LP &ASKEP ANAK DIARE
LP &ASKEP ANAK DIARE
LP &ASKEP ANAK DIARE
OLEH:
KOMANG RISTI INDRIANI
NIM. 239013203
2. Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella,
salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah satu agen
parasit yang paling sering menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan
organisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal, oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene
yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang pathogen (Sharon, 2014).
3. Patofisiologi
Menurut Arif & Kumala (2011) secara umum kondisi peradangan pada
gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada
mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan
absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1). Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau
zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2). Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3). Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.
Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar melakukan
absorpsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya
gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan
elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air menjadi terganggu.
4. Pathway
Faktor Mal Absorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi
• Karbohidrat • Makanan Besi • Rasa takut
• Lemak • Beracun • Cemas
• Protein • Alergi Makanan
Merangsang usus
mengeluarkan isinya
Diare
Inkontinensia
Kerusakan Fekal
integritas kulit
5. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: (Nurarif & Hardhi, 2015)
1) Lama waktu diare
- Diare akut: berlangsung kurang dari 2 minggu
- Diare kronis: berlangsung lebih dari 2 minggu
2) Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik
a. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
- Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
- Kurang kalori protein.
- Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
b. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
- Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
- Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
6. Gejala Klinis
Menurut Wijaya (2013) tanda dan gejala diare sebagai berikut:
1) Suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare.
2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
mugnkin disertai lender atau lender dan darah
3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa
yang diabsorpsi oleh usus selama diare.
5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
6) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
7) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, TD turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) Diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria).
8) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (Kusmaul).
9) Bila tidak mendapat perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada
keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-
basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan sirkulasi.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3x
dalam sehari, adakah bau disertai lendir atau darah, mukosa mulut
kering, distensi abdomen, nafsu makan menurun, mual muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma stethoscope),
peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar
dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tekanan
darah menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun, suhu
meningkat > 37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dna tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa
- Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
5) Laboratorium:
- Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun)
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare yaitu (Ngastiyah, 2014):
1) Penatalaksanaan Medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan.
a) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral:
NaCl, isotonik, infuse RL.
b) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
c) Jalan masuk atau cairan pemberian:
- Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
- Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
d) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian
obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus,
antimetik.
b. Pengobatan dieretrik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu
formula yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak
jenuh, misalnya LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan
setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai
sedang atau tidak jenuh.
2) Penatalaksaan keperawatan
a. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak
mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan
per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan
Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).
Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
b. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infuse waktu memantaunya.
b) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.
c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok untuk mencegah bibir
dan selaput lendir mulut kering.
e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan
makan lunak atau secara realimentasi.
10. Komplikasi
Akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut (Maryunani,
2010):
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke
dalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan
Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak–
anak.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu
diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun
kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis,
hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,
pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien.
2) Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama
Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 3 kali
dengan konsistensi encer.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali dan waktu
diare: diare akut dan diare kronis
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah
dialami, alergi, pola kebiasaan, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Pernah
mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA,
campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga
yang berhubungan dengan distribusi penularan
- Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang
kurang mudah terkena kuman penyebab diare
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang) di sungai dan cara
bermain anak yang kurang hygienis dapat mempermudah
masuknya kuman lewat fecal-oral
- Persepsi Keluarga
Kondisi lemah dan diare yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh keluarga.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal kotor.
3) Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun teraba cekung
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3x
dalam sehari, adakah bau disertai lendir atau darah, mukosa
mulut kering, distensi abdomen, nafsu makan menurun, mual
muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma stethoscope),
peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar
dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tekanan
darah menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun, suhu
meningkat > 37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memanjang > 2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3) Inkontinensia fekal berhubungan dengan diare kronis.
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
5) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
7. Jelaskan definisi, jenis 7. Membantu pasien dan
inkontinensia, penyebab keluarga memahami
terkait inkontinensia
inkontinensia fekal
fekal
8. Anjurkan mencatat 8. Membantu dalam
karakteristik feses pengkajian
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian 9. Membantu
obat diare (mis. mengurangi defekasi
loperamide, atropine)
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
kurangnya asupan diharapkan defisit nutrisi teratasi nutrisi pasien dapat
makanan. dengan kriteria hasil: membantu dalam
1. Diare menurun pengkajian
2. Bising usus normal (5-30 2. Monitor asupan makanan 2. Memantau asupan
per menit) 3. Monitor berat badan makanan pada pasien
3. Berat badan normal 3. Mengetahui berat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
S : Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga
O : Berdasarkan outcome yang diharapkan
A : Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian
dan /atau tidak tercapai
P : Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa:
pertahankan kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi
intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI.
Wijaya, AS & Putri YM. 2013. KMB (Keperawatan Medikal Bedah), Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An. Y
DENGAN DIARE
DI RUANG CEMPAKA RSU NEGARA
OLEH:
KOMANG RISTI INDRIANI
NIM. 239013203
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Y
No Rekam Medis : 3272958
Tempat/Tanggal Lahir : Jembrana, 2 Mei 2023
Umur : 12 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa Yang Dimengerti : Indonesia
Agama : Hindu
Nama Ayah/Ibu/Wali : Ny. Y
Alamat/ No Telp : Br. Loloan, Pengambengan
Tanggal MRS : 22 Mei 2024
Tanggal pengkajian : 23 Mei 2024
Diagnosa Medis : Diare
f. Imunisasi :
No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2
bulan
2 DPT (I, II, III, IV) Usia 3, 4, 5 bulan Demam 1 hari
3 Polio (I, II, III, IV) Usian 3, 4, 5 bulan Tidak ada reaksi
4 Campak - -
5 Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi
g. Pengobatan :
Ibu pasien mengatakan saat An.Y sakit atau demam dibawa ke Bidan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
Keterangan:
↗
: Laki-laki
: Perempuan
X : Laki-laki meningal
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan saudara
: Serumah
: Pasien
VI. POLA KESEHATAN
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Ibu pasien mengatakan untuk pemeliharaan kesehatan dikeluarga baik
hanya saja pasien dan keluarga tinggal di lingkungan dekat TPS dan sudah
terbiasa dengan bau tidak sedap yang muncul dari TPS tersebut. Bila ada
keluarga yang sakit biasanya hanya membeli obat diwarung atau dibawa
ke puskesmas. Menurut ibu pasien sehat merupakan bila pasien dan
keluarga bisa bekerja, bermain, melakukan aktivitas sehari-hari dengan
biasa dan tidak merasa sakit.
NUTRISI
No. Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit
1 Selera makan Selera makan Selera makan
sangat baik menurun
2 Menu makan Bubur Bubur
3 Frekuensi makan Makan 3x sehari An. Y 3x sehari
dengan porsi 1 dengan porsi ¼
porsi bubur porsi bubur
dihabiskan dihabiskan
4 Makan pantangan - -
5 Makanan yag disukai - -
6 Perubahan pola makan - -
7 Cara makan An. Y disuapin Makan disuapin
oleh ibunya dan harus dibujuk
karena pasien
sedikit rewel
8 Ritual saat makan - -
CAIRAN
No. Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit
1 Jenis minuman ASI dan air putih ASI dan air putih
2 Frekuensi minum An. Y minum ± An. Y minum ± 5
7-12 kali sehari kali sehari
3 Kebutuhan garam - -
4 Cara pemenuhan - -
c. Aktifitas
No. Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit
1 Kegiatan sehari-hari - -
2 Pengaturan jadwal - -
3 Pengaturan alat bantu - -
aktifitas
4 Kesulitan pergerakan Tidak ada Terhalang oleh
tubuh infus
e. Eliminasi
f. Pola hubungan
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan memiliki banyak waktu bersama anaknya
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan keluarganya sangat cemas dengan kondisi anaknya
g. Koping
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan jika anaknya terkadang rewel apabila keinginannya
tidak terpenuhi dan memberikan hal yang diinginkan
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya semakin rewel dan sering menangis
h. Kognitif dan persepsi
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya selalu mengambil sesuatu yang berada
didekatnya
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau bermain dengan mainan hanya
ingin bersama ibunya
i. Konsep diri
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya biasanya bermain dengan mainnya
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya rewel dan ibunya ingin anaknya cepat
sembuh dan bisa bermain seperti biasa.
j. Seksual
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan pasien berumur 12 bulan dan pasien berjenis
kelamin laki-laki dan tidak mengalami gangguan/masalah.
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan pasien berumur 12 bulan dan pasien berjenis
kelamin laki-laki dan tidak mengalami gangguan/masalah.
k. Nilai
- Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan biasanya mengajak anaknya sembahyang setiap
hari tertentu
- Saat sakit
Ibu pasien mengatakan hanya bisa mengajak anaknya berdoa di tempat
tidur
2. Fungsi Mutorik
An. Y tidak mengalami kelemahan otak, kekuatan otot ekstremitas atas
dan bawah.
3. Fungsi Tensus
An. Y merasakan semua rangsangan yang diberikan
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
Nama Hasil Normal Satuan Hiperprestasi
malabsorpsi, ansietas,
efek obat-obatan,
pemberian botol susu)
S :-
5. Memberikan cairan O: Terpasang IVFD RL 18
14.00
intravena tpm
IVFD RL 18 tpm − Pasien tampak rewel
− Pasien tampak lemas
6. Menganjurkan makanan S: ibu pasien mengatakan
16.00 porsi kecil dan sering mengerti dan akan
secara bertahap (bubur) memberikan anaknya
makanan porsi kecil sedikit
2. Memonitor jumlah
10.00 S: Ibu Pasien mengatakan
pengeluaran diare
pasien BAB 4 kali
O: Pasien tampak masih
lemas
O:
- Frekuensi BAB 2x/hari
- Konsistensi cair dan ampas
- ASI (+)
- Terpasang IVFD RL 18 tpm
- Makanan bubur ½ porsi
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi 1,2, 3
2 25 Mei II S:
2024 - Ibu pasien mengatakan An. Y sudah sedikit
membaik dari sebelumnya dan mau bermain
dengan mainnya
O:
- N: 110x/menit
- Mukosa bibir lembab
- Turhor kulit elastis
- ASI (+)
- Terpasang IVFD RL 18 tpm
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi pasien