KATA PENGANTAR
Dalam era informasi yang semakin maju ini, komunikasi telah menjadi inti dari
segala aspek kehidupan kita. Namun, komunikasi bukan hanya sekadar alat
untuk memindahkan pesan dari satu individu ke individu lainnya. Lebih
daripada itu, komunikasi adalah jaringan kompleks hubungan sosial yang
terjalin di dalam masyarakat. Buku ini bertujuan untuk membantu Anda
memahami bagaimana komunikasi menjadi tulang punggung interaksi sosial
yang melibatkan individu, kelompok, dan institusi dalam masyarakat.
Melalui bab-bab yang terstruktur dengan baik, buku ini akan membawa Anda
menjelajahi
teori-teori
sosiologi
komunikasi
yang
penting,
serta
mengungkapkan dampak komunikasi terhadap berbagai aspek sosial. Kami akan
membahas konsep-konsep seperti struktur sosial, norma, nilai, dan perubahan
sosial dalam konteks komunikasi. Selain itu, Anda akan diajak untuk
mengeksplorasi media massa, teknologi komunikasi modern, dan bagaimana
mereka berdampak pada konstruksi realitas sosial.
Buku ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang
sosiologi komunikasi, memperkenalkan konsep-konsep kunci, teori, dan
perspektif yang relevan dalam studi ini. Kami akan menjelajahi bagaimana
komunikasi mempengaruhi konstruksi identitas sosial, pembentukan
kelompok-kelompok sosial, interaksi sosial, dan perubahan sosial. Tujuan utama
buku ini adalah untuk memperkaya pengetahuan Anda tentang komunikasi
sebagai fenomena sosial yang kompleks.
Setiap bab dalam buku ini didedikasikan untuk membahas aspek-aspek tertentu
dalam sosiologi komunikasi. Kami akan mengeksplorasi konsep seperti agen
komunikasi, media massa, komunikasi interpersonal, komunikasi organisasi,
serta isu-isu sosial yang berkaitan dengan komunikasi seperti kesenjangan
komunikasi, dominasi komunikasi, dan perubahan teknologi dalam komunikasi.
Buku ini ditujukan untuk mahasiswa, akademisi, dan pembaca yang tertarik
dalam memahami lebih dalam tentang bagaimana komunikasi berperan dalam
struktur sosial dan interaksi manusia. Kami berharap buku ini menjadi sumber
inspirasi dan pengetahuan bagi Anda, serta memberikan landasan yang kokoh
untuk memahami peran komunikasi dalam masyarakat.
DAFTAR ISI
Prakata....................................................3
Pengantar Sosiologi.............................5
Ruang lingkup.......................................6
Korelasi ilmu..........................................9
Teori........................................................12
Praktik media........................................16
PRAKATA
Kajian mengenai komunikasi terutama ilmu komunikasi awalnya merupakan
sesuatu yang tidak ada di dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Semua masalah
manusia dibahas dengan kajian filsafat dengan kata lain ilmu komunikasi masih
belum muncul dan terpikirkan pada saat itu karena semua permasalahan yang
terjadi pada manusia menjadi kajian objek filsafat. Namun ketika teori sosiologi
tengah didirikan minat orang-orang terhadap ilmu pengetahuan semakin
meningkat pesat namun pada saat itu sempat menimbulkan perdebatan antara
ilmu sosiologi dengan ilmu sains. Ilmu sosiologi menjadi berkembang terjadi
karena minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan ilmu sosiologi
meniru kesuksesan ilmu sains itu sendiri, kemudian masyarakat pada akhirnya
percaya bahwasanya ilmu sosiologi berkembang disebabkan karena adanya
keunggulan pemikiran yang lebih menyukai ilmu sosiologi sebagai ilmu sains.
Dengan kata lain sosiologi ditempatkan sebagai ilmu sains yang akhirnya
berkembang dan menarik minat masyarakat. Selain itu, permasalahan maupun
persoalan yang terjadi pada manusia akhirnya dikaji dengan filsafat sosial yang
mana menggabungkan antara filsafat dengan ilmu sosiologi, filsafat sosial dapat
menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di dalam ruang lingkup masyarakat
seperti liberalisme, sosialisme, komunalisme, serta welfare liberalism. Namun
sayangnya ketika menjawab persoalan-persoalan lainnya yang lebih konkret
filsafat sosial mengalami hambatan di dalamnya yaitu di bagian metodologis
sehingga masih banyak persoalan manusia yang belum ada jalan keluarnya dengan
kata lain manusia membutuhkan sebuah ilmu yang menjembatani antara filsafat
dan manusia itu sendiri, dari sini sosiologi mulai terlahir sebagai cabang ilmu
pengetahuan.
Orang yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi ialah Auguste Comte
(1798-1857). Pikiran-pikiran Comte dipengaruhi oleh sains juga dan
memperkenalkan sebuah istilah positivisme atau dikenal sebagai filsafat positif.
Filsafat sosial dicetuskan oleh Comte dengan maksud meniru model ilmu yang
mempelajari struktur sosial serta perubahan sosial. Semenjak saat itu sosiologi
menjadi ilmu yang terkenal dan banyak dipelajari oleh manusia salah satunya
dipelajari di dalam pembelajaran universitas. Sosiologi kemudian berkembang dan
melahirkan kombinasi-kombinasi dengan ilmu lain salah satunya adalah sosiologi
komunikasi, sosiologi komunikasi menggabungkan mengenai interaksi,
perunahan, struktur sosial dengan komunikasi yaitu proses penyampaian pesan
anatara dua orang maupun lebih.
Awal mula kajian komunikasi dalam sosiologi berasal dari akar
pemikiran Karl Marx yang mana Karl Marx adalah pendiri sosiologi yang
beraliran Jerman pemikiran Karl Marx ini tidak terlepas pula dari
pemikiran-pemikiran Haegel, Haegel sendiri memiliki pengaruh kuat
terhadap Karl Marx. Pemikiran Haegel yang paling utama adalah
dialektika serta idealisme. Dealektika itu sendiri merupakan sebuah cara
berpikir dan citra tentang dunia yang menekankan arti penting dari
proses, hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi yaitu cara berpikir
yang lebih dinamis. Sedangkan idealisme lebih mementingkan pikiran
serta mental dibandingkan material, idealisme juga dijelaskan sebagai
produk berpikir yang menekankan tidak saja pada proses mental namun
juga gagasan-gagasan yang dihasilkan dari proses mental itu sendiri.
Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur yaitu struktural
fungsional yang dicetuskan oleh Auguste Comte, Emile Durkheim,
Talcott Parson, Robert K. Merton serta jalur lain yaitu konflik kritis yang
dicetuskan oleh Karl Marx, Jurgen Habernas, John Dewey. Sosiologi
sudah menempatkan perhatiannya kepada masalah yang ada
hubungannya dengan interaksi sosial yang terjadi antara seseorang
dengan orang lainnya. Comte menyebutkan sosial dinamis, Durkheim
yang menyebutkan kesadaran kolektif, interaksi sosial yang disebutkan
oleh Karl Marx, serta tindakan komunikatif dan teori komunikasi yang
disebutkan oleh Habermas menjadikan sebutan-sebuatan itu sebagai
awal mulanya perspektif sosiologi komunikasi. Perspektif sosiologi
komunikasi berfokus pada aspek kajian sosiologi mengenai interaksi
sosial yang disyaratkan terdapat fungsi-fungsi komunikasi di dalamnya
seperti kontak sosial serta komunikasi itu sendiri. Kontak sosial tidak
terjadi semata-mata tergantung pada tindakan akan tetapi juga
tergantung kepada tanggapan tindakan tersebut kemudian pada
komunikasi membahas persoalan makna yang menjadi hal yang sangat
penting untuk ditafsirkan oleh penerima makna atau biasa disebut
komunikan dalam ilmu komunikasi. Makna menjadi sangat subjektif
serta ditentukan oleh konteks sosial ketika makna ataupun informasi itu
disebarkan serta diterima oleh kedua belah pihak yaitu pihak
komunikator sebagai penyampai dan pihak komunikan sebagai
penerima.
PENGANTAR SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Sosiologi komunikasi didefinisikan sebagai suatu kajian ilmu yang
membahas mengenai pengaruh interaksi antar individu serta perubahan
pola hidup dan dampak apa yang telah diberikan di dalamnya. Sosiologi
komunikasi memperhatikan mengenai beberapa permasalahan yang
mencakup interaksi komunikasi yang terjadi di dalam masyarakat baik
secara individu maupun secara kelompok atau secara langsung dan tidak
langsung. Sosiologi komunikasi juga bisa didefinisikan sebagai suatu kajian
ilmu komunikasi yang dilihat dari sudut pandang komunikasi yang mana
membahas mengenai antar individu dengan individu lain. Sosiologi
komunikasi berasal dari dua gabungan ilmu pengetahuan yaitu ilmu
sosiologi serta ilmu komunikasi, ilmu sosiologi mempelajari mengenai
interaksi, perubahan, hubungan antar individu sedangkan komunikasi
mempelajari mengenai proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
komunikator atau penyampai pesan dengan komunikan sebagai penerima
pesan melalui media-media komunikasi dan ada timbal balik di dalamnya.
Sosiologi komunikasi juga disebutkan sebagai ilmu interdisipliner yang
memiliki arti bahwasanya sosiologi tidak hanya membuka diri pada
persoalan-persoalan komunikasi namun juga dapat membuka diri pada
kontribusi ilmu lainnya, sosiologi komunikasi merupakan sebuah ilmu
yang sedikit rumit serta kompleks karena sosiologi komunikasi mengikuti
perkembangan ilmu di dalamnya baik itu ilmu mengenai teknologi, budaya,
hukum, serta ekonomi. Namun bidang ilmu yang paling memengaruhi
sosiologi komunikasi adalah bidang ilmu teknologi informasi serta
komunikasi, dari teknologi komunikasi itu kita juga bisa mengenal salah
satu jenis dari komunikasi yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa
merupakan sebuah komunikasi dari berita televisi ataupun cetak, iklan, dan
informasi yang disebarkan kepada massa atau khalayak umum. Sosiologi
komunikasi sebagai disiplin ilmu yang banyak dipelajari oleh manusia
karena ilmu sosiologi komunikasi banyak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta komunikasi juga bagian dari ilmu sosiologi. Mereka
menekankan sebuah interaksi antara individu satu dengan individu yang
lainnya dari proses interaksi ini juga dapat menimbulkan perubahan
ataupun revolusi. Selain itu konsep manusia sebagai makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri serta membutuhkan komunikasi agar menjalin
sebuah hubungan dengan manusia lain merupakan konsep dasar dari
sosiologi komunikasi
.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya. Setidaknya manusia
harus melakukan interaksi dengan individu yang lainnya agar tercipta
sebuah hubungan timbal balik dan saling menguntungkan antara satu
sama lain. Proses interaksi sosial dibahas di dalam ilmu sosiologi
sedangkan di dalam interaksi tersebut peran komunikasi sangat berperan
penting di dalamnya karena dari proses komunikasi menimbulkan
hubungan antara individu dengan individu lainnya. Aktivitas komunikasi
itu dilakukan dengan verbal maupun non verbal, interaksi sosial yang
dilakukan yang terjadi dalam kelompok maupun bermasyarakat
merupakan perspektif dari sosiologi komunikasi dan persepektif ini juga
menjadi objek pengamatan sosiologi komunikasi. Interaksi yang dibangun
oleh masyarakat berfokus kepada komunikasi karena komunikasi menjadi
unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia salah satunya
mengantarkan kepada interaksi sosial. Ilmu sosiologi komunikasi juga
memiliki konsep di dalamnya konsep itu berupa sosiologi, community
atau komunitas, komunikasi, telematika. Itu semua sangat penting di
dalam sosiologi komunikasi konsep-konsep tersebut juga difungsikan
sebagai ruang lingkup dalam studi ilmu sosiologi komunikasi. Ruang
lingkup itu di antaranya adalah
Sosiologi
Sosiologi itu berasal dari kata sofie yang diartikan sebagai bercocok tanam
atau bertaman dan berkembang menjadi socius yang memiliki arti teman
ataupun kawan. Kata tersebut berkembang lagi menjadi sosial yang
memiliki arti yaitu berteman, bersama, serta berserikat. Dengan demikian
sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari mengenai manusia serta
golongannya dengan adanya ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, tingkah
laku, kebudayaan yang mencakup segala segi kehidupan. Tidak hanya itu
sosiologi juga ilmu yang mempelajari mengenai struktur, proses, dan
perubahan sosial. Struktur Sosial merupakan jalinan antara unsur sosial
seperti norma, lembaga, kelompok, dan lapisan sosial sedangkan proses
sosial adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik di antara beraneka
macam gejala sosial seperti gejala ekonomi, keluarga, moral, hukum,
kemudian mempelajari mengenai hubungan timbal balik antara gejala
sosial dan gejala non sosial misalnya geografis serta biologis, serta
membahas mengenai ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial
Community
Community atau bisa disebut sebagai komunitas atau
masyarakat merupakan objek dari sosiologi komunikasi karena
manusia yang menjalankan interaksi dan merupakan
sekelompok manusia yang hidup serta bekerja sama cukup
lama sehingga membentuk satu kesatuan sosial dengan
batasan yang jelas dan dapat mengatur diri mereka sendiri.
Manusia dapat hidup bersama dan tidak mutlak jumlahnya bisa
saja dua orang atau lebih, manusia hidup bersama juga bisa
berada di jangka waktu yang lama dan melahirkan manusiamanusia baru yang berhubungan satu sama lain pula dari
hubungan tersebut menimbulkan sebuah sistem komunikasi
dan melahirkan sebuah peraturan pula yang sifatnya mengikat
serta mengendalikan sekelompok manusia itu sendiri
Teknologi tematika
Teknologi tematika populer di akhir dekade tahun 70 an, pada
masa sebelumnya teknologi informasi disebut sebagai
teknologi komputer atau pengolahan data elektroni. Istilah ini
mengarah kepada penyebutan kelompok teknologi yaitu
teknologi informasi yang digunakan di media-media massa
serta teknologi telekomunikasi yang digunakan pada bidang
komunikasi lainnya. Menurut Oxford (1995) teknologi
informasi merupakan penggunaan alat-alat elektronik atau
elektronika
terutama
komputer
untuk
menganalisis,
menyimpan, mendistribusikan segala jenis informasi dan
informasi itu bisa berupa kata-kata, bilangan, dan gambar.
Teknologi informasi memiliki cakupan berupa perangkat lunak
dan perangkat keras untuk melakukan tugas mengolah data.
Garis besarnya teknologi informasi dikelompokkan menjadi
dua yaitu software atau bisa kita sebut perangkat lunak tadi
dan hardware atau perangkat keras, perangkat keras
menyangkut peralatan teknologi informasi berupa fisik yaitu
memori, printer, keyboard sedangkan perangkat lunak berupa
instruksi yang mengatur perangkat keras
Communication
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator
si penyampai pesan dan diterima oleh komunikan yang bertugas menerima pesan
melalui media-media komunikasi dan memiliki timbal balik atau feedback di
dalamnya. Komunikasi memiliki berbagai macam jenis yaitu komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi massa, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi, serta banyak lagi. Komunikasi juga bisa
dilakukan dengan verbal dan non verbal antar individu satu dengan individu lain,
komunikasi juga diartikan sebagai penyebaran pikiran yang bisa berupa gagasan,
informasi, serta opini. Ruang lingkup komunikasi itu sendiri mencakup persoalan
yang berhubungan dengan interaksi sosial di dalam masyarakat yang dilakukan
secara langsung tanpa media komunikasi dan dilakukan dengan media
komunikasi
Sosiologi komunikasi
Sosiologi komunikasi merupakan dua hal yang mempelajari mengenai sosiologi
dan komunikasi karena keduanya merupakan gabungan dari suatu ilmu. Sosiologi
menjelaskan mengenai proses interaksi serta perubahan sosial yang dilakukan
oleh manusia sedangkan komunikasi adalah proses penyebaran gagasan yang
berupa pesan ataupun opini. Komunikasi memiliki berbagai macam komponen,
jenis, tujuan, fungsi, model, serta bidang. Komponen komunikasi biasanya berupa
komunikator, pesan, media, serta komunikan kemudian jenis komunikasi ada
berbagai macam yaitu komunikasi kelompok, organisasi, massa, atarpribadi, dan
masih banyak lagi. Tujuan dan fungsi komunikasi bisa berupa menyampaikan,
mendidik, menghibur, memengaruhi perubahan sikap, pendapat, perilaku, serta
perubahan sosial. Komunikasi juga memiliki model yaitu komunikasi satu tahap,
dua tahap, dan multitahap. Selain itu komunikasi sangat berperan penting di
berbagai bidang di antaranya bidang sosial, manajemen, perusahaan, politik,
internasional, antarbudaya serta pembangunan.
Ilmu sosiologi komunikasi memiliki dua cakupan objek di dalamnya yaitu objek
materil atau bisa disebut sebagai manusia dan objek formal berupa proses sosial
dan komunikasi, telematika serta realitanya, efek media dan norma sosial baru,
perubahan sosial dan komunikasi, masalah sosial dan media massa,
cybercommunity, serta aspek hukum dan bisnis media. Objek formal menekan
pada aktivitas manusia sebagai makhluk sosial selain itu aspek ini merupakan
aspek yang dominan dalam kehidupan manusia bersama orang lain. Aspek
lainnya berupa telematika dan realitasnya aspek ini menyangkut persoalan
teknologi media, teknologi komunikasi, serta persoalan konvergensi yang
ditimbulkan serta realitas maya yang dihasilkan sebagai ruang publik baru tanpa
adanya batasan dan memiliki masa depan cerah bagi ruang kehidupan.
Perkembangan telematika ini tidak hanya berkembang pada ranah sosial namun
juga berkembang pada ranah bisnis dan hukum, telematika sampai pada
kemampuan menciptakan masyarakat baru atau bisa disebut cybercommunity
maka dibutuhkan juga cyberlaw yang berfungsi sebagai pengatur mutlak seluruh
aspek kehidupan sosial.
HUBUNGAN ILMU SOSIOLOGI DENGAN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses sosial yang melibatkan interaksi di dalamnya
dalam bertukar pesan antar individu yang satu dengan individu yang lain.
Komunikasi adalah bagian dari peristiwa sosiologi karena komunikasi
merupakan hakikat manusia untuk menjalin hubungan sosial dengan
makhluk lainnya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain untuk terus hidup. Manusia tidak bisa hidup sendiri seperti
nenek moyang kita yang selalu hidup bersama serta bergerombol untuk
hidup, komunikasi pada jaman nenek moyang awalnya berupa sebuah
tulisan di batu yang ditulis oleh nenek moyang kita dengan peralatan
sederhana kemudian komunikasi itu sendiri akhirnya berkembang dan
menjadi sebuah kajian ilmu di masa sekarang.
Komunikasi lahir dari ilmu Sosiologi, yaitu ilmu yang membahas
mengenai perilaku interaksi manusia. Komunikasi bisa dikatakan sebagai
cabang ilmu dari Sosiologi, komunikasi merupakan sebuah dasar untuk
memulai interaksi sosial karena tanpa komunikasi interaksi itu tidak akan
terjadi maka dari itu singkatnya kmunikasi ini sangat penting di dalam
kehidupan karena mengantarkan manusia untuk memiliki hubungan
dengan manusia lainnya. Komunikasi hampir ditemukan di mana-mana,
komunikasi dapat ditemukan di rumah, sekolah, pasar, serta di manapun
tempatnya. Komunikasi juga memiliki jenis di dalamnya karena
hakikatnya komunikasi itu mempunyai beragam bentuk serta jenis di
dalamnya dan memiliki pengertian serta fungsi yang berbeda pula.
Komunikasi memiliki sebuah sistem dan relasi di dalamnya sama halnya
dibahas dalam ilmu Sosiologi mengenai sebuah relasi. Sistem komunikasi
membantu kita bagaimana komunikasi itu dijalankan sesuai fungsinya
serta agar masyarakat memahami pelaksanaan komunikasi itu seperti apa.
Pada relasi, komunikasi dapat membentuk sebuah relasi dalam
berkomunikasi yang mana dalam artian ketika kita berkomunikasi
dengan seseorang relasi itu secara langsung terbentuk ketika komunikasi
yang dilakukan dengan seseorang terjadi secara intens dan dilakukan
dengan berkali-kali serta pihak komunikator dengan komunikan
memiliki hubungan yang erat dan dekat. Sistem komunikasi membahas
mengenai hakikat komunikasi sedagkan relasi komunikasi membentuk
sebuah hubungan dengan orang lain seperti yang selalu dibahas dalam
ilmu sosiologi.
Sistem ialah satu kata kunci untuk memahami keterkaitan dengan gejala-gejala
yang terdapat di dalam kehidupan, gejala-gejala itu berupa gejala alamiah
maupun gejala yang ada hubungannya dengan gerak atau perilaku manusia.
Gejala itu membentuk sebuah sistem, sistem membentuk sebuah pola
keteraturan di dalam sebuah dinamika gerak di dalam konfigurasi yang mekanis
seperti sistem pernapasan, sistem pencemaran, sistem tata surya, hingga sistem
komunikasi. Manusia didefinisikan sebagai makhluk multidimensional yang
berarti bahwa manusia memiliki banyak sisi kehidupan, kehidupan itu bisa
kehidupan pribadi, kehidupan ekonomi, kehidupan politik, atau kehidupan
sosial serta manusia itu hidup dalam sebuah komunitas seperti nenek moyang
dulu yang hidup saling berdampingan sehingga membentuk sebuah kelompok,
di dalam sebuah komunitas maupun kelompok terdapat satu mekanisme yang
mengatur komunitas maupun kelompok agar teratur. Mekanisme ini sendiri
membentuk dalam sebuah struktur dan melembaga di masyarakat sehingga
menjadi sistem yang mengatur masyarakat atau biasa disebut sebagai sistem
kemasyarakatan. Sistem kemasyarakatan melahirkan sebuah sistem-sistem
dalam berbagai bidang seperti sistem ekonomi dengan kelembagaan ekonomi,
sistem politik dengan kelembagaan politik, sistem sosial dengan kelembagaan
sosial serta sistem-sistem lainnya. Selain bidang ekonomi, politik, serta sosial
memiliki sistemnya sendiri. Komunikasi juga memiliki sebuah sistem di
dalamnya, konsep sistem komunikasi berasal dari definisi sistem dengan ruang
lingkupnya dan juga berasal dari sistem sosial serta sistem politik Indonesia
yang menjadi sebuah landasan konseptual serta operasional sistem komunikasi
yang ada di Indonesia. Sistem komunikasi sendiri lebih besar daripada sistem
kemasyarakatan baik itu sistem ekonomi, politik, sosial, bahkan budaya yang
menyatu dalam satu kesatuan sistem nasional.
Sistem awalnya adalah istilah spesifik di dalam ilmu-ilmu ekstata akan tetapi,
melalui perkembangannya sistem berubah menjadi sebuah disiplin ilmu.
Definisi sistem itu sendiri adalah kumpulan sebuah elemen yang bekerja sama
dalam mekanisme kerja dan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Sistem
juga didefinisikan sebagai a set with object relationship between the objects
and their attributes diambil dari kutipan Arthur D Hall (1962:60). Selain Arthur
D Hall, Rechtin juga menambahkan spesifikasi yang jelas mengenai pengertian
dari sistem itu sendiri. Ia mendefinisikan bahwa sistem tidak hanya menjadi
sebuah kumpulan suatu objek yang memiliki tujuan tertentu, objek tersebut
bekerja sama untuk menghasilkan hal yang lebih besar dan sesutu yang besar
itu berupa tujuan bersama di dalam sebuah sistem. Sistem juga sifatnya
kompleks dari segala elemen yang berbeda untuk membangun sebuah
keseimbangan yang menyeluruh, sistem juga dapat menjadikan hal yang
dilakukan bersama-sama tampak masuk akal dibandingkan dilakukan dengan
sendiri-sendiri karena di dalam sebuah sistem elemen-elemen saling
berinteraksi dan melakukan kerja sama di dalam satu kesatuan yang utuh.
Sistem komunikasi merupakan hal baru yang ada di sistem kemasyarakatan yang ada di
Indonesia. Sistem komunikasi adalah subsistem dari sistem kemasyarakatan yang melekat
di lingkungan masyarakat terutama masyarakat Indonesia, sistem komunikasi berakar pada
sistem yang merujuk ke nilai-nilai budaya yang tersaji pada sistem kebudayaan di Indonesia
karena pada dasarnya semua sistem bermuara pada budayanya masing-masing. Budaya
adalah sistem simbol yang terpola, teratur, yang menjadi sasaran orientasi para pemeran
dalam memenuhi rangka penginternalisasian aspek kepribadian serta pola yang sudah
terlembaga di dalam sistem sosial. Sistem komunikasi itu sendiri dapat bermakna kepada
sistem bahasa, pola model komunikasi, sistem radio, sistem komputasi, digital, televisi,
telekomunikasi, dan berbagai jenis lainnya. Sistem komunikasi serta sistem budaya
memiliki hubungan yang terikat, misalnya di dalam komunikasi terdapat sistem budaya
sehingga lahirlah komunikasi budaya. Komunikasi itu aspek penting dalam kebudayaan,
komunikasi juga menjadi media untuk melahirkan budaya-budaya baru serta menjadi
pelestari kebudayaan. Menurut Talcot Parson sistem komunikasi digambarkan sebagai
sistem kultural merupakan sistem komunikasi budaya, sistem sosial sebagai sistem
komunikasi sosial, organisme perilaku digambarkan sebagai komunikasi intrapersonal dan
komunikasi interpersonal, sistem organisasi sebagai sistem komunikasi organisasi.
Relasi komunikasi merujuk pada sebuah komunikasi interpersonal yang merupakan
hubungan yang berlangsung antar pribadi dan memiliki perbedaan antara tingkat keluasan
serta tingkat kedalaman. Relasi komunikasi atau relasi komunikasi interpersonal dapat
terjadi antara dua individu bahkan lebih, relasi juga dapat terbentuk melalui hubungan
serta interaksi sosial masing-masing individu mempunyai kontribusi di dalamnya dalam
membangun sebuah relasi. Pada pembentukan relasi terdapat beberapa hal yang dilalui,
hal-hal yang dilalui dalam membentuk sebuah relasi dikemukakan oleh De Vito (1997: 233235) dan tahapan itu bisa mengarah ke hal positif maupun negatif, tahapan-tahapan
tersebut di antaranya adalah:
Kontak merupakan tahapan awal dalam membentuk sebuah relasi. Pada tahapan kontak
memanfaatkan alat indera untuk mempresepsi orang lain, membuat sebuah keputusan
untuk melanjutkan hubungan atau tidak. Hal yang memengaruhi dari kontak adalah
penampilan fisik karena mudah terlihat serta jelas, kualitas kontak juga dipengaruhi oleh
kehangatan, keterbukaan, dinamis, bahkan persahabatan
Keterlibatan masuk di dalam tahapan lebih jauh pada orang yang sudah melalui tahapan
kontak. Seseorang dapat dikatakan dekat dengan orang lain ketika seseorang tersebut
mengungkapkan mengenai kepribadiannya. Jika di dalam sebuah hubungan asmara ada
kencan dan apabila di dalam sebuah hubungan persahabatan maka akan melakukan hal
bersama-sama dan memiliki minat yang sama
Keakraban mengikat sebuah hubungan yang terjadi antar pribadi serta membentuk sebuah
hubungan yang sifatnya mengikat, pada tahap ini hubungan sudah menjadi hubungan
primer. Seperti halnya dalam hubungan asmara apabila terus terjalin keakraban maka
keduanya akan melanjutkan pada hubungan yang terikat seperti menikah
Perusakan terjadi apabila sebuah hubungan memiliki penurunan yang mana ditandai
dengan melemahnya sebuah hubungan. Orang yang terlibat di dalam sebuah hubungan
juga mulai menjauh serta menganggap bahwa hubungannya sudah tidak sepenting dulu
Pemutusan adalah tahap terakhir yang menunjukkan terputusnya tali pengikat yang
sebelumnya mengikat hubungan antar pribadi. Pemutusan dipicu dari perbedaan
pandangan, adanya permusuhan, ketegangan seperti marah-marah dan pada akhirnya
memutuskan sebuah hubungan. Pada hubungan pernikahan hal ini biasanya disebut
dengan bercerai
Relasi itu bisa terbentuk dengan baik apabila komunikasi yang terlibat di dalamnya
terjalin dengan baik pula yang didukung dengan penggunaan bahasa yang baik
serta mudah dipahami. Bahasa itu dapat berupa apa saja, seperti bahasa lisan
ataupun bahasa isyarat. Relasi dapat terjadi dalam konteks formal, informal, serta
bisa terjadi pada individu serta kolektif. Manusia merupakan makhluk sosial dan
selalu membentuk sebuah relasi di dalamnya. Relasi dapat berjalan dengan baik
apabila komunikasi yang dilakukan sebelum membentuk relasi harus ada rasa saling
mengerti di dalamnya. Relasi membuat sebuah hubungan menjadi dinamika dan
kompleks, serta lebih berwarna. Relasi memiliki kepentingan di dalammya baik itu
kepentingan pada pihak yang melakukan sebuah relasi serta lingkungan yang ada di
sekitarnya. Relasi juga tidak selamanya berkembang dengan baik karena terdapat
faktor serta tahapan-tahapan yang menentukan sebuah relasi apakah ketika
membangun sebuah relasi hal itu akan menghasilkan relasi yang positif maupun
negatif. Aspek-aspek psikologis yang terdapat di dalam orang yang melakukan relasi
juga menentukan hasil dari relasi, apabila orang yang mempunyai sifat serta
perilaku yang baik maka ia akan menjalin sebuah relasi dengan orang lain dengan
cara yang baik pula, ia akan memahami lawan bicaranya. Jika sebaliknya jika
seseorang memiliki sifat yang buruk maka relasi yang dihasilkan juga buruk juga.
Dalam sosiologi komunikasi juga membahas mengenai hubungan teori dengan
media komunikasi, media komunikasi dapat ditemukan dalam komunikasi massa.
Hal tersebut membahas mengenai bagaimana hubungan antara teori dengan media
komunikasi dapat memengaruhi kondisi sosiologis dari seseorang. Teori itu sendiri
didefinisikan sebagai sebuah sistem maupun konsep yang mengindikasikan
hubungan yang terjadi antara sebuah konsep serta membantu kita dalam
memahami akan fenomena yang tengah terjadi. Fungsi dari teori ini adalah untuk
menginformasikan banyak hal, salah satu fungsi dari teori di dalam komunikasi
adalah mengetahui apa itu komunikasi dan hubungannya dengan perilaku manusia.
Teori juga memungkinkan kita untuk mengetahui elemen dari komunikasi serta
teori itu juga dapat membentuk serta mengubah perilaku kita. Ketika kita
memahami sesuatu hal tersebut berlandaskan dengan sebuah teori, teori memiliki
banyak hubungan salah satunya dengan ilmu komunikasi. Dalam elemen
komunikasi terdapat media komunikasi, media komunikasi adalah alat untuk
menyampaikan sebuah informasi agar informasi tersebut dapat diterima oleh
komunikan atau seseorang yang menerima informasi. Dalam media khususnya
media komunikasi di dalamnya terdapat teori-teori, teori-teori tersebut memiliki
korelasi dalam praktik media itu sendiri. Praktik media terdapat pada komunikasi
massa yaitu komunikasi yang menggunakan media massa dalam menyampaikan
pesan-pesan yang berisi informasi, media di dalam komunikasi massa memiliki dua
jenis yakni media cetak serta media elektronik. Media cetak pada komunikasi massa
dapat berupa koran serta majalah sedagkan media elektronik dapat berupa radio
dan televisi.
Dalam media khususnya media komunikasi di dalamnya terdapat
teori-teori yang berkaitan dengan sifat-sifat, dasar, cara kerja, serta
pengaruh media dalam publik. Media massa mempunyai sifat yaitu
memiliki jangkauan yang luas serta dapat menjangakau dengan
cakupan besar serta luas di masyarakat. Media massa bersifat publik
serta mampu memberikan popularitas, teori-teori media atau
disebut teori bermedia itu sendiri antara lain
Teori Kultivasi
Teori kultivasi atau disebut sebagai Cultivation theory
dikemukakan oleh Professor George Gerbner, Dekan emiritus dari
Annenberg School for Communication di Universitas Pensylvania.
Yang mana riset pertamanya pada awal tahun 1960‐an mengenai
Proyek indikator budaya (Cultural Indicators Project) untuk
mempelajari pengaruh menonton televisi. Gerbner dan koleganya
di Annenberg School for Communication ingin mengetahui dunia
nyata seperti apa yang dibayangkan dan dipersepsikan oleh para
penonton televisi.
Dalam teori ini terdapat istilah heavy viewer serta light viewer yang
mana semakin kita sering menonton televisi maka semakin kita
terpengaruh atas tayangan yang ditayangkan di dalam televisi.
Sebaliknya orang yang jarang melihat televisi atau disebuat sebagai
light viewer tidak mudah terpengaruh mengenai apa yang
ditayangkan oleh televisi karena mereka tidak menghabiskan
waktunya dengan menonton televisi. Mereka menganggap
bahwasanya dunia itu tidak seperti yang digambarkan pada televisi.
Teori kultivasi berpendapat bahwa televisi menjadi media
komunikasi atau alat utama yang mana para penonton televisi itu
belajar mengenai masyarakat serta kultur lingkungannya dengan
tujuan untuk mengetahui dunia nyata seperti yang sudah
dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi serta bagaimana
televisi ini dapat mempengaruhi pandangan penonton televisi
mengenai dunia nyata. Teori ini memiliki asumsi dasar yaitu
mengenai terpaan media yang terus menerus akan memberikan
gambaran dan pengaruh pada persepsi terhadap para
penontonnya. Dengan kata lain selama penonton televisi ini
memiliki kontak dengan televisi, mereka akan belajar mengenai
dunia serta belajar bersikap dan mempelajari mengenai nilai‐nilai
orang lain.
Cultural Imperialism Theory
Teori ini ditemukan pada tahun 1973 oleh Herb Schiller. Teori ini memiliki fungsi yaitu
untuk menjelaskan menganai bahwasanya bangsa Barat telah mendominasi media di
hampir semua bagian di dunia sehingga memiliki kekuatan pengaruh yang sangat kuat
khususnya pada negara-negara yang belum dan yang sedang berkembang. Bangsa barat
menggunakan cara untuk mendominasi seluruh media dengan mengganggu serta
menetapkan perspektif-perspektif mereka mengenai kondisi budaya lokal sehingga
mengakibatkan budaya lokal semakin rusak. Media, terutama media massa seperti halnya
film, surat kabar, web serta situs-situs informasi dari internet, komik, dan juga novel dan
sejumlah media massa lainnya diproduksi secara besar-besaran oleh orang Barat karena
mereka memiliki modal untuk memproduksinya.
Adanya proses transfer budaya serta akulturasi yang terjadi pada anak-anak maupun
khususnya anak-anak yang menjelang dewasa atau remaja membuat pengaruh budaya
barat terhadap budaya lokal sangatlah cepat. Pada masa remaja inilah anak-anak memiliki
sifat ingin mencari serta ingin berpetualangan yang tinggi yang mana artinya ia ingin
mengetahui seperti apa dunia luar itu. Orang tua yang tergolong berpendidikan
mempunyai peran yang sangat penting dalam hal ini karena mereka tidak mungkin
menelan budaya barat dengan mentah-mentah serta dapat memberikan pembelajaran
terhadap anak-anak mereka mengenai pengaruh budaya barat yang begitu sangat cepat
sehingga dapat merusak kebudayaan lokal.
Teori Spiral Of Science
Teori Spiral Of Science diciptakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann. Teori ini dalam
pembahasan ilmu komunikasi ialah salah satu teori komunikasi massa yang mana
seseorang itu mempunyai opini dari berbagai isu akan tetapi terdapat keraguan di
dalamnya serta ketakutan untuk memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga
opini itu yang seharusnya bersifat terbuka menjadi bersifat tertutup. Makna dari “spiral of
silence theory” ialah “teori spiral keheningan”, atau ada yang menyebutnya sebagai “teori
spiral kebisuan”. Elisabeth Noelle-Neumann mencoba untuk menunjukkan bagaimana
komunikasi interpersonal dan pesan yang disampaikan oleh media massa itu dapat
bekerja secara bersama-sama untuk mengembangkan opini publik (Morissan, 2010).
Pada teori ini kebanyakan suara mayoritas banyak didengar, dalam bermedia topik yang
banyak diperbincangkan diambil dari orang-orang mayoritas. Dengan kata lain mereka
hanya membahas orang mayoritas saja sedangkan orang-orang minoritas cenderung diam
serta tidak ingin mengambil risiko karena mereka tahu pendapat mereka tidak pernah
didengarkan dalam praktik bermedia.
Teori ini memiliki kelemahan dibuktikan oleh Eriyanto (2012). Berdasarkan penelitiannya
ia mengatakan bahwa teori ini tidak sesuai dengan negara yang menganut sistem
demokrasi karena teori ini lahir dalam konteks negara maju yang berpendapat bahwa
warga negaranya memiliki akses media dan kebebasan mengeluarkan pendapat. Selain
itu, saat ini juga sudah banyak khalayak yang aktif, selektif dan cerdas dalam menilai
setiap isu yang disajikan oleh media. Banyak khalayak yang sadar bahwa betapa media
saat ini sangat tidak objektif. Berbagai kepentingan yang dilatarbelakangi oleh motif
bisnis, politik dan idiologis telah mengendalikan perilaku media. Artinya media hanya
digunakan sebagai ajang untuk memperluas bisnis, politik, serta ideologis bukan sebagai
tempat untuk mengemukakan pendapat terhadap publik.
Teori Uses and Gratification
Teori ini dikemukakan oleh tiga ilmuwan yakni Elihu Katz, Jay G. Blumlerm, serta
Michael Gurevitch. Hal yang mendasari terciptanya teori uses and gratification adalah
ketika ketiga ilmuwan tersebut melihat bahwa audiens memiliki hasrat secara faktor
psikologis dan sosial untuk memilih apa yang mereka inginkan dari adanya terpaan
media. Teori uses and gratifications memandang khalayak sebagai individu aktif serta
memiliki tujuan, mereka bertanggungjawab dalam pemilihan media yang akan mereka
gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Teori uses and gratifications juga
memberi pengertian bahwasannya penggunaan media diarahkan oleh motif tententu.
Motif itu sendiri merupakan sekumpulan kepentingan dari individu, oleh karena itu
mereka menggunakan media masa untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
mereka. Ada empat kategori motif pengkonsumsian media menurut McQuaill yakni
motif informasi, motif informasi apabila pengguna media ingin mengetahui peristiwa
yang tengah terjadi di sekitar lingkungan mereka, motif identitas pribadi, Motif ini
digunakan apabila pengguna media ingin menemukan mengenai nilai-nilai yang dapat
menunjang identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial, motif ini digunakan
untuk pengguna media dalam berinteraksi dengan sesama serta menumbuhkan empati
sosial, motif hiburan, motif ini digunakan untuk pengguna media dalam melepaskan
kepenatan serta ingin mencari sebuah hiburan setelah melakukan pekerjaan yang berat
Teori ini berdasarkan pada teori kebutuhan yang diciptakan oleh Maslow yang
mengatakan orang dengan secara aktif untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhankebutuhan itu dapat berupa biologis atau kebutuhan fisik, rasa aman, sosial ataupun
kepemilikan sosial, ego atau penghargaan terhadap diri sendiri, serta aktualisasi diri.
Dalam teori ini menyebutkan audiens sebagai penikmat aktif, audiens secara aktif
memilih fungsi media dalam memenuhi kebutuhannya, audiens juga bukan semata
korban ataupun konsumen tayangan media.
.Agenda Setting Theory
Teori ini diciptakan oleh Maxwell Mc.Combs dan Donald L. Shaw. Teori ini memiliki
asumsi dasar bahwasanya jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka
media itu akan mempengaruhi khalayak dan menganggapnya sebagai sesuatu yang
penting. Teori ini muncul pada tahun 1968, melalui penelitian mengenai kampanye
pemilihan presiden Amerika Serikat. Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan
yang tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya
oleh pemilih. Adapun agenda yang dapat ditentukan oleh media massa apa yang tengah
dipikirkan masyarakat, menentukan sebuah fakta yang nantinya akan dipercayai oleh
masyarakat, menentukan penyelesaian dari sebuah permasalahan, menentukan
perhatian dari permasalahan yang ada, menentukan apa yang akan diketahui serta
dilakukan masyarakat nantinya
Pada dasarnya teori ini menganggap bahwa media mampu untuk memuat isu-isu yang
dianggap penting serta tengah diperbincangkan oleh masyarakat. Media apabila
memperoleh kredibilitas yang tinggi ketika media tersebut mampu mengangkat isu-isu
tertentu yang sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga mampu menjadikan
masyarakat memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap media tersebut. Dalam teori ini
menyebutkan pada suatu media terdapat dua pihak yaitu pihak internal yang meliputi
pemilik media, manajer media, produser, editor, serta wartawan sedangkan pihak
eksternal meliputi masyarakat, pemuka masyarakat, pejabat, bahkan pihak periklanan.
Terdapat hubungan teori-teori yang telah dikembangkan
dengan praktik media. Di dalamnya media menjalankan fungsi
serta tugasnya masing-masing berdasarkan teori yang ada.
Hubungan antara teori serta praktik media itu adalah
Teori kultivasi. Teori ini mempelajari pengaruh menonton
televisi. Gerbner dan koleganya di Annenberg School for
Communication ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang
dibayangkan dan dipersepsikan oleh para penonton televisi.
Ada dua tipe penonton televisi yaitu heavy viewer serta light
viewer yang mana semakin kita sering menonton televisi maka
semakin kita terpengaruh atas tayangan yang ditayangkan di
dalam televisi. Sebaliknya orang yang jarang melihat televisi
atau disebuat sebagai light viewer tidak mudah terpengaruh
mengenai apa yang ditayangkan oleh televisi karena mereka
tidak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi.
Artinya dalam praktik media, biasanya media komunikasi seperti
televisi menayangkan sebuah sinetron. Orang dengan tipe
heavy viewer mungkin akan menghabiskan sebagaian waktunya
untuk menonton sinetron tersebut sehingga mereka akan
terpengaruh dengan tayangan sinetron ini seperti terbawa oleh
alurnya dan menyukai pemain di dalam sinetron ini. Berbeda
dengan tipe light viewer, mereka tidak menggunakan sebagaian
waktunya untuk menonton televisi. Mereka tidak terpengaruh
dengan tayangan sinetron tersebut, mereka tidak sampai
terbawa alur karena tidak mengikuti akur dari ceritanya dan
memungkinkan menonton setiap episode dari sinetron tersebut
tidak sepenuhnya. Teori kultivasi membedakan antara pengaruh
praktik media itu terdapat pada heavy viewer atau penonton
setia televisi serta light viewer penonton yang minatnya tidak
setinggi heavy viewer, dari sinilah seberapa sering kita
menonton televisi membuat pengaruh praktik media kepada
kita semakin kuat, jika sebaliknya apabila kita jarang menonton
televisi maka pengaruh itu akan lemah dan bahkan tidak ada
pengaruhnya kepada kita
Teori Cultural Imperialism. Teori menjelaskan menganai
bahwasanya bangsa Barat telah mendominasi media di hampir
semua bagian di dunia sehingga memiliki kekuatan pengaruh yang
sangat kuat khususnya pada negara-negara yang belum dan yang
sedang berkembang. Pada praktik media khususnya media
elektronik seperti televisi serta media cetak seperti novel serta
komik teori ini begitu cepat berkembang, dengan kata lain mediamedia tadi menyebarkan mengenai budaya barat kepada
masyarakat seperti menampilkan film-film barat, mencetak novel
serta komik keluaran budaya barat maka hal tersebut dapat
memengaruhi masyarakat. Akibatnya ketika media-media tersebut
menjalankan praktiknya dan ditonton serta dinikmati oleh para
remaja maka budaya-budaya barat yang sudah ditampilkan di media
tadi akan diserap serta ditiru oleh anak-anak khususnya remaja.
Remaja dapat dikatakan paling mudah dipengaruhi karena mereka
tengah mengalami masa transisi serta mengalami masa mencari jati
diri, apabila remaja tersebut tidak memiliki filter diri dalam
menyaring budaya barat setelah menonton dan membaca buku
novel maupun komik ciptaan barat maka kebudayaan lokal akan
lebih mudah tergeser. Remaja akan cenderung meniru budaya barat
dan melupakan kebudayaan asli Indonesia, praktik media dalam
teori ini akan sangat berbahaya apabila media sering
mempertontonkan serta memproduksi karya-karya yang berbau
budaya barat karena dapat mengancam kebudayaan nenek moyang
yang ada di Indonesia. Selain memiliki dampak yang negatif, praktik
media yang mempertontonkan serta memproduksi karya-karya
yang berbau budaya barat terdapat dampak positif di dalamnya.
Dampak tersebut adalah masyarakat Indonesia dapat menambah
pengetahuan akan nilai serta norma dari kebudayaan barat akan
tetapi kebudayaan tersebut bukan untuk diterapkan melainkan
untuk dipelajari saja.
Teori Spiral Of Science. Teori ini dalam pembahasan ilmu komunikasi
ialah salah satu teori komunikasi massa yang mana seseorang itu
mempunyai opini dari berbagai isu akan tetapi terdapat keraguan di
dalamnya serta ketakutan untuk memberikan opininya karena merasa
terisolasi, dalam praktik media pada masa sekarang media digunakan
untuk kepentingan politik saja yang mana media seperti dikuasai oleh
orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi serta memiliki
pengaruh yang kuat di dalam masyarakat. Karena media sudah dikuasai
oleh orang-orang yang berkuasa maka praktik media dapat digunakan
untuk mempromosikan kegiatan politik seperti kampanya melalui media
elektronik serta cetak terutama menjelang pemilu, akibatnya orang-orang
yang disorot hanya itu-itu saja. Hal ini dapat memicu masyarakat yang
tidak memiliki kekuasaan tidak dapat mengutarakan pendapat mereka
melalui media, media menganggap pendapat dari orang-orang yang tidak
memiliki kuasa ini bukanlah sesuatu hal yang harus disebarkan kepada
khalayak umum. Padahal fungsi media sendiri dapat menjadi penyalur
opini dari seluruh masyarakat, karena pengaruh dari kapitalisme dalam
praktik nya media mungkin hanya mengambil keuntungan pribadi saja
hal tersebut dapat menciptakan persepsi yang negatif bagi masyarakat.
Media menjadi suatu hal yang tidak dapat dipercayai oleh masyarakat lagi
karena mereka menganggap media hanya mendukung orang-orang yang
memiliki kekuasaan yang besar, karena prinsip media sesungguhnya itu
adalah tidak memihak, tidak berat sebelah, serta harus netral.
Teori Uses and Gratification. Teori ini
memberi pengertian
bahwasannya penggunaan media diarahkan oleh motif tententu. Motif
itu sendiri merupakan sekumpulan kepentingan dari individu, oleh
karena itu mereka menggunakan media masa untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan mereka. Ada empat kategori motif
pengkonsumsian media menurut McQuaill yakni motif informasi, motif
identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial, serta motif hiburan.
Teori ini berdasarkan pada teori Maslow yang mengatakan orang dengan
secara aktif memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya ketika masyarakat
merasa jenuh akan pekerjaan serta aktivitas yang sudah mereka lakukan,
mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan diri berupa hiburan karena
seseorang membutuhkan hiburan untuk melepaskan kepenatan mereka
setelah melakukan kegiatan yang melelahkan. Dalam praktik media itu
sendiri media menyajikan beberapa hiburan yang dapat dipilih oleh
masyarakat sesuai keinginannya, media menjadi pemuas dari kebutuhan
hiburan dan dari sinilah masyarakat menjadi terhibur serta kebutuhan
yang sebelumnya belum terpenuhi itu pada akhirnya terpenuhi. Hiburan
yang biasanya ditampilkan oleh media seperti acara komedi serta acaraacara lain yang sifatnya menghibur.
Agenda Setting Theory. Pada dasarnya teori ini menganggap
bahwa media mampu untuk memuat isu-isu yang dianggap
penting serta tengah diperbincangkan oleh masyarakat. Media
apabila memperoleh kredibilitas yang tinggi ketika media
tersebut mampu mengangkat isu-isu tertentu yang sesuai
dengan keinginan masyarakat sehingga mampu menjadikan
masyarakat memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap media
tersebut, seperti dalam praktiknya ketika media memuat isu-isu
yang dianggap penting serta tengah menjadi topik
perbincangan adalah ketika media membahas mengenai isu-isu
orang yang terkenal seperti artis atau orang-orang penting yang
terjerat sebuah kasus seperti perselingkuhan, terjerat narkoba,
atau bahkan korupsi. Isu-isu tersebut pasti selalu
diperbincangkan oleh masyarakat dan menjadi topik utama
dalam praktik media selama berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan, karena sifatnya yang aktual serta diminati oleh
masyarakat media tidak akan berhenti menyiarkannya sampai
masyarakat memiliki topik pembahasan yang baru. Hal ini
banyak terjadi terutama pada media masa kini yang terhubung
dengan koneksi internet mereka akan membuat berita yang
memiliki judul serta isi yang sama dan isi dari berita tersebut
memuat mengenai topik yang ramai diperbincangkan di dalam
masyarakat, faktor ini juga dipengaruhi oleh digitalisasi yang
mana media menciptakan konten-konten itu hanya untuk
mengejar kepuasan masyarakat saja tanpa memerhatikan dulu
apa yang akan disampaikan. Dalam praktiknya media memiliki
tujuan masing-masing tujuan tersebut ada yang berdampak
negatif maupun positif. Pada dasarnya media memang memiliki
dampak di dalamnya, mereka dapat memengaruhi dalam segi
positif maupun negatif tergantung kepada penggunanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim. (2011). Diktat Media
Komunikasi. Repository UIN Sumatra Utara
Drs. Widodo A.S, M. Si. Landasan
Konseptual Sistem Komunikasi di Indonesia
Muhammad Qadarudin Abdullah. Teori
Komunikasi Media Massa
Rustini
Wulandari
(2018).
Relasi
Interpersonal Dalam Psikologi Komunikasi.
Islamic Communication Journal. Vol 03. Hal
56
Novia Ruth Silaen (2020). Sosiologi
komunikasi. Bandung. Penerbit Widina
Bhakti Persada BandungProf. Dr. H. M.
Burhan Bengin, S.Sos. M.Si (2006).
Sosiologi Komunikasi. Jakarta. Penerbit
Kencana Prenadamedia Group
Winda Kustiawan. (2022). Teori-teori Dalam
Komunikasi Massa. Jurnal telekomunikasi,
kendali, listrik. Vol 03. Ha
l 41