Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Sungai Menjadi Air Bersih
Andi Riski1* , Rizki Purnaini1 , dan Ulli Kadaria1
1.Jurusan
Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura
E-mail : andiriskii@student.untan.ac.id
Abstract
The availability and access to clean water is still a problem in West Kalimantan, one of which is at AlFatah Islamic Boarding School, Sungai Itik Village. Al-Fatah Islamic Boarding School uses water that
comes from rainwater and river water for toilet purposes, but rainwater has not been able to meet the needs
of clean water from a continuity aspect, while river water is from a quality aspect. Therefore, an
appropriate clean water treatment technology is needed to process river water into clean water. The
purpose of this research was to determine the quality of river water in front of the Al-Fatah Islamic
Boarding School, and to design an appropriate water treatment technology based on the quality of the raw
water used. The selected water treatment method is a complete treatment unit. Results of analysis of river
raw water quality in front of the Al-Fatah Islamic Boarding School, Sungai Itik Village, pH 7.18, turbidity
6.89 NTU, color 109 TCU, TDS 603 mg/l, temperature 36℃, and total coliform 33 APM/100 ml. Water
treatment with operating units and processes that have been designed is capable of processing raw water
into clean water, pH value 6.8 mg/l, turbidity 1.8 NTU, color 2 TCU, TDS 872 mg/l, temperature 30.6 ℃,
and total coliform of 0 APM/100 ml. Water treatment can be used to improve the quality of river water
according to Water treatment can be used to improve river water quality to meet Permenkes
No.2/MENKES/2023 standards.
Keywords: river water, ponpes Al-Fatah, appropriate technology.
Abstrak
Ketersediaan dan akses air bersih masih menjadi persoalan di Kalimantan Barat, salah satunya di Ponpes
Al-Fatah, Desa Sungai Itik. Ponpes Al-Fatah menggunakan air yang bersumber dari air hujan dan air sungai
untuk keperluan MCK, namun air hujan belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih dari aspek kontinuitas,
sedangkan air sungai dari aspek kualitas. Oleh karena itu diperlukan teknologi pengolahan air bersih tepat
guna yang bertujuan mengolah air sungai menjadi air bersih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kualitas air sungai didepan Ponpes Al-Fatah, dan merancang teknologi pengolahan air tepat guna
berdasarkan kualitas air baku yang dimanfaatkan. Metode pengolahan air yang dipilih adalah unit
pengolahan lengkap. Hasil Analisis kualitas air baku sungai didepan Ponpes Al-Fatah Desa Sungai Itik, pH
7,18, kekeruhan 6,89 NTU, warna 109 TCU, TDS 603 mg/l, suhu 36℃, dan total coliform 33 APM/100
ml. Pengolahan air dengan unit operasi dan proses yang sudah dirancang mampu mengolah air baku
menjadi air bersih, nilai pH 6,8 mg/l, kekeruhan 1,8 NTU, warna 2 TCU, TDS 872 mg/l, suhu 30,6 ℃, dan
total coliform sebesar 0 APM/100 ml. Pengolahan air dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air
sungai memenuhi standar Permenkes No.2/MENKES/2023.
Kata Kunci: air sungai, ponpes Al-Fatah, teknologi tepat guna.
Submitted : 09-06-2023 Revised : 18-06-2023 Accepted : 20-06-2023
442
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena air merupakan salah
satu kebutuhan pokok dalam kelangsungan hidup. Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air bersih didapat dari berbagai macam sumber air,
namun tidak semua air dapat memenuhi kebutuhan, karena banyak terjadi pencemaran
yang disebabkan oleh manusia dan alam.
Pondok Pesantren Al-Fatah belum mendapatkan akses terhadap air bersih dari
pemerintah daerah sehingga saat ini pemenuhan kebutuhan air bersih diperoleh dari
penampungan air hujan dan air permukaan, yaitu air Sungai Itik. Namun, air hujan belum
bisa memenuhi kebutuhan air bersih dari aspek kontinuitas atau keberlanjutan
dikarenakan belum tersedianya penampungan yang dapat menyediakan air sepanjang
tahun, sedangkan air sungai yang dimanfaatkan masih tidak layak dari aspek kualitas,
seperti berwarna kuning kecoklatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan sistem tepat guna pengolahan
untuk mengolah air Sungai Itik sebagai air baku menjadi air bersih. Mengacu pada
kualitas air baku yang digunakan dipilih metode pengolahan konvensional lengkap
dengan modifikasi, bak koagulasi-flokulasi, bak sedimentasi dan bak filtrasi. Menurut
penelitian Hamzani (2019) pada proses koagulasi-flokasi membantu memperbaiki
parameter pH dan kekeruhan air sungai dengan efisiensi 47,82%, sehingga memenuhi
persyaratan air bersih, sedangkan pada penelitian Andini (2017) proses koagulasiflokulasi, sedimentasi dan filtrasi membantu menurunkan 5 parameter pada air sungai
yang melebihi standar baku mutu air bersih diantaranya Total Suspended Solid (TSS),
kekeruhan, besi, mangan dan fecal coli. Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah
mengetahui kualitas air baku yang ada di Pondok Pesantren Al-Fatah Desa Sungai Itik
dan merancang teknologi tepat guna pengolahan air untuk Pondok Pesantren Al-Fatah
Desa Sungai Itik.
METODE PENELITIAN
Perancangan pengolahan air di Pondok Pesantren Al-Fatah Desa Sungai Itik
didasari oleh kualitas air Sungai Itik sebagai air baku yang digunakan. Data-data yang
dibutuhkan untuk menunjang perancangan ini antara lain, kualitas air baku meliputi
parameter pH, Kekeruhan, Warna, Zat Padat Terlarut, Suhu dan Total Koliform,
penentuan dosis koagulan, pengukuran kecepatan aliran sungai untuk menentukan debit
sungai.
Adapun tahapan perancangan pengolahan air ini adalah sebagai berikut.
A. Sampling Air Permukaan
Pengambilan sampel mengacu pada SNI 6989.58:2008 tentang Metode Pengambilan
Contoh Air Permukaan. Pengambilan sampel untuk pengujian total coliform
mengacu pada SNI 6989.58:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah,
sampel diambil dengan metode Grab Sampling (contoh sesaat).
B. Penentuan Dosis Koagulan
Metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui dosis optimum koagulan yang
digunakan adalah metode Jar Test berdasarkan SNI 19-6449-2000.
C. Pengukuran Debit
Metode pengukuran debit aliran yang digunakan pada perancangan instalasi
pengolahan air ini adalah Velocity Area Method, dimana pengukuran kecepatan
aliran air menggunakan pelampung dan luas penampang basah (A) ditetapkan
berdasarkan pengukuran lebar permukaan air dan kedalaman air.
443
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
D. Kebutuhan Air
Kebutuhan air baku dititik beratkan pada penyediaan air baku untuk diolah menjadi
air bersih. Perhitungan kebutuhan air ini mengacu pada SNI 03-7065 Tahun 2005
Tentang Tata Cara Perencanaan Plambing
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air Baku
Air baku yang diolah berasal dari Sungai Itik yang berada di depan Ponpes Al-Fatah Desa
Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Sebelum melakukan
pengambilan sampel air, terlebih dahulu menentukan debit sungai secara tidak langsung.
Dari pengukuran didapatkan kecepatannya dengan nilai 0,06 m/s dan luas penampang
basah yaitu 25,53 m2 sehingga debit pada sungai adalah 1,68 m3 /detik. Nilai tersebut
kemudian disesuaikan dengan SNI 6989.58 Tahun 2008 tentang metode pengambilan
contoh air sungai. Apabila debit sungai kurang dari 5 m3/detik, maka pengambilan
sampel air dilakukan ditengah sungai dengan kedalaman 0,5 dari permukaan. Kualitas air
baku disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisa Kualitas Air Baku
No
Parameter
Satuan
Air Baku
Baku Mutu
1
pH
-
7,18
6,5 - 8,5
2
Kekeruhan
NTU
6,89
<3
3
Warna
TCU
109
10
mg/L
603
< 300
Zat Padat
Terlarut
4
(Total Dissolved
Solid)
5
Suhu
℃
36
Suhu udara ± 3
6
Total Coliform
CFU/100mL
33
0
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Hasil analisis menunjukkan kualitas air baku memiliki nilai yang lebih besar yang
ditetapkan Permenkes No.2/MENKES/2023 kecuali untuk parameter pH masih
memenuhi baku mutu. Maka daripada itu, dibutuhkan pengolahan yang tepat untuk
menurunkan kadar parameter-parameter yang berada diatas kadar maksimum sehingga
layak diperuntukkan untuk higiene dan sanitasi. Adapun pengolahan yang tepat untuk
membantu menurunkan kadar kekeruhan dan warna yang melebihi baku mutu yaitu unit
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Sedangkan pengolahan yang tepat untuk
menurunkan kadar parameter TDS dan Total Coliform pada air sungai adalah unit filtrasi
dengan media kerikil dan pasir kerang. Dengan begitu, unit yang digunakan untuk
mengolah air sungai menjadi air bersih dengan kadar parameter yang diperbolehkan
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023
diantaranya unit koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan reservoir.
444
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
B. Penentuan Dosis Koagulan
Proses penambahan dosis koagulan tawas melalui Jar Test ini dilakukan setiap 8 jam
sekali, diawali dengan pengambilan air baku kemudian dilakukan pengukuran parameterparameter yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air seperti pH, kekeruhan dan warna
(Narita dkk., 2011). Jenis koagulan yang digunakan adalah Alumunium sulfat
(Al2(SO4)3 atau biasa disebut dengan tawas. Tawas merupakan koagulan yang umum
digunakan dalam pengolahan air. Jumlah pemakaian tawas tergantung pada kekeruhan
air baku, semakin tinggi kekeruhan air baku maka semakin besar jumlah tawas yang
dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung
oleh air baku (Pulungan, 2012). Berikut merupakan tabel hasil analisa uji Jar Test yang
dilakukan pada bulan Agustus 2022:
No
Tabel 2. Hasil Analisa Uji Jar Test Air Baku
Parameter
Dosis Tawas (ppm)
pH (mg/l) Kekeruhan (NTU) Warna (TCU)
1
10
6.8
2.61
12
2
20
3.8
1.85
2
3
30
3.5
2.27
9
4
40
3.5
2.31
8
5
50
3.4
1.8
4
6
60
3.4
2.48
9
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan hasil uji jar test diatas dapat diketahui bahwa dosis optimum tawas yang
digunakan adalah sebesar 10 ppm dengan pH 6,8, kekeruhan 2,61 dan nilai warna sebesar
12 TCU.
C. Perhitungan Kebutuhan Air
Perhitungan kebutuhan air pada peerencanaan ini mengacu pada SNI 03-7065 Tahun
2005 Tentang Tata Cara Perencanaan Plambing dimana kebutuhan air bersih untuk
asrama adalah 120 liter/orang/hari. Kapasitas kebutuhan air bersih yang digunakan untuk
memenuhi jumlah pemakai di Ponpes Al-Fatah adalah 3.000 liter/hari.
D. Perhitungan Desain Instalasi Pengolahan Air (IPA)
1. Koagulasi – Flokulasi
Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Ponpes Al-Fatah memiliki unit
koagulasi-flokulasi yang berada dalam satu tangki air. Perhitungan dimensi bak
koagulasi-flokulasi berdasarkan suplai air dari sumber air baku terutama
didasarkan pada fluktuasi kebutuhan air dan pemompaan yang disesuaikan
dengan waktunya. Perhitungan dimensi bak pada perencanaan ini mengacu pada
jurnal Noerbambang dkk (2005) tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Tangki koagulasi-flokulasi yang digunakan memiliki diameter 0.83
meter dan tinggi tangki 1.72 meter dengan kapasitas 800 liter. Bak pengolahan
dilengkapi dengan pipa 3/4 inch berbentuk setengah lingkaran yang berada pada
dalam bak.
445
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
Bahan koagulan yang digunakan yaitu Aluminium sulfat (Tawas)
sebanyak 1 liter larutan tawas dengan konsentrasi 1%. Pengadukan cepat guna
mendistribusikan segera koagulan secara merata di dalam air. Kontak pertama
koagulan dengan air adalah periode waktu yang singkat dari proses koagulasi,
disebabkan oleh reaksi koagulan dengan air yaitu reaksi hidrolisa dan hanya
terjadi dalam beberapa menit, oleh karenanya penyebaran koagulan harus
dilakukan dengan cepat sehingga koagulan yang telah larut dapat menyebar secara
merata.Setelah mengalami proses koagulasi, selanjutnya air baku mengalami
proses flokulasi yaitu pengadukan lambat dimana flok tumbuh menjadi ukuran
yang lebih besar dan efektif untuk diendapkan pada bak sedimentasi dengan cara
dipompa dan dialirkan melalui bagian bawah bak sedimentasi dengan
memanfaatkan desain bak.
2. Sedimentasi
Unit sedimentasi yang dirancang dan digunakan menyesuaikan luas lahan,
kapasitas dan efektifitas pengolahan memiliki jenis bak yang berbentuk selinder
dengan bagian bawah berbentuk kerucut dimana terdapat pipa 6 inch yang berdiri
ditenga tengah bak. Struktur unit ini berbahan fiber yang memiliki diameter atas
1,10 meter, diameter bawah 1,02 meter, tinggi 1,30 meter serta lebar aliran pipa
yang berada ditengah-tengah bak yaitu 0.20 meter dengan kapasitas 1 m3 atau
1000 liter dan dilengkapi pipa pembuangan 3/4 inch yang berfungsi mengeluarkan
endapan (backwashing).
3. Filtrasi
Unit fltrasi yang digunakan adalah tipe rapid sand filter dengan
pertimbangan rapid sand filter tidak memerlukan lahan yang luas namun
membutuhkan backwash dalam pengoperasiannya. Bak filtrasi ini berbentuk
selinder, memiliki ukuran dengan diameter 0.59 meter, tinggi 0.90 meter dengan
kapasitas 200 liter dan dilengkapi dengan pipa lateral 3,4 inch yang berada bada
lapisan bawah bak sebagai pipa inlet. Bak filtrasi memiliki dudukan setinggi 1.72
meter, dimana air yang sudah melewati proses filtrasi selanjutnya mengalir
menuju bak reservoir dengan sistem gravitasi.
Media yang digunakan pada bak filtrasi ini berupa kerikil dan pasir kerang dimana
pada penyusunan media filter dimulai dari media krilik dengan tebal 20 cm, pasir
kerang dengan tebal 40 cm dan ditutup dengan media kerikil kembali dengan tebal
10 cm. Fungsi media kerikil disini sebagai media penyangga dan penyaring
kotoran-kotoran kasar dan
menjadi celah agar air dapat mengalir. Menurut
Rachmaniyah dan Darjati (2017), pasir kerang mampu menurunkan kekeruhan
pada air sungai sebesar 88,9% dengan wkatu detensi 60 menit.
4. Reservoir
Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air
penghuni dalam waktu sehari yaitu 3.000 liter. Untuk menyesuaikan luas lahan
dan penghematan biaya, maka tangki yang digunakan memiliki ukuran dan
kapasitas yang sama dengan bak koagulasi-flokulasi dengan diameter 0.83 meter,
tinggi bak 1.72 meter dengan kapasitas 800 liter. Tangki reservoir pada
pengolahan ini bersifat penyimpanan sementara. Dimana air hasil olahan nantinya
di alirkan ke kamar mandi, wc, keperluan higiene dan sanitasi lainnya, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dalam sehari. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih
dalam waktu satu hari memerlukan 4 kali pengolahan dengan waktu 2-3 jam
dalam sekali pengolahan.
446
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
E. Kualitas Air Olahan
Pengujian untuk penentuan dosis koagulan atau uji Jar Test dilakukan di
Laboratorium Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak, pengujian air sungai
setelah pengolahan dilakukan di Laboratorium IPA Selat Panjang PERUMDA Tirta
Khatulistiwa, sedanggkan pengujian air sungai setelah pengolahan khususnya untuk
parameter Total Coliform dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Tanjungpura Pontianak. Parameter yang di uji antara lain pH, kekeruhan, warna, TDS,
suhu, dan Total Coliform. Kualitas air pengolahan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Kualitas Air Olahan dan Baku Mutu
No
Parameter
Air Baku
Air
Olahan
Baku Mutu
Permenkes
No. 2 Tahun
2023
Keterangan
1
pH
7,18
7,67
6,5-8,5
Memenuhi
2
Kekeruhan
(NTU)
6,89
1,8
<3
Memenuhi
3
Warna (TCU)
109
2
10
Memenuhi
4
TDS (mg/l)
603
26
< 300
Memenuhi
5
Suhu (℃)
36
30,6
Suhu Udara ±
3
Memenuhi
6
Total Coliform
(APM/100 ml)
33
0
0
Memenuhi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua parameter air olahan
memenuhi standar baku mutu kualitas air bersih yang ditetapkan. Pada parameter pH
mengalami kenaikan dari 7,18 menjadi 7,67. Hal ini dikarenakan pada proses koagulasi
terdapat penambahan zat koagulan tawas yang menyebabkan pH air turun menjadi 6,8,
hal ini dikarenakan bahan koagulan tawas bersifat asam (Wahyudin & Kiki, 2022).
Setelah melalui proses filtrasi, pH kembali naik menjadi 7,67. Nilai kekeruhan mengalami
penurunan sampai 1,8 NTU dengan nilai efektivitas sebesar 73,7%, hal ini dikarenakan
adanya ion Al3+ pada bahan koagulan tawas yang cukup untuk mendestabilisasi koloid
(Farodilah et al., 2018). Nilai warna mengalami penurunan yang besar sampai 2 TCU
dengan nilai efektivitas sebesar 98,2%, nilai TDS mengalami penurunan yang cukup
besar sampai 26 mg/l dengan nilai efektivitas sebesar 95,7% dan nilai total coliform
mengalami penurunan sampai 0 APM/100ml dengan nilai efektivitas sebesar 100%.
Dengan demikian unit pengolahan air yang telah dibangun dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas air sungai yang menjadi salahsatu permasalahan bagi masyarakat
di Ponpes Al-Fatah, Desa Sui Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
447
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan Unit Pengolahan Air (IPA) di Desa Suingai Itik
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kualitas air baku di sungai depan Ponpes Al-Fatah Desa Sungai Itik diantaranya,
parameter pH 7,18; parameter kekeruhan 6,89 NTU; parameter warna 109 TCU;
parameter TDS 603 mg/l; parameter suhu 36℃; parameter Total Coliform 33 APM/100
ml. Parameter tersebut masih berada dalam standar kualitas air baku kelas II menurut
Lampiran VI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) tepat guna untuk Ponpes Al-Fatah Desa Sungai Itik yang
dirancang dengan kapasitas 3.000 liter/hari terdiri dari unit koagulasi-flokulasi, unit
sedimentasi, dan unit filtrasi (saringan pasir cepat) menggunakan media pasir kerang
dan kerikil.
B. Saran
Diperlukan parameter uji tambahan untuk mengetahui kualitas air sungai dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, D. 2017. Perencanaan Unit Pengolahan Air Bersih di Kecamatan Sumedang
Selatan. Jurnal Reka Lingkungan, 5(2).
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 19-6449-2000 Tentang Metode Pengujian
Koagulasi. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 03-7065 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Perencanaan Plambing. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 6989.58:2008 tentang Metode Pengambilan
Contoh Air Limbah. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Farodilah, I., Sunarti, R. N., Intan, Y. P., & Sari, R. V. (2018). Penentuan Konsentrasi
Optimum Aluminium Sulfat dengan Metode Jar Test Pada Instalasi Pengolahan
Air Minum ( IPA ) Di PDAM Tirta Musi Palembang. Seminar Nasional Sains
Dan Teknologi Terapan, 80–86.
Hamzani, S., & Raharja, M. 2019. Rekayasa proses koagulasi-flokulasi untuk pengolahan
air sungai di Desa Lok Baintan Kabupaten Banjar. In Prosiding
Seminar
Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 4, No. 2, pp. 285-290).
Nisa, N. I. F., & Aminudin, A. (2019). Pengaruh Penambahan Dosis Koagulan Terhadap
Parameter Kualitas Air dengan Metode Jartest. JRST (Jurnal Riset Sains Dan
Teknologi), 3(2), 61.
Rachmaniyah, R., & Darjati, D. (2017). Pengaruh Diameter Kulit Kerang dalam
Menurunkan Kekeruhan Air Sungai Kali Lamong. GLOBAL HEALTH
SCIENCE, 2(4), 380-384.
Sisnayati, dkk. 2021. Perbandingan Penggunaan Tawas Dan Pac Terhadap Kekeruhan
Dan Ph Air Baku Pdam Tirta Musi Palembang. Jurnal Redoks, 6(2), 107-116.
Suhendra, S., & Perdana, D. (2019). Efektifitas Penggunaan Pasir Kerang Sebagai Media
Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Jurnal Teknologi Lingkungan
Lahan Basah, 7(1), 020-028.
Prasetya, P. E., & Saptomo, S. K. 2018. Perbandingan Kebutuhan Koagulan Al2 (So4)
3 dan PAC Untuk Pengolahan Air Bersih Di WTP Sungai Ciapus Kampus IPB
Dramaga. Bumi Lestari J. Environ, 18(2), 75.
448
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 442 – 449
Wahyudin, Hafis Kiki. "Optimalisasi Dosis Aluminium Sulfat dalam Metode Jar Test
pada IPA di PDAM Tirta Prabujaya Kota Prabumulih." Jurnal Kolaboratif
Sains 5.12 (2022): 834-838.
449