293143-the-effect-of-health-care-with-audio-vis-1062a32d
293143-the-effect-of-health-care-with-audio-vis-1062a32d
293143-the-effect-of-health-care-with-audio-vis-1062a32d
474-481
Megawati*, Zahrudin**
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember.
ABSTRAK
Anak usia sekolah rentang terpengaruh berbagai jajanan yang di jajakan baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Dalam hal pemilihan makanan jajanan, anak masih kurang
memperhatikan keamanan dan kebersihan, karena kurangnya pengetahuan mengenai
jajanan yang aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan BPOM di Kabupaten Jember 2015,
tercatat hampir 90% jajanan anak sekolah mengandung bahan yang berbahaya seperti
boraks (pengenyal makanan), formalin (pengawet), dan zat pewarna. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penyuluhan dengan media audio visual
terhadap sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-10) tahun di SDN
Gunungsari 02 Umbulsari Kabupaten Jember. Desain penelitian yang digunakan adalah
one group pre-test – post test dengan pendekatan quasy-eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini adalah anak usia sekolah (9-10) tahun. Sebanyak 28 Anak usia sekolah (9-10)
tahun di ambil secara total sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai sikap favourable (78,5%) dan
mempunyai sikap unfavourable (21,5%). Hasil analisa didapatkan nilai berdasarkan uji Chi
Square di peroleh p value = 0.024 <α 0,05 berarti terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan
dengan media audio visual terhadap sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah
(9-10) tahun di SDN Gunungsari 02 Umbulsari Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil
tersebut pihak sekolah hendaknya memberikan pendidikan kesehatan pada anak dengan
menggunakan penyuluhan kesehatan.
Kata kunci : penyuluhan kesehatan, sikap memilih jajanan sehat, anak usia sekolah
(9-10) tahun
usia sekolah, kegiatan makan mereka menjual atau membuatnya tidak sehat,
lebih banyak dilewatkannya di sekolah makanan yang terkontaminasi bakteri,
bersama teman-temannya (Dwiriani, hingga penggunaan bahan-bahan
2009 dalam Deni, 2009). berbahaya seperti boraks, formalin,
Menurut data World Health rhodamin B, dan methanil yellow
Organization (WHO, 2013) menyatakan (BPOM, 2014).
bahwa di negara maju seperti Amerika Bahaya yang mengancam
3.000 orang meninggal setiap tahunnya kesehatan anak sekolah akibat perilaku
akibat foodborne disease. Menurut data jajan harus diperhatikan oleh semua
Center for Science in Public Interest pihak seperti orang tua, pihak sekolah,
(2012), di Asia khususnya negara maju dan departemen kesehatan (Judarwanto,
seperti Cina, diperoleh bahwa lebih dari 2004). Pemilihan makanan jajanan
250 anak sakit dan 40 orang anak merupakan perwujudan dari perilaku.
meninggal per tahun akibat Faktor terkait makanan, faktor personal
terkontaminasi makanan jajanan yang yang berkaitan dengan pengambilan
tidak sehat.Hasil Riskesdas 2013 keputusan pemilihan makanan dan faktor
menunjukkan bahwa insiden dan sosial ekonomi merupakan tiga kelompok
periodrevalence diare untuk seluruh faktor yang mempengaruhi pemilihan
kelompok umur di Indonesia adalah 3,5% makanan (Shepherd, 1999 dalam Aprillia,
dan 7%. Insiden diare pada kelompok 2014).
usia balita adalah 10,2%, sementara Berdasarkan Jurnal Pediomaternal
untuk anak usia sekolah (5-14 tahun) Vol. 3 No.1 Oktober-April 2014
adalah 2%. mengemukakan model PRECEDE
Balai Pengawasan Obat dan PROCEED Lawrence Green dijelaskan
Makanan (BPOM) Surabaya (2015), bahwa promosi kesehatan dengan media
selama kejadian takut 2012 ditemukan 22 alat bantu dapat mengubah perilaku
% JPAS yang masih berbahaya. Sebayak seseorang menuju kualitas hidup yang
78 % sisanya diyakini BPOM sudah lebih sehat. Media adalah segala bentuk
cukup aman untuk dikonsumsi dari target yang dipergunakan untuk menyalurkan
BPOM Surabaya pada 2012 hanya 70 % pesan informasi. Berdasarkan fakta yang
PJAS aman konsumsi (Kominfojatim, ada, persoalan makanan jajanan dari dulu
2013). Berdasarkan Badan Pengawas sampai sekarang tetap masih ada baik itu
Obat dan Makanan (BPOM) Kabupaten menyangkut sanitasi makanan jajanan
Jember 2015, masih menemukan jajanan maupun keamanan makanan jajanan.
anak di sekolah yang mengandung bahan Oleh karena itu masih tetap diperlukan
tidak aman untuk kesehatan, tercacat komunikasi, informasi, dan edukasi
hampir 90% jajanan anak sekolah tentang makanan jajanan yang memenuhi
mengandung bahan bahaya seperti boraks syarat gizi dan kesehatan. Promosi
(pengenyal makanan), formalin kesehatan metode audio visual (lihat-
(pengawet), dan zat pewarna. dengar) lebih merangsang dalam
Menurut Kementerian Kesehatan penyampaian pesan-pesan/informasi yang
Republik Indonesia tahun 2014 sekitar disampaikan karena responden dapat
40% - 44% pangan jajanan anak sekolah melihat dan responden juga dapat
tidak memenuhi syarat kesehatan. Pangan mendengarkan isi pesan tersebut.
jajanan anak sekolah yang tidak Pengetahuan dan sikap
memenuhi syarat tersebut dikarenakan merupakan salah satu faktor yang
oleh beberapa faktor diantaranya adalah berhubungan. Pengetahuan yang baik
kondisi makanan yang tidak higienis, alat belum tentu diwujudkan dalam perilaku
yang digunakan untuk mengolah yang baik. Terbentuknya suatu perilaku
makanan tidak bersih, orang yang baru dimulai pada domain kognitif.
Dalam arti, subjek tahu terlebih dahulu menyatakan siswa tersebut terkena
terhadap stimulus yang berupa materi penyakit diare, dan 19% siswa pernah
atau objek di luarnya sehingga mengalami batuk dan sakit tenggorokan.
menimbulkan pengetahuan baru pada Setelah itu dilakukan wawancara pada 12
subjek tersebut dan selanjutnya siswa yang telah diwawancarai oleh
menimbulkan respons batin dalam bentuk peneliti, 83% siswa diantaranya
sikap terhadap objek yang diketahui mengatakan suka mengkonsumsi
tersebut.Namun, seseorang dapat makanan jajanan yang dijual dikantin
bertindak atau berperilaku tanpa sekolah atau yang dijual disekitar
mengetahui dahulu makna stimulus yang lingkungan sekolah, dengan alasan
diterimanya. Dengan kata lain, tindakan karena warnanya yang menarik dan rasa
(practice) seseorang tidak harus didasari lebih enak,dan 42% siswa yang lainnya
oleh pengetahuan atau sikap (Bondika, mengaku suka makanan yang bersaos
2011). seperti cilok dan sosis.
Berdasarkan hasil study
pndahuluan yang dilakukan pada tanggal METODE PENELITIAN
15 maret 2017 di SDN Gunungsari 02 Penelitian ini menggunakan desain
Umbulsari Kabupaten Jember, peneliti penelitian komparasi dengan pendekatan
melakukan wawancara dengan salah satu quasy-eksperimen dengan desai one
guru bahwasanya terdapat fasilitas 1 group pretest – post test. Rancangan ini
kantin disekolah dan 4 pedagang kaki tidak ada kelompok perbandingan
lima. Setiap istirahat siswa-siswi selalu (kontrol), tetapi paling tidak sudah
membeli makanan yang dijual di depan dilakukan observasi pertama (pre test)
sekolah, rata-rata makanan yang dijual yang memungkinkan menguji perubahan
belum tentu sehat seperti cilok, gorengan, – perubahan yang terjadi setelah adanya
es syirup dan bakso. Pada bulan januari eksperimen ( dalam hal ini penyuluh
2017 terdapat 8% siswa dari kelas 3 dan menggunakan media audio visual).
4 yang setelah membeli makanan jajanan Responden dalam penelitian ini sebanyak
di pagi hari mengeluh perutnya sakit dan 28 anak yang berusia 9-10 tahun.
keesokan harinya pihak sekolah
mendapat surat dari orang tua yang
HASIL
Data Umum
Usia Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia anak sekolah di SDN
Gunungsari 02, Umbulsari kabupaten jember
Usia Frekuensi Presentase (%)
9 tahun 12 43%
10 tahun 16 57%
Jumlah 28 100%
Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SDN
Gunungsari 02, Umbulsari kabupaten jember
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 15 53,5%
Perempuan 13 46,5%
Jumlah 28 100%
Data Khusus
Sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-10) tahun sebelum dilakukan
penyuluhan kesehatan di SDN Gunungsari 02, Umbulsari kabupaten jember
Tabel 4. Distribusi frekuensi sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-
10) tahun sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan di SDN Gunungsari 02,
Umbulsari kabupaten jember
Sikap sebelum dilakukan Frekuensi Presentase (%)
penyuluhan
Favourable 12 43%
Unfavourable 16 57%
Jumlah 28 100%
Sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-10) tahun sesudah dilakukan
penyuluhan kesehatan di SDN Gunungsari 02, Umbulsari kabupaten jember
Tabel 5. Distribusi frekuensi sikap memilih jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-
10) tahun sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan di SDN Gunungsari 02,
Umbulsari kabupaten jember
Sikap sesudah dilakukan Frekuensi Presentase (%)
penyuluhan
Favourable 22 78,5%
Unfavourable 6 21,5%
Jumlah 28 100%
Distribusi silang penyuluhan kesehatan dengan media audio visual terhadap sikap memilih
jajanan sehat pada anak usia sekolah (9-10) tahun di SDN Gunungsari 02, Umbulsari
kabupaten jember
Sikap memilih jajanan sehat pada Dari hasil penelitian ini terdapat
anak usia sekolah (9-10) tahun sesudah faktor yang mempengaruhi proses
dilakukan penyuluhan kesehatan di penyuluhan kesehatan ditunjukkan
SDN Gunungsari 02 Umbulsari dengan meningkatnya nilai rata-rata pada
Kabupaten Jember post test. Hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan tabel 5.5 sikap responden sebanyak (78,5%) sudah
memilih jajanan sehat pada anak usia mengetahui dan memahami tentang
sekolah (9-10) tahun di SDN Gunungsari definisi jajanan sehat, cara memilih
02, Umbulsari kabupaten jember jajanan sehat, dampak dari jajanan tidak
menunjukkan bahwa sikap anak sesudah sehat, tips memilih jajanan sehat dan
dilakukan penyuluhan kesehatan dengan dapat memutuskan untuk membeli
media audio visual yaitu favourable jajanan yang sehat.
(78,55%) dan unfavourable (21,5%).
Angka ini menjelaskan jika dengan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
pemberian penyuluhan tentang memilih dengan Media Audio Visual terhadap
jajanan sehat berdampak pada sikap Sikap Memilih Jajanan Sehat pada
siswa terhadap jajanan tersebut. Sikap Anak Usia Sekolah (9-10) tahun di
merupakan respon terhadap suatu obyek. SDN Gunungsari 02 Umbulsari
Respon tersebut bisa bernilai positif dan Kabupaten Jember.
negatif tergantung dari beberapa faktor Berdasarkan hasil penelitian,
yang mempengaruhi seperti pengetahuan, diperoleh bahwa sikap sebelum
pengalaman, lingkungan sosial dan penyuluhan favourable (43%), dan
sebagainya. sesudah penyuluhan unfavourable
Pemberian penyuluhan tentang (78,5%). Berdasarkan data di atas dapat
memilih jajanan sehat dapat mengubah diketahui bahwa terdapat peningkatan
siswa dari sikap negatif menjadi sikap sikap memilih jajanan sehat pada anak
positif. Hal ini dikarenakan karena siswa usia sekolah (9-10) tahun setelah
telah mendapatkan sejumlah mendapatkan penyuluhan. Realitas ini
pembelajaran setelah mendapatkan menunjukkan jika pemberian
penyuluhan kesehatan. Pembelajaran pembelajaran kepada anak usia sekolah
yang diterima dalam kegiatan penyuluhan (9-10) tahun dalam bentuk penyuluhan
akan menjadi alat pertimbangan siswa kesehatan dengan media audio visual
dalam menerima atau menolak jajanan dalam memahami sikap memilih jajanan
tersebut. Jika pembelajaran yang diterima sehat disekolah yang benar. Pembelajaran
memerintah untuk tidak memilih jajanan yang dapat diterima siswa-siswi akan
sekolah dengan alasan kesehatan maka menentukan sikap mengikuti atau sikap
pembelajaran ini akan dijadikan menolak. Sikap merupakan
pertimbangan bagi siswa menilai suatu kesesuaian, teori disonansi kognitif
objek dalam hal jajanan sekolah. (cognitive dissonance), maupun teori
Peningkatan ini bermakna sehingga afektif-kognitif, serta beberapa teori lain.
penyuluhan kesehatan ini terbukti ada Di samping teori-teori tersebut diatas,
pengaruhnya dalam meningkatkan kemudian dikembangkanlah theory of
pembelajaran sehingga mempengaruhi reasoned action yang relatif baru yang
sikap responden terhadap pemilihan dikemukakan oleh ajzen & fishbein 1980
jajanan sehat. Perbedaan tingkat (dalam Waluyo, 2013).
pembelajaran ini dipengaruhi oleh adanya Media audio visual memiliki
perlakuan berupa penyuluhan kesehatan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap
yang diberikan sebelum dilakukan post dan tindakan dalam pemilihan jajanan
test. sehat. Berdasarkan identifikasi nilai
pengetahuan siswa dari hasil penelitian