Academia.eduAcademia.edu

PENYIMPANGAN DARI TAUHID

PENYIMPANGAN DARI TAUHID Disusun untuk memenuhi tugas individu UAS ilmu tauhid Dosen pengampu : Dr.H.M.Rozali,M.A Oleh: Meliana Simangungsong (0704212042) PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA T.A 2021 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Berkat rahmat,hidyah,dan nikmatnya,penyusunan makalah ILMU TAUHID dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah meneragi umat manusia dengan cahaya illahi. Tujuan utama makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas individu UAS bapak Dr.H.M.Rozali,M.A pada mata kuliah ILMU TAUHID. Tujuan lainnya adalah untuk menambah ilmu dan wawasan tentang topik pembahasan penyimpangan ilmu tauhid. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tiada sesuatu yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Dengan menyadari akan kekurangan tersebut,kami mengharapkan koreksi dan evaluasi terhadap makalah ini untuk perbaikan pada masa pendatang. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin. Medan, 10 Januari 22 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pendidikan sekarang kurangnya anak-anak menanamkan ilmu tauhid dan masyaraka banyak tidak tahu tentang tauhid yang sebenarnya. Sehingga terjadinya penyimpangan dimana-mana seperti pembunuhan, pemerkosaan, begal dan banyak lagi penyimpangan yang lainnya, membuat masyarakat buta dengan dunia dan tidak mengenal Allah dengan sesungguhnya.Tauhid, secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’iyah, tauhid berarti mengesakan allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat AlUlya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Banyak penyebab-penyebab yang bisa menimbulkan penyimpangan tauhid antara lain penyakit riya,penyakit annaniah(egoisme),penyakit dzalim,penyakit hasad atau dengki dan penyakit takut dan bimbang. penyimpangan konsep tauhid dan aqidah sungguh sangat jauh. Sejauh jarak masa sekarang dan masa terjadinya awal penyimpangan. Penyimpangan bukan hanya sekedar dalam masalah aqidah dan ibadah, ia menjalar hingga masalah kehidupan sehari-hari bahkan semua masalah kehidupan tidak luput dari penyimpangan tauhid. Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan menaati segala perintah-Nya dan menajuahi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Batasan makna “ Al-Tauhid” menurut bahasa adalah menyakini ke-Esa-an Tuhan. Atau menganggap hanya ada satu, tidak ada yang lain. Ajaran dasar Islam adalah percaya terhadap kemahaesaan Tuhan(tauhid). Kepercayaan tersebut menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Seorang yang bertauhid memutlakkan YangMaha Esa sebagai Khalik dan menisbahkan selain-Nya sebagai makhluk-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tidak bisa disejajarkan dan dibandingkan. Formulasi tauhid yang demikian menunjukkan adanya komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai. Formulasi tauhid ini dapat dilukiskan dengan pesan pendek kalimattayyibah: laa ilaha illallahu yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah.Dalam Islam, tauhid memiliki kedudukan sangat sentral danesensial. Tauhid bukan saja sebagai sumber bermuaranya pola pikir,sikap, dan tingkah laku, tetapi juga merupakan syarat kunci diterimadan ditolaknya amal seseorang. Tauhid yang benar menumbuhkankeikhlasan dan semangat baru, memacu seseorang untuk lebihproduktif dalam hal-hal yang positif. Sebaliknya, tauhid yang salahtidak saja melemahkan imajinasi dan membekukan inisiatif, tetapijuga membatalkan seluruh amal perbuatan. Secara garis besar al qur’an berisikan tauhid, kisah dan hukum. Surat al ikhlas berisi tauhid, itulah sebabnya surat ini memiliki keutamaan yang istimewa sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tersebut, yang mengibaratkan membaca satu kali surat al ikhlas berarti telah membaca sepertiga al qur’an B. Rumusan masalah 1. Apa faktor yang melatarbelakangi penyimpangan tauhid? 2. Apa saja efek penyimpangan tauhid? 3. Apa penyebab penyimpangan tauhid? 4. Bagaimana cara penanggulangan penyimpangan tauhid? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi penyimpangan tauhid. 2. Untuk mengetahui efek penyimpangan tauhid. 3. Untuk mengetahui penyebab penyimpangan tauhid. 4. Untuk mengetahui cara penanggulangan penyimpangan tauhid. BAB II PEMBAHASAN Islam adalah agama tauhid, kedudukan tauhid di dalam Islam sangatlah tinggi bahkan merupakan yang paling tinggi. Kedudukannya yang begitu tinggi, ini dikarenakan tauhid merupakan hak Allah SWT yang paling besar atas hambahamba-Nya, sebagaimana yang terlihat dari hadits Mu’adz bin Jabal ra. Rasulullah SWA berkata kepadanya: “hai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hamba atas Allah?” ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau mengatakan : “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”. (HR Bukhari Muslim) Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan menaati segala perintahNya dan menajuahi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Secara garis besar al qur’an berisikan tauhid, kisah dan hukum. Surat al ikhlas berisi tauhid, itulah sebabnya surat ini memiliki keutamaan yang istimewa sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tersebut, yang mengibaratkan membaca satu kali surat al ikhlas berarti telah membaca sepertiga al qur’an. A. FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI Dalam kamus KBBI kata “penyimpangan” berasal dari kata simpang yang berarti sesuatu yang memisah (membelok, bercabang) dari yang lurus induknya. Dan penyimpangannya yaitu proses, cara, dan perbuatan menyimpang atau bertindak di luar kaidah yang berlaku. Penyimpangan tauhid adalah suatu perbuatan yang melanggar serta menentang yang condong mengarah pada keburukan dengan tidak mengesakan Allah sebagai sang pencipta. Penyimpangan tauhid ini adalah perbuatan yang bertolak belakang dari tuntunan syariat yang disampaikan, serta perbuatannya berbelok dari jalan yang diridhai ke jalan yang dimurkai Allah SWT. Para Nabi dan Rasul dari zaman dahulu hingga Rasul terakhir yakni Muhammad Shalallahu alaihi wasallam membawa satu misi dasar yang sama yaitu risalah tauhid atau konsep tauhid. Akan tetapi konsep tauhid sudah menyimpang dari yang sebenarnya. Penyimpangan dari konsep tauhid yang benar dan lurus sudah terjadi sejak dahulu, dan berkembang hingga sekarang. Zaman modern sekarang ini, penyimpangan konsep tauhid dan aqidah sungguh sangat jauh. Sejauh jarak masa sekarang dan masa terjadinya awal penyimpangan. Penyimpangan bukan hanya sekedar dalam masalah aqidah dan ibadah, ia menjalar hingga masalah kehidupan sehari-hari bahkan semua masalah kehidupan tidak luput dari penyimpangan tauhid. Penyimpangan dari agama islam yang benar adalah kehancuran dan kesesatan, yaitu pemahaman yang menyimpang dari Alquran dan Sunnah. Karena konsep manusia menurut islam untuk mengetahui bahwa manusia merupakan tujuan utama dibawah penciptaan alam (Ahmad Hanafi, 2016:161) Penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya: 1. Tidak menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar. 2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan (leluhur). Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT. tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi. Surat AI-Baqarah: 170 ‫علَ ْي ِه ٰا َب ۤا َءنَا ۗ اَ َولَ ْو َكانَ ٰا َب ۤا ُؤهُ ْم ََل‬ ‫َواِذَا قِ ْي َل لَ ُه ُم اتَّ ِبعُ ْوا َما ٓ ا َ ْنزَ َل ه‬ َ َ‫ّٰللاُ قَالُ ْوا َب ْل نَتَّ ِب ُع َما ٓ ا َ ْلفَ ْينَا َّو ََل َي ْهتَد ُْون‬ ‫شيْـًٔا‬ َ َ‫َي ْع ِقلُ ْون‬ "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "lkutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang tetah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. " (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk.” 3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan pendapat Alquran dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat. 4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. 5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka. 6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Padahal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya: "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari). 7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan sesorang. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu mengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. B. EFEK PENYIMPANGAN TAUHID Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Tauhid Rububiyah Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Kaum musyrikin Quraisy juga mengakui Tauhid Rububiyyah berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla: َّ ‫س َّخ َر ال‬ َ ْ ‫ت َو‬ َ‫ّٰللاُ ۗفَاَنهى يُؤْ فَ ُك ْون‬ ِ ‫سا َ ْلت َ ُه ْم َّم ْن َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬ ‫س َو ْالقَ َم َر لَ َيقُ ْولُ َّن ه‬ َ ‫َولَ ِٕى ْن‬ َ ‫ض َو‬ َ ‫اَل ْر‬ َ ‫ش ْم‬ “Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” [Al-’Ankabut: 61] Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kaum musyrikin mengakui bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Yang Maha Menciptakan, Maha Mengatur, dan Maha Memberi Rizki. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 6/294) Penyimpangan Dalam Tauhid Rububiyyah Penyimpangan dalam tauhid rububiyyah yaitu dengan meyakini adanya yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini selain Allah Azza wa Jalla dalam hal yang hanya dimampui oleh Allah Azza wa Jalla.Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul. Ini suatu keyakinan yang bathil. Barangsiapa meyakini bahwa penguasa dan pengatur laut selatan adalah Nyi Roro Kidul maka dia telah berbuat syirik (menyekutukan Allah Azza wa Jalla) dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah Yang Menguasai dan Mengatur alam semesta ini. Begitu juga barangsiapa meyakini bahwa yang mengatur padi-padian adalah Dewi Sri, berarti ia telah syirik dalam hal Rububiyyah-Nya, karena hanya Allahlah Yang Maha Menciptakan dan Mengatur alam semesta ini. Meyakini bahwa benda tertentu bisa memberi perlindungan dan pertolongan terhadap dirinya seperti jimat, keris, cincin, batu, pohon, dan lain-lain.Serta keyakinan bahwa sebagian para wali bisa memberi rizki, dan bisa pula memberi barokah, juga termasuk kesyirikan dalam RububiyyahNya.Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentangan dengan aqidah yang lurus. 2. Tauhid Uluhiyah Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. penyimpangan dalam tauhid uluhiyyah. Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan semacamnya. Karena do’a dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Ada satu contoh lagi penyimpangan uluhiyah di antaranya saat kita mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah itu. Lalu orang itu datang kepada seorang dukun. Kita meminta di tempat itu supaya penghuni tempat itu atau sang dukun bisa melepaskannya dari musibah yang sedang menimpanya. Ia berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya.Demikian penjelasan mengenai Tauhid Uluhiyah beserta contohnya yang bisa kita semua pahami dan ambil pelajaran. Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. 3. Tauhid Asma Wa Sifat Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll. Penyimpangan dalam tauhid Al-Asma’ wa Ash Shifat Penyimpangan tauhid asma wa sifat ada 4 1. Tahrif yaitu mengubah atau mengganti makna ang ada pada sifat dan nama Allah tanpa dalil. 2. Ta’thil yaitu menolak penetapaan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil 3. Takyif yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah. 4. Tamtsil/tasybih yakni menyamakan Allah dengan makhluknya ✓ Tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai sifat-sifat yang sempurna tersebut. Padahal telah disebutkan dalam Al-Qur’an atau dalam hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih. ✓ Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Padahal Allah Azza wa Jalla telah berfiman (artinya): ”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy Syura: 11]. ✓ Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul Husna, yang berujung pada peniadaan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. ✓ Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, yang bermuara pada penyerupaan dengan makhluk-Nya. Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam. C. PENYEBAB-PENYEBAB PENYIMPANGAN TAUHID 1. Penyakit riya Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Qur’an sebagai peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:“Sesungguhnya proses terjadinya manusia (membuatnya) tak stabil. Bila mendapatkan kegagalan lekas berputus asa. Bila mendapatkan kemenangan cepat menepuk dada”. (Al Ma’aarij: 19-21). 2. Penyakit ananiah (egoism) Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain sikap riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi yang mau beribadah ihsan dan khusyu. 3. Penyakit takut dan bimbang Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang belum terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakal’alallah artinya mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan pemecahan masalah tersebut. 4. Penyakit zhalim Zalim atau aniaya adalah perbuatan-perbuatan yang melampaui kemanusiaan dan melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. 5. Penyakit hasad atau dengki Hasad tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling hebat dan paling berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi D. CARA PENANGGULANGAN Suwaid memandang bahwa pendidikan tauhid merupakan pilar pokok dalam pendidikan anak. Oleh karena itu orang tua atau pendidik harus memberikan perhatian terhadap tauhid anak dan mendiktekannya sejak kecil agar ia tumbuh atas keyakinan tersebut. Langkah pertama adalah memberikan hafalan, kemudian pemahaman, kemudian kepercayaan (i’tiqâd), keyakinan dan pembenaran. Hal itu mudah dilakukan karena manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah dan Allah melapangkan hati manusia untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa perlu kepada argumentasi atau bukti yang nyata. Nilai-nilai dasar tauhid yang lebih dahulu harus ditanamkan kepada peserta didik menurut Suwaid ada tiga; pertama, meyakini bahwa Allah sebagai Tuhan yang wajib diibadahi; kedua, meyakini bahwa Islam adalah agama dan aturan hidup di dunia; ketiga, Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah untuk dijadikan idola dan panutan dalam beribadah kepada Allah. Akidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada Allah, para malaikat-nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada qadha’ dan qadar yang baik maupun buruk. Semua itu merupakan perkara ghaib, sehingga terkadang seorang pendidik kebingungan bagaimana dia mesti menyampaikannya kepada anak dan bagaimana anak bisa berinteraksi dengan ini semua. Menurut Suwaid, ada lima pilar mendasar di dalam menanamkan akidah ini, yaitu; pertama, mendikte anak dengan kalimat tauhid; kedua mencintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya serta iman kepada qadha’ dan qadar; ketiga menanamkan kecintaan terhadap Nabi SAW; keempat mengajarkan al-Qur’an kepada anak; dan kelima menanamkan akidah yang kuat dan kerelaan berkorban karenanya. Menurut peneliti pembelajaran tauhid dengan menganut konsep tauhid Muhammad bin Abdul Wahab akan membentuk karakter tauhid sebagai berikut: Pertama, memiliki pemahaman tauhid yang komprehensif dan moderat. Konsep tauhid Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid menjadi tiga bagian yaitu tauh}îd rubûbiyah, tauh}îd asmâ’ wa shifât, dan tauh}îd ulûhiyah. Mengesakan Allah dalam hal rububiyahNya atau tauh}îd rubûbiyah yaitu mengesakan Allah sebagai Pencipta, Penguasa, Pengatur alam semesta, dan Pemberi rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Artinya tidak ada Pencipta, Penguasa, Pengatur, dan Pemberi rezeki yang hakiki kecuali Allah, dan tidak ada yang dapat menghidupkan dan mematikan selain Allah. Pemahaman semacam ini juga akan membentuk sikap moderat dalam bertauhid pada diri sehingga tidak terjerumus dalam aliran takfîri, karena memahami tauhid sesuai dengan pemahaman para imam. Kedua, memiliki sikap anti syirik dan bid’ah. Gerakan dakwah tauhid Muhammad bin Abdul Wahab sangat menentang syirik dan bid’ah. Keduanya bertentangan dengan tauhid yang mengesakan Allah dalam ibadah dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai rujukan dalam tata cara beribadah kepada Allah. Pemahaman seperti ini menurut peneliti akan membentuk sikap anti terhadap syirik dan bid’ah. Ketiga, memiliki sikap kritis dalam beramal. Muhammad bin Abdul Wahab adalah tokoh pembaharuan di saat umat terpuruk dalam kejumudan berpikir dan praktek-praktek ibadah yang menyimpang. Oleh karena itu, konsep tauhid Muhammad bin Abdul Wahab membentuk pribadi yang kritis dalam keyakinan dan dalam ibadah. Segala yang tidak memiliki dasar yang benar harus ditinggalkan. Keempat, memiliki sikap wala’ dan bara’ yang jelas. Wala’ dan bara’ merupakan bagian dari konsekuensi akidah tauhid yang bersumber dari pemahaman terhadap kalimat lâ ilâha illallah yang berarti tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah. Cara menanggulangi penyimpangan tauhid: 1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salaf Shahih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya. 2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang Pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan. 3. Menyebar para da’I yang meluruskan aqidah umat islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Terjadinya banyak penyimpangan dari ajaran pokok Islam pasca Nabi SAW karena kurang mampunya untuk menangkap Islam sesuai semangat zaman, serta banyaknya unsur-unsur luar yang masuk dan bertentangan dengan Islam sehingga diperlukan adanya upaya untuk mengembalikan atau memurnikan kembali sesuai dengan orisinalitas Islam. Keimanan tauhid tidak hanya merupakan titik sentral keislaman, tetapi juga bahkan dalam berbagai aspek kehidupan kaum muslimin sehari-hari Bertauhid tidak hanya mengakui keesaan Allah, tetapi juga kesatuan (integrasi) di antara berbagai aspek kehidupan kaum muslimin; di antara iman dan amal, di antara dunia dan akhirat, di antara perkataan dan perbuatan di antara kesalehan individual-personal dengan kesalehan komunal- sosial, dan seterusnya. Jika terjadi ketidaksatuan di antara berbagai hal ini, maka terciptalah kepincangankepincangan dalam kehidupan kaum muslimin. Upaya ini dapat dilakukan dengan membentengi keyakinan akidah Islam, serta berbagai bentuk ritual dari pengaruh sesat. Manusia yang bersih tauhidnya, tidak akan mengandalkan hidupnya atas belas kasihan atau pertolongan orang lain. Mereka akan maju ke medan kompetisi global atau regional atau nasional dengan kemampuan sendiri, bukannya cari dukun. Karena percaya pada ramalan si dukun merupakan syirik yang dosanya tak terampuni. B. SARAN Demikian makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, kami sadar masih banyak kekurangan dan kesalahan pada pembuatan makalah ini, baik dari tulisan maupun pembahasan yang kami paparkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan tanggapan berupa kritikan dan masukan yang membangun agar kedepannya kami menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin. DAFTAR PUSTAKA Karim, PA. 2017. "Fungsi Aqidah dan sebab-sebab Penyimpangan dalam Aqidah ". Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan (online). tarbiyah. uinsu.ac.id Diakses tanggal 5 November 2021. Muthoifin, M. 2018." Nilai-nilai Pendidikan Taufid dalam Kisah Ashabul Ukhdud Surat Al-Buruj Prespektif IBN Katsir dan Hamka".Jurnal Studi islam(online). https://journals.ums.ac.id. Diakses tanggal 5 November 2021. Putri, HA. 2018. Penyimpangan Ilmu Tauhid. Makalah Shafwan, MH. 2021."Analisis Model Pendidikan Tauhid di Pesantren Al-ikhlas Lamongan".Jurnal Peradaban Islam(Online) unida. gontor. ac. id Diakses tanggal 5 November 2021. Syarifudin, Ahmad.2017.Makna Tauhid (Penyimpangan dalam Kehidupan Manusia). Makalah Arroisi, J.2013.”Integrasi Tauhid dan Akhlak dalam Pandangan Fakhruddin ArRazi”UNIDA Gontor Journals (Universitas Darussalam). Diakses 10 Januari 2022. Bunaya, Alif.2017.Penyimpangan Tauhid di Masyarakat.http://alifbunaya.blogspot.com/2017/06/penyimpangan-tauhid-dimasyarakat.html?m=1.Diakses pada tanggal 10 Januari 2022. Wahyudin.2018.Penyimpangan Aqidah dan Cara-cara Penanggulangannya.https://pwmjateng.com/penyimpangan-aqidah-dan-caracara-penanggulangannya/. Diakses 10 Januari 2022.