Pendekatan Fenomenologis Metodologi Studi Islam: Dosen Pengampuh: Dr. Tedi Kholiludin, M.Si

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN FENOMENOLOGIS

METODOLOGI STUDI ISLAM

.Dosen Pengampuh : Dr. Tedi Kholiludin, M.Si


: OLEH

Slamet Supangat (23200011081)


Lailatul Faridloh (23200011076)
Latar Belakang

1. telah mendorong perhatian banyak sarjana di bidang


studi Islam
2. Fenomenologi sebagai sebuah pendekatan terasa
belum dipahami secara logis pada masa-masa awal
ketika Edmund Husserl (1859-1938) sejak pertama
kali mencetuskannya
Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan fungsi fenomenologi?


2. Bagaimana penggunaan fenomenologi dalam studi
Islam?
3. Bagaimana pendekatan fenomenologi dalam studi
Islam?
4. Bagaimana penerapkan fenomenologi dalam studi
islam?
.
Pengertian Fenomenologi
 Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomen dari
phainesthai/phainomai/phainein yang berarti menampakkan atau
memperlihatkan
 Atau secara harfiah fenomena dapat di artikan sebagai suatu
gejalah atau sesuatu yang menampakkan. Fenomenologi juga di
artikan ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak
(phainomenon).
 Kant dan Fries mempergunakan istilah fenomenologi sebagai
pelajaran filsafat yang memusatkan perhatiannya pada gejala-
gejala
 fenomenologi secara terminologi dapat didefinisikan dengan
suatu disiplin ilmu yang mencoba mengkaji realitas yang
memiliki objek dunia atau benda, dimana tidak ada hal tanpa hal
lain. Benda biasa dilihat sebagai suatu objek yang dapat dilihat,
dipegang, diraba, atau didengar
Pengertian Fenomenologi

 Dari beberapa pengertian di atas, jelas bahwa Fenomenologi Agama


merupakan cabang Ilmu Agama yang mengkaji fenomena keagamaan
secara sistematis bukan historis sebagaimana sejarah agama.
Menurut (Moustakas, 1994) dalam buku penelitian kualitatif dan desain
riset, fenomenologi sebagai metode penelitian paling tidak, metodologi
yang mendasari fenomenologi mencakup empat tahap

Bracketing Describing

Intuition Analysing
Fungsi Fenomenologi

 Sebagai pembelajaran dalam keagamaan


 Sebagai Kontruksi Taksonomis
 Sebagai ilmu Pengetahuan
Sebagai wadah untuk berfikir kritis
Sebagai untuk mengungkap atau mendeskripsikan
Sebagai untuk memahami pemikiran
Penggunaan Fenomenologi Studi Islam

dijadikan sebagai landasan


dalam fenomenologi
agama. Fenomenologi
agama menjadikan agama
sebagai objek studi
menurut apa adanya
Penggunaan Pendekatan
Fenomenologi

Pendekatan reduksionis.
Pendekatan ini melihat
Pendekatan teologi yang
agama lebih sebagai fakta-
normatif (atau sebut saja:
fakta intelektual,
teologis-normatif).
emosional, psikologis dan
sosiologis.
Pendekatan Fenomenologi

Pendekatan fenomenologi
Fenomenologi berusaha
memahami makna atau
mencari pemahaman
hakikat yang sebenarnya
bagaimana manusia
dari suatu gejala objek
mengkontruksikan
yang dikaji

Pendekatan fenomenologi
merupakan tradisi
penelitian kualitatif yang
berakar dari filosofi dan
psikologi
Pendekatan Fenomenologi
dalam social Budaya
1. Fenomenologi memandang manusia sebagai makhluk yang
memiliki kesadaran.

2. Pengetahuan pada manusia ini berawal dari interaksi atau


komunikasi di antara manusia, antara satu individu dengan
individu lain.
Karena kesadaran tersebut lahir dari proses interaksi dan
komunikasi, maka ia bersifat intersubyektif.
4. Perangkat pengetahuan ini menjadi pembimbing individu
dalam mewujudkan perilaku-perilaku dan tindakan-tindakannya.
Dengan demikian, perilaku dan tindakan individu tidak berdasar
pada situasi yang obyektif, namun oleh kesadarannya terhadap hal
tersebut.
Pendekatan Fenomenologi
dalam social Budaya
5. Adanya typification atau pemberian tipe-tipe terhadap unsur-
unsur yang ada dalam kehidupan manusia.
5.
6. Pengakuan bahwa kehidupan manusia merupakan kehidupan
yang bermakna.

7. Dalam memahami gejala sosial menuntut pula pemahaman atas


kerangka kesadaran yang digunakan untuk membangun perangkat
pemaknaan tersebut.
8. Metode yang tepat dalam memahami gejala sosial adalah
dengan
9. mengetahui dan memahami “hakikat” dari gejala yang
dipelajari tersebut
Langkah Pendekatan
Fenomenologi

1. Mengklasifikasikan fenomena keagamaam dalam kategorinya masing-


masing seperti kurban, sakramen, tempat-tempat suci, waktu suci,
kata-kata atau tulisan suci, festival dan mitos.
2. Melakukan interpolasi dalam kehidupan pribadi peneliti
3. Melakukan “epochè” atau menunda penilaian (meminjam istilah
Husserl) dengan cara pandang yang netral.
4. Mencari hubungan struktural dari informasi yang dikumpulkan untuk
memperoleh pemahaman yang holistik tentang berbagai aspek
terdalam suatu agama.
Tujuan Pendekatan
Fenomenologi

Pada intinya ada tiga tugas yang harus dipikul oleh fenomenologi agama,
yatu: pertama, mencari hakikat ketuhanan. Kedua, menjelaskan teori
wahyu. Dan ketiga, meneliti tingkah laku keagamaan. Pendekatan
Fenomenologi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan beberapa
hal. Pertama deskripsi tentang berbagai bentuk ekspresi keagamaan yang
bersifat tat-upacara, simbolik, atau mistik, disamping deskripsi tentang
ajaran-ajaran agam. Kedua deskripsi tentang hakikat kegiatan keagamaan,
khususnya dalam hubungannya dalam bentuk ekspresi kebudayaan.
Ketiga deskripsi tentang perilaku keagamaan, berupa deskripsi ontologis,
deskripsi psikologis dan deskripsi dialektik.
Penerapan Fenomenologi

1. Pertama, tidak menggunakan kerangka pemikiran tertentu untuk


menilai kebenaran pandangan subyek.
2. Kedua, pandangan keagamaan yang didapat juga tidak memerlukan
penilaian. Dalam kacamata fenomenologi, semua “kesadaran” adalah
“benar”.
3.. Ketiga, dalam melihat fenomenaatau subyek, penelitidapat
dianalogikan sebagai “murid” yang ingin memahami pandangan
keagamaan suatu individu atau komunitas dan bermaksud
mendeskripsikannya sesuaipemahaman individu tersebut.
4. Keempat, peneliti harus selalu mengingat bahwa tujuan utamanya
adalah mengungkapkan pandangan, keyakinan atau kesadaran kolektif
masyarakat terhadap suatu fenomena keagamaan.
Contoh Penerapan
Fenomenologi

Para wali dan sunan dalam membentuk corak


kebudayaan yang lama tidak dihilangkan dengan alasan
agar masyarakat tidak terlalu kaget dengan perubahan.
Dengan demikian, ajaran Islam dapat diterima dengan
mudah dan tanpa ketakutan. Unsur-unsur tradisi masih
melekat dapat dirasakan hingga sekarang, di antaranya
acara tahlilan.
Terimah kasih

Anda mungkin juga menyukai