Lompat ke isi

2 Korintus 4

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
2 Korintus 4
Folio dari Papirus 46 (ditulis ~ tahun 200 M), memuat 2 Korintus 11:33-12:9. Naskah tersebut memuat hampir semua Surat-surat Paulus.
KitabSurat 2 Korintus
KategoriSurat-surat Paulus
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
8
pasal 3
pasal 5

2 Korintus 4 (atau II Korintus 4, disingkat 2Kor 4) adalah bagian dari surat rasul Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Dikarang oleh rasul Paulus dan Timotius.[3]

Teks

Struktur

Pembagian isi pasal:

Ayat 6

Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus.[4]

Wycliffe menuliskan[5]:

Di sini Paulus mengacu balik kepada saat penciptaan (Kej. 1:3) sebagai prototipe dari pertobatannya sendiri (bdg. Kis. 9:3 dst.). Allah yang menciptakan terang jasmaniah mencerahkan pikiran kita pada saat kita diciptakan kembali yakni ketika kita sesudah diselamatkan memandang wajah Kristus.

Tentang "wajah Kristus", Utley menuliskan[5]:

Bagi Petrus jenis pengalaman perwahyuan yang sama yang melibatkan Yesus dan terang (yaitu, kemuliaan) terjadi di Gunung Transfigurasi (lih. 2Pet 1:19).

Potongan ayat "Dari dalam gelap akan terbit terang" menjadi terkenal berkat kutipan secara tidak langsung oleh Kartini dalam suratnya kepada Abendanon dalam bahasa Belanda, yang kemudian menjadi judul kumpulan bukunya, Door Duisternis Tot Licht, yang diterjemahkan oleh Armijn Pane pada tahun 1922 menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dalam bahasa Belanda, potongan ayat ini berbunyi: "Die gezegd heeft, dat het licht uit de duisternis zou schijnen,"[6]

Ayat 7

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.[7]

Orang Kristen adalah "bejana-bejana tanah liat" yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingungan, kelemahan, dan ketakutan (bandingkan 2 Korintus 1:4,8–9; 7:5). Namun, oleh karena "harta" sorgawi yang dalam diri mereka, maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi. Namun, kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Korintus 12:9). Ini berarti bahwa:

  1. dalam setiap penderitaan, kita bisa menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rom 8:37), dan
  2. kelemahan, kesusahan, dan penderitaan kita membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh kita (2 Korintus 4:8–11; bandingkan 2 Korintus 12:7–10).[8]

Ayat 13

Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.[9]

Memuat kutipan dari Mazmur 116:10.

Ayat 17

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.[10]

Kesukaran yang dipikul oleh orang yang tetap setia kepada Kristus adalah ringan dibandingkan dengan kelimpahan kemuliaan yang kita miliki melalui Kristus. Sebagian kemuliaan ini telah ada, tetapi akan dialami sepenuhnya pada masa yang akan datang (bandingkan Roma 8:18). Apabila kita mencapai warisan sorgawi kita, maka kita akan mengatakan bahwa kesengsaraan yang paling berat pun tidak berarti dibandingkan dengan kemuliaan kekal itu. Sebab itu, kita tidak boleh hilang pengharapan atau melepaskan iman kita sewaktu kita menghadapi berbagai masalah.[8]

Referensi

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ 2 Korintus 1:1
  4. ^ 2 Korintus 4:6
  5. ^ a b Komentari ayat 2 Korintus 4:6 - Alkitab SABDA
  6. ^ 2 Korintiërs 4:6 - 1750 Dutch Staten Vertaling Bible
  7. ^ 2 Korintus 4:7
  8. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  9. ^ 2 Korintus 4:13
  10. ^ 2 Korintus 4:17

Lihat pula

Pranala luar