Cerita Fabel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

SI HIU YANG SUKA BERBOHONG

Di sebuah laut yang sangat dalam, hiduplah seekor hiu yang besar. Hiu besar itu
mempunyai banyak teman, dan semua teman-temannya pun suka kepadanya, karena ia pandai
mendongeng. teman-teman hiu antara lain paus besar, gajah laut dan ikan pari, Hiu mulai
mendongeng kepada teman-temannya itu. Ia mendongeng tentang kehebatan dirinya sendiri.
Dengan sombongnya hiu memuji-muji dirinya sendiri. Hiu mendongeng bahwa ia mempunyai
kelebihan bahwa ia tak terkalahkan, hiu bertanya kepada teman-temannya itu, “Terus apa saja
kelebihan kalian”?, paus besar menjawab,”aku bisa tumbuh besar dan melompat ke atas”, lalu
gajah laut ikut menjawab, “aku bisa berjalan di darat dengan mamakai sirip dan perutku”, tak
ketinggalam ikan pari ikut pula menjawab, “aku bisa berenang dengan kedua sayapku”.
Mendengar jawaban teman-temannya tampaknya hiu tak mau kalah dengan kelebihan
temannya masing-masing, hiu mendongeng lagi, “apakah kalian pernah bertemu ikan
piranha”?, paus besar balik bertanya kepada hiu, “apakah kamu pernah bertemu, hiu”?, dengan
nada sombong hiu menjawab, “aku pernah bertemu dengan rombongan ikan piranha, dan
mereka tidak akan memakanku”, “karena aku adalah hiu yang besar, hahahahaaaa!”, “kamu
tidak takut hiu?” tanya paus besar. “aku tidak takut pada siapapun?” jawab hiu dengan penuh
percaya diri. Dengan nada jengkel ikan pari menyahut, “apakah benar semua itu hiu?”, “benar,
karena kau lebih besar dibanding piranha, dan aku lebih kuat”, sahut hiu dengan nada yang
lantang. “Wah kamu memang hebat hiu,”dengan terkagum gajah laut memuji hiu. Dengan
serius mereka mendengarkan dongeng hiu di atas sebuah kapal yang sudah lama karam. Ketika
mereka sedang asyik mendengarkan dongeng si hiu, dengan tiba-tiba ada rombongan ikan
piranha yang lewat di dekat mereka, dengan cepat paus besar, gajah laut, dan ikan pari
bersembunyi di dalam kapal yang karam itu.
Rombongan ikan piranha itu menuju ke kapal karam itu, mereka berputar-putar dan
nampaknya mereka sedang lapar dan ingin mencari makan. Dengan hati-hati mereka bertiga
terus bersembunyi di dalam kapal karam, namun dimana si hiu?, ternyata di hiu sedang
bersembunyi dan sangat ketakutan. Beruntung rombongan piranha itu segera pergi. Setelah
situasi aman, paus besar dan kedua temannya keluar dari persembunyian mereka, dengan
penuh tanda tanya mereka mencari si hiu, “kemana hiu tadi?” tanya di gajah laut. Dengan
gemetar hiu keluar dari persembunyiannya dengan wajah yang ketakutan. “Hiu, kemana saja
kamu?”, “mengapa kamu tidak menghadapi mereka?”. tanya ikan pari. “Mana kehebatanmu
hiu, seperti dongengmu tadi?”, hiu hanya terdunduk dan terdiam menahan malu karena sudah
berbohong kepada teman-temannya.

Pesan Moral : “Maka dari itu jangan suka berbohong ya, karena akan membuat dirimu malu.
bicaralah apa adanya sesuai dengan kenyataan, kalau begini kan malu jadinya.”
SI NURI YANG RAJIN

Di sebuah hutan yang lebar, ada keluarga Burung Nuri yang sedang bercengkerama di
rumah mereka yang di atas pohon. Di rumah itu ada ayah Nuri, ibu Nuri, adik Nuri dan si Nuri.
Ayahnya sedang memberi nasehat kepada anak-anaknya, adik Nuri dan si Nuri sangat
memperhatikan nasehat sang ayah. “Apa kalian tahu mengapa ayah memanggil kalian untuk
berkumpul di rumah?” tanya ayah Nuri. “Kita tidak tahu, yah memang ada apa?” jawab Nuri.
Dengan sabar ayah Nuri menjelaskan semuanya. “Untuk kalian anak-anakku, ayah ingin
memberitahu sesuatu kepada kalian” jelas si ayah. “Ya, ayah..sebenarnya ada apa?” tanya Nuri.
“Anakku, di hutan ini, sekarang banyak sekali pendatang baru, otomatis makanan akan semakin
sulit..Oleh karena itu, mulai sekarang kita harus lebih giat mencari makanan untuk persediaan
kita nanti” kata ayah Nuri. “Ayah tidak usah khawatir, kami akan lebih giat mencari makanan
untuk keluarga kita” tutur Nuri.
Di pagi yang cerah, matahari mulai nampak tuk memberi sinar alam semesta ini. Nuri
dengan semangat berangkat mencari makanan di sekitar hutan, dengan bernyanyi riang
gembira Nuri terbang. Tak terasa Nuri terbang jauh, namun belum mendapat makanan juga.
“Aduh, kok jadi aneh ya, terbang kesana kemari belum juga dapat buah kesukaan keluargaku”
gumam Nuri. Nuri pun terbang pelan, melihat-lihat sekitar hutan barangkali masih ada buah
untuk makanannya. “Benar kata ayah, makanan sudah muali sulit dicari” kata Nuri. Secara tiba-
tiba pandangan Nuri tertuju ke si Beo yang sedang termenung di ranting pohon, Nuri pun
menghampiri si Beo. “Ada apa, Beo..Kok kamu wajahmu pucat, apa kamu sakit?” tanya si Nuri.
“Ga kok, Nuri..aku baik-baik saja, hanya dari tadi pagi aku sudah terbang jauh namun belum
juga mendapat makanan” jawab Beo. “Kalau begitu kita sama, Beo..Aku juga sudah dari tadi
pagi belum mendapat makanan” jelas Nuri.
Bertambahnya pendatang baru di hutan sangat terasa, makanan mulai sulit, namun Nuri
tidak pernah menyerah, ia terus berusaha mencari dan mencari makanan untuk persediaan
keluarganya. “Ayo, Beo..Kita cari makanan bersama, jangan pernah menyerah” hibur Nuri. “Iya,
Nuri..tapi aku sudah lapar, aku sudah tidak kuat terbang lagi” jawan Beo. “Jika kamu terus disini
akan mendapat makanan?, ayo lebih baik kita mencoba lagi, pasti masih ada makanan” ajak
Nuri. “Terbangnya pelan-pelan saja ya?” iba Beo. “Iya deh, semangat ya Beo” kata Nuri.
Akhirnya Nuri dan Beo terbang ke timur untuk meneruskan mencari makanan. Pelan-pelan
mereka terbang hingga akhirnya ada pohon yang rindang, dilihat dari luar pohon itu memang
tidak ada buahnya, namun sebenarnya di tengah-tengah rindangnya pohon itu masih ada buah-
buahan yang cukup banyak. “Lihat, Beo..Ada makanan, ayo kita cari yang banyak untuk
persediaan keluarga kita masing-masing” teriak Nuri. “Kebetulan aku lapar, aku makan dulu aja
ya, nanti baru kita bawa pulang” ajak Beo. “Terserah kamu aja Beo, aku mencari buah dulu
untuk keluargaku dirumah, baru aku akan makan bersama-sama keluargaku” kata Nuri.
Dengan semangat Nuri memetik buah satu persatu dan dimasukkan ke dalam kantong
yang sudah di siapkan. Setelah semua selesai, Nuri dan Beo terbang pulang kerumah masing-
masing dan menyerahkan makanan yang telah di dapatkan kepada keluarga mereka. Orang tua
Nuri sangat senang melihat Nuri pulang membawa makanan, mereka bangga mempunyai anak
seperti Nuri yang rajin.
Pesan Moral : “Jadilah anak yang rajin dan membantu orang tua. Karena ini adalah salah
satu cara kamu berbakti kepada kedua orang tuamu. Mulai sekarang jadi anak yang rajin
ya.”
TIPU DAYA MONYET

Di sebuah hutan yang lebat, ada seekor monyet kecil bernama Mimi yang suka meloncat kesana
kesini. Ia gemar bermain dan sering lupa waktu jika dia sibuk bermain. Sambil makan pisang, dia
bergelantungan di pohon dengan riang gembira. Mimi mempunyai sahabat, namanya Popo. kemana
Mimi pergi, Popo pasti selalu menemani. Namun Popo mempunyai tubuh yang besar sehingga kurang
lincah bila melompat-lompat, sering kali Mimi mengerjainya. Pada saat asyik bermain di pohon dekat
sungai, terlihat seekor buaya datang menghampiri mereka berdua, Mimi dan Popo menyapa buaya itu.
“Hai Buaya, apa kabarmu hari ini?” Mimi dan Popo menyapa. “Kabarku baik-baik saja, bagaimana kabar
kalian berdua?” jawab buaya lanjut bertanya. “Kabar kami berdua juga baik-baik saja” jawab Mimi. “Ada
keperluan apa kamu datang kemari, buaya?” lanjut tanya Mimi. “Ah, tidak apa-apa kok. Aku hanya ingin
bermain bersama kalian” jawab buaya gagap. “baiklah kalau begitu, ayo kita bermain sekarang” ajak
Mimi.
“Kita bermain diseberang saja, disana terdapat tempat yang indah dan asyik untuk bermain”
bujuk buaya. “Wah, pasti menyenangkan ini, tapi kami tidak bisa berenang, buaya” tanya Mimi. “Tenang
saja, aku akan mengantarkan kalian ke seberang, naik ke punggungku sekarang” jawab buaya. Mimi
yang pertama kali di seberangkan oleh buaya itu, dari kejauhan, nampaknya Popo mulai curiga, ia
melihat tingkah laku buaya yang aneh, padahal mereka baru kenal, kok tiba-tiba buaya itu bersikap baik
kepada mereka berdua. “Harusnya tadi aku mengingatkan Mimi untuk waspada, semoga perkiraanku
salah” gumam Popo sendirian. Sekembalinya buaya dan Mimi dari seberang, Popo lega karena tidak
terjadi apa-apa seperti yang dipikirkannya. “Hai Popo, disana ada tempat bermain yang indah sekali,
kamu tidak ingin melihatnya?” sapa Mimi. “Tidak Mimi” jawab Popo. “Sekarang aku pamit pulang dulu
ya” kata buaya. “Ya buaya, terima kasih ya” jawab Mimi. Buaya pun meninggalkan mereka berdua di
pinggir sungai, sementara Popo terus memandangi buaya dengan penuh rasa curiga. “Kita harus hati-
hati, Mimi. Aku punya firasat yang tidak baik dengan buaya itu” Popo mengingatkan. “Memang kenapa,
Popo” tanya Mimi. “Aku melihat perlaku aneh, sorot matanya menandakan ia mempunyai maksud yang
tidak baik, Mimi” jawab Popo. “Itu cuma perasaanmu saja, kalau dia punya niat tidak baik, pasti di
seberang tadi aku sudah di makannya” bantah Mimi. “Itulah kenapa tadi aku memperhatikan kamu
terus, dia tahu aku mengawasinya,” jawan Popo. “Jangan berpikiran buruk dulu, Popo,” ucap Mimi.
Keesokan harinya, Mimi sedang bergelantungan di pohon pinggir sungai sendirian dan Popo
belum datang untuk bermain dengan Mimi. “Hari yang indah ya?, kamu sendirian, Mimi?” sapa buaya.
“Eh kamu buaya, iya nih aku sendirian, Popo belum datang” jawan Mimi. “Kita kesebarang lagi yuk,
Mimi” ajak buaya. “Wah, menarik juga nih. Ayo kita berangkat sekarang” jawab Mimi. Dengan gembira
Mimi melompat ke punggung buaya, mereka pun berangkat ke seberang. Ditengah perjalanan, buaya
berkata kepada Mimi. “Sebenarnya aku sedang mencari obat untuk raja buaya yang sedang sakit.” “Apa
obat yang bisa menyembuhkan penyakit rajamu, buaya?” tanya Mimi. “Obatnya adalah hati dan jantung
monyet” jawab buaya. Mendengar jawaban buaya, Mimi terkejut bukan main. Ia sadar maksud buaya
itu. “ternyata si Popo benar, aku harus cari cara untuk menyelamtakan diri sebelum aku di bunuh buaya
untuk di ambil jantung dan hatiku” kata Mimi dalam hati. Sambil berpikir, Mimi menemukan akal untuk
menyelamatkan diri. “Baiklah buaya, setelah di seberang, engkau boleh mengambil jantung dan hatiku,
tapi ijinkanlah aku menikmati pemandangan indah itu untuk terakhir kalinya” akal Mimi. “kamu serius,
Mimi?” jawab buaya. “Demi menyelamatkan raja mu, aku siap mengorbankan nyawaku” ucap Mimi.
“Baiklah, nikmatilah pemandangan itu sepuas hatimu” jawan buaya.
Setelah sampai di seberang, dengan sedikit gemetar, Mimi akhirnya melompat ke daratan.
Nampaknya buaya baru sadar kalau dia di tipu oleh Mimi. Di seberang sudah ada Popo yang menunggu
bersama seekor burung besar untuk mengantarkan Mimi kembali di tempat semula. Popo sengaja tidak
datang karena sudah tahu niat buaya. Mimi mengucapkan terima kasih kepada Popo, karena sudah
mengingatkan dia.
Pesan Moral : “Perangkap biasa mengenai siapa-saja, tapi kehati-hatian selalu membuat segala
jebakan terungkap. Mata harus tetap waspada, tindakan harus tetap hati-hati, tapi kaki harus tetap
berlari kencang.”
LUMBA-LUMBA PENOLONG

Di laut yang luas dan dalam, hidup keluarga lumba-lumba yang bahagia. Mereka terdiri
dari ayah, ibu dan dua anak yang bernama Sasa dan Sisi. Walau mereka kembar, tapi
mempunyai sifat yang berbeda. Sasa sebagai kakaknya mempunyai sifat berani dan keras,
sedangkan Sisi adiknya mempunyai sifat suka menolong dan ramah. Sepi sekali di rumah jika
mereka tidak ada, banyak hal yang mereka lakukan jika mereka sedang dirumah, apalagi saat
makan, ada saja ulah mereka itu, melihat anak-anaknya yang seperti itu, ayah dan ibu mereka
tidak pernah marah.
Pada pagi hari yang cerah, ayah dan ibu lumba-lumba keluar rumah untuk mencari
makanan. “Sasa, Sisi, ibu dan ayah mau mencari makanan buat kita makan nanti, kalian jangan
main jauh-jauh ya,” kata ibu Sasa Sisi. “Iya Bu, kami tidak main jauh-jauh” jawan Sasi dan Sisi.
Saat kedua orang tuanya berangkat mencari makan, Sasi dan Sisi bermain bersama teman-
temannya di permukaan laut, mereka kejar-kejaran, kadang juga melompat ke atas dan saling
bercanda. Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba ada ombak besar datang, ditambah angin yang
bertiup kencang, Sisi jadi panik melihat keadaan seperti. “Kak, aku takut. Aku bukan seperti
kakak yang pemberani,” teriak Sisi. “Kamu tidak usah takut, Sisi. tetap bersamaku, jangan jauh-
jauh,” bujuk Sasa. “Iya, kak. Tapi jangan cepat-cepat berenangnya, jangan tinggalin Sisi ya kak,”
pinta Sisi. “Iya, kamu tenang saja, mana mungkin aku meninggalkan adikku di lautan sepas
seperti ini,” jawab Sasa. Perasaan orang tua kepada anaknya sungguh sangat peka. Ketika
ditengah perjalanan, kedua orang tua Sasa dan Sisi gelisah memikirkan keadaan anak-anaknya.
“Firasatku tidak enak, pak. Meninggalkan Sasa dan Sisi” tanya ibu lumba-lumba.
“Ibu tidak usah khawatir, mereka akan baik-baik saja. Bapak percaya bu, mereka bisa
menjaga diri” jawab bapak lumba-lumba. Setelah suasana lautan reda, ombak kembali normal
dan angin sudah seperti biasanya, Sasa dan Sisi pulang ke rumah, dan mereka sangat terkejut
melihat sebuah kapal kecil yang karam karena ombak besar tadi. Ada dua orang yang
tenggelam. Tampaknya mereka tidak bisa berenang dan mencoba untuk naik ke permukaan
laut, namun gagal. Melihat kejadian itu, Sasa dan Sisi berniat untuk menolong mereka.
“Ayo kak, kita tolong mereka” ajak Sisi. “Iya Si, kasihan mereka tidak bisa berenang”
jawan Sasa. Sasa dan Sisi langsung berenang menuju kedua orang itu, lalu mereka menaikkan
tubuh orang itu dengan pundak mereka. Sasa membawa satu orang dan Sisi juga membawa
satu orang. “Aku melihat daratan, kak” kata Sisi. “Kita antarkan mereka ke daratan itu, Si.
Sepertinya itu sebuah dermaga.” ucap Sasa. Sesampainya di daratan, Sasi dan Sisi meletakkan
kedua orang itu di pasir. Disana banyak sekali orang-orang yang tahu kejadian itu, mereka
berlari mendekat.
“Ada lumba-lumba menolong Anton, tadi aku lihat kapalnya tenggelam,” kata salah satu
orang itu. “Terima kasih lumba-lumba, sudah menolong teman kami,” ucap mereka sambil
mengelus-elus Sasa dan Sisi. Mereka berdua menganggukkan kepala, lalu mereka kembali ke
laut sambil melompat ke atas, orang-orang bertepuk tangan dan bersorak memuji lumba-lumba
itu. Setelah beberapa saat hari sudah mulai sore, Sasa dan Sisi sadar pulang terlambat, kedua
orang tua nya pasti mencari mereka. Lalu mereka bergegas pulang kerumah, sesampainya di
rumah Sasa dan Sisi bertemu bapak dan ibu yang juga baru pulang dari mencari makanan. Di
saat makan malam bersama, mereka menceritakan kejadian tadi siang. Bapak dan ibu
tersenyum dan bangga dengan Sasa dan Sisi.

Pesan Moral : “jika kamu malas untuk menolong orang lain, maka bayangkanlah jika tak ada
seorangpun yang mau menolong kamu.”
KIJANG SERTA SEEKOR KAMBING

Satu hari seekor kijang keluar dari suatu rimba untuk mencari makanan, kijang itu pergi
ke suatu peternakan kambing di mana di sana ada beragam macan makanan serta
mengharapkan dia dapat meminjamnya dari beberapa kambing namun dia punya niat tidak
untuk kembalikan apa yang sudah dia pinjam. Sang kijang mesti meniti jarak yang jauh untuk
meraih tempat peternakan kambing, setelah tiba di sana dia lihat seekor kambing membawa
suatu hal dipunggungnya sang kijang penasaran dengan benda yang ada dipunggung sang
kambing lalu dia mendekati sang kambing sembari menempatkan muka sedih. Saat sang kijang
hampiri sang kambing dia ajukan pertanyaan pada sang kambing tentang benda yang dia bawa
dipunggungnya serta sang kambing menjawab bahwa benda itu yaitu sekantong gandum paling
baik diladang petani serta gandum itu adalah gandum pilihan.
Mendengar penjelasan sang kambing, sang kijang memohon pada sang kambing untuk
meninjamkannya lantaran dia tak mempunyai makanan lagi serta sulitnya mencari makanan di
rimba. Sang kambing tak yakin demikian saja dengan apa yang sudah disebutkan sang kijang
“Kenapa saya mesti meminjamkan gandum ini kepadamu? ” Bertanya sang kambing dengan
berprasangka buruk “karena di rimba susah sekali mencari makanan, lagi juga saya ini makhluk
yang bisa diakui.” jawab sang kijang sembari memberikan keyakinan sang kambing, sang
kambing memikirkan bila dia meminjamkan gandum ini pada sang kijang apa sang kijang akan
tidak kabur bila saya menagihnya lantaran larinya lebih cepat dariku, saya takut sang kijang
cuma memperdayaiku “apa jaminan bila saya meminjamkan gandum ini kepadamu apabila saya
menagihnya kau akan tidak lari dariku? ” Bertanya sang kambing dengan tegas “yakinlah
padaku wahai tuan kambing. ” kata sang kijang “aku bakal kembalikan apa yang sudah saya
pinjam serta saya akan tidak lari bila kau menagih padaku.” kata sang kijang memberikan
keyakinan sang kambing.
Sang kambing tetap harus tak mempercayainya “aku masih tetap tak yakin.” kata sang
kambing “tuan kambing kata-kataku ini dapat kau pegang sang serigala dapat menanggung
kejujuran ku.” kata sang kijang “Serigala katamu?” teriak sang kambing “aku mengetahui sang
serigala dengan sangatlah baik, dia memanglah mahkluk yang bisa diakui.” singgung sang
kambing “bahkan karena sangat jujurnya apa pun yang dia ingin dia ambillah serta tak pernah
saya lihat apa yang dia ambillah itu dikembalikan, dia seenaknya saja membawa suatu hal yang
bukanlah kepunyaannya tanpa ada terasa bersalah.” tegas sang kambing “tuan kijang, mungkin
saja anda sama dengan tuan serigala, kau mungkin lari saat saya menagih hutangmu padaku. ”
terang sang kambing. Sang kambing tak meyakini kalimat yang keluar dari mulut seseorang
penjahat oleh karena itu dia tak meminjamkan gandumnya pada sang kijang serta pergi
meninggalkan sang kijang.

Pesan Moral : “Kejujuran adalah bukti yang hakiki dalam mempercayai maksud dan tujuan
tertentu, sehingga sifat baik dan buruk dapat menjadi pelajaran dalam hidup ini”
KUCING KOTA SERTA KUCING DESA

Satu hari di waktu matahari nyaris terbenam seekor kucing kota dengan bulu lebat serta
menawan datang menjenguk saudaranya di suatu desa, kucing desa sangat suka dengan
kehadiran sang kucing kota, sang kucing kota berbincang-bincang tentang pengalamanya, serta
sang kucing desa cuma dengarkan narasi itu. Sang kucing desa menjamu sang kucing kota
dengan makanan yang simpel. Sang kucing kota kunyah beberapa makanan hidangan itu
dengan sangatlah sopan walau itu hanya sebatas basa-basi belaka. Sang kucing desa sangatlah
tertarik mendengar narasi dari kucing kota itu sang kucing mau sekali mencicipi bagaimanakah
nikmatnya hidup di suatu perkotaan yang penuh dengan makanan.
Sampai pada akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang serta nyaman diatas
rerumputan serta jerami kering dibawah suatu pohon yang rindang sampai ayam berkokok
mengisyaratkan pagi hari sudah tiba. Saat tidur semalam sang kucing desa punya mimpi hidup
di suatu kota dengan semua kemewahaannya sampai dia ingin saat sang kota mengajaknya
untuk pergi ke kota bersamanya dengan janji bahwa sang kucing kota bakal memberi
kesenangan, kemewahan dari kehidupan kota. Lantas mereka berdua pergi ke kota dengan
penuh harapan.
Sampailah mereka di suatu rumah yang cukup besar serta elegan saat mereka masuk
sang kucing desa kaget dengan makanan diatas meja, dia mencium aroma yang sangatlah enak
serta lezat sampai semangat makannya saat ini bertambah. Selang beberapa saat yang tinggal
didalam rumah datang serta lihat sang kucing desa sudah ada di meja makan mengendus-
ngendus makanan mereka.
Dengan penuh amarah yang tinggal didalam rumah mengambil sapu lantas memukul
sang kucing desa, sang kucing desa terasa ketakutan dengan tingkah laku yang tinggal didalam
rumah dia lari menjauh darinya, lantas sang kucing kota menuturkan pada kucing desa bahwa
bukanlah demikian cara memperoleh makanan di sini. “Pertama biarlah beberapa yang tinggal
didalam rumah makan dengan tenang, lalu kau mesti mendekatinya sembari meminta-minta
serta mengesek-gesekan badanmu ke yang tinggal didalam rumah itu jadi cara tersebut bakal
sukses kau pasti memperoleh makanan dari yang tinggal didalam rumah. ” terang sang kucing
kota, sang kucing desa coba apa yang disebutkan sang kucing kota, memanglah benar dia
memperoleh makanan dari yang tinggal didalam rumah tetapi makanan itu yaitu makanan
bekas seperti tulang belulang.
Sang kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia bicara pada sang kucing kota
“aku memanglah mempunyai kemewahan di sini namun apa mewahnya bila saya cuma
memperoleh bekas makanan, serta hidupku tak tenang saat saya bakal mencicipi makanan di
meja itu sebilah kayu menghantam badanku. ” lantas sang kucing keluar serta meninggalkan
kota itu, saat ini dia kembali pada desa dengan makanan yang simpel tetapi penuh dengan
kedamaian serta ketenangan.

Pesan Moral : “Kemewahan bukanlah yang memulai kedamaian dan kebahagian, tetapi
kesederhanaan lah yang membuat semua menjadi damai dan bahagia”
CERITA ANJING GUNUNG, KELEDAI DAN MACAN TUTUL

Suatu hari, seekor keledai pergi mencari anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat
tinggi. Keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama ke sebuah hutan yang
cukup lebat. Tidak lama keledai menaiki gunung, dia menemukan seekor anjing gunung sedang
berjalan. Kemudian dia mengajak anjing gunung itu untuk berburu bersama, dan anjing gunung
itu menerima ajakan dari si keledai. Kini, si keledai dan anjing gunung pergi menuju hutan lebat
yang menjadi tujuan mereka. Namun sebelum mereka memasuki hutan lebat itu, si keledai
melihat seekor macan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar.
Si keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi untuk berburu bersama, dan macan
tutul itupun menerima ajakan si keledai. Setelah si keledai mengumpulkan teman berburunya,
yaitu anjing gunung dan macan tutul. Kini mereka pergi menuju hutan lebat untuk berburu
bersama. Di dalam hutan, mereka menangkap hewan-hewan buruan dengan mudah karena
kerjasama yang baik diantara mereka. Hewan apapun bisa mereka tangkap, mereka berburu
dari pagi sampai sore hari. Hewan-hewan hasil buruan, kemudian mereka bawa ke tempat
terbuka. Hewan hasil buruan mereka antara lain kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan
uncal. Dan kini, waktunya mereka berbagi hewan buruan yang berhasil mereka tangkap. Macan
tutul menunjuk si keledai untuk membagikan hewan-hewan hasil buruan "Keledai, silahkan kau
bagikan makanan-makanan itu!" kata macan tutul. Keledai lalu menghitung dengan cermat
hewan hasil buruan mereka.
Setelah selesai menghitung, si keledai membagi-bagikan hewan hasil buruan secara adil
dengan membagi tiga bagian yang sama banyak. Melihat pembagian itu macan tutul marah,
kemudian dia menerkam keledai hingga mati. Dan kini, tumpukan makanan telah bertambah.
Kemudian macan tutul menoleh ke arah anjing gunung "Sekarang, kamu bagikan makanan itu!"
perintah macan tutul dengan marah. Kini, anjing gunung mendekati makanan itu. Dia
menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh keledai menjadi satu tumpukan
besar, kemudian dia menggigit seekor kelinci untuk dirinya sendiri. Itupun hanya seekor kelinci
yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk macan tutul. Macan tutul yang
tadinya marah kini mulai reda, dia melihat keputusan anjing gunung dengan tersenyum "Kau
sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan
makanan ini dengan sangat adil. Apakah kau mempelajarinya dari si keledai?" Tanya si macan
tutul. "Ya, aku belajar dari si keledai" jawab anjing gunung itu sambil pergi dari hadapan si
macan tutul "Aku juga tidak mau menerima nasib yang sama dengan si keledai!" celetuk si
anjing gunung. Dalam hatinya, anjing gunung sangat kecewa dengan keserakahan si macan
tutul. Dia berjanji, tidak akan bekerjasama dan membantu si macan tutul di kemudian hari.

Pesan moral : "Janganlah berbuat serakah, karena serakah akan membuat kita dijauhi
teman"

Anda mungkin juga menyukai