Sebuah review yang curcol:
Baru aja putus dari hubungan 6 tahun dan baru sadar kalo aku selama ini adalah Jay. Putusnya juga mirip, aku lebih ke pengen selesai aja udah soalnya yang dikejar udah beda. Tapi si ono malah nganggap ini kompetisi yang ga selesai selesai. Sooo tiring hehehehehehe. Also I’m happy that in the end everyone got their own deserved ending. Semoga berlaku juga di kehidupan nyata ini. Maafkan jadi kaya komen IG ibu ibu di postnya selebgram.🥲
Never in my life had I ever thought that someone would make a movie about ISSUES that concern me, that takes place in PLACES I grew up in and also use a LANGUAGE that I’m familiar with.
This movie isn’t perfect but oh it spoke to me in a hundred different languages. I’m fascinated and I feel home more than ever.
Jujur aja, nonton ini karena PHnya mengelu-elukan soal fenomena toxic relationship yang diangkat sebagai tema utama dari film ini. Di se-per-tiga awal film, jenis toxic relationship yang dibahas sangat kental dan cukup membuat saya penasaran dan mengira-ngira akan seperti apa Kale ke depannya.
Saya yang (ehm) suka memperhatikan cara orang di sekitar saya menjalin hubungan, punya teori sendiri. Menurut saya, orang berhasil keluar dari toxic relationship dan langsung menjalin hubungan baru biasanya punya 3 jenis ending: Yang pertama tentu happy…
Bisa aja bintang 4 tapi sepanjang film cuma bisa mikir “yaampun inimah si panji fsrd 2016, anying caleuy”.
