentingnya memahami teks sebagai alat
pembelajaran.
2.Mengimpletasikan ciri-ciri kalimat akademik dan non akademik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Teks Sebagai Bahan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di pendidikan lanjutan berbasis teks
merupakan kelanjutan dari pendekatan serupa di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks dan
fungsi sosialnya sebagai komponen fonetik yang terkandung di dalamnya menjadi titik
fokus latihan pembelajaran. Fungsi sosial teks itu sesungguhnya adalah tujuan teks
tersebut. Jelas, unsur-unsur kebahasaan dalam teks tidak lagi diajarkan secara terpisah-
pisah, namun secara integratif dengan struktur teks dan fungsi/tujuan sosialnya. Dalam
sistem pembelajaran, penting untuk menunjukkan bahwa unsur-unsur dan struktur teks
digunakan dalam teks untuk memenuhi fungsi/tujuan sosialnya.Karena teks yang satu
memiliki fungsi/tujuan sosialnya yang berbeda, teks yang berbeda juga menggunakan
unsur-unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda pula. Teks tercakup dalam dua
konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya.
Konteks situasi berkenaan dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat
suatu register di balik pengenalan teks, khususnya adanya sesuatu (pesan, pikiran,
gagasan, ide) yang akan disampaikan, sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan,
pikiran, gagasan, ide, dan desain bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau
menggabungkanpesan,pikiran,gagasan,ide. Terkait dengan format bahasa, teks dapat
diungkapkan dalam berbagai jenis atau genre, misalnya diskripsi, laporan,
prosedur ,ekplanasi, eksposisi, diskusi, naratif,cerita petualang, anekdot, dan lain-lain.
Jenis-jenis ini tergolong ke dalam genre mikro dan telah dipelajari di SMP atau
MTs dan SMA atau MA. Di perguruan tinggi, pembelajaran terpaku pada genre makro
(Lihat penjelasan di E. 2). Konteks yang kedua adalah konteks budaya masyarakat tutur
bahasa yang menjadi tempat penyampaian teks-teks tersebut. Konteks situasi adalah
konteks yang paling dekat dengan penciptaan teks, sedangkan konteks budaya lebih
bersifat institusional dan global. Totalitas sebuah teks dapat dipahami dengan
menyelidiki situasi dan konteks budaya secara bersamaan. Konteks budaya yang
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah konteks

2
budaya akademik Pada konteks yang demikian itulah diciptakan dan digunakan teks
dengan ragam akademik.

B.Jenis-jenis Teks
Di atas telah dinyatakan bahwa jenis teks dicirikan sebagai genre dari arti sempit.
Genre sebagai jenis teks dapat diurutkan menjadi genre faktual dan genre fiksional
atau genre rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang bergantung pada kejadian,
peristiwa, atau keadaan nyata yang mencakup lingkungan hidup. genre fiksional
adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan pemikiran kreatif, bukan berdasarkan
realitas nyata. Genre rekaan meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount),
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi.
Sementara itu, genre fiksional meliputi: rekon, anekdot, cerita/naratit, dan
eksemplum. Genre yang dipelajari pada mata kuliah bahasa Indonesia adalah genre
faktual, bukan genre fiksional. Di pihak lain,gener dapat dijelaskan dari sudut pandang
makro dan mikro. Nama-nama genre yang disebutkan di atas: laporan,
deskripsi,prosedur, rekon, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi (untuk yang faktual) dan
rekon, anekdot, cerita/narartif, dan eksemplum (untuk genre fiksional) adalah nama-
nama genre mikro. Kenyataannya, teks-teks yang ditemukan di masyarakat adalah
kombinasi dari beberapa genre mikro. Genre yang digunakan untuk menamai jenis
teks secara keselurahan dikenal sebagai genre makro. Genre makro berfungsi sebagai
payung yang membawahi genre-genre mikro yang ada di dalamnya.
Misalnya,teks editorial. Nama editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre
makro editorial. Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro
deskripsi, laporan eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat munkin keseluruhan
editorial itu hanya ditulis dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian ,
nama genre makronya adalah editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya
adalah genre eksposisi atau diskusi.
Teks tidak hanya satu. Ada banyak teks dengan karakteristiknya masing-masing.
Di antara sekian benyak jenis, berikut adalah beberapa contoh jenis teks yang banyak
digunakan.

3
a.Teks Narasi
Teks narasi adalah teks yang berisi cerita dengan susunan peristiwa atau
kejadian.Jadi, teks ini berisi krnologi terjadinya suatu peristiwa, tokoh, alur, dan latar
waktu, tempat, atau suasana. Jadi, dapat disimpulkan teks narasi adalah cerita yang
menggambarkan suatu konflik dalam suatu peristiwa yang dialami oleh penulis
secara berurutan.
Seperti yang ditunjukkan oleh Keraf, teks narasi memiliki ciri ciri, a)
mengutamakan tindakan dan perbuatan, b) diurutkan sesuai waktu, c) mampu
menjawab pertanyaan 'apa yang terjadi', d) terdapat adanya konflik.
Struktur Teks Narasi
Stuktur teks Narasi dapat dibagi menjadi 4 yakni Orientasi, Komplikasi, Resolusi
dan Coda.
1. Orientasi : Menggambarkan tentang tokoh dan karakter, latar dan alur dari cerita
tersebut. 2. Komplikasi: Berisi tentang pengenalan konflik atau masalah yang
terjadi dalam cerita tersebut.
2. Resolusi: Berisi tentang bagaimana akhir atau ending dari cerita. Akhir cerita
sendiri dapat dibagi menjadi 2 yakni akhir bahagia dan akhir tidak bahagia.
3. Coda: Coda adalah petuah atau nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks
narasi tersebut yang diharapkan dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.
b. Teks Deskripsi
Teks deskripsi adalah jenis teks yang sering digunakan dan ditemukan.
Berdasarkan acuan Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks deskripsi adalah teks
pemaparan atau penggambaran dengan kata kata yang jelas dan terperinci. Berisi
penggambaran tempat, objek, tempat atau peristiwa yang dapat dirasakan, dilihat,
dicium, dan didengar. Teks deskripsi menggambarkan keadaan objek menurut sudut
pandang penulis. Jadi penulis harus mampu menjelaskan secara konkret. Sehingga
pembaca dapat merasakan secara langsung apa yang digambarkan dalam teks
deskripsi.
Sama seperti teks-teks yang lain, teks deskripsi juga meni kekhasan tersendiri.
Teks ini mempunyai karakteristik sebagai berikut
 Teks deskripsi sebagai sarana penggambaran atau penjelasan sebuah objek

4
 Penggambaran aditulis secara rinci yang melibatkan unsur indra manusia
 Penggambaran ditulis sejelas mungkin sehingga pembaca dapat merasakan
langsung apa yang ada di dalam teks deskripsi
 Menggunakan bahasa yang mudah dan sering dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Biasanya bahasa yang padat dan jelas
 Menggunakan bahasa kiasan
 Menjelaskan ciri fisik seperti bentuk, ukuran, warna maupun keadaan suatu
objek yang ingin digambarkan
Struktur Teks Deskripsi
Stuktur teks Deskripsi dibagi menjadi 2 yakni Identifikasi dan Deskripsi:
1. Identifikasi : berisi pengenalan secara umum dan menuju ke penjelasan yang
lebih terperinci.
2. Deskripsi berisi penjelasan yang lebih terperinci mengenai objek yang dibahas
dalam teks tersebut. Deskripsi dari obyek tersebut disampaikan melalui beberapa
sub kategori Sebagai contoh saat kita membahas tumbuhan maka akan ada sub
kategori seperti jenis tumbuhan, lingkungan hidup dan lain sebagainya.
c. Teks Eksplanasi
Jenis teks ini juga banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik di
media social ataupun media konvensional Teks eksplanasi adalah tulisan yang
berisi penjelasan tentang sebab akibat serta proses yang berhubungan dengan
fenomena-fenomena alam maupun sosial yang terjadi.
d. Teks Eksposisi
Sementara itu, teks eksposisi adalah sebuah karangan atau paragraf yang
mengandung informasi atau pengetahuan yang mencoba digambarkan dalam bentuk
yang padat, singkat dan jelas.
Struktur Teks Eksposisi
Struktur teks eksposisi terdiri dari tesis, argumen dan penegasan.
1. Tesis adalah pembukaan atau pengenalan dari suatu informasi didalam teks.
2. Argumentasi adalah pokok bahasan yang dipaparkan.
3.Penegasan adalah pokok-pokok bahasan yang menguatkan pemaparan dari
informasi tersebut.

5
e. Teks Prosedur
Ada pula yang namanya teks prosedur. Sesuai dengan namanya, teks ini berisi
tentang langkah-langkah atau tahap-tahap untuk melakukan sesuatu secara
berurutan. Biasanya teks ini dapat ditemukan dalam teks tentang tips tertentu.
Struktur Teks Prosedur
Stuktur teks prosedur dapat dibagi menjadi 3 yakni Tujuan, Bahan dan
langkah.
1. Tujuan : berisi tentang tujuan dari suatu kegiatan. Teks prosedur biasanya
langsung dapat dikenali hanya dengan melihat judulnya saja, seperti contoh :
Cara membuat..., Cara menjalankan...,
2. Bahan berisi : tentang Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan.
3. Langkah berisi : tentang langkah atau panduan melakukan sesuatu.
f. Teks Anekdot
Kemungkinan besar, teks ini jarang diketahui oleh orang Namun, teks ini
tergolong macam macam teks. Namanya teis anekdot. Selain cerita yang
menghibur, teks ini memiliki fungsi yang signifikan, khusus untuk mengkritik atau
menyindir seseorang instansi, atau kondisi sosial. Sehingga kritik yang disampaikan
dibungkus dengan humor atau lelucon. Jadi kritik yang dilakukan tidak
menggunakan kata-kata yang tajam namun tetap bermakna. Salah satu tokoh yang
sering membuat anekdot adalah mendiang Gus Dur.
g. Teks Laporan
Jenis teks berikut adalah teks laporan. Teks ini diharapkan dapat
menggambarkan fenomena dari suatu objek, keadaan, atau peristiwa secara
keseluruhan. Teks laporan juga sering disebut sebagai teks klasifikasi karena berisi
pengelompokan mengenai jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
Struktur Teks Laporan
Stuktur teks laporan dibagi menjadi 2 yakni Klasifikasi umum dan deskripsi.
1. Klasifikasi : umum berisi tentang pengelompokan informasi secara umum.
2. Deskripsi : berisi tentang penjelasan informasi utama yang sudah dipilah menjadi
beberapa sub kategori informasi yang tetap disampaikan secara umum.

6
h. Teks Berita
Terakhir, ada teks berita. Kita mungkin cukup sering membaca ini di koran
atau media online. Seperti yang dikemukakan oleh Herman RN dalam buku
Commonsense News Liputan, berita adalah laporan peristiwa yang memiliki nilai
berita, nyata, asli, penting. dan menarik. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berita dicirikan sebagai laporan; kabar, sebuah cerita atau keterangan
tentang peristiwa atau kejadian yang sedang hangat.

C. Ciri-ciri Teks Akademik dan Nonakademik


Perbedaan antara teks akademik dan teks non-akademik harus diperjelas dengan
mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. pendapat tentang teks akademik yang berkembang
hingga saat ini adalah bahwa teks akademik memiliki ciri-ciri antara lain sederhana,
ringkas, objektif, dan masuk akal (Lihat misalnya Sudaryanto, 1996, Moeliono, tak
bertanggal; Moeliono, 2004). Namun demikian, sejauh ini juga belum ada bukti
pengamatan yang diajukan untuk memberikan klarifikasi yang memuaskan secara
semantik tentang pengaturan yang lugas, kuat, objektif, dan masuk akal (Wiratno,
2012).
Akibatnya, ciri-ciri tersebut biasanya hanya terlihat secara naluri tanpa didasarkan
pada data atau teori tertentu. Anda sebagai insan akademik, tentu harus dapat
menjelaskan hal itu secara akademik berdasarkan argumen yang kuat. Sebagai kata-kata
sehari-hari, sederhana, padat, objektif dan logismemang mudah dipahami. Sebagaimana
tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara denotatif, sederhana berarti
"bersahaja, tidak berlebih-lebihan, atau tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dsb)";
padat berarti "sangat penuh hingga tidak berongga, padu,atau mampat", objektif berarti
"mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi"; dan logisberarti "sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, atau masuk
akal" (Pusat Bahasa, 3rd Ed., 2001:793,809, 1008).

7
Namun, tahukah anda pada teks akademik, kata-kata ini saat ini bukan kata-kata
biasa, tetapi telah menjadi istilah khusus yang harus diklarifikasi secara akademik
berdasarkan hipotesis yang dapat diandalkan? (Wiratno, 2012). Dengan penjelasan yang
memuaskan secara fonetis, orang tidak lagi berspekulasi atau bergantung pada naluri
yang tidak dapat diperkirakan.
Ciri-ciri ini mencakup bahwa teks akademik itu "lugas", "baku", "bersifat
taksonomik dan abstrak", "banyak memanfaatkan metafora gramatika", "banyak
memanfaatkan proses relasional", "banyak memanfaatkan pengacuan esfora", serta
"faktual dalam hal genre" (Wiratno, 2012). Ciri-ciri ini lebih sulit untuk dipahami
daripada ciri-ciri yang ditunjukkan oleh istilah-istilah sederhana, padat, objektif, dan
logis di atas.
Hal ini disebabkan karena ciri-ciri tersebut tidak menyinggung penggunaan bahasa
sehari-hari, melainkan langsung pada penggunaan bahasa secara khusus, yaitu bahasa
teknis pada teks akademik. Sebaliknya, kecuali jika digunakan sebagai istilah khusus
dalam teks-teks ilmiah, kata kata yang lugas, padat, objektif, dan konsisten masih
digunakan sebagai kata kata sehari-hari. Pengeksplorasian ciri-ciri keilmiahan pada teks
akademik menjadi penting mengingat fakta bahwa teks akademik adalah dimensi
tersendiri berbeda jika dibandingkan dengan teks-teks ilmiah dengan berbagai jenis teks
(Bazerman, 1998:15-27), dan teks akademik seringkali membutuh target pembaca
(Martin dan Veel, Eds., 1998:31).
Seperti yang telah dinyatakan di atas, teks akademik secara keseluruhan
digambarkan oleh: sifat-sifat baku, logis, lugas, dan objektif Namun demikian, definisi
teks akademik dengan ciri-ciri di atas belum memadai, karena sebuah teks yang
dikatakan tidak akademik sekalipun, dalam hal tertentu, menunjukkan ciri-ciri
akademik, dan sebaliknya, teks yang dikatakan akademik masih menampakkan ciri-ciri
nonakademik.
Jika demikian, sebuah teks (apa pun jenisnya) memiliki dua kualitas dalam
beberapa perspektif Melihat kenyataan ini, penting untuk mengkomunikasikan
pendekatan yang dapat memperjelas perbedaan antara teks akademik dan teks non-
akademik. Perbedaan antara teks akademik dan teks non-akademik tidak dipandang
sebagai pembeda di antara yang sangat kontras.

8
Hal yang penting dilihat dari kecenderungan kualitas yang terkandung dalam teks
Teks akademik berkaitan dengan teks tulis, dan teks non-akademik terkait dengan teks
lisan. Teks tulis bukanlah teks yang dimediakan oleh tulisan. Lagi pula, teks lisan
bukanlah teks yang diucapkan secara lisan. Misalnya, teks berita yang didengarkan di
radio merupakan teks karangan yang dimediakan secara lisan, dan naskah drama dalam
bentuk dialog adalah teks lisan yang dimediakan dengan tulisan. Sebuah teks biasanya
mengandung ciri-ciri lisan dan ciri-ciri tulis sekaligus.
Hal ini menyiratkan bahwa teks yang tergolong sebagai teks tulis, seperti artikel
ilmiah, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri lisan. Sebaliknya, diskusi
antara dua individu, yang jelas merupakan teks lisan, dalam hal tertentu juga pasti
mengandung ciri-ciri tulis Dengan demikian, seperti yang telah Anda teliti, perbedaan
antara keduanya jelas bukan perbedaan yang sangat kontras.

D.Tujuh Standar Tekstualitas


Dalam hubungan antara model dan penyusunan teks atau makalah yang disusun
untuk tujuan akademis, beberapa model diusulkan, termasuk Model Beaugrande dan
Dressler (1981), ia mengungkapkan bahwa wacana harus memenuhi tujuh pedoman
tekstualitas, yaitu kohesi, koherensi, intensionalitas, akseptabilitas, informativitas,
situasionalitas, dan intertekstualitas Sementara itu Rankema (1993:34) menamakan
ketujuh pedoman itu sebagai kaidah tekstualitas yang merupakan tanda- tanda prasyarat
Syarat pertama adalah kohesi, yang merupakan kelengkapan terkoordinasi dalam
wacana, baik lisan maupun tulisan Keterpaduan ini dibentuk melalui hubungan antara
pernyataan sebelumnya dan kemudian sesudahnya. Koherensi adalah keruntutan, baik
dalam pembicaraan yang diucapkan maupun yang ditulis. Koherensi dibangun
berdasarkan urutan pernyataan. Kedua istilah ini sering (dapat) diperlakukan dengan
cara yang sama karena keterpaduan juga meminta adanya kejelasan atau keruntutan.
Kepaduan dibangun berdasarkan unsur gramatikal dan leksikal (struktur paralel,
pronomina, pengulangn kata kunci, kata transisi).
Syarat kedua, koherensi yang berfungsi untuk mewujudkan kohesi. Untuk itu,
tingkat keterpaduan, yaitu kata ganti, substitusi (verbal, nominal, parsial) atau repetisi,
elipsi, konjungsi, dan leksikal. Dalam wacana, kohesi diwujudkan melalui fungsi

9
gramatikal dan leksikal sedangkan koherensi atau keruntutan dalam wacana dibangun
melalui relasi tindak ilokusi rangkaian hubungan kalimat dalam wacana, antara lain
hubungan kausal, hubungan hasil, hubungan tujuan, dan hubungan maksud Syarat
ketiga adalah intensionalitas, khususnya upaya untuk memajukan hasil wacana sehingga
tercapainya tujuan atau harapan pembicara (penulis) ketika berbicara atau mengatakan
(mengungkapkan perspektifnya). Upaya ini diselesaikan dengan membangun kehadiran
konstruksi dan semantik pada apa yang diharapkan oleh sikap pembicara. Di dalamnya
terdapat bagian-bagian karakter pembicara, karakter pende, pemikirangar, ide atau
peristiwa yang berhubungan dengan situasi coteks (komponen pendukung kohesi dan
koherensi), dan conteks (mengacu berbagai hal yang relevan dengan bentuk ujaran)
Beberapa situasi dapat menempatkan beberapa batas tepat waktu dan sumber daya
pemrosesan niat secara penuh direalisir oleh presentasi ujaran atau tuturan.
Syarat keempat, akseptabilitas, adalah pemerosesan niat dan tujuan dari pesan
tuturan (penulisan) sehingga sangat baik dapat diterima secara intelektual oleh audiens
atau penerima pesan. Oleh karena itu, hubungan keterikatan dan kejelasan antar teks
diciptakan sebagai komponen yang terhubung dengan komponen sintaksis, sedangkan
kohesi dan koherensi lebih terkait dengan makna semantik (Beaugrande dan Dressler,
1986 113-138). Syarat kelima, informativitas, yaitu segala sesuat yang menyangkut
kemunculan dari suatu teks yang diharapkan atau tidak diharapkan, diketahui atau tidak
diketahui (tidak pasti). Informativitas diciptakan dalam pandangan kesatuan,
keterpaduan, dan tekstualitas. Teori dari Shanon dan Weaver (1949) bergantung pada
probabilitas. Semakin tinggi jumlah alternatif yang mungkin semakin tinggi nilai
informasinya. Teknik perhitungan elektif diselesaikan dengan mempertimbangkan
semua suksesi material yang terjadi dan menghitung semua kejadian dimulai dengan
satu hal kemudian ke hal berikutnya. Hipotesis pada umumnya akan ditinggalkan dan
digantikan oleh ide-ide asumsi, teori, pengabaian, dan kegembiraan. Informativitas
berkonsentrasi pada produksi tiga derajat informatika, yaitu tingkat atas (upper degree),
tingkat coger, dan tingkat melewati keduanya. Syarat keenam, situasionalitas,
merupakan penggambaran keseluruhan dari berbagai elemen yang menghasilkan teks
yang relevan dengan keadaan terjadinya. Bukti yang dapat diperoleh dalam suatu
keadaan dimasukkan ke dalam model bersama dengan informasi dan asumsi

10
sebelumnya tentang bagaimana informasi asli diatur. Untuk itu, penggambaran
situasional memerlukan intervensi model situasional, memeriksa keadaan dalam rangka
persiapan yang tepat dan mendukung pilihan lain, memproyeksikan keinginan atau
tujuan kepada anggota, mengabaikan kebaikan anggota yang mengganggu tujuan
penelitian, mencegah pengabalan percepatan yang keterlaluan, memperluas komitmen
kontrol, dan manajemen situasi sesuai dengan tujuan teks Informasional dengan
dukungan situasional akan membawa keberhasilan penyampaian pesan.
Syarat ketujuh, intertekstualitas, melihat bagaimana wacana dibuat dan diterima
sesuai dengan pengetahuan partisipan terhadap teks Penggunaan informasi harus
dimungkinkan dengan perantaraan. Teks dapat diurutkan ke dalam genre yang lebih
khusus dengan tujuan yang khusus. Teks termasuk dalam kajian tipologi linguistik.
Linguistik konvensional dibentuk berdasarkan jenis bunyi dan bunyi bahasa. Dalam
etimologi saat ini, tipologi teks dibentuk oleh kalimat, paragraf, dan bab. Tipologi teks
berhubungan dengan tipologi kegiatan, keadaan pembicaraan, dan budaya. Intertekstual
terjadi pada potongan-potongan teks tertentu dengan teks yang berbeda, misalnya antar
bagian, antar bagian, dan lain-lain. Juga, intertekstualitas dihubungkan dengan berbagai
keadaan peristiwa yang memulai dan bereaksi terhadap peristiwa teks. Berkaitan dengan
proses tersebut, sebuah teks dapat memunculkan teks teks yang berbeda yang
dihubungkan dengan berbagai peristiwa dan situasi lain (politik, sosial, sosial, bisnis,
dan lain-lain).

11
BAB 111
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kesimpulan diatas, jadi teks sebagai bahan pembelajaran juga dapat dikatakan
konteks situasi berkenana dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat suata
registrasi di balik pengenalan teks, khususnya adanya sesuatu
(pesan,pikiran,gagasan,ide) yang akan disampaikan; sasaran atau pertisipan yang dituju
oleh pesan, pikiran, gagasan,ide; dan desain bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan atau menggabungkan pesan, pikiran,gagasan, ide.

B.SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan keritik yang bisa membangun dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
Agus Anwar. 2004. Resepsionis Hotel Jakarta: Gramedia Bagyono. 2003. Istilah istilah
Kantor Depan. Bandung: Alfabeta 2006. Teori dan Praktek Hotel Front Office
Bandung: Alfabeta. Endar
Sugiarto 1998 Operasional Kantor Depan Hotel Jakarta: Gramedia. 2002. Psikologi
Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia. Oka
A.Yoeti. 1999. Psikologi Pelayanan Wisata Jakarta: Gramedia
Richard Sihite. 2000. Front Office. Surabaya: SIC. (Diadaptasi dan dimodifikasi dari
Widodo, 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai