Skripsi Surahmi H0320015 Organized (1)
Skripsi Surahmi H0320015 Organized (1)
Skripsi Surahmi H0320015 Organized (1)
OLEH :
SURAHMI
H0320015
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran yang diharapkan mampu
membentuk manusia yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dapat terintegrasi secara menyeluruh. Pada dasarnya pendidikan tidak akan bisa
terlaksana jika tidak menggunakan kurikulum. Jadi, kurikulum adalah
sekumpulan rencana dan pengaturan yang di dalamnya telah memuat tujuan, isi
dan juga bahan pelajaran serta cara yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
menyelenggarakan sebuah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai
tujuan dari pendidikan nasional (Angga et al., 2022). Kurikulum menjadi bagian
penting dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, tidak akan ada proses
pembelajaran tanpa adanya kurikulum.
Di Indonesia pengimplementasian kurikulum telah mengalami berbagai
perubahan yang bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya
karena kurikulum disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta perkembangan zaman. Perubahan ini terjadi mulai dari
tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun
1994, tahun 1999, tahun 2004, tahun 2006, tahun 2013, dan tahun 2018 (Ritonga
& Tambak, 2023). Pada tahun ini kurikulum yang mulai ditetapkan yaitu
kurikulum merdeka. Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi) menetapkan kurikulum ini dengan tujuan agar kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) dapat meningkat melalui empat kebijakan dengan
nama program “Merdeka Belajar”.
Merdeka belajar yaitu adanya kebebasan dalam belajar yakni memberikan
suatu kebebasan kepada sekolah dan seluruh peserta didik untuk belajar secara
mandiri dan lebih kreatif (Miladiah et al., 2023). Kebebasan ini dimulai dari guru
sebagai penggerak. Jadi, seorang guru harus mampu menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik dapat merasa tenang, santai,
bahagia dan tanpa tekanan. Guru dan peserta didik tidak lagi mengacu pada nilai
1
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) karena nilai KKM digantikan dengan KKTP
(Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran).
Terbentuknya kurikulum merdeka merupakan hasil dari evaluasi
kurikulum sebelumnya pada kurikulum 2013. Implementasi kurikulum ini untuk
mendukung peningkatan proses pembelajaran setelah membentuk peserta didik
yang memiliki profil pelajar Pancasila dalam pembentukan karakter peserta didik
(Susanti et al., 2023). Kurikulum merdeka dilaksanakan berdasarkan rencana yang
diharapkan yaitu dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pengetahuan
yang kompleks.
Salah satu program yang terdapat di dalam kebijakan merdeka belajar
adalah program sekolah penggerak. Program sekolah penggerak merupakan upaya
yang dilakukan oleh Kemendikbudristek agar tujuan dari pendidikan Indonesia
dapat terwujud (Satriawan, 2021). Dengan adanya program ini maka Indonesia
akan lebih maju, mandiri dan berkepribadian Pancasila dengan memfasilitasi tiap
sekolah untuk menciptakan generasi pembelajaran sepanjang hayat yang
berkepribadian sebagai pelajar Pancasila.
Pelajar Pancasila merupakan wujud dari pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
(Sulastri et al., 2022). Terdapat enam profil pelajar Pancasila yang harus dimiliki
oleh generasi Indonesia yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif. Diharapkan dengan adanya program sekolah penggerak tujuan
pendidikan Indonesia dapat tercapai.
Sekolah yang telah dinyatakan lolos PSP (Program Sekolah Penggerak)
dan program sekolah menengah kejuruan pusat keunggulan wajib menggunakan
kurikulum merdeka. Kemendikbudristek telah memberikan kebebasan kepada
satuan pendidikan untuk melaksanakan kurikulum merdeka di masing-masing
lembaga (Rizka & Pamungkas, 2023). Pengimplementasian kurikulum merdeka di
lembaga pendidikan dibagi menjadi tiga kategori pilihan yaitu mandiri belajar,
mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Daerah Provinsi Sulawesi Barat khususnya di Kabupaten Majene pada
tahun 2022, telah terdapat dua SMA (Sekolah Menengah Atas) yang ditetapkan
2
sebagai sekolah penggerak. Adapun sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah
penggerak yaitu SMA Negeri 1 Pamboang dan SMA Negeri 2 Majene.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti bersama kepala
sekolah dan salah satu guru biologi di SMA Negeri 1 Pamboang pada tanggal 17
februari 2023, terdapat permasalahan pada saat mulai menerapkan kurikulum
merdeka. Melalui kegiatan observasi proses pembelajaran di dalam kelas, peserta
didik terlihat kurang bersaing dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat
dari keaktifan peserta didik. Ada peserta didik yang sangat antusias dalam proses
pembelajaran dan terlihat aktif dan ada juga peserta didik yang terlihat kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Bukan hanya itu, minat belajar dari peserta didik
juga tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru membelajarkan peserta didik secara berkelompok dengan
menyesuaikan proses pembelajaran terhadap kondisi peserta didik. Melalui
kegiatan wawancara, adapun permasalahan yang dirasakan yaitu guru merasa
peserta didik memang kurang termotivasi untuk bersaing dalam belajar karena
peserta didik bebas mempelajari materi sesuai minat dan kemampuan mereka
tanpa merujuk pada nilai KKM. Guru juga mengalami kebingungan dengan
kurikulum merdeka karena terdapat banyak perubahan yang didapatkan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013.
Adapun perubahan yang ditemukan dari kurikulum sebelumnya yaitu KI
(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) diubah menjadi CP (Capaian
Pembelajaran), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) diubah menjadi Modul
Ajar, KKM diubah menjadi KKTP, materi pengajaran lebih ringkas dan esensial,
dan adanya kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang
dilakukan setiap bulan selama 3 minggu.
Pada kurikulum merdeka ini guru sebagai fasilitator bagi peserta didik
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru di SMA
Negeri 1 Pamboang untuk beradaptasi dan mencegah kesulitan yang dialami yaitu
guru melakukan Bimtek (Bimbingan Teknis) selama 10 hari. Guru juga
melakukan lokakarya untuk memecahkan masalah kemudian mencari solusinya
dan guru juga melakukan kegiatan diseminasi serta melakukan pertemuan tiap
3
bulan selama 1 kali untuk membahas mengenai kurikulum merdeka agar proses
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang dan hasil observasi yang telah dipaparkan di
atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “Analisis
Penerapan Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang” karena pada tahun
2024 Kemendikbudristek akan menetapkan kurikulum merdeka menjadi
Kurikulum Nasional. Oleh karena itu, peneliti akan mengidentifikasi dan
memperoleh informasi mengenai penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang sehingga melalui skripsi ini peneliti akan memaparkan dan
memberikan bayangan mengenai penerapan kurikulum merdeka. Dengan adanya
penelitian ini, maka nantinya para guru yang ada di Majene yang sekolahnya
belum ditetapkan sebagai sekolah penggerak tidak kesulitan lagi dalam
menerapkan kurikulum merdeka.
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adanya perubahan dan penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) melalui empat kebijakan pendidikan
dengan nama program “Merdeka Belajar”.
2. Kurikulum merdeka akan ditetapkan sebagai kurikulum nasional pada tahun
2024. Oleh karena itu, setiap guru harus benar-benar paham dengan kurikulum
merdeka.
3. Sekolah penggerak wajib menggunakan kurikulum merdeka, sehingga guru
harus mengetahui bagaimana penerapan kurikulum merdeka yang baik
sedangkan guru masih kebingungan dengan kurikulum merdeka.
4. Guru masih merasa kesulitan dalam menerapkan kurikulum merdeka karena
terdapat banyak perubahan yang ditemukan dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 2013.
5. Minat belajar setiap peserta didik berbeda-beda sehingga guru harus memiliki
kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.
4
6. Kurangnya motivasi peserta didik untuk bersaing dalam belajar karena di
dalam kurikulum merdeka peserta didik bebas mempelajari materi sesuai
dengan minat dan kemampuannya.
C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang dapat diuraikan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Perencanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang
serta hambatannya.
2. Pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang
serta hambatannya.
3. Penilaian atau evaluasi implementasi kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang serta hambatannya.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis perencanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA
Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.
2. Untuk menganalisis pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka di SMA
Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.
3. Untuk menganalisis penilaian atau evaluasi implementasi kurikulum merdeka
di SMA Negeri 1 Pamboang serta hambatannya.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan
mengenai penerapan kurikulum merdeka.
b. Dapat dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan penerapan kurikulum merdeka.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
sekaligus masukan bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum merdeka.
b. Bagi kepala sekolah diharapkan penelitian ini menjadi informasi agar proses
penerapan kurikulum merdeka di satuan pendidikan berjalan dengan baik
sesuai apa yang diharapkan.
c. Bagi guru diharapkan penelitian ini menjadi informasi agar proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif melalui kurikulum merdeka.
d. Bagi peserta didik diharapkan penelitian ini menjadi bahan pengetahuan
agar peserta didik lebih bebas untuk mengeksplor minat dan kemampuannya
di dalam kurikulum merdeka.
e. Bagi penulis diharapkan ilmu yang diperoleh dari penelitian ini mampu
diterapkan di dunia pendidikan sehingga berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan mengenai kurikulum merdeka.
F. Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Berlian, U. C., Solekah, S., & Rahayu, P (2022)
yang berjudul “Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kurikulum
merdeka di SDN 244 Guruminda Bandung sudah berjalan dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dan
penilaian dengan asesmen diagnostik serta asesmen formatif dan sumatif.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya teliti adalah
sama-sama melakukan penelitian terhadap implementasi kurikulum
merdeka.
b. Perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu penelitian dilakukan di SD
(Sekolah Dasar) sedangkan penelitian saya dilaksanakan di SMA (Sekolah
Menengah Atas) dan penelitian terdahulu menggunakan dua instrumen yaitu
wawancara dan observasi sedangkan penelitian saya menggunakan tiga
instrumen yaitu kuesioner (angket), wawancara dan observasi.
6
2. Penelitian yang dilakukan oleh Miladiah, S. S., Sugandi, N., & Sulastri, R
(2023) yang berjudul “Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka di SMP Bina
Taruna Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMP
Bina Taruna Kabupaten Bandung telah melaksanakan kurikulum merdeka
dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala namun seluruh pendidik
berusaha menerapkan kurikulum merdeka semaksimal mungkin.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu sama-sama
melakukan penelitian mengenai penerapan kurikulum merdeka dengan
pendekatan deskriptif kualitatif.
b. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu penelitian
terdahulu hanya melihat perencanaan dan pelaksanaan kurikulum merdeka
sedangkan penelitian saya melihat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum merdeka.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S.,
Hermawan, A. H., & Prihantini (2022) yang berjudul “Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan mengimplementasikan kurikulum merdeka guru
lebih fleksibel dalam berkreasi dalam kegiatan mengajar semaksimal mungkin.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya adalah sama-
sama menggunakan deskriptif kualitatif.
b. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu menggunakan dua instrumen
penelitian yaitu wawancara dan observasi sedangkan penelitian saya
menggunakan tiga instrumen yaitu kuesioner, wawancara dan observasi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, R. S. I., & Mudrikah (2023) yang
berjudul “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Penggerak
di SDN 1 Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi kurikulum merdeka menjadikan guru dan
peserta didik memiliki kebebasan ruang dan gerak untuk meningkatkan
kemampuan, minat dan keterampilan sesuai dengan bakat masing-masing.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya teliti adalah
sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
7
b. Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu dilaksanakan dengan cara daring
serta luring sedangkan penelitian saya hanya dilakukan secara luring.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, N., Muspawi, M., &
Aprillitzavivayarti (2023) yang berjudul “Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar di Sekolah Penggerak”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka di sekolah penggerak terdiri dari
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta terdapat
berbagai hambatan dari implementasi kurikulum merdeka.
a. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif.
b. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya yaitu subjek pada
penelitian terdahulu yaitu menggunakan ketua IKM, ketua projek dan
peserta didik sedangkan penelitian saya menggunakan subjek kepala
sekolah, wakasek kurikulum dan seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kurikulum Merdeka
Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi) memberikan sebuah tawaran untuk mengubah sistem pendidikan
dengan melakukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan nama
program “Merdeka Belajar” untuk menyongsong pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman pada saat ini (Anwar et al., 2022). Merdeka belajar adalah
kebijakan yang dikeluarkan dalam mengembalikan hakikat pendidikan. Konsep
dari merdeka belajar yaitu untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional
kepada hakikat undang-undang tentang memberikan kemerdekaan kepada sekolah
mengasosiasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka. Merdeka
belajar yang dimaksud adalah merdeka dalam berpikir, dalam berkarya, dan
menghormati (Indriani et al., 2023).
Kurikulum merdeka belajar menuntut kemandirian peserta didik.
Kemandirian ini memiliki arti bahwa setiap peserta didik memiliki kebebasan
dalam mengakses atau menggunakan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan
formal maupun nonformal. Jadi konsep kurikulum merdeka adalah adanya
kemerdekaan dalam berpikir. Gurulah yang menentukan kemerdekan dalam
berpikir ini karena guru adalah tonggak utama untuk menunjang keberhasilan
dalam pendidikan (Manalu et al., 2022).
Kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum dengan pembelajaran
yang bervariasi. Kurikulum merdeka identik dengan bakat dan minat yang
dimiliki oleh seseorang dalam belajar. Di dalam kurikulum merdeka tenaga
pendidik dan peserta didik diberi kemerdekaan, kebebasan dan bersenang hati
dalam menggali ilmu-ilmu pengetahuan dan keterampilan serta membentuk
karakter diri dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat (Darlis et al., 2022).
Merdeka belajar adalah program dari Kemendikbudristek yang bertujuan agar
pendidikan di Indonesia lebih bermakna. Adanya kurikulum merdeka ini
merupakan langkah untuk menjadikan dan mewujudkan peserta didik yang
9
memiliki kualitas yang unggul di Indonesia dengan memiliki karakter sesuai
dengan profil pelajar Pancasila (Firdaus et al., 2022).
Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang memberikan kebebasan
kepada sekolah, guru, dan peserta didik untuk belajar secara mandiri, kreatif dan
inovatif. Pada kurikulum merdeka ini, guru sebagai fasilitator bagi peserta didik.
Oleh karena itu, guru harus menciptakan suasana belajar menyenangkan sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam belajar tanpa ada rasa tertekan dan terpaksa
dalam proses pembelajaran.
10
Selain itu kurikulum merdeka juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Struktur Kurikulum
Proses pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian atau
struktur kurikulum, CP (Capaian Pembelajaran), prinsip pembelajaran dan
asesmen pembelajaran harus mengacu pada PPP (Profil Pelajar Pancasila).
Pemerintah telah menyediakan tujuh tema yang dapat dikembangkan topiknya
dalam kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yaitu 1) Bangunlah
Jiwa dan Raganya, 2) Berekayasa dan Berteknologi Dalam Membangun NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia), 3) Bhinneka Tunggal Ika, 4) Kearifan
Lokal, 5) Gaya Hidup Berkelanjutan, 6) Suara Demokrasi dan 7) Kewirausahaan.
Jadi, untuk tiap sekolah diberikan suatu kebebasan untuk mengembangkan
program kerja mereka. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kompetensi
yang dimiliki oleh peserta didik dapat berkembang dan program yang disesuaikan
dengan visi dan misi di sekolah masing-masing.
Struktur kurikulum merdeka terdiri dari tujuh fase. Adapun penjelasan tiap
fase pada struktur kurikulum merdeka menurut Safira et al. (2023), sebagai
berikut:
a. Fase A merupakan fase pada jenjang SD untuk kelas I dan II yang mencakup
pengenalan topik pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan konteksnya. Adapun
tujuan dari fase A yaitu untuk membangun fondasi atau kesiapan yang kuat
bagi peserta didik sebelum memasuki materi yang lebih mendalam.
b. Fase B merupakan fase SD untuk kelas III dan IV yang mencakup eksplorasi
dan pengumpulan informasi tentang suatu topik pembelajaran. Jadi, pada fase
ini peserta didik dihimbau untuk mengeksplorasi konsep baru, membaca
materi, dan melakukan observasi atau melakukan penelitian. Fase ini bertujuan
agar peserta didik mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
topik yang dipelajari.
c. Fase C merupakan fase pada jenjang SD kelas V dan VI yang mencakup
pemahaman konsep. Jadi, peserta didik mengelompokkan dan menghubungkan
informasi yang telah dikumpulkan selama fase B. Peserta didik diharapkan
mampu membangun pemahaman yang kuat mengenai konsep-konsep kunci
dan hubungannya dengan konteks yang relevan.
11
d. Fase D merupakan fase pada jenjang SMP. Fase ini adalah fase aplikasi atau
penerapan. Jadi, pada fase ini peserta didik diberikan kesempatan dalam
menerapkan ilmu pengetahun dan juga keterampilan yang telah mereka peroleh
dari pelajaran yang telah mereka pelajari. Mereka dapat melakukan kegiatan
latihan, proyek bahkan simulasi dengan tujuan untuk mengaplikasikan konsep-
konsep dalam situasi yang nyata.
e. Fase E merupakan fase pada jenjang SMA untuk kelas X yang mencakup
penilaian pembelajaran. Jadi, peserta didik diberikan penilaian sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Kegiatan penilaian ini dapat
dilaksanakan melalui pemberian tes, tugas dan proyek.
f. Fase F merupakan fase pada jenjang SMA untuk kelas XI dan XII yang
meliputi refleksi pembelajaran. Jadi, peserta didik dan menganalisis apa yang
telah dipelajari, kesulitan yang dihadapi pada proses pembelajaran, dan cara-
cara untuk meningkatkan pembelajaran di masa depan. Refleksi ini bertujuan
untuk membantu peserta didik agar mereka memiliki pemahaman yang lebih
kuat untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi pembelajaran ke depan.
Ada empat kebijakan di dalam kurikulum merdeka yaitu 1) Kegiatan
USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) telah menjadi kewenangan pihak
sekolah, 2) Kegiatan UN (Ujian Nasional) akan digantikan dengan AKM
(Asesmen Kompetensi Minimum) dan survey karakter, 4) Adanya
penyederhanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan 5) Menggunakan
sistem zonasi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Implementasi kurikulum
merdeka memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya
yaitu peserta didik tidak akan merasa tertekan begitupun dengan guru bahwa
peserta didik harus bisa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sedangkan
dampak negatifnya yaitu kurangnya motivasi pada diri peserta didik untuk
bersaing dalam proses pembelajaran.
b. CP (Capaian Pembelajaran)
KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) pada kurikulum 2013
adalah kompetensi yang diwajibkan harus dicapai oleh peserta didik setelah
melewati semua proses pembelajaran. Namun istilah KI dan KD digantikan
dengan CP pada kurikulum merdeka. CP merupakan kompetensi pembelajaran
12
yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap fase. Oleh karena itu, ketika
guru mengembangkan asesmen pembelajaran maka harus mengacu pada CP.
c. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pada kurikulum merdeka pendekatan tematik telah dilaksanakan pada
jenjang pendidikan lainnya. Padahal selama ini pelaksanaan pendekatan tematik
hanya dilaksanakan di SD (Sekolah Dasar). Untuk jenjang SD kelas IV, V, dan VI
tidak diharuskan menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran pada tingkat ini
dapat dilaksanakan oleh sekolah dan harus berbasis pada mata pelajaran.
d. Jumlah Jam Pelajaran
Jumlah jam pada kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka memiliki
perbedaan yaitu pada kurikulum 2013 jumlah jam pembelajaran ditetapkan per
minggu sedangkan pada kurikulum merdeka jumlah jam pelajaran ditetapkan per
tahun. Pada kurikulum merdeka ini sekolah memiliki kemudahan dalam mengatur
jam pelajaran karena pada kurikulum merdeka ini suatu mata pelajaran di
semester ganjil dapat diajarkan di semester genap dapat pula sebaliknya.
Contohnya pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di kelas VIII
hanya diajarkan pada semester ganjil. Hal tersebut diperbolehkan sepanjang jam
pelajaran per tahunnya terpenuhi.
e. Model Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif antar mata pelajaran dapat diterapkan oleh setiap
sekolah pada kurikulum merdeka. Bukan hanya itu, guru juga dapat membuat
asesmen melalui lintas mata pelajaran. Guru dapat menyusun asesmen sumatif
berbasis penilaian proyek. Untuk sekolah SD hanya dua kali dalam setahun
melaksanakan penilaian proyek sedangkan untuk sekolah SMP, SMA/SMK dapat
melaksanakan penilaian proyek sebanyak tiga kali selama satu tahun. Hal ini
bertujuan agar peserta didik memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar
Pancasila. setiap sekolah diberikan kebebasan untuk menerapkan model
pembelajaran kolaboratif.
f. Pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Mata pelajaran TIK yang telah dihilangkan pada kurikulum 2013
dimunculkan kembali pada kurikulum merdeka namun berganti nama yaitu
pelajaran informatika. Mata pelajaran ini diajarkan mulai pada jenjang SMP. Jika
13
terdapat sekolah yang belum memiliki guru informatika maka sekolah dapat
menugaskan guru memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan dalam mengajar
mata pelajaran informatika. Kemendikbudristek telah mempersiapkan bahan ajar
dalam bentuk buku yang didalamnya telah memuat materi tentang pelajaran
informatika yang tentunya akan mudah dipahami oleh guru maupun peserta didik.
g. Mata Pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam Sosial)
Dalam kurikulum merdeka mata pelajaran IPA dan IPS diajarkan secara
bersamaan dengan nama IPAS. Adapun tujuan dari hal tersebut yaitu diharapkan
peserta didik nantinya memiliki kesiapan yang lebih banyak untuk mengikuti
pembelajaran IPA dan IPS yang terpisah pada jenjang SMP. Sedangkan pada
jenjang SMA mata pelajaran IPA dan IPS kembali diajarkan di kelas XI dan XII
namun sebagai peminatan atau penjurusan. Bukan hanya itu, terdapat pula mata
pelajaran Bahasa sebagai peminatan.
Adapun karakteristik utama dari kurikulum merdeka dalam mendukung
proses pemulihan pembelajaran menurut Wiguna & Tristaningrat, (2022) sebagai
berikut:
a. Pembelajaran berbasis projek dalam mengembangkan soft skils dan karakter
peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
b. Memfokuskan materi esensial sehingga menghasilkan waktu yang cukup untuk
proses pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar.
c. Fleksibel bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran yang terdiferensiasi
sesuai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan menyesuaikan dengan
konteks dan juga muatan lokal.
Kemendikbudristek
Ingin meningkatkan
kualitas SDM
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan (Penerapan)
3. Penilaian (Evaluasi)
24
BAB III
METODE PENELITIAN
25
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara menyeluruh mengenai
penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang.
C. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti dari sumber asli atau tidak perantara. Data primer ini dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat dikumpulkan
melalui wawancara, observasi dan kuesioner (Subakti et al., 2022). Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data primer dari kuesioner (angket) yang
diberikan kepada seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang, wawancara terhadap
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru penggerak, guru
yang mengikuti pelatihan PSP (Program Sekolah Penggerak) dan guru biasa yang
tidak mengikuti pelatihan PSP dan observasi mengenai proses pembelajaran di
dalam kurikulum merdeka dan kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui perantara. Jadi, data sekunder ini berasal dari sumber-
sumber yang sudah ada. Data ini diperoleh melalui teknik dokumentasi (Subakti
et al., 2022). Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari hasil
26
observasi dokumen-dokumen relevan mengenai penerapan kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Pamboang.
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Menentukan tempat penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Pamboang yang
telah direncanakan
b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian sesuai yang telah direncanakan
c. Membuat surat permohonan izin penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian
e. Melakukan uji validitas instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan lembar kuesioner (angket) yang berisi pertanyaan kepada
seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang
b. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan beberapa guru di SMA Negeri
1 Pamboang
c. Melakukan observasi mengenai proses pembelajaran pada kurikulum
merdeka, kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan
dokumen-dokumen relevan seperti modul ajar, instrumen asesmen, modul
P5, raport akademik dan raport P5.
3. Tahap Analisis dan Penyusunan Laporan
Data yang diperoleh tentunya akan dianalisis untuk mengetahui hasil
penelitian yang telah dilakukan. Adapun data yang akan diperoleh yaitu data
data kuesioner (angket), wawancara dan observasi. Setelah itu, data tersebut
akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun yang
menjadi acuan penerapan implementasi kurikulum merdeka dapat dikatakan
berjalan dengan baik sebagai berikut:
27
a. Pada tahap perencanaan, guru mengikuti berbagai pelatihan, setiap guru
membuat modul ajar dan instrumen asesmen diagnostik (kognitif dan
nonkognitif) dan guru terbagi menjadi beberapa tim fasilitator pada
kegiatan P5 serta menyusun modul P5 secara bersama-sama dengan tim
fasilitator sesuai dengan tema yang dijalankan.
b. Pada tahap pelaksanaan, guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
yang terbagi menjadi tiga yaitu diferensiasi konten, proses dan produk
dengan memetakan tiga komponen yaitu kesiapan belajar, minat belajar
dan gaya belajar peserta didik dengan tujuan agar proses pembelajaran
lebih menyenangkan tanpa ada rasa tertekan ataupun terpaksa pada diri
peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Bukan hanya itu, terdapat
pula kegiatan P5 yang terdiri dari tujuh tema yang dijalankan pertahun.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik memiliki karakter sesuai dengan
profil pelajar Pancasila yang di dalamnya memuat enam dimensi.
c. Tahap evaluasi, guru menerapkan tiga asesmen yang ada di dalam
kurikulum merdeka yaitu asesmen diagnostik (kognitif dan non-kognitif),
formatif dan sumatif.
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis
pengumpulan data (Data Collection), reduksi data (Data Reduction), penyajian
data (Data Display) dan penarikan kesimpulan (Verification).
E. Instrumen Penelitian
Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian kualitatif digunakan dengan
tujuan untuk mengetahui fenomena atau apa yang sebenarnya dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, motivasi dan lain sebagainya secara menyeluruh.
Data yang diperoleh akan dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang tersusun dari
kata-kata, dalam suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah. Melalui gambaran tersebut maka peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah salah satu teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data melalui seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada
28
responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebenarnya
efisien asalkan peneliti mengetahui secara pasti variabel yang akan diukur dan
data apa yang peneliti harapkan dari responden (Sugiyono, 2021). Disini
kuesioner atau angket diberikan kepada seluruh guru di SMA Negeri 1 Pamboang
untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Pamboang. Dengan adanya kuesioner ini maka peneliti dapat menentukan siapa
saja narasumber yang akan diwawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang yang bertujuan untuk saling
bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga mampu
dikonstruksikan makna yang terdapat dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2021). Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur. Teknik
ini digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data, bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan pengumpulan data peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
tertulis (Sugiyono, 2021). Jadi, peneliti melakukan wawancara kepada lima
responden yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru
penggerak, guru yang mengikuti pelatihan mengenai implementasi kurikulum
merdeka, dan guru biasa. Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum merdeka di
SMA Negeri 1 Pamboang.
3. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan karena para ilmuwan
tentu bekerja sesuai dengan data yang mereka peroleh secara nyata yaitu melalui
observasi (Sugiyono, 2021). Teknik observasi yang digunakan yaitu observasi
terus terang atau tersamar. Dalam hal ini, ketika peneliti sedang mengumpulkan
data, peneliti akan menyatakan secara terus terang bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Namun akan ada waktu peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam
kegiatan observasi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari jika suatu data yang
peneliti cari merupakan data rahasia (Sugiyono, 2021). Dalam penelitian ini yang
diobservasi yaitu proses pembelajaran pada kurikulum merdeka, kegiatan P5
29
(Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan dokumen-dokumen yang relevan
dengan penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1 Pamboang.
30
b. Reduksi Data
Mereduksi data berarti peneliti akan merangkum atau memilih data-data
yang pokok atau fokus pada hal-hal yang penting. Hal tersebut bertujuan agar data
yang telah melalui tahap reduksi akan memberikan gambaran yang jelas sehingga
peneliti akan lebih mudah dalam mengumpulkan data ataupun mencari data
selanjutnya. Reduksi data adalah proses dalam berfikir sensitif yang memerlukan
suatu kecerdasan, keleluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono,
2021). Pada tahap ini peneliti memilih dan memilah data-data yang telah
terkumpul yang dianggap penting sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dalam penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teks yang bersifat naratif.
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan dalam memahami apa yang
terjadi serta akan mudah dalam merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami (Sugiyono, 2021). Pada tahap ini peneliti menyajikan data
yang telah diperoleh dan telah melewati proses reduksi data. Data ini akan
disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
menarik kesimpulan awal yang masih bersifat sementara. Jika kesimpulan awal
tidak memiliki bukti yang kuat yang dapat mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya maka kesimpulan tersebut akan berubah. Tetapi jika kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipercaya maka ketika peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya (Sugiyono, 2021). Pada tahap ini
peneliti membuat kesimpulan. Kesimpulan yang telah diperoleh akan
dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan oleh pakar atau yang relevan.
Kemudian dilakukan pengecekan ulang terhadap pelaksanaan kuesioner (angket),
wawancara dan observasi,. Setelah itu membuat kesimpulan secara umum untuk
dilaporkan sebagai hasil dari penelitian.
31
2. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
peneliti harus melakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang
akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Pengujian Credibility
Uji credibility (kredibilitas) digunakan oleh peneliti karena mengacu pada
keyakinan akan kebenaran data dan interpretasinya. Adapun uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif sebagai berikut:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat membantu peneliti untuk meningkatkan
kredibilitas data. Dengan adanya perpanjangan penelitian maka peneliti dan
narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai
sehingga tidak akan ada informasi yang disembunyikan. Perpanjangan
pengamatan dilakukan jika data yang diperoleh ternyata belum benar (Sugiyono,
2021). Bila data yang diperoleh belum benar maka peneliti harus turun kembali ke
lapangan untuk melakukan pengamatan secara lebih luas dan mendalam sehingga
data yang diperoleh benar-benar merupakan data yang pasti.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan dilakukan agar peneliti melakukan suatu
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan adanya hal
tersebut maka data yang diperoleh sudah pasti merupakan data yang pasti dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis (Sugiyono, 2021).
3) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai
pengecekan data dari narasumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu
(Sugiyono, 2021). Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik karena pengumpulan datanya
menggunakan tiga sumber data dan tiga teknik pengumpulan data yaitu kuesioner
(angket), wawancara dan observasi. Pada pengujian kredibilitas, triangulasi teknik
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari sumber yang
sama namun menggunakan teknik yang berbeda.
32
4) Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi digunakan untuk sebagai pendukung dalam
mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh mampu dibuktikan
kebenarannya. Adapun bahan referensi yang digunakan yaitu rekaman wawancara
yang tentunya akan membuktikan kebenaran data wawancara yang telah diperoleh
(Sugiyono, 2021).
b. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2021).
Pengujian transferability dilakukan oleh pembimbing. Bila auditor atau
pembimbing atau pembaca laporan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
penelitian tersebut maka suatu hasil penelitian dapat diberlakukan transferability,
sehingga laporan tersebut memenuhi standar transferability.
c. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif tujuan dari uji dependability yaitu untuk
membuktikan bahwa peneliti tersebut benar-benar melakukan proses penelitian di
lapangan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap seluruh proses penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya
penelitian yang tidak reliable atau dependable (Sugiyono, 2021). Proses
pengujian dependability dilakukan oleh auditor atau pembimbing untuk
memeriksa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses penelitian.
d. Pengujian Confirmability
Pengujian confirmability dan dependability dapat dilakukan secara
bersamaan karena pengujian tersebut mirip. Pengujian confirmability merupakan
pengujian yang digunakan untuk menguji hasil dari penelitian, kemudian
dikaitkan dengan proses penelitian yang telah dilakukan (Sugiyono, 2021).
Penelitian dikatakan memenuhi standar confirmability jika hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang telah dilakukan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Aida, E. S., Fauzi, A., & Wahyono. (2023). Implementasi Manajemen Kurikulum
Merdeka Belajar di SDIT Sabilul Huda Kota Cirebon. Journal of Islamic
Education Management, 7(1), 7–26.
https://doi.org/https://search.crossref.org/?q=jiem&from_ui=yes
Amiruddin, Prasetia, I., Susilo, J., Sihite, M., Gultom, A. W., Manullang, J. M. R.,
& Barus, B. (2022). Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam Mengembangkan Karakter Pancasila di SMPN 5 Satu Atap Kerajaan
Pardomuan. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan Pengajaran, 3(3), 266–276.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v3i3.13216
Angga, A., Suryana, C., Nurwahidah, I., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
di Sekolah Dasar Kabupaten Garut. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877–5889.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3149
Anwar, Sukino, & Erwin. (2022). Komparasi Penerapan Kurikulum Merdeka Dan
K-13 Di Sma Abdussalam. Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora, 2(1),
83–96.
https://www.bajangjournal.com/index.php/JPDSH/article/view/4101/3043
Armadani, P., Kartika Sari, P., Abdullah, F. A., & Setiawan, M. (2023). Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1
Junjung Sirih. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Januari, 2023(1), 341–
347. https://doi.org/10.5281/zenodo.7527654
71
Bahria, E. S., Yunita, L., & Sholihat, R. N. (2023). Aplikasi Kurikulum Merdeka:
Fenomena Learning loss Pada Pembelajaran Kimia. Bandung: CV Media
Sains Indonesia.
Darlis, A., Sinaga, A. I., Perkasyah, M. F., Sersanawawi, L., & Rahmah, I. (2022).
Pendidikan Berbasis Merdeka Belajar. Analytica Islamica, 11(2), 393–394.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/index
Firdaus, H., Laensadi, A. M., Matvayodha, G., Siagian, F. N., & Hasanah, I. A.
(2022). Analisis Evaluasi Program Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(4), 686–692.
https://core.ac.uk/download/pdf/322599509.pdf
Hattarina, S., Saila, N., Faradila, A., Putri, D. R., & Putri, R. G. A. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Lembaga Pendidikan. Seminar
Nasional Sosial Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA), 1, 181–192.
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENASSDRA
72
Indriani, N., Suryani, I., & Mukaromah, L. ’lu ’ul. (2023). Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar dalam pembentukan karakter disiplin peserta
didik di sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan: Khazanah Pendidikan,
17(1), 242–252.https://doi.org/10.30595/jkp.v17i1.16228
Insani. F, Harto. N, & Iin.P. (2023). Analisis Hasil Asesmen Diagnostik Sebagai
Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Dasar.
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 9(2), 4450–4458.
https://doi.org/10.36989/didaktik.v9i2.1154
Isa., Muhammad, A., & Rini, M. (2022). Peran Kepala Sekolah dalam
menerapkan Peraturan-Peraturan di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(3), 3419–3423. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2596
Malikah, S., Winarti, W., Ayuningsih, F., Nugroho, M. R., Sumardi, S., &
Murtiyasa, B. (2022). Manajemen Pembelajaran Matematika pada
Kurikulum Merdeka. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5912–5918.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3549
Manalu, J. B., Sitohang, P., Heriwati, N., & Turnip, H. (2022). Prosiding
Pendidikan Dasar Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Merdeka Belajar. Mahesa Centre Research, 1(1), 80–86.
https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174
73
Panginan, V. R., & Susianti. (2022). Pengaruh Penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Perbandingan
Penerapan Kurikulum 2013. Jurnal PGSD Universitas Lamappapoleonro,
1(1), 9–16. https://jurnal.pgsd.unipol.ac.id/index.php/home
Pratycia, A., Dharma Putra, A., Salsabila, A. G. M., Adha, F. I., & Fuadin, A.
(2023). Analisis Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka.
Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 58–64.
https://doi.org/10.47709/jpsk.v3i01.1974
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak.
Jurnal Basicedu, 6(4), 6313–6319.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
Satriawan, W., Santika, I. D., Naim, A., Tarbiyah, F., Raya, B., Selatan, L.,
Timur, L., Bakoman, A., & Panggung, P. (2021). Guru Penggerak Dan
Transformasi Sekolah. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Volume, 11(1),
1–12. https://doi.org/https://doi.org/10.24042/alidarah.v11i1.7633
Soedjono, S., Sudana, I. M., Utomo, K. B., & Royana, I. F. (2023). Kesiapan
Satuan Pendidikan di Kota Semarang Dalam Implementasi Kurikulum
Merdeka. Jurnal Simki Pedagogia, 6(1), 43–52.
https://doi.org/10.29407/jsp.v6i1.198
Subakti, H., Putranti, E. C., Hudzafidah, K., Yuliana, R., Musyarofah, S., Alifiah,
S., Widaryanti., Hayati, N., Bintari, V. I., Nuswantara, D. A., Anggono, A.,
Krisprimandoyo., Agus., Klaudia, S., Hariyati., & Amalo, F. (2022). Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jawa Barat: CV. Media Sains Indonesia
74
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, R&D dan Penelitian Pendidikan). Bandung: Alfabeta
Sulastri, S., Syahril, S., Adi, N., & Ermita, E. (2022). Penguatan pendidikan
karakter melalui profil pelajar pancasila bagi guru di sekolah dasar. JRTI
(Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 7(3), 583.
https://doi.org/10.29210/30032075000
Susanti, M., Rahmadona, T., & Fitria, Y. (2023). Studi Literatur: Perbedaan
Penilaian Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Jurnal Basicedu,
7(1), 339–350. https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i1.4444
Ulandari, S., & Dwi, D. (2023). Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila sebagai Upaya Menguatkan Karakter Peserta Didik. Jurnal Moral
Kemasyarakatan, 8(2), 12–28.
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK/article/view/8309/3914
75