0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan40 halaman

Skripsi Surahmi H0320015 Organized (1)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 40

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA


DI SMA NEGERI 1 PAMBOANG

OLEH :
SURAHMI
H0320015

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk


mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2024
ABSTRAK

SURAHMI: Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1


Pamboang. Skripsi. Majene: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sulawesi Barat, 2024.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang memberikan kebebasan kepada


sekolah, guru dan peserta didik untuk belajar secara mandiri, kreatif dan
berinovasi. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
angket, wawancara dan observasi. Untuk teknik analisis data yang digunakan
terdiri dari 4 langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penerapan
kurikulum merdeka pada sekolah penggerak terdiri dari 3 tahap dimulai dari tahap
perencanaan yang terdiri dari pembuatan modul ajar, instrumen asesmen dan
modul P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Setelah itu tahap
pelaksanaan dimulai dari pembelajaran intrakurikuler dengan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi (diferensiasi konten, proses dan produk) dan
kegiatan pembelajaran P5. Tahap terakhir yaitu tahap penilaian atau evaluasi yang
terdiri dari 3 asesmen yaitu asesmen diagnostik (kognitif dan non-kognitif),
asesmen formatif dan asesmen sumatif. Berdasarkan analisis penerapan kurikulum
merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang terdapat beberapa hambatan yang
ditemukan. Hambatan tersebut tentunya sudah mendapatkan solusi dari kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan para guru SMA Negeri 1 Pamboang.

Kata kunci: analisis, penerapan, kurikulum merdeka

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran yang diharapkan mampu
membentuk manusia yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dapat terintegrasi secara menyeluruh. Pada dasarnya pendidikan tidak akan bisa
terlaksana jika tidak menggunakan kurikulum. Jadi, kurikulum adalah
sekumpulan rencana dan pengaturan yang di dalamnya telah memuat tujuan, isi
dan juga bahan pelajaran serta cara yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
menyelenggarakan sebuah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai
tujuan dari pendidikan nasional (Angga et al., 2022). Kurikulum menjadi bagian
penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, tidak akan ada proses
pembelajaran tanpa adanya kurikulum.
Di Indonesia pengimplementasian kurikulum telah mengalami berbagai
perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya
karena kurikulum disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta perkembangan zaman. Perubahan ini terjadi mulai dari
tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun
1994, tahun 1999, tahun 2004, tahun 2006, tahun 2013, dan tahun 2018 (Ritonga
& Tambak, 2023). Pada tahun ini kurikulum yang mulai ditetapkan yaitu
kurikulum merdeka. Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi) menetapkan kurikulum ini dengan tujuan agar kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) dapat meningkat melalui empat kebijakan dengan
nama program “Merdeka Belajar”.
Merdeka belajar yaitu adanya kebebasan dalam belajar yakni memberikan
suatu kebebasan kepada sekolah dan seluruh peserta didik untuk belajar secara
mandiri dan lebih kreatif (Miladiah et al., 2023). Kebebasan ini dimulai dari guru
sebagai penggerak. Jadi, seorang guru harus mampu menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik dapat merasa tenang, santai,
bahagia dan tanpa tekanan. Guru dan peserta didik tidak lagi mengacu pada nilai

1
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) karena nilai KKM digantikan dengan KKTP
(Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran).
Terbentuknya kurikulum merdeka merupakan hasil dari evaluasi
kurikulum sebelumnya pada kurikulum 2013. Implementasi kurikulum ini untuk
mendukung peningkatan proses pembelajaran setelah membentuk peserta didik
yang memiliki profil pelajar Pancasila dalam pembentukan karakter peserta didik
(Susanti et al., 2023). Kurikulum merdeka dilaksanakan berdasarkan rencana yang
diharapkan yaitu dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pengetahuan
yang kompleks.
Salah satu program yang terdapat di dalam kebijakan merdeka belajar
adalah program sekolah penggerak. Program sekolah penggerak merupakan upaya
yang dilakukan oleh Kemendikbudristek agar tujuan dari pendidikan Indonesia
dapat terwujud (Satriawan, 2021). Dengan adanya program ini maka Indonesia
akan lebih maju, mandiri dan berkepribadian Pancasila dengan memfasilitasi tiap
sekolah untuk menciptakan generasi pembelajaran sepanjang hayat yang
berkepribadian sebagai pelajar Pancasila.
Pelajar Pancasila merupakan wujud dari pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
(Sulastri et al., 2022). Terdapat enam profil pelajar Pancasila yang harus dimiliki
oleh generasi Indonesia yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif. Diharapkan dengan adanya program sekolah penggerak tujuan
pendidikan Indonesia dapat tercapai.
Sekolah yang telah dinyatakan lolos PSP (Program Sekolah Penggerak)
dan program sekolah menengah kejuruan pusat keunggulan wajib menggunakan
kurikulum merdeka. Kemendikbudristek telah memberikan kebebasan kepada
satuan pendidikan untuk melaksanakan kurikulum merdeka di masing-masing
lembaga (Rizka & Pamungkas, 2023). Pengimplementasian kurikulum merdeka di
lembaga pendidikan dibagi menjadi tiga kategori pilihan yaitu mandiri belajar,
mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Daerah Provinsi Sulawesi Barat khususnya di Kabupaten Majene pada
tahun 2022, telah terdapat dua SMA (Sekolah Menengah Atas) yang ditetapkan
2
sebagai sekolah penggerak. Adapun sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah
penggerak yaitu SMA Negeri 1 Pamboang dan SMA Negeri 2 Majene.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti bersama kepala
sekolah dan salah satu guru biologi di SMA Negeri 1 Pamboang pada tanggal 17
februari 2023, terdapat permasalahan pada saat mulai menerapkan kurikulum
merdeka. Melalui kegiatan observasi proses pembelajaran di dalam kelas, peserta
didik terlihat kurang bersaing dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat
dari keaktifan peserta didik. Ada peserta didik yang sangat antusias dalam proses
pembelajaran dan terlihat aktif dan ada juga peserta didik yang terlihat kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Bukan hanya itu, minat belajar dari peserta didik
juga tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru membelajarkan peserta didik secara berkelompok dengan
menyesuaikan proses pembelajaran terhadap kondisi peserta didik. Melalui
kegiatan wawancara, adapun permasalahan yang dirasakan yaitu guru merasa
peserta didik memang kurang termotivasi untuk bersaing dalam belajar karena
peserta didik bebas mempelajari materi sesuai minat dan kemampuan mereka
tanpa merujuk pada nilai KKM. Guru juga mengalami kebingungan dengan
kurikulum merdeka karena terdapat banyak perubahan yang didapatkan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013.
Adapun perubahan yang ditemukan dari kurikulum sebelumnya yaitu KI
(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) diubah menjadi CP (Capaian
Pembelajaran), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) diubah menjadi Modul
Ajar, KKM diubah menjadi KKTP, materi pengajaran lebih ringkas dan esensial,
dan adanya kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang
dilakukan setiap bulan selama 3 minggu.
Pada kurikulum merdeka ini guru sebagai fasilitator bagi peserta didik
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru di SMA
Negeri 1 Pamboang untuk beradaptasi dan mencegah kesulitan yang dialami yaitu
guru melakukan Bimtek (Bimbingan Teknis) selama 10 hari. Guru juga
melakukan lokakarya untuk memecahkan masalah kemudian mencari solusinya
dan guru juga melakukan kegiatan diseminasi serta melakukan pertemuan tiap

3
bulan selama 1 kali untuk membahas mengenai kurikulum merdeka agar proses
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang dan hasil observasi yang telah dipaparkan di
atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “Analisis
Penerapan Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang” karena pada tahun
2024 Kemendikbudristek akan menetapkan kurikulum merdeka menjadi
Kurikulum Nasional. Oleh karena itu, peneliti akan mengidentifikasi dan
memperoleh informasi mengenai penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang sehingga melalui skripsi ini peneliti akan memaparkan dan
memberikan bayangan mengenai penerapan kurikulum merdeka. Dengan adanya
penelitian ini, maka nantinya para guru yang ada di Majene yang sekolahnya
belum ditetapkan sebagai sekolah penggerak tidak kesulitan lagi dalam
menerapkan kurikulum merdeka.

B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adanya perubahan dan penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) melalui empat kebijakan pendidikan
dengan nama program “Merdeka Belajar”.
2. Kurikulum merdeka akan ditetapkan sebagai kurikulum nasional pada tahun
2024. Oleh karena itu, setiap guru harus benar-benar paham dengan kurikulum
merdeka.
3. Sekolah penggerak wajib menggunakan kurikulum merdeka, sehingga guru
harus mengetahui bagaimana penerapan kurikulum merdeka yang baik
sedangkan guru masih kebingungan dengan kurikulum merdeka.
4. Guru masih merasa kesulitan dalam menerapkan kurikulum merdeka karena
terdapat banyak perubahan yang ditemukan dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 2013.
5. Minat belajar setiap peserta didik berbeda-beda sehingga guru harus memiliki
kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.

4
6. Kurangnya motivasi peserta didik untuk bersaing dalam belajar karena di
dalam kurikulum merdeka peserta didik bebas mempelajari materi sesuai
dengan minat dan kemampuannya.

C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang dapat diuraikan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Perencanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang
serta hambatannya.
2. Pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang
serta hambatannya.
3. Penilaian atau evaluasi implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang serta hambatannya.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis perencanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA
Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.
2. Untuk menganalisis pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA
Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.
3. Untuk menganalisis penilaian atau evaluasi implementasi kurikulum merdeka
di SMA Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan
mengenai penerapan kurikulum merdeka.
b. Dapat dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan penerapan kurikulum merdeka.

5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
sekaligus masukan bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum merdeka.
b. Bagi kepala sekolah diharapkan penelitian ini menjadi informasi agar proses
penerapan kurikulum merdeka di satuan pendidikan berjalan dengan baik
sesuai apa yang diharapkan.
c. Bagi guru diharapkan penelitian ini menjadi informasi agar proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif melalui kurikulum merdeka.
d. Bagi peserta didik diharapkan penelitian ini menjadi bahan pengetahuan
agar peserta didik lebih bebas untuk mengeksplor minat dan kemampuannya
di dalam kurikulum merdeka.
e. Bagi penulis diharapkan ilmu yang diperoleh dari penelitian ini mampu
diterapkan di dunia pendidikan sehingga berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan mengenai kurikulum merdeka.

F. Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Berlian, U. C., Solekah, S., & Rahayu, P (2022)
yang berjudul “Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kurikulum
merdeka di SDN 244 Guruminda Bandung sudah berjalan dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dan
penilaian dengan asesmen diagnostik serta asesmen formatif dan sumatif.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya teliti adalah
sama-sama melakukan penelitian terhadap implementasi kurikulum
merdeka.
b. Perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu penelitian dilakukan di SD
(Sekolah Dasar) sedangkan penelitian saya dilaksanakan di SMA (Sekolah
Menengah Atas) dan penelitian terdahulu menggunakan dua instrumen yaitu
wawancara dan observasi sedangkan penelitian saya menggunakan tiga
instrumen yaitu kuesioner (angket), wawancara dan observasi.

6
2. Penelitian yang dilakukan oleh Miladiah, S. S., Sugandi, N., & Sulastri, R
(2023) yang berjudul “Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka di SMP Bina
Taruna Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMP
Bina Taruna Kabupaten Bandung telah melaksanakan kurikulum merdeka
dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala namun seluruh pendidik
berusaha menerapkan kurikulum merdeka semaksimal mungkin.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu sama-sama
melakukan penelitian mengenai penerapan kurikulum merdeka dengan
pendekatan deskriptif kualitatif.
b. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu penelitian
terdahulu hanya melihat perencanaan dan pelaksanaan kurikulum merdeka
sedangkan penelitian saya melihat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum merdeka.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S.,
Hermawan, A. H., & Prihantini (2022) yang berjudul “Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan mengimplementasikan kurikulum merdeka guru
lebih fleksibel dalam berkreasi dalam kegiatan mengajar semaksimal mungkin.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya adalah sama-
sama menggunakan deskriptif kualitatif.
b. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu menggunakan dua instrumen
penelitian yaitu wawancara dan observasi sedangkan penelitian saya
menggunakan tiga instrumen yaitu kuesioner, wawancara dan observasi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, R. S. I., & Mudrikah (2023) yang
berjudul “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Penggerak
di SDN 1 Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi kurikulum merdeka menjadikan guru dan
peserta didik memiliki kebebasan ruang dan gerak untuk meningkatkan
kemampuan, minat dan keterampilan sesuai dengan bakat masing-masing.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya teliti adalah
sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

7
b. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu dilaksanakan dengan cara daring
serta luring sedangkan penelitian saya hanya dilakukan secara luring.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, N., Muspawi, M., &
Aprillitzavivayarti (2023) yang berjudul “Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar di Sekolah Penggerak”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka di sekolah penggerak terdiri dari
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta terdapat
berbagai hambatan dari implementasi kurikulum merdeka.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif.
b. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu subjek pada
penelitian terdahulu yaitu menggunakan ketua IKM, ketua projek dan
peserta didik sedangkan penelitian saya menggunakan subjek kepala
sekolah, wakasek kurikulum dan seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Kurikulum Merdeka
Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi) memberikan sebuah tawaran untuk mengubah sistem pendidikan
dengan melakukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan nama
program “Merdeka Belajar” untuk menyongsong pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman pada saat ini (Anwar et al., 2022). Merdeka belajar adalah
kebijakan yang dikeluarkan dalam mengembalikan hakikat pendidikan. Konsep
dari merdeka belajar yaitu untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional
kepada hakikat undang-undang tentang memberikan kemerdekaan kepada sekolah
mengasosiasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka. Merdeka
belajar yang dimaksud adalah merdeka dalam berpikir, dalam berkarya, dan
menghormati (Indriani et al., 2023).
Kurikulum merdeka belajar menuntut kemandirian peserta didik.
Kemandirian ini memiliki arti bahwa setiap peserta didik memiliki kebebasan
dalam mengakses atau menggunakan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan
formal maupun nonformal. Jadi konsep kurikulum merdeka adalah adanya
kemerdekaan dalam berpikir. Gurulah yang menentukan kemerdekan dalam
berpikir ini karena guru adalah tonggak utama untuk menunjang keberhasilan
dalam pendidikan (Manalu et al., 2022).
Kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum dengan pembelajaran
yang bervariasi. Kurikulum merdeka identik dengan bakat dan minat yang
dimiliki oleh seseorang dalam belajar. Di dalam kurikulum merdeka tenaga
pendidik dan peserta didik diberi kemerdekaan, kebebasan dan bersenang hati
dalam menggali ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan serta membentuk
karakter diri dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat (Darlis et al., 2022).
Merdeka belajar adalah program dari Kemendikbudristek yang bertujuan agar
pendidikan di Indonesia lebih bermakna. Adanya kurikulum merdeka ini
merupakan langkah untuk menjadikan dan mewujudkan peserta didik yang
9
memiliki kualitas yang unggul di Indonesia dengan memiliki karakter sesuai
dengan profil pelajar Pancasila (Firdaus et al., 2022).
Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang memberikan kebebasan
kepada sekolah, guru, dan peserta didik untuk belajar secara mandiri, kreatif dan
inovatif. Pada kurikulum merdeka ini, guru sebagai fasilitator bagi peserta didik.
Oleh karena itu, guru harus menciptakan suasana belajar menyenangkan sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam belajar tanpa ada rasa tertekan dan terpaksa
dalam proses pembelajaran.

2. Karakteristik Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka tentu memiliki karakteristik tersendiri. Menurut
Inayati et al. (2022), adapun karakteristik kurikulum merdeka yang dikutip dari
kurikulum.kemdikbud.go.id sebagai berikut:
a. Mencetak profil pelajar Pancasila dengan cara menciptakan pembelajaran
proyek yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan karakter
peserta didik.
b. Memfokuskan pada materi esensial atau materi pokok sehingga materi dasar
tentang literasi dan numerasi mendapat kompetensi mendalam.
c. Pembelajaran lebih mudah dan cepat melalui pembelajaran berdiferensiasi
sesuai dengan konteks dalam muatan lokal dan sesuai kemampuan didik.
Karakteristik utama kurikulum merdeka yang dapat mendukung
pemulihan pembelajaran menurut Hattarina et al. (2022), sebagai berikut:
a. Pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) dengan tujuan untuk
meningkatkan soft skiil dan juga karakter peserta didik yang sesuai dengan
enam dimensi profil pelajar Pancasila.
b. Pembelajaran lebih fokus pada materi esensial karena dengan begitu maka
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi akan lebih memiliki waktu
yang cukup sehingga proses pembelajaran lebih mendalam.
c. Guru memiliki kemampuan dan kebebasan dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan
selalu menyesuaikan dengan konteks maupun muatan lokal.

10
Selain itu kurikulum merdeka juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Struktur Kurikulum
Proses pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian atau
struktur kurikulum, CP (Capaian Pembelajaran), prinsip pembelajaran dan
asesmen pembelajaran harus mengacu pada PPP (Profil Pelajar Pancasila).
Pemerintah telah menyediakan tujuh tema yang dapat dikembangkan topiknya
dalam kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yaitu 1) Bangunlah
Jiwa dan Raganya, 2) Berekayasa dan Berteknologi Dalam Membangun NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia), 3) Bhinneka Tunggal Ika, 4) Kearifan
Lokal, 5) Gaya Hidup Berkelanjutan, 6) Suara Demokrasi dan 7) Kewirausahaan.
Jadi, untuk tiap sekolah diberikan suatu kebebasan untuk mengembangkan
program kerja mereka. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kompetensi
yang dimiliki oleh peserta didik dapat berkembang dan program yang disesuaikan
dengan visi dan misi di sekolah masing-masing.
Struktur kurikulum merdeka terdiri dari tujuh fase. Adapun penjelasan tiap
fase pada struktur kurikulum merdeka menurut Safira et al. (2023), sebagai
berikut:
a. Fase A merupakan fase pada jenjang SD untuk kelas I dan II yang mencakup
pengenalan topik pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan konteksnya. Adapun
tujuan dari fase A yaitu untuk membangun fondasi atau kesiapan yang kuat
bagi peserta didik sebelum memasuki materi yang lebih mendalam.
b. Fase B merupakan fase SD untuk kelas III dan IV yang mencakup eksplorasi
dan pengumpulan informasi tentang suatu topik pembelajaran. Jadi, pada fase
ini peserta didik dihimbau untuk mengeksplorasi konsep baru, membaca
materi, dan melakukan observasi atau melakukan penelitian. Fase ini bertujuan
agar peserta didik mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
topik yang dipelajari.
c. Fase C merupakan fase pada jenjang SD kelas V dan VI yang mencakup
pemahaman konsep. Jadi, peserta didik mengelompokkan dan menghubungkan
informasi yang telah dikumpulkan selama fase B. Peserta didik diharapkan
mampu membangun pemahaman yang kuat mengenai konsep-konsep kunci
dan hubungannya dengan konteks yang relevan.
11
d. Fase D merupakan fase pada jenjang SMP. Fase ini adalah fase aplikasi atau
penerapan. Jadi, pada fase ini peserta didik diberikan kesempatan dalam
menerapkan ilmu pengetahun dan juga keterampilan yang telah mereka peroleh
dari pelajaran yang telah mereka pelajari. Mereka dapat melakukan kegiatan
latihan, proyek bahkan simulasi dengan tujuan untuk mengaplikasikan konsep-
konsep dalam situasi yang nyata.
e. Fase E merupakan fase pada jenjang SMA untuk kelas X yang mencakup
penilaian pembelajaran. Jadi, peserta didik diberikan penilaian sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Kegiatan penilaian ini dapat
dilaksanakan melalui pemberian tes, tugas dan proyek.
f. Fase F merupakan fase pada jenjang SMA untuk kelas XI dan XII yang
meliputi refleksi pembelajaran. Jadi, peserta didik dan menganalisis apa yang
telah dipelajari, kesulitan yang dihadapi pada proses pembelajaran, dan cara-
cara untuk meningkatkan pembelajaran di masa depan. Refleksi ini bertujuan
untuk membantu peserta didik agar mereka memiliki pemahaman yang lebih
kuat untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi pembelajaran ke depan.
Ada empat kebijakan di dalam kurikulum merdeka yaitu 1) Kegiatan
USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) telah menjadi kewenangan pihak
sekolah, 2) Kegiatan UN (Ujian Nasional) akan digantikan dengan AKM
(Asesmen Kompetensi Minimum) dan survey karakter, 4) Adanya
penyederhanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan 5) Menggunakan
sistem zonasi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Implementasi kurikulum
merdeka memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya
yaitu peserta didik tidak akan merasa tertekan begitupun dengan guru bahwa
peserta didik harus bisa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sedangkan
dampak negatifnya yaitu kurangnya motivasi pada diri peserta didik untuk
bersaing dalam proses pembelajaran.
b. CP (Capaian Pembelajaran)
KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) pada kurikulum 2013
adalah kompetensi yang diwajibkan harus dicapai oleh peserta didik setelah
melewati semua proses pembelajaran. Namun istilah KI dan KD digantikan
dengan CP pada kurikulum merdeka. CP merupakan kompetensi pembelajaran
12
yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap fase. Oleh karena itu, ketika
guru mengembangkan asesmen pembelajaran maka harus mengacu pada CP.
c. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pada kurikulum merdeka pendekatan tematik telah dilaksanakan pada
jenjang pendidikan lainnya. Padahal selama ini pelaksanaan pendekatan tematik
hanya dilaksanakan di SD (Sekolah Dasar). Untuk jenjang SD kelas IV, V, dan VI
tidak diharuskan menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran pada tingkat ini
dapat dilaksanakan oleh sekolah dan harus berbasis pada mata pelajaran.
d. Jumlah Jam Pelajaran
Jumlah jam pada kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka memiliki
perbedaan yaitu pada kurikulum 2013 jumlah jam pembelajaran ditetapkan per
minggu sedangkan pada kurikulum merdeka jumlah jam pelajaran ditetapkan per
tahun. Pada kurikulum merdeka ini sekolah memiliki kemudahan dalam mengatur
jam pelajaran karena pada kurikulum merdeka ini suatu mata pelajaran di
semester ganjil dapat diajarkan di semester genap dapat pula sebaliknya.
Contohnya pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di kelas VIII
hanya diajarkan pada semester ganjil. Hal tersebut diperbolehkan sepanjang jam
pelajaran per tahunnya terpenuhi.
e. Model Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif antar mata pelajaran dapat diterapkan oleh setiap
sekolah pada kurikulum merdeka. Bukan hanya itu, guru juga dapat membuat
asesmen melalui lintas mata pelajaran. Guru dapat menyusun asesmen sumatif
berbasis penilaian proyek. Untuk sekolah SD hanya dua kali dalam setahun
melaksanakan penilaian proyek sedangkan untuk sekolah SMP, SMA/SMK dapat
melaksanakan penilaian proyek sebanyak tiga kali selama satu tahun. Hal ini
bertujuan agar peserta didik memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar
Pancasila. setiap sekolah diberikan kebebasan untuk menerapkan model
pembelajaran kolaboratif.
f. Pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Mata pelajaran TIK yang telah dihilangkan pada kurikulum 2013
dimunculkan kembali pada kurikulum merdeka namun berganti nama yaitu
pelajaran informatika. Mata pelajaran ini diajarkan mulai pada jenjang SMP. Jika
13
terdapat sekolah yang belum memiliki guru informatika maka sekolah dapat
menugaskan guru memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan dalam mengajar
mata pelajaran informatika. Kemendikbudristek telah mempersiapkan bahan ajar
dalam bentuk buku yang didalamnya telah memuat materi tentang pelajaran
informatika yang tentunya akan mudah dipahami oleh guru maupun peserta didik.
g. Mata Pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam Sosial)
Dalam kurikulum merdeka mata pelajaran IPA dan IPS diajarkan secara
bersamaan dengan nama IPAS. Adapun tujuan dari hal tersebut yaitu diharapkan
peserta didik nantinya memiliki kesiapan yang lebih banyak untuk mengikuti
pembelajaran IPA dan IPS yang terpisah pada jenjang SMP. Sedangkan pada
jenjang SMA mata pelajaran IPA dan IPS kembali diajarkan di kelas XI dan XII
namun sebagai peminatan atau penjurusan. Bukan hanya itu, terdapat pula mata
pelajaran Bahasa sebagai peminatan.
Adapun karakteristik utama dari kurikulum merdeka dalam mendukung
proses pemulihan pembelajaran menurut Wiguna & Tristaningrat, (2022) sebagai
berikut:
a. Pembelajaran berbasis projek dalam mengembangkan soft skils dan karakter
peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
b. Memfokuskan materi esensial sehingga menghasilkan waktu yang cukup untuk
proses pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar.
c. Fleksibel bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran yang terdiferensiasi
sesuai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan menyesuaikan dengan
konteks dan juga muatan lokal.

3. Tujuan Kurikulum Merdeka


Tujuan kebijakan merdeka belajar yaitu meningkatkan kompetensi lulusan
baik itu soft skills maupun hard skills, menyiapkan lulusan yang lebih relevan dan
sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini yang memiliki keunggulan dan
kepribadian yang baik (Amiruddin et al., 2022). Kurikulum Merdeka tentunya
memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan suasana pendidikan yang lebih
menyenangkan agar peserta didik dan guru tidak merasa tertekan dalam proses
pembelajaran (Pratycia et al., 2023).
14
Penerapan kurikulum merdeka tidak langsung terjadi begitu saja. Hal
tersebut dilihat dari keadaan sekolah dari aspek guru, tenaga pendidik, sarana, dan
prasarana apakah sudah siap atau belum siap (Panginan & Susianti, 2022).
Implementasi kurikulum merdeka menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh
Kemendikbudristek untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sesuai
dengan kebutuhan zaman sekarang ini. Peserta didik tidak hanya dituntut menjadi
manusia yang cerdas melainkan di dalam kurikulum merdeka ini peserta didik
diharapkan dapat menjadi manusia yang memiliki sifat dan karakter yang sesuai
dengan nilai Pancasila, sehingga profil Pancasila menjadi tujuan akhir dari
kurikulum merdeka (Bahria et al., 2023). Terdapat enam profil pelajar Pancasila
yang harapkan mampu dimiliki oleh generasi Indonesia yaitu sebagai berikut :
a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
Peserta didik yang memiliki karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia memiliki arti pelajar Pancasila yang
beragama dan memiliki akhlak yang mulia sesuai dengan nilai-nilai agama dan
norma kehidupan. Adapun elemen kunci dari dimensi ini yaitu akhlak beragama,
akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, kepada alam, dan akhlak bernegara.
b. Berkebhinekaan Global
Berkebhinekaan global artinya pelajar Indonesia yang selalu
mempertahankan dan menjaga budaya luhur, lokalitas dan identitasnya pada era
globalisasi pada saat sekarang ini serta selalu berpikir positif pada saat
berinteraksi dengan budaya lain agar terdapat rasa saling menghormati dan
menghargai dan memungkinkan adanya budaya baru yang terbentuk yang
didalamnya memuat nilai positif yang tidak bertolak belakang terhadap budaya
bangsa Indonesia. Adapun elemen kunci dari dimensi ini yaitu mengenal dan
menghargai budaya, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi intercultural dan
refleksi serta bertanggung jawab terhadap pengalaman berkebinekaan.
c. Gotong Royong
Gotong royong menjadi salah satu sifat atau karakter yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pelajar Indonesia harus memiliki kemampuan
dalam bergotong royong yaitu kemampuan dalam melakukan kegiatan secara
bersama-sama tanpa pamrih dengan melakukannya secara sukarela sehingga
15
kegiatan yang dilakukan berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.Adapun
elemen kunci dari dimensi ini yaitu kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
d. Mandiri
Mandiri artinya manusia yang memiliki kemampuan dalam melakukan
tanggung jawab atas perilaku serta hasil belajarnya sendiri. Pelajar Indonesia
harus menjadi pelajar yang mandiri yaitu pelajar yang menanamkan rasa tanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Adapun elemen kunci dari dimensi ini
yaitu memiliki kesadaran atas diri dan situasi yang sedang dihadapi.
e. Bernalar Kritis
Untuk menghadapi era globalisasi saat ini, setiap pelajar Indonesia harus
memiliki kemampuan dalam bernalar kritis dengan baik. Pelajar Indonesia yang
memiliki kemampuan dalam bernalar secara kritis akan mampu memproses
informasi dengan baik entah itu secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Adapun elemen kunci dari dimensi ini yaitu memperoleh dan informasi dan
gagasan, melakukan analisis dan evaluasi terhadap penalaran, merefleksi proses
berpikir dalam mengambil suatu keputusan.
f. Kreatif
Pelajar Indonesia harus memiliki kemampuan kreativitas yang tinggi.
Kreatif adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menciptakan
sesuatu yang baru. Peserta didik yang memiliki kreativitas yang tinggi akan
mampu mengubah dan memodifikasi sesuatu sehingga akan menghasilkan suatu
hal yang memiliki manfaat, makna dan berdampak baik. Adapun elemen kunci
dari dimensi kreatif yaitu mampu menghasilkan gagasan yang orisional dan
mampu menghasilkan suatu karya dan tindakan yang orisional serta memiliki
keluwesan berpikir untuk menghasilkan solusi dari suatu permasalahan.
Terbentuknya kurikulum merdeka tentu memiliki tujuan. Menurut Darlis
et al. (2022), adapun tujuan dari kurikulum merdeka belajar sebagai berikut:
a. Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Tujuan dari kurikulum mandiri yaitu untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Kurikulum ini termasuk kurikulum
sederhana dan fleksibel untuk pembelajaran yang lebih dalam. Kurikulum mandiri
dalam tahapannya memfokuskan pada materi esensial dan pengembangan
16
keterampilan peserta didik. Kurikulum ini diharapkan mampu membantu peserta
didik dalam megembangkan keterampilanyang mereka miliki. Hal ini merupakan
keuntungan yang sangat jelas ketika kurikulum ini lebih menekankan pada
kebebasan peserta didik. Guru juga diberi kebebasan dalam berkreasi dan
berinovasi. Kurikulum ini juga memudahkan guru dalam merekrut peserta didik.
b. Pembelajaran yang Lebih Menyenangkan
Kurikulum merdeka juga bertujuan menciptakan pendidikan yang lebih
menyenangkan bagi guru dan juga peserta didik. Sebelumnya pendidikan di
Indonesia lebih menekankan kepada aspek pengetahuan. Sekarang ini pendidikan
melalui kurikulum merdeka ingin menekankan pendidikan pada pengembangan
aspek keterampilan dan karakter sesuai nilai-nilai bangsa Indonesia.
c. Merespon Kebutuhan Sistem Pendidikan
Pada masa ini revolusi industri pendidikan adalah 4.0 maka dengan adanya
hal tersebut Kemendikbudristek meresmikan yang namanya kurikulum merdeka
untuk menjawab semua tantangan yang ada pada masa sebelumnya.

4. IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka)


Terdapat tiga IKM dalam pengimplementasian kurikulum merdeka.
Menurut Inayati et al. (2022), adapun IKM tersebut sebagai berikut:
a. Mandiri Belajar yaitu suatu sekolah tetap menggunakan kurikulum
sebelumnya yaitu K-13 yang telah disederhanakan yang di dalamnya
mencakup bagian prinsip kurikulum merdeka.
b. Mandiri Berubah yaitu pada tahun ajaran 2022/2023 sekolah telah telah mulai
menggunakan kurikulum merdeka dengan mengacu pada berbagai perangkat
ajar yang telah disiapkan di dalam PMM (Platform Merdeka Mengajar) sesuai
dengan jenjang pendidikan.
c. Mandiri Berbagi yaitu sekolah menerapkan kurikulum merdeka mulai tahun
ajaran 2022/2023 namun beberapa perangkat ajar dikembangkan sendiri yaitu
pada jenjang jenjang PAUD, SD/MI (kelas I dan IV), SMP/MTs (kelas VII)
dan SMA/MA (kelas X).
Berdasarkan hasil evaluasi sekolah terdapat tiga kriteria IKM. Menurut
Soedjono et al. (2023), adapun ketiga kriteria tersebut sebagai berikut:
17
a. Mandiri belajar, yaitu sekolah telah menerapkan pembelajaran paradigma baru
namun masih menggunakan kurikulum 2013.
b. Mandiri berubah, yaitu sekolah telah menerapkan kurikulum merdeka dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan oleh pemerintah.
c. Mandiri berbagi, yaitu sekolah menerapkan kurikulum merdeka dan paradigma
baru secara mandiri dan berbagi pengalaman baik hasil menjalankan keduanya
kepada sekolah-sekolah lain.
Sekolah diberi kesempatan memilih level IKM. Menurut Armadani et al.
(2023), adapun ketiga level tersebut sebagai berikut:
a. IKM level 1 yaitu mandiri belajar, pada level ini sekolah telah menerapkan
prinsip-prinsip dasar kurikulum merdeka dan tidak merubah kurikulum artinya
sekolah tetap menerapkan kurikulum 2013 namun prinsip-prinsip dari
kurikulum merdeka telah diterapkan pada kurikulum 2013.
b. IKM level 2 yaitu mandiri berubah, pada level ini sekolah telah menerapkan
kurikulum merdeka secara utuh mulai dari prinsip maupun konten dari
kurikulum merdeka secara mandiri. Artinya sekolah telah siap secara mandiri
menerapkan kurikulum merdeka.
c. IKM level 3 yaitu mandiri berbagi, pada level ini sekolah telah telah mapan
melaksanakan kurikulum merdeka belajar dan dapat berbagi sekolah lain.

5. Prinsip Perancangan Kurikulum Merdeka


Proses perancangan kurikulum merdeka tentunya memiliki prinsip.
Menurut Indrayana et al. (2022), adapun prinsip yang menjadi pegangan dalam
proses perancangan kurikulum merdeka yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip Sederhana, Mudah dipahami dan diimplementasikan
Sederhana dalam artian bahwa rancangan dalam suatu kurikulum harus
mudah untuk dipahami dan diimplementasikan. Agar rancangan kurikulum mudah
untuk dipahami bagi pendidik maka perubahan yang terjadi dalam rancangan
kurikulum tersebut dibuat tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Namun
jika perubahannya terlalu besar, maka perlu disederhanakan dengan memberikan
dukungan implementasi yang bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu
besar bagi pendidik.
18
b. Prinsip Fokus pada Konsistensi dan Karakter Semua Peserta Didik
Fokus artinya memusatkan suatu perhatian pada materi pelajaran yang
jumlahnya lebih sedikit sehingga diharapkan proses pembelajaran lebih mendalam
dan berkualitas. Adapun poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini yaitu
mengurangi materi, peserta didik menjadi pusat pembelajaran, kompetensi
minimum, penguatan literasi dan numerasi menjadi tujuan yang diharapkan
mampu dicapai oleh semua peserta didik.
c. Prinsip Fleksibel
Fleksibel pada umumnya berhubungan dengan kemerdekaan atau
kebebasan dalam mengatur dan mengendalikan proses pembelajaran oleh seorang
guru maupun peserta didik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan telah tercantum di dalamnya amanat yang
sesuai dengan hal tersebut. Bukan hanya itu, terdapat pula pernyataan pada pasal
37 yang menyatakan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum ditetapkan
oleh Kemendikbudristek, sedangkan sekolah memiliki kewenangan dalam
melakukan pengembangan terhadap kurikulum. Dengan adanya prinsip fleksibel,
maka satuan pendidik akan merasa leluasa untuk beradaptasi, menambah materi
pelajaran, serta budaya dan kearifan lokal. Prinsip fleksibel ini bertujuan agar
kurikulum yang peserta didik pelajari selalu sesuai dengan dinamika lingkungan
serta gaya belajar, kebutuhan belajar dan minat belajar dari peserta didik.
d. Prinsip Selaras
Prinsip keselarasan berkaitan dengan tiga komponen yaitu 1) Keselarasan
antara kurikulum, proses belajar dan penilaian atau asesmen, 2) Keselarasan
antara sistem tata kelola dengan kurikulum dan kompetensi yang dimiliki oleh
seorang guru, 3) Keselarasan terhadap kebijakan yang berhubungan dengan
pembelajaran individu.
e. Prinsip bergotong royong
Proses perancangan kurikulum adalah suatu proses yang kompleks dan
bukan hanya proses ilmiah melainkan juga politik. Sehingga dalam perancangan
kurikulum perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk pendidik
dan peserta didik. Perancangan kurikulum merdeka dilakukan dengan melibatkan
puluhan institusi seperti kementrian agama, universitas, sekolah dan lembaga
19
pendidikan lainnya. Bukan hanya di pusat yang melibatkan berbagai pihak
melainkan pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan juga
melibatkan orang tua, peserta didik dan masyarakat. Pelibatan peserta didik dan
masyarakat memang diharuskan karena dapat menguatkan profil pelajar Pancasila
yang menjadi bagian dari struktur kurikulum merdeka.
f. Prinsip Memperhatikan Hasil Kajian dan Umpan Balik
Kurikulum dirancang dengan berbasis pada data-data yang telah sah
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Dengan adanya evaluasi
kurikulum maka akan memperoleh informasi mengenai kebermanfaatan dan
keterbacaan dokumen-dokumen kurikulum. Jadi, proses evaluasi ini dilakukan
dengan menelaah berbagai dokumen kurikulum merdeka oleh pendidik dari
sekolah penggerak dan sekolah menengah kejuruan pusat keunggulan dan juga
berbagai pakar melalui kegiatan DKT (Diskusi Kelompok Terpumpun). Hasil dari
evaluasi yang dilakukan digunakan sebagai bahan pertimbangan pada revisi
dokumen terkait CP, bahan ajar, buku teks, contoh alur dari tujuan pembelajaran,
serta panduan dan contoh-contoh dokumen lainnya.
Proses pembelajaran pada kurikulum merdeka tentu memiliki prinsip.
Menurut Ningrum et al. (2023), adapun prinsip pembelajaran dalam kurikulum
merdeka sebagai berikut:
a. Di dalam pengimplementasian kurikulum merdeka pembelajaran dirancang
dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian
peserta didik yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam belajar
serta mampu mencerminkan karakter dan tahap perkembangan dari peserta
didik yang sangat beragam. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran yang
dilakukan lebih menyenangkan dan tentunya lebih bermakna.
b. Peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan membangun
kapasitas melalui perancangan pembelajaran.
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan mendukung perkembangan dari kompetensi
dan juga karakter peserta didik secara holistik.
d. Pembelajaran disusun sesuai dengan konteks, lingkungan peserta didik dan
budaya serta melibatkan orang tua.
e. Pembelajaran berorientasi untuk masa depan bangsa yang berkelanjutan.
20
Merdeka belajar tentunya dijalankan dengan berpacu pada beberapa
prinsip. Menurut Susilowati (2022), adapun prinsip-prinsip dari merdeka belajar
sebagai berikut:
a. Kondisi peserta didik. Jadi pembelajaran harus sesuai dengan kondisi peserta
didik. Pembelajaran disusun dengan mempertimbangkan tahap perkembangan
dari peserta didik dan juga tingkat pencapaian serta menggambarkan karakter
mereka sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan.
b. Pembelajaran sepanjang hayat. Jadi pembelajaran dirancang dan dilaksanakan
dengan tujuan untuk membangun kapasitas peserta didik agar menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
c. Pembelajaran mendukung proses perkembangan kompetensi dan karakter yang
dimiliki oleh peserta didik secara keseluruhan.

6. Proses Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka


Proses pembelajaran pada kurikulum merdeka di sekolah penggerak
mengacu pada profil Pelajar pancasila dengan tujuan untuk membentuk dan
menghasilkan lulusan yang mampu berkompeten serta menjunjung tinggi nilai-
nilai karakter. Bentuk dari struktur kurikulum merdeka yaitu intrakurikuler,
ekstrakurikuler dan P5. Sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021 tentang
kerangka dasar kurikulum yang terdiri dari struktur kurikulum, CP, serta prinsip
pembelajaran dan asesmen. Di dalam kurikulum ini setiap kegiatan yang
dilakukan harus menghasilkan sebuah proyek. Oleh karena itu, sekolah sering
melakukan sebuah kegiatan pameran (Rahayu et al., 2022).
Proses pembelajaran pada kurikulum merdeka harus mengembangkan
kreativitas peserta didik secara bebas. Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum
merdeka didesain untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan kreativitas peserta
didik. Dengan memanfaatkan berbagai strategi dan media pembelajaran dapat
memfasilitasi pola pikir peserta didik yang memberikan efek inovasi dan kreatif.
Proses pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan motivasi peserta didik
untuk berkreasi dan berinovasi, mampu menggunakan berbagai teknologi untuk
belajar, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi sehingga membantu peserta
21
didik dalam mengatasi kesulitan bersama, adanya kegiatan belajar bersama dan
berkolaborasi membantu peserta didik dalam berbagi pengetahuan dan
pengalaman mereka satu sama lain, kegiatan belajar mandiri juga dapat
mendorong peserta didik dalam menentukan sendiri belajarnya (Daga, 2021).
Dengan adanya kurikulum ini diharapkan proses belajar mengajar di satuan
pendidikan akan lebih optimal dan peserta didik akan memiliki waktu yang lebih
banyak dengan meningkatkan potensi yang ia miliki (Darlis et al., 2022).
Proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka yaitu adanya
jam pelajaran lebih yang dimiliki oleh peserta didik untuk memahami materi
pelajaran berupa kegiatan praktik dibandingkan materi teori. Bentuk dan isi materi
di dalam kurikulum merdeka lebih difokuskan pada kegiatan praktik sebagai
wujud nyata dari pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik untuk memahami
materi pembelajaran. Selain itu, terdapat lebih banyak kegiatan praktik
dibandingkan kegiatan pemahaman materi teori. Namun tetap saja dalam
pelaksanaan kegiatan praktik harus sesuai dengan kesiapan dan kemampuan yang
dimiliki peserta didik agar dapat menjangkau kegiatan praktik terhadap materi
pembelajaran tersebut (Aida et al., 2023). Konsep dari kurikulum merdeka
diterapkan secara merata dan menyeluruh di setiap sekolah yang ada di Indonesia
karena kurikulum ini sangat memberikan pengaruh terhadap perkembangan
peserta didik. Bukan hanya itu, konsep dari kurikulum merdeka ini juga akan
memberikan kemudahan kepada guru dalam menerapkan proses pembelajaran
yang lebih inovatif (Manalu et al., 2022).

7. Evaluasi Kurikulum Merdeka


Penilaian yang diterapkan di sekolah penggerak adalah penilaian secara
komprehensif. Penilaian komprehensif mendorong peserta didik agar memiliki
kompetensi yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta didik
tanpa membebaninya dengan ketercapaian skor minimal yang harus ditempuh
karena di dalam kurikulum merdeka KKM digantikan dengan KKTP. Oleh karena
itu, guru bebas dalam melakukan penilaian. Evaluasi kurikulum merdeka di
sekolah penggerak memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu
guru dan peserta didik tidak lagi merasakan tekanan bahwa peserta didik harus
22
mencapai KKM sedangkan dampak negatifnya yaitu peserta didik kurang
termotivasi untuk bersaing dalam pembelajaran (Rahayu et al., 2022). Terdapat
dua raport penilaian di dalam kurikulum merdeka yaitu penilaian akademik dan
penilaian P5. Evaluasi dalam kurikulum merdeka ada tiga tahap yaitu pertama
melakukan penilaian diagnostik kemudian melakukan dan mengolah penilaian
formatif dan penilaian sumatif dan tentunya yang terakhir yaitu melakukan
pelaporan hasil akhir dari proses belajar peserta didik (Barlian et al., 2022).
Evaluasi adalah sesuatu yang wajib dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk menentukan ketercapaian tujuan dari proses
pembelajaran itu sendiri. Untuk asesmen penilaian projek akan dilakukan oleh
guru sesuai dengan minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik. Sebagaimana laporan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2021),
bahwa asesmen yang ada di sekolah dasar sesuai dengan modul sekolah
penggerak yaitu asesmen diagnostik dengan tujuan untuk mendiagnosis
kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik dan mengetahui bagaimana
kondisi awal peserta didik (Malikah et al., 2022).
Penggunaan asesmen diagnostik sebenarnya telah digunakan pada
kurikulum sebelumnya. Perbedaannya dengan kurikulum merdeka yaitu untuk
kurikulum merdeka penilaiannya lebih fokus pada pengembangan proyek yang
diterapkan melalui lintas muatan pembelajaran. Setelah melakukan asesmen
diagnostik, maka guru akan menyusun asesmen yang lain yaitu asesmen formatif
dan sumatif. Ketika semuanya telah selesai, maka yang terakhir dilakukan adalah
melaporkan hasil belajar dari masing-masing peserta didik. Jadi penilaian formatif
dapat dilakukan sejak awal pembelajaran sedangkan penilaian sumatif dilakukan
setelah proses pembelajaran berakhir (Ardianti et al., 2022). Evaluasi dalam
pembelajaran implementasi kurikulum merdeka diantaranya yaitu guru melakukan
asesmen diagnostik (kognitif dan non-kognitif) untuk mengetahui gaya belajar
peserta didik, kemudian guru melakukan asesmen formatif pada saat proses
pembelajaran dan asesmen sumatif pada akhir seluruh rangkaian proses
pembelajaran selesai yang biasanya dikenal dengan sebutan kegiatan ujian
semester. Bukan hanya itu terdapat juga pelaporan hasil belajar setiap peserta
didik (Suryani et al., 2023).
23
B. Kerangka Pikir
Pada saat ini pendidikan di Indonesia mengalami perubahan kurikulum
yaitu dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Kemendikbudristek akan
menetapkan kurikulum merdeka menjadi Kurikulum Nasional pada tahun 2024.
Namun pada saat ini tenaga pendidik masih mengalami kebingungan dengan
kurikulum merdeka karena terdapat banyak perubahan dari kurikulum
sebelumnya. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu
memperoleh berbagai informasi mengenai penerapan kurikulum merdeka mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Adapun kerangka pikir
dalam penelitian ini sebagai berikut:

Kemendikbudristek

Ingin meningkatkan
kualitas SDM

Mengeluarkan Menerapkan Menyempurnakan


kebijakan Kurikulum kurikulum
Merdeka

Terdapat banyak perubahan dari


kurikulum sebelumnya

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan (Penerapan)
3. Penilaian (Evaluasi)

Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka di


SMA Negeri 1 Pamboang

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan dalam penelitian yang
digunakan untuk meneliti suatu kehidupan sosial secara natural atau alamiah.
Peneliti harus berbekal teori yang luas agar mampu menjadi “human instrument”
(Sugiyono, 2021). Jenis penelitian kualitatif deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh berbagai informasi mengenai
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang secara mendalam dan
komprehensif melalui kuesioner (angket) yang diberikan kepada seluruh guru
SMA Negeri 1 Pamboang, kemudian melakukan wawancara kepada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru penggerak, guru yang
mengikuti pelatihan PSP (Program Sekolah Penggerak) dan guru biasa yang tidak
mengikuti pelatihan PSP, kemudian observasi mengenai proses pembelajaran,
kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan dokumen-dokumen
relevan dengan kurikulum merdeka seperti modul ajar, modul P5, instrumen
asesmen, raport akademik dan raport P5. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif diharapkan mampu mengungkap situasi dan permasalahan yang
dihadapi oleh sekolah penggerak yaitu SMA Negeri 1 Pamboang dalam
menerapkan kurikulum merdeka.
2. Desain Penelitian
Adapun jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain
penelitian studi kasus yang merupakan suatu penjelasan secara menyeluruh
mengenai berbagai aspek mulai dari individu, kelompok atau organisasi, suatu
program atau suatu situasi sosial yang sedang terjadi (Sutisna, 2021). Peneliti
studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang
diteliti. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu kuesioner
(angket), wawancara dan observasi. Jenis desain penelitian yang digunakan dalam

25
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara menyeluruh mengenai
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dimulai pada bulan November sampai bulan Desember
tahun 2023.
2. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai analisis penerapan kurikulum merdeka dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Pamboang, Jln. Pendidikan Pamboang, Kecamatan Pamboang,
Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.

C. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti dari sumber asli atau tidak perantara. Data primer ini dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat dikumpulkan
melalui wawancara, observasi dan kuesioner (Subakti et al., 2022). Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data primer dari kuesioner (angket) yang
diberikan kepada seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang, wawancara terhadap
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru penggerak, guru
yang mengikuti pelatihan PSP (Program Sekolah Penggerak) dan guru biasa yang
tidak mengikuti pelatihan PSP dan observasi mengenai proses pembelajaran di
dalam kurikulum merdeka dan kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui perantara. Jadi, data sekunder ini berasal dari sumber-
sumber yang sudah ada. Data ini diperoleh melalui teknik dokumentasi (Subakti
et al., 2022). Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari hasil

26
observasi dokumen-dokumen relevan mengenai penerapan kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Pamboang.

D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Menentukan tempat penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Pamboang yang
telah direncanakan
b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian sesuai yang telah direncanakan
c. Membuat surat permohonan izin penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian
e. Melakukan uji validitas instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan lembar kuesioner (angket) yang berisi pertanyaan kepada
seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang
b. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan beberapa guru di SMA Negeri
1 Pamboang
c. Melakukan observasi mengenai proses pembelajaran pada kurikulum
merdeka, kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan
dokumen-dokumen relevan seperti modul ajar, instrumen asesmen, modul
P5, raport akademik dan raport P5.
3. Tahap Analisis dan Penyusunan Laporan
Data yang diperoleh tentunya akan dianalisis untuk mengetahui hasil
penelitian yang telah dilakukan. Adapun data yang akan diperoleh yaitu data
data kuesioner (angket), wawancara dan observasi. Setelah itu, data tersebut
akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun yang
menjadi acuan penerapan implementasi kurikulum merdeka dapat dikatakan
berjalan dengan baik sebagai berikut:
27
a. Pada tahap perencanaan, guru mengikuti berbagai pelatihan, setiap guru
membuat modul ajar dan instrumen asesmen diagnostik (kognitif dan
nonkognitif) dan guru terbagi menjadi beberapa tim fasilitator pada
kegiatan P5 serta menyusun modul P5 secara bersama-sama dengan tim
fasilitator sesuai dengan tema yang dijalankan.
b. Pada tahap pelaksanaan, guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
yang terbagi menjadi tiga yaitu diferensiasi konten, proses dan produk
dengan memetakan tiga komponen yaitu kesiapan belajar, minat belajar
dan gaya belajar peserta didik dengan tujuan agar proses pembelajaran
lebih menyenangkan tanpa ada rasa tertekan ataupun terpaksa pada diri
peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Bukan hanya itu, terdapat
pula kegiatan P5 yang terdiri dari tujuh tema yang dijalankan pertahun.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik memiliki karakter sesuai dengan
profil pelajar Pancasila yang di dalamnya memuat enam dimensi.
c. Tahap evaluasi, guru menerapkan tiga asesmen yang ada di dalam
kurikulum merdeka yaitu asesmen diagnostik (kognitif dan non-kognitif),
formatif dan sumatif.
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis
pengumpulan data (Data Collection), reduksi data (Data Reduction), penyajian
data (Data Display) dan penarikan kesimpulan (Verification).

E. Instrumen Penelitian
Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian kualitatif digunakan dengan
tujuan untuk mengetahui fenomena atau apa yang sebenarnya dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, motivasi dan lain sebagainya secara menyeluruh.
Data yang diperoleh akan dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang tersusun dari
kata-kata, dalam suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah. Melalui gambaran tersebut maka peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah salah satu teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data melalui seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada
28
responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebenarnya
efisien asalkan peneliti mengetahui secara pasti variabel yang akan diukur dan
data apa yang peneliti harapkan dari responden (Sugiyono, 2021). Disini
kuesioner atau angket diberikan kepada seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang
untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang. Dengan adanya kuesioner ini maka peneliti dapat menentukan siapa
saja narasumber yang akan diwawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang yang bertujuan untuk saling
bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga mampu
dikonstruksikan makna yang terdapat dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2021). Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur. Teknik
ini digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data, bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan pengumpulan data peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
tertulis (Sugiyono, 2021). Jadi, peneliti melakukan wawancara kepada lima
responden yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru
penggerak, guru yang mengikuti pelatihan mengenai implementasi kurikulum
merdeka, dan guru biasa. Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Pamboang.
3. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan karena para ilmuwan
tentu bekerja sesuai dengan data yang mereka peroleh secara nyata yaitu melalui
observasi (Sugiyono, 2021). Teknik observasi yang digunakan yaitu observasi
terus terang atau tersamar. Dalam hal ini, ketika peneliti sedang mengumpulkan
data, peneliti akan menyatakan secara terus terang bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Namun akan ada waktu peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam
kegiatan observasi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari jika suatu data yang
peneliti cari merupakan data rahasia (Sugiyono, 2021). Dalam penelitian ini yang
diobservasi yaitu proses pembelajaran pada kurikulum merdeka, kegiatan P5

29
(Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan dokumen-dokumen yang relevan
dengan penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang.

F. Teknik Analisis dan Pengujian Keabsahan Data


1. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses dalam mencari dan
menyusun data yang telah diperoleh secara sistematis dari hasil catatan di
lapangan, wawancara dan bahan lainnya sehingga data yang diperoleh akan
mudah dipahami dan dapat dipublikasikan (Sugiyono, 2021). Adapun langkah-
langkah peneliti dalam melakukan analisis data sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya
menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi atau gabungan
dari ketiganya yang disebut dengan triangulasi teknik. Pengumpulan datanya
dilakukan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan sehingga data yang akan
diperoleh berjumlah banyak. Pada tahap awal, peneliti melakukan suatu
penjelajahan secara umum terhadap obyek yang diteliti. Semua yang dilihat dan
didengar direkam sehingga akan memperoleh data yang banyak dan bervariasi
(Sugiyono, 2021). Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan data
menggunakan kuesioner (angket), wawancara dan observasi yang disebut dengan
triangulasi teknik. Pertama peneliti membagikan kuesioner (angket) kepada
seluruh guru SMA Negeri 1 Pamboang. Dari hasil angket tersebut maka dapat
ditentukan siapa saja guru yang diwawancara. Peneliti akan melakukan
wawancara kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan
beberapa guru SMA Negeri 1 Pamboang (guru penggerak, guru yang mengikuti
pelatihan sekolah penggerak dan guru biasa). Setelah itu, peneliti melakukan
observasi mengenai penerapan kurikulum merdeka melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, pembelajaran P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan
dokumen-dokumen relevan mengenai penerapan kurikulum merdeka di SMA
Negeri 1 Pamboang.

30
b. Reduksi Data
Mereduksi data berarti peneliti akan merangkum atau memilih data-data
yang pokok atau fokus pada hal-hal yang penting. Hal tersebut bertujuan agar data
yang telah melalui tahap reduksi akan memberikan gambaran yang jelas sehingga
peneliti akan lebih mudah dalam mengumpulkan data ataupun mencari data
selanjutnya. Reduksi data adalah proses dalam berfikir sensitif yang memerlukan
suatu kecerdasan, keleluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono,
2021). Pada tahap ini peneliti memilih dan memilah data-data yang telah
terkumpul yang dianggap penting sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dalam penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teks yang bersifat naratif.
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan dalam memahami apa yang
terjadi serta akan mudah dalam merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami (Sugiyono, 2021). Pada tahap ini peneliti menyajikan data
yang telah diperoleh dan telah melewati proses reduksi data. Data ini akan
disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
menarik kesimpulan awal yang masih bersifat sementara. Jika kesimpulan awal
tidak memiliki bukti yang kuat yang dapat mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya maka kesimpulan tersebut akan berubah. Tetapi jika kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipercaya maka ketika peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya (Sugiyono, 2021). Pada tahap ini
peneliti membuat kesimpulan. Kesimpulan yang telah diperoleh akan
dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan oleh pakar atau yang relevan.
Kemudian dilakukan pengecekan ulang terhadap pelaksanaan kuesioner (angket),
wawancara dan observasi,. Setelah itu membuat kesimpulan secara umum untuk
dilaporkan sebagai hasil dari penelitian.
31
2. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
peneliti harus melakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang
akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Pengujian Credibility
Uji credibility (kredibilitas) digunakan oleh peneliti karena mengacu pada
keyakinan akan kebenaran data dan interpretasinya. Adapun uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif sebagai berikut:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat membantu peneliti untuk meningkatkan
kredibilitas data. Dengan adanya perpanjangan penelitian maka peneliti dan
narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai
sehingga tidak akan ada informasi yang disembunyikan. Perpanjangan
pengamatan dilakukan jika data yang diperoleh ternyata belum benar (Sugiyono,
2021). Bila data yang diperoleh belum benar maka peneliti harus turun kembali ke
lapangan untuk melakukan pengamatan secara lebih luas dan mendalam sehingga
data yang diperoleh benar-benar merupakan data yang pasti.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan dilakukan agar peneliti melakukan suatu
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan adanya hal
tersebut maka data yang diperoleh sudah pasti merupakan data yang pasti dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis (Sugiyono, 2021).
3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai
pengecekan data dari narasumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu
(Sugiyono, 2021). Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik karena pengumpulan datanya
menggunakan tiga sumber data dan tiga teknik pengumpulan data yaitu kuesioner
(angket), wawancara dan observasi. Pada pengujian kredibilitas, triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari sumber yang
sama namun menggunakan teknik yang berbeda.

32
4) Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi digunakan untuk sebagai pendukung dalam
mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh mampu dibuktikan
kebenarannya. Adapun bahan referensi yang digunakan yaitu rekaman wawancara
yang tentunya akan membuktikan kebenaran data wawancara yang telah diperoleh
(Sugiyono, 2021).
b. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2021).
Pengujian transferability dilakukan oleh pembimbing. Bila auditor atau
pembimbing atau pembaca laporan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
penelitian tersebut maka suatu hasil penelitian dapat diberlakukan transferability,
sehingga laporan tersebut memenuhi standar transferability.
c. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif tujuan dari uji dependability yaitu untuk
membuktikan bahwa peneliti tersebut benar-benar melakukan proses penelitian di
lapangan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap seluruh proses penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya
penelitian yang tidak reliable atau dependable (Sugiyono, 2021). Proses
pengujian dependability dilakukan oleh auditor atau pembimbing untuk
memeriksa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses penelitian.
d. Pengujian Confirmability
Pengujian confirmability dan dependability dapat dilakukan secara
bersamaan karena pengujian tersebut mirip. Pengujian confirmability merupakan
pengujian yang digunakan untuk menguji hasil dari penelitian, kemudian
dikaitkan dengan proses penelitian yang telah dilakukan (Sugiyono, 2021).
Penelitian dikatakan memenuhi standar confirmability jika hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang telah dilakukan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, S. R., & Haolani, A. (2021). Kajian Teoritis Penerapan Self-


Assessment Sebagai Alternatif Asesmen Formatif Di Masa Pembelajaran
Jarak Jauh. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(3).
https://doi.org/10.36312/jime.v7i3.2307

Aida, E. S., Fauzi, A., & Wahyono. (2023). Implementasi Manajemen Kurikulum
Merdeka Belajar di SDIT Sabilul Huda Kota Cirebon. Journal of Islamic
Education Management, 7(1), 7–26.
https://doi.org/https://search.crossref.org/?q=jiem&from_ui=yes

Amiruddin, Prasetia, I., Susilo, J., Sihite, M., Gultom, A. W., Manullang, J. M. R.,
& Barus, B. (2022). Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam Mengembangkan Karakter Pancasila di SMPN 5 Satu Atap Kerajaan
Pardomuan. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan Pengajaran, 3(3), 266–276.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v3i3.13216

Angga, A., Suryana, C., Nurwahidah, I., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
di Sekolah Dasar Kabupaten Garut. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877–5889.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3149

Anwar, Sukino, & Erwin. (2022). Komparasi Penerapan Kurikulum Merdeka Dan
K-13 Di Sma Abdussalam. Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora, 2(1),
83–96.
https://www.bajangjournal.com/index.php/JPDSH/article/view/4101/3043

Aprima, D., & Sari, S. (2022). Analisis Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi


Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pelajaran Matematika SD.
Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 13 (1)(1), 95–101.
https://www.iocscience.org/ejournal/index.php/Cendikia/article/view/2960/23
05

Ardianti, Y., & Amalia, N. (2022). Kurikulum Merdeka: Pemaknaan Merdeka


dalam Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 6(3), 399–407.
https://doi.org/10.23887/jppp.v6i3.55749

Armadani, P., Kartika Sari, P., Abdullah, F. A., & Setiawan, M. (2023). Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1
Junjung Sirih. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Januari, 2023(1), 341–
347. https://doi.org/10.5281/zenodo.7527654
71
Bahria, E. S., Yunita, L., & Sholihat, R. N. (2023). Aplikasi Kurikulum Merdeka:
Fenomena Learning loss Pada Pembelajaran Kimia. Bandung: CV Media
Sains Indonesia.

Barlian, U. C., Solekah, S., & Rahayu, P. (2022). Implementasi Kurikulum


Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Journal of Educational
and Language Research, 1(12), 2105–2118.
https://doi.org/10.21608/pshj.2022.250026

Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di


Sekolah Dasar. Jurnal Education FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279

Darlis, A., Sinaga, A. I., Perkasyah, M. F., Sersanawawi, L., & Rahmah, I. (2022).
Pendidikan Berbasis Merdeka Belajar. Analytica Islamica, 11(2), 393–394.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/index

Dewi, R. S. I., & Mudrikah, M. (2023). Analisis Implementasi Kurikulum


Merdeka pada Sekolah Penggerak di SDN 1 Selorejo Kecamatan Dau
Kabupaten Malang. Jurnal Simki Pedagogia, 6(2), 500–511.
https://doi.org/10.29407/jsp.v6i2.327

Firdaus, H., Laensadi, A. M., Matvayodha, G., Siagian, F. N., & Hasanah, I. A.
(2022). Analisis Evaluasi Program Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(4), 686–692.
https://core.ac.uk/download/pdf/322599509.pdf

Hattarina, S., Saila, N., Faradila, A., Putri, D. R., & Putri, R. G. A. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Lembaga Pendidikan. Seminar
Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA), 1, 181–192.
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENASSDRA

Inayati. U. (2022). konsep dan implementasi kurikulum merdeka pada


pembelajaran abad-21 di SD/MI. ICIE: International Conference on Islamic
Education, 2(8.5.2017), 293–304.
http://103.35.140.33/index.php/ICIE/article/view/241/96

Indrayana, I. P. T., Manik, S. E., Lisnasari, S. F., PA, R. H. B., Suryaningsih, N.


M. A., Wahyudin., Marlinda, N. L. P. M., Maspuroh, U., Afriyani, N.,
Azizah, N. N., Capricanilia, S. D. I., Yakin, A., Tirta, G. A. R., &
Sulistyani, U. (2022). Penerapan Strategi dan Model Pembelajaran Pada
Kurikulum Merdeka Belajar. Bandung: CV Media Sains Indonesia.

72
Indriani, N., Suryani, I., & Mukaromah, L. ’lu ’ul. (2023). Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar dalam pembentukan karakter disiplin peserta
didik di sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan: Khazanah Pendidikan,
17(1), 242–252.https://doi.org/10.30595/jkp.v17i1.16228

Insani. F, Harto. N, & Iin.P. (2023). Analisis Hasil Asesmen Diagnostik Sebagai
Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Dasar.
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 9(2), 4450–4458.
https://doi.org/10.36989/didaktik.v9i2.1154

Isa., Muhammad, A., & Rini, M. (2022). Peran Kepala Sekolah dalam
menerapkan Peraturan-Peraturan di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(3), 3419–3423. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2596

Malikah, S., Winarti, W., Ayuningsih, F., Nugroho, M. R., Sumardi, S., &
Murtiyasa, B. (2022). Manajemen Pembelajaran Matematika pada
Kurikulum Merdeka. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5912–5918.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3549

Manalu, J. B., Sitohang, P., Heriwati, N., & Turnip, H. (2022). Prosiding
Pendidikan Dasar Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Merdeka Belajar. Mahesa Centre Research, 1(1), 80–86.
https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174

Miladiah, S. S., Sugandi, N., & Sulastini, R. (2023). Analisis Penerapan


Kurikulum Merdeka Di Smp Bina Taruna Kabupaten Bandung. Jurnal
Ilmiah Mandala Education, 9(1), 312–318.
https://doi.org/10.58258/jime.v9i1.4589

Mujiburrahman, M., Kartiani, B. S., & Parhanuddin, L. (2023). Asesmen


Pembelajaran Sekolah Dasar Dalam Kurikulum Merdeka. Pena Anda: Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), 39–48.
https://doi.org/10.33830/penaanda.v1i1.5019

Ningrum, M., Maghfiroh, & Andriani, R. (2023). Kurikulum Merdeka Belajar


Berbasis Pembelajaran Berdiferensiasi di Madrasah Ibtidaiyah. EL Bidayah:
Journal of Islamic Elementary Education, 5(1), 85–100.
https://doi.org/10.33367/jiee.v5i1.3513

Nasution, S. W. (2021). Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah


Dasar. Prosding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 1(1), 135–142.
https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181

73
Panginan, V. R., & Susianti. (2022). Pengaruh Penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Perbandingan
Penerapan Kurikulum 2013. Jurnal PGSD Universitas Lamappapoleonro,
1(1), 9–16. https://jurnal.pgsd.unipol.ac.id/index.php/home

Pratycia, A., Dharma Putra, A., Salsabila, A. G. M., Adha, F. I., & Fuadin, A.
(2023). Analisis Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka.
Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 58–64.
https://doi.org/10.47709/jpsk.v3i01.1974

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak.
Jurnal Basicedu, 6(4), 6313–6319.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237

Ritonga, I. P., & Tambak, K. (2023). Penerapan Kurikulum Merdeka di SMAS


Umratul Hidayah. Civitas, 9(1), 13–18.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36987/civitas.v9i1.4190

Rizka, A. D. M., & Pamungkas, J. (2023). Analisis Implementasi Mandiri Belajar


pada Kurikulum Merdeka di Taman Kanak-kanak. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 1381–1390.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.3429

Safira, A. N., Rakhmawati, A., & Wardana, M. A. W. (2023). Implementasi


Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII
SMP Negeri 2 Batang. BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra,
22(2), 123–136. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf

Satriawan, W., Santika, I. D., Naim, A., Tarbiyah, F., Raya, B., Selatan, L.,
Timur, L., Bakoman, A., & Panggung, P. (2021). Guru Penggerak Dan
Transformasi Sekolah. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Volume, 11(1),
1–12. https://doi.org/https://doi.org/10.24042/alidarah.v11i1.7633

Soedjono, S., Sudana, I. M., Utomo, K. B., & Royana, I. F. (2023). Kesiapan
Satuan Pendidikan di Kota Semarang Dalam Implementasi Kurikulum
Merdeka. Jurnal Simki Pedagogia, 6(1), 43–52.
https://doi.org/10.29407/jsp.v6i1.198

Subakti, H., Putranti, E. C., Hudzafidah, K., Yuliana, R., Musyarofah, S., Alifiah,
S., Widaryanti., Hayati, N., Bintari, V. I., Nuswantara, D. A., Anggono, A.,
Krisprimandoyo., Agus., Klaudia, S., Hariyati., & Amalo, F. (2022). Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jawa Barat: CV. Media Sains Indonesia
74
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, R&D dan Penelitian Pendidikan). Bandung: Alfabeta

Sulastri, S., Syahril, S., Adi, N., & Ermita, E. (2022). Penguatan pendidikan
karakter melalui profil pelajar pancasila bagi guru di sekolah dasar. JRTI
(Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 7(3), 583.
https://doi.org/10.29210/30032075000

Suryani, N., Muspawi, M., & Aprillitzavivayarti, A. (2023). Implementasi


Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 23(1), 773.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v23i1.3291

Susanti, M., Rahmadona, T., & Fitria, Y. (2023). Studi Literatur: Perbedaan
Penilaian Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Jurnal Basicedu,
7(1), 339–350. https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i1.4444

Susilowati, E. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Mata


Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Al-Miskawaih: Journal of Science
Education, 1(1), 115–132. https://doi.org/10.56436/mijose.v1i1.85

Sutisna, A. (2021). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Pendidikan. Jakarta


Timur: UNJ Press

Ulandari, S., & Dwi, D. (2023). Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila sebagai Upaya Menguatkan Karakter Peserta Didik. Jurnal Moral
Kemasyarakatan, 8(2), 12–28.
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK/article/view/8309/3914

Wiguna, I. K. W., & Tristaningrat, M. A. N. (2022). Langkah Mempercepat


Perkembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Edukasi: Jurnal Pendidikan
Dasar, 3(1), 17. https://doi.org/10.55115/edukasi.v3i1.2296

75

Anda mungkin juga menyukai