0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan7 halaman

LAPORAN PENDAHULUAN HAJRA ADELIA ASKEP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

LAPORAN PENDAHULUAN

SUPS MENINGIO ANESEFALITIS

DI SUSUN OLEH:

HAJRA ADELIA (105111103923)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2024
Laporan pendahuluan pada penyakit SUPS MENINGIO ANESEFALITIS

1. Definisi
Meningoensefalitis adalah kondisi langka dan mengancam jiwa di mana Anda mengalami meningitis
dan ensefalitis secara bersamaan. Penyedia layanan kesehatan juga dapat menyebutnya
ensefalomeningitis. Meningitis adalah infeksi atau peradangan pada area di sekitar otak dan sumsum
tulang belakang (meninges). Meninges melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari cedera dan
memberikan dukungan serta struktur. Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak. Kedua
kondisi ini biasanya berkembang karena infeksi (seperti infeksi virus atau bakteri ), tetapi bisa juga
disebabkan oleh penyebab lain. Meningoensefalitis dapat menyerang siapa saja pada usia berapa pun

2. Etiologi
Setiap jenis meningitis memiliki penyebab yang berbeda-beda.
 Bakteri
 virus
 jamur
 parasite
dapat menyebar melalui aliran darah, ujung saraf untuk mencapai otak dan sumsum tulang belakang.

3. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran
vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen
dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

4. Manifestasi klinis
 Neonatus: menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot melemah,
menangis lemah.

 Anak-anak dan remaja demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinası, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudinzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal) (Nurarif, 2013).

Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya

 Demam, merupakan gejala awal


 Nyeri kepala

 Mual dan muntah

 Kejang umum

 Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi

 Sakit kepala

 Mual muntah

 Demam

 Sakit dan nyeri secam.umum

5. Komplikasi

Komplikasi pada meningitis, yaitu:

a. .Peningkatan tekanan intrakranial

b. Hydrosephalus Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada
otak Infark serebral Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena
terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut

c. Ensepalitis peradangan pada jaringan otak dan meningen akibat virus, bakteri, dan jamur.

d. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon

e. Abses otak Infeksı bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak serta
pembengkakakan

f. Kejang: Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak
terkendali dan hilangnya kesadaran

g. Endokarditis Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam jantung

h. Pneumonia: Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau
kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.

i. Syok sepsis: Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat
rendah.

6. Pemeriksaan penungjang

Pemeriksaan Penunjang pada klien dengan penyakit meningitis (Hudak dan Gallo, 2012):

a. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut:


1) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari 100/mm3(normal: < 6/µL).

2) Pewarnaan gram CSS

3) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan pada meningitis dengan
penyebab virus kadar glukosa biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai
serum glukosa).

4) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada meningtis virus protein sedikit
meningkat.

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan trombosit, protombin dan
tromboplastin parsial. Pemeriksaan leukosit diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya
infeksı bakteri berat dan leukopenia mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk terutama pada
penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus.

Sama halnya dengan memanjangnya waktu protombin dan tromboplasun parsial yang di sertai
trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler deseminata. (leukosit normal 5000-
10000/mm3, trombosit normal: 150.000-400.000/mm3, Hb normal pada perempuan: 12-14gr/dl, pada
laki-laki 14-18gr/dl).

2) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200 gr/dl).

c. Pemeriksaan cairan dan elektrolit

1) Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrası, natrium serum (Na+) naik, kalium serum
(K+)turun. (Na+ normal: 136-145mmol/L, K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).

2) Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH

d Pemeriksaan kultur

1) Kultur darah berguna untuk mengidentifikası organisme penyebab

2) Kultururien urinalisis, unak mengidentifikasi orgamsme penyebab

3) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikası organisme penyebab

e. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan rontgenorafi jarang di perlukan dalam mediagnosis meningitis namun pemeriksaan
tersebut bisa berguna dalam mengenali faktor resiko. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya
edema serebri atau penyakit saraf lainya (Betz & Sowden, 2009).

7. Penata laksana
Penatalaksanaan pada klien penyakit meningitis ada 2, terdapat penatalaksaan medis dan
keperawatan, berikut penjelasannya

a Penatalaksanaan Medis
1) Meningitis purulenta

a) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-
muntah atau diare.

b) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan diazepam 0.5 mg/kg BB/ kali
intravena, dan dapat di ulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian. Bila kejang belum
berhenti, ulangan pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama
diberikan secara intramuskular

c) Setelah kejang dapat di atası, diberikan fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30 mg. anak kurang
dari I tahun 50 mg dan di atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat
diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9 mg/kg BB/hari di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2
hari.

d) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari di bagi dalam 6 dosis di tambah
kloramfenikol 100 mg/Kg BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis Pada hari ke-10 pengobatan di
lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan tersebut
di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum normal pengobatan di lanjutkan dengan obat yang
sama seperti di atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan hasil biakan dan uji resisten kuman.

2) Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian kombinasi obat antituberkulosis dan di
tambahkan dengan kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang, koreksi dehidrasi akibat
masukan makanan yang kurang atau muntah dan fisioterapi. Umumnya di pakai kombinasi
streptomisin, PAS dan INH. Bila ada resisten terhadap salah satu obat tersebut maka dapat digantikan
dengan reserve drugs. Streptomisin di berikan dengan dosis 30-50 mg/kg BB/hari selama 3 bulan atau
jika perlu di teruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai likuor serebrospinalis menjadi
normal. PAS dan INH di teruskan paling sedikit sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di berikan
berupa prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20 mg/ hari) dibagi 3 dosis
selama 2-4 minggu, kemudian di turunkan 1 mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian
kortikosteroid
mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid seluruhnya selama 3 bulan dan
dihentikan bertahap untuk menghindarkan terjadinya rebound phenomenon.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah gangguan kesadaran, resiko
terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.

1) Gangguan kesadaran

Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan tanda-tanda vital secara cermat
karena pernapasannya sering cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan 02 Untuk membantu
pemasukan O2 perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain itu pasien koma juga mengalami
inkontinensia urine maka perlu di pasangkan penampung urine . kebersihan kulit perut di perhatiakn
terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh karena itu jika akan memasang
kateter urine harus konsultası dahulu dengan dokter Buat catatan khusus jika belum ada catatan
perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien
2) Resiko terjadi komplikası

Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan pasien perlu
dilakukan pemasangan sonde tetapi untuk kebutuhan elektrolit tidak akan cukup. Bila terjadi
dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10% dan NACI 0,9% dalam perbandingan 3.1.
Pengawasan tetesan perlu dilakukan secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada
pukul berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan cairan atau tidak Pengaturan
posisi pada pasien juga perlu di perhatikan, teutama pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Ubahlah sikap berbaringnya setiap tiga jam, sekali-sekali lakukan gerakan pada sendi-sendi dengan
menekuk/meluruskan kaki tangan tetapi usahakan agar kepala tidak ikut terangkat (bergerak).

3) Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu bersikap lembut (jangan berpikir
bahwa pasien koma tidak akan tahu). Salah satu kesalahan yang sering terjadi ialah membaringkan
pasien tersebut menghadap cahaya matahari. sedangkan pasien koma matanya selalu terbuka. Untuk
menghindarkan silau yang terus menerus jangan baringkan pasien kearah jendela. Untuk pasien yang
akan melakukan tindakan, ajak lah pasien berbicara sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun
pasien tidak sadar (Ngastiyah, 2012)
Penatalaksanaan kejang

a) Airway

(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan sudip lidah yang telah
dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.

(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu
pernapasan

(3) berikan 02 boleh sampai 4 L mnt

b) Breathing

Isap lendir sampai bersih

c) Circulation

(1) Bila suhu tingg lakukan kompres hangat secara intensif

(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (berbeda dengan pasien tetanus yang jika
kejang tetap sadar)
DAFRAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/334443277/Memahami-Dan-Menjelaskan-Patofisiologi-
Meningoensefalitis
https://www.scribd.com/document/510110604/LP-KONSEP-ASKEP-MENINGITIS
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25157-meningoencephalitis
https://ciputrahospital.com/penyakit-meningitis/

Anda mungkin juga menyukai