0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan15 halaman

Suppositoria: Oleh

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

SUPPOSITORIA

Oleh :
 I Putu Sukadana
 I Putu Wira Putra
 Ni Kadek Enny Arthawati
 Ni Made Puspawati
 Ni Nyoman Ayu Suastini
 Ni Nyoman Sriasih
 Ni Putu Desy Juli Suantini
 Ni Putu Eka Melawati
 Ni Putu Eka Suartini
Topik Bahasan
01 Definisi
02 Keuntungan
03 Kerugian
04 Syarat suppositoria
05 Basis suppositoria
06 Metode pembuatan
07 Evaluasi sediaan
Defin
01 Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang i
dan c si
Definisi pemakaiannya dilakukan dengan cara memasukkan kerja
ara
sediaan tersebut melalui lubang atau celah pada tubuh,
dimana sediaan tersebut akan melebur, melunak atau
melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

Penggunaan supositoria umumnya dimasukkan melalui


rectum dan vagina.

Suppositoria berasal dari bahasa Latin supponere yang


terdiri atas ‘sub’ yang berarti bawah dan ‘ponere’ yang
berarti ditempatkan. Sehingga suppositoria berarti
digunakan pada bagian bawah tubuh seperti rektum.
(Ansel et al., 2014)
Ben
Bentuk dan Berat Suppositoria rektal biasanya memiliki panjang 32 mm supp tuk
o s i to
ria
(1,5 inci) dengan bentuk silinder dan ujung yang
runcing pada salah satu atau kedua sisinya.

Beberapa suppositoria ada yang berbentuk peluru atau


torpedo tergantung dari beratnya

Bob
supp ot
Bobot suppositoria rektal untuk dewasa yaitu sekitar 2 osito
ri a
gram menggunakan basis lemak coklat, sedangkan
untuk bayi dan anak-anak sekitar setengah dari bobot
dan ukuran suppositoria dewasa dengan bentuk seperti
pensil (Ansel, 2014).
02 Keuntungan
1. Mudah digunakan untuk pengobatan lokal pada rectum, vagina ataupun urethra. Misalnya,
wasir, infeksi dan lain sebagainya.
2. Sebagai alternatif bila penggunaan melalui oral tidak dapat dilakukan. Misalnya: pada bayi,
pasien debil (lemas, tidak bertenaga), muntah-muntah, gangguan sistem pencernaan (mual,
muntah), dan kerusakan saluran cerna.
3. Obat lebih cepat bekerja, karena absorpsi obat oleh selaput lendir rectal langsung ke sirkulasi
pembuluh darah.
4. Untuk mendapatkan “prolonged action” (obat tinggal ditempat tersebut untuk jangka waktu
yang dikehendaki).
5. Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran cerna
6. Dapat menghindari first fast efek dihati.
(Martini, 2018)
03 Kerugian

1. Pemakaiannya tidak menyenangkan dan kurang praktis.


2. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang untuk supositoria dengan basis oleum
cacao.
3. Daerah absorpsinya lebih kecil dan absorpsi hanya melalui difusi pasif
4. Tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rektum
(Murtini, 2018)
04 Syarat

1. Secara visual berbentuk seperti peluru dengan tekstur permukaan yang halus dan
seragam (WHO, 2014).
2. Waktu hancur sediaan suppositoria yaitu sekitar 30 menit untuk basis lipofilik atau
sekitar 60 menit untuk basis hidrofilik (WHO, 2014).
3. Simpangan rata-rata dari 10 suppositoria yang ditimbang tidak lebih dari 5% dan tidak
lebih dari 7,5% bobot rata-rata (Sunarti, 2013).
4. Kekerasan sediaan yang ideal yaitu dapat menahan beban sekitar 1,8-2,0 kg (Allen,
2008).
5. Keseragaman kandungan dari sediaan bergantung pada bahan aktif yang digunakan,
umumnya berkisar antara 85%-115% dengan RSD ≤ 6% (Allen, 2008).
05 Basis Suppositoria

Basis lemak yang paling banyak


digunakan dalam pembuatan
suppositoria adalah lemak coklat. Dari
basis lemak yang digunakan dalam
pembuatan suppositoria, beberapa
diantaranya adalah asam lemak
Basis Lemak terhidrogenasi yang berasal dari minyak
nabati, seperti minyak kelapa sawit dan
minyak biji kapas. Basis lemak yang
digunakan pada proses produksi
menggunakan kombinasi beberapa
bahan untuk memperoleh kekerasan
yang diinginkan dalam proses distribusi
dan penyimpanan (Ansel et al., 2014).
05 Basis Suppositoria

Salah satu contoh basis larut air


yang banyak digunakan adalah
gelatin tergliserinasi dan polietilen
glikol (PEG). Basis gelatin
tergliserinasi paling banyak
Basis Larut Air digunakan dalam pembuatan
suppositoria vagina karena dapat
memperpanjang efek lokal terapi
yang diinginkan. Basis ini juga lebih
lama melunak dan bercampur
dengan cairan tubuh daripada lemak
coklat sehingga pelepasan obat
yang terjadi juga lama.
05 Basis Suppositoria

Basis yang termasuk kelompok ini


adalah campuran antara basis
lemak dan basis larut air. Bahan-
bahan ini diantaranya Polioksi 40
stearat (campuran ester
Basis monostearat dan distearat dari
miscellaneous polioksietilendiol dan glikol bebas.)
merupakan contoh basis
Miscellaneous dimana basis ini
menyerupai lilin, dengan warna putih
kecoklatan, berbentuk padat, serta
larut dalam air dengan titik leleh
antara 390-450C (Ansel, 1985).
06 Metode Pembuatan (Troy, 2006)
Cetak dengan tangan

Metode dengan pencetakan tangan biasanya digunakan pada


suppositoria berbasis lemak coklat, dengan tujuan menghindari
adanya pemanasan lemak coklat.

Cetak Kompresi

Metode kompresi merupakan metode pembuatan suppositoria


dengan cara mencampurkan basis suppositoria yang telah
dihancurkan dengan bahan aktif kemudian dilakukan
penekanan atau kompresi menggunakan alat.

Cetak Tuang

Metode cetak tuang dilakukan dengan melelehkan basis


suppositoria terlebih dahulu kemudian mendispersikan obat ke
dalam basis tersebut. Campuran ini kemudian dituang ke dalam
cetakan suppositoria, dibiarkan dingin, dan dikeluarkan dari
cetakan.
07 Evaluasi Sediaan Suppositoria

% %

Uji Organoleptik
Uji organoleptis dilakukan secara visual yang meliputi warna, bau, bentuk, dan
karakteristik permukaan suppositoria termasuk melihat adanya celah, bintik atau
noda, eksudat, dan adanya migrasi bahan aktif. Adapun beberapa karakteristik
yang diamati adalah bentuk suppositoria, mengamati adanya retakan,
pengamatan homogenitas warna, pemeriksaan bau (Allen, 2008).
07 Evaluasi Sediaan Suppositoria
Uji Kekerasan
Dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanis
suppositoria saat diberi tekanan. Mula-mula
suppositoria diletakkan di bawah platform 600 gram
selama satu menit, kemudian dilakukan penambahan
plat 200 gram dengan interval waktu yang sama.
Penambahan beban dilakukan hingga suppositoria
mengalami keretakan dimana beban tersebut
menunjukkan titik hancur suppositoria. Uji ini
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi (Lachman et al.,
1987). Hasil yang baik dari uji kekerasan yaitu
tekanan dengan rentang antara 1,8 kg-2,0 kg (Allen,
2008).
07 Evaluasi Sediaan Suppositoria

Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan untuk menguji kekerasan dan
transisi polimorf dari bahan aktif serta basis
suppositoria secara in vitro. Alat disolusi yang sesuai
untuk sediaan dengan basis lemak coklat yaitu
metode keranjang termodifikasi dan metode dayung
dengan pemberat (Allen, 2008).
Daftar Pustaka

1. Ansel H.C., 2014, Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, 9th (eds). Afifah, H.& Ningsih, T.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Allen, L. 2008. Suppositories. Pharmaceutical Press: London
3. Murtini, G. 2018. Bahan Ajar FarmasiTeknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
4. Lachman, L., Lieberman, H., dan Kanig, J. 1987. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Varghese
Publishing House: Dadar Bombay.
5. Sunarti, T., Astuti, I. 2013. Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Meloxicam Suppositoria X dan Meloxicam
Suppositoria Y menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Pharmacy, 10(1):81-88.
6. Troy, D.B. dan Paul, B. 2006. Remington: The Science and Practice of Pharmacy. 21st ed, Lippincott Williams &
Wilkins: Philadelphia.
7. World Health Organization, 2014. Revision of General Monograph: Suppositories. World Health Organization,
Switzerland, p5-6.

Anda mungkin juga menyukai