Fix Kritis Kelompok 1-1
Fix Kritis Kelompok 1-1
Fix Kritis Kelompok 1-1
AndiSafutraSuraya (20210109345)
AnaMasri’ahNur H (20210109176)
Anggita Khusnul A (20210109375)
AnnisaUmiZaenab (20210109132)
Annisa MaulaFadila (20210109234)
ApriRahmawati (20210109277)
Armelia Nova Mawarsih (20210109263)
Arni Endah Priutami (20210109101)
ArswotoIlhamRamadhan (20210109190)
Arumningtyas Pawestri (20210109171)
Bayu Kurniawan (20210109432)
Chori Bagas Saputro (20210109191)
Denis Dwi Oktafianingtyas (20210109213)
PENGERTIAN
Manajemen jalan napas buatan adalah salah satu
kompetensi inti dari terapis pernapasan di
samping tempat tidur.
Manajemen jalan napas meliputi serangkaian
manuver dan prosedur medis yang dilakukan
untuk mencegah dan meringankan obstruksi jalan
nafas.
O2 masuk paru
O2
dalam
alveoli
Alveoli
O2 dalam
darah
cukup
Pembuluh darah Kapiler
ETIOLOGI GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
●
Aspirasi, tenggelam, inhalasi gas beracun, pneumonia, emboli paru, keracunan oksigen,
penyakit paru kronik.
●
Sepis, pankreatitis, multipel trauma, syok, transfusi darah, gangguan neuromuskular,
anaphilaksis, nekrosis jaringan
Gangguan kronik
●
Gagal jantung, PPOK, gagal ginjal
PENGKAJIAN AIRWAY & BREATHING
AIRWAY
Ada tidaknya sumbatan jalan napas
Sumbatan oleh benda padat
Sumbatan oleh benda cair
Kemungkinan fraktur servikal
BREATHING
Lakukan LOOK, LISTEN & FEEL
PENGKAJIAN AIRWAY & BREATHING (Lanjutan…)
Look
●
●
Apakah pengembangan dada simetris?
●
Ada tidaknya retraksi dinding dada?
●
Ada penggunaan otot asesori pernapasan?
●
Ada tanda sianotik?
●
Apakah terdengar suara napas
Listen
●
Adakah suara tambahan :
●
Snoring (tanda ada sumbatan)
●
Gurgling (karena cairan)
●
Stridor (penyempitan jalan napas)
●
Apakah bicaranya normal
Feel
●
●
Meraba (palpasi) pergeseran/deviasi
trakea
PENATALAKSANAAN
Prioritas Utama
1. Buka dan pertahankan jalan napas yang paten
DENGAN ALAT
4. Pengisapan benda cair:
5. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka:
6. Membuka jalan napas:
PENATALAKSANAAN AIRWAY (LANJUTAN ..)
Back blow
Heimlick Manuveur
MANUVEUR HEIMLICH PADA KORBAN SADAR DENGAN
POSISI BERDIRI ATAU DUDUK
MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS DENGAN
ORO- PHARINGIAL AIRWAY (OPA)
Tujuan
Menahan palatum
tidak menempel ke
epiglotis yang dapat
menutup jalan napas
akibat pasien tidak
sadar
MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS DENGAN
LARINGEAL MASK AIRWAY (LMA)
MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS DENGAN
ENDOTRACHEAL TUBE (ETT)
Persiapan alat
- Selang endotrakeal (ETT)
- Laringoskop (laryngoscope)
- Ambu bag
- Stetoskop
- Cuff inflator atau spuit 10 cc
- Mandrin / Stylet
- Jelly
- Sarung tangan
- Plester
MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS DENGAN ENDOTRACHEAL TUBE
(LANJUTAN ...)
Prosedur :
Preoksigenasi dengan oksigen 100%
memakai ambu bag
Lumasi ETT dengan jeli
Sambungkan blade dan handle laringoskop
Pegang laringoskop di tangan kiri dan ETT
di tangan kanan
Masukkan blade dan angkat epiglottis
Masukkan & dorong ETT masuk ke trakea
Evaluasi ujung ETT dengan melakukan
ventilasi lewat ambu bag dan auskultasi 5
area (apek kiri & kanan, basal kiri &kanan,
epigastrium).
Fiksasi ETT dengan mengembangkan balon
memakai spuit yg berisi 6-10 ml udara ke
ujung inflating tube
Amankan ETT pipa pada sudut mulut dan
fiksasi luar dengan plester
PERAN PERAWAT SAAT INTUBASI
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien; restrain, sedatif, oksigenisasi yang
adekuat vital
3. Persiapan keluarga; penjelasan
4. Informed concent oral/tertulis
PERAWATAN POST INTUBASI
1. Pemasangan balon/cuff kaji ketepatan:
1. Auskultasi suara pernapasan kedua paru suara napas (+)
2. Cek pergerakan dada
2. Jaga keamanan plester di wajah (ETT)
3. Cegah komplikasi:
1. Aspirasi muntahan, sekret
2. Erosi/nekrosis laring atau trakhea tekanan maksimal 20 –
25 mm Hg
3. Pemasangan lama trakheostomi
4. Berikan oksigen adekuat cegah keracunan oksigen
MEMBUKA JALAN NAPAS DENGAN
KRIKOTIROIDOTOMI
Krikotiroidotomi
menggunakan jarum
besar
Krikotiroidotomi dengan
pembedahan
menggunakan pisau
GANGGUAN AIRWAY
1. BERDASARKAN LOKASI
LOKASI PENYEBAB TINDAKAN
PROBLEM Kegagalan pada saluran adalah salah satu penyebab meningkatnya mortalitas dan morbiditas, dimana setiap
tahun di prediksi sekitar 1 juta orang di rawat di ICU karena kegagalan pada saluran napas seperti yang terjadi
di Negara Maju seperti America serikat terjadi peningkatan yaitu tahun 2001 1.007.549 orang menjadi
1.917.910 pada tahun 2009 (Stefan, 2013 & Wunssch, 2010). Data yang didapatkan oleh The American –
European Consensus On antara 12,6-28,0 kasus / 100.000 penduduk / tahun serta kematian akibat gagal napas
dilaporkan sekitar 40% sedangkan di Brazil ditemukan 843 orang (49%) di rawat diruangan ICU karena
kegagalan pada napas akut dan 141 orang gagal napas setelah di rawat di ICU, dari total penderita gagal napas
akut didapat 475 orang meninggal dunia setelah keluar dari ruang ICU diperkirakan sekitar 56 orang, (Bongard
2014 & france, 2011). Hasil pelaporan registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou tahun 2013,
didapatkan pasien yang dirawat di ICU dengan gagal napas sebanyak 132 pasien dan rata- rata jumlah pasien
perbulannya sebanyak 13-14, dimana yang meninggal dunia sekitar 11 pasien, (Depkes RI 2013). Penyebab
terjadinya gagal napas adalah adanya sumbatan pada saluran napas, termasuk sumbatan pada jalan Endotrachel
Tube (ETT). Sumbatan jalan normal karena ketidakmampuan batuk secara efektif yang dapat disebabkan oleh
penumpukan sekret yang kental akibat penyakit infeksi, imobilisasi, pembentukan sekresi, dan batuk dapat
terjadi karena penyakit pada system syaraf seperti cerebrovascular accident (CVA), efek dari sedativa. Tindakan
suction dilakukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret atau sputum dan juga untuk menghindari dari
infeksi jalan nafas, pasien terpasang ventilasi mekanik terjadi kontaminasi mikroba dijalan nafas dan
berkembangnya Ventilator Assosiated Pnemonia (VAP), (Hidayat, 2013, Nurachmah & Sudarsono, 2010, Price
& Wilson, 2012, Kozier & Erb, 2012 & Saskatoon 2010, Wijaya R.R , 2015).
INTERVENTION Desain penelitian kuantitatif dengan rancangan adalah Quasi
Experiment (experimen semu) dengan model rancangan one group
pretest-posttest. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
teknik accidental sampling
Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Grandmed
Lubuk Pakam
Sampel
sampel sebanyak 22 responden. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik accidental sampling dimana hanya
pasien yang bertemu dengan peneliti yang menjadi sampel
penelitian, menggunakan Intrument lembar observasi.
Instrumen Penelitian
Intrument lembar observasi.
COMPARISO Penelitian ini menggunakan desain Quasi
N Experiment (experimen semu). Design dengan
rancangan one group pretest-posttest. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling dengan jumlah sampel
penelitian 30 responden, sedangkan instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi.
Penelitian ini menggunakan analisa univariate dan
bivariate. Pada analisa bivariate menggunakan uji
Wilcoxon.
OUTCOME Hasil penelitian terhadap 20 sampel Diruang ICU Rumah Sakit
Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2019 yaitu karakteristik responden
terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebesar 12
responden (60,0%), hasil analisis uji Wilcoxon terdapat perbedaan yang
signifikan sebelum dan sesudah dengan hasil Nilai sebelum dilakukan
tindakan suction meliputi nilai mean adalah 86,90%, nilai standar
deviation adalah 4.553%, Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh
sebelum dan sesudah tindakan suction terhadap nilai saturasi oksigen (p
< 0.005), sehingga Ha diterima.
Kesimpulan; Hasil penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan
dimana sebelum dan sesudah dilakukan tindakan tingkat kejenuhan
oksigen (p <0.000) yang artinya ada pengaruh tindakan pengisapan
mukus sebelum dan sesudah tingkat kejenuhan O2 (p <0.005), jadi Ha
diterima. Direkomendasikan agar peneliti selanjutnya menyelidiki
desain yang berbeda lebih lanjut dan lebih banyak sampel. Kata kunci:
Suction, saturasi O2, Kegagalan saluran udara.
ANALISA JURNAL II
Ineffective Airway Clearance in Surgical Patients:
Evaluation of Nursing Interventions and Outcomes
PROBLEM Pasien pasca operasi dapat mengalami perubahan fisiologis dan komplikasi
pernapasan, terutama yang menjalani operasi toraks dan perut. Perawat harus
menggunakan strategi untuk memenuhi syarat bantuan pasca operasi. Studi
melaporkan bahwa periode pasca operasi merupakan faktor risiko untuk
pengembangan pembersihan jalan napas yang tidak efektif, yang merupakan
diagnosis keperawatan dari NANDA-I. Ini adalah respon yang umum pada
pasien yang menjalani operasi dada dan perut karena operasi ini sering
menyebabkan penurunan mekanisme pernafasan. Taksonomi NANDA-I
adalah dasar dari praktik keperawatan. Ini juga membantu perawat untuk
mengembangkan pemikiran kritis mereka, untuk membuat rencana perawatan
individual, dan untuk mempromosikan kesehatan pasien. Bantuan
keperawatan harus selalu sistematis karena asuhan yang efektif tidak hanya
bergantung pada perawat ahli, tetapi juga pada proses asuhan yang dirancang
dengan baik. Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhi perencanaan asuhan, serta membuat daftar diagnosis dan
intervensi
yang paling tepat. Penggunaan SNL dan pengetahuan yang tepat untuk
keperawatan mendukung pengakuan pentingnya keperawatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi manfaat intervensi NIC pada pasien pasca
operasi
dengan IAC. Pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 –
Oktober 2016 didapatkan sampel 101 pasien unit pasca operasi di Brazil.
INTERVENTION Sebuah studi kuasi-eksperimental dengan desain time-series terputus dilakukan dari November
2015 hingga Oktober 2016.
Tempat dan Waktu Penelitian
Dilakukan dari November 2015 hingga Oktober 2016, Unit pasca operasi di Brasil. Data
dikumpulkan setelah persetujuan etik diterima dari Komite Etik Universitas Federal Maranhão.
Populasi dan Sampel
Sampel 101 pasien dirawat di unit pasca operasi di Brasil. Pada Sebuah studi kuasi-eksperimental
dengan desain time-series terputus dilakukan dari November 2015 hingga Oktober 2016.
Kriteria Inklusi Penelitian :
1. Sampel terdiri dari pasien berusia 18 tahun atau lebih
2. Berada dalam waktu 48 jam setelah operasi toraks atau perut pasca operasi.
Kriteria Eklusi Penelitian :
1. Dada tidak stabil, selang nasogastrik, trakeostomi, adanya situasi klinis yang mencegah
wawancara,
2. Pasien yang tidak menyelesaikan masa tindak lanjut
Instrumen Penelitian
1. Formulir pengumpulan data yang berisi data demografis,
pertanyaan terkait gaya hidup, data klinis, dan panduan pemeriksaan fisik.
Analisa Data :
Dalam studi ini, kami menggunakan NANDA-I, NIC, dan NOC untuk menilai dan memberikan
perawatan pernapasan kepada pasien pasca operasi selama 4 hari
masa tindak lanjut. Data diatur dalam spreadsheet Excel dan dianalisis menggunakan SPSS versi
24. Hubungan antara variabel kategori diuji menggunakan uji chi-square Pearson dan uji eksak
Fisher. Rasio prevalensi dan interval kepercayaan diperoleh untuk mengukur besarnya pengaruh
variabel independen
COMPARISSON Studi kuasi-eksperimental dengan desain time-series terputus
dilakukan dari November 2015 hingga Oktober 2016, dengan
sampel 101 pasien dirawat di unit pasca operasi di Brasil. Formulir
pengumpulan data yang berisi data demografis, pertanyaan terkait
gaya hidup, data klinis, dan panduan pemeriksaan fisik. Variabel
kategori diuji menggunakan uji chi-square Pearson dan uji eksak
Fisher.