MODERASI BERAGAM
GAMA: ALIANSI PERSPEKTIF TAFSI
FSIR SUFISTIK
Syarif
IAIN Pontianak, Indonesia
E-mail: syarif@gmail.com
Diterimatanggal:03 Meret 2021
Selesai tangg
nggal:30 November 2021
ABSTRACT
This research reveals about reli
eligious moderation in the perspective of the scienc
ience of interpretation
(exegeses). This research was
as condu
conducted using a philosophical approach throu
ough literature review
derived from the books of interpr
rpretation that lead to Sufistic interpretations. The
he ffindings of this study
indicate that in Sufistic interpr
erpretation, interpreting verses related to thee alliance of Sufistic
perspectives of religious moderat
ration, is very inclusive.
[Penelitian ini menyingkap tenta
ntang moderasi beragama dalam perspektif ilmuu tafsir. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan
an pendekatan filosofis melalui kajian pustaka yang
ang berasal dari kitabkitab tafsir yang mengarah kepa
epada tafsir sufistik. Temuan penelitian ini menun
enunjukkan, bahwa di
dalam tafsir sufistik, menafsir aya
ayat-ayat yang berhubungan dengan aliansi perspek
pektif sufistik moderasi
beragama, secara sangat inklusif]
if].
Kata Kunci: Moderasi Beragam
ragama, Tafsir sufistik, Tafsir Isyari
dihadapi umat manusi
nusia saat ini. (S.A.
PENDAHULUAN
Moderasi
aktivitas
beragam
ama
manusia
beraga
agama
adalah
Kamal, 1976:5) Pentingn
ingnya diskursus ini
yang
pada tataran praktis di
direkam oleh Atho
memerankan tindakan kedam
damaian dalam
Mudzhar
ng llain. Disadari
persentuhannya dengan yang
kehidupan antar pengan
ganut agama adalah
pengaruh
menunjukan
bukan agenda yang rin
ringan. Menurutnya,
efeknya dalam segala akti
ktivitas hidup
agenda harmonisasi anta
ntar penganut agama
meliputi ekonomi, politik, sosi
sosial, budaya,
ini harus dijalankann dengan hati-hati
dan
mengingat agama sangat
gat melibatkan emosi
agama
sebagainya.
makinn
(Wahyudi
udin
Darma-
bahwa
upa
upaya
harmonisasi
umat, sehingga sebagi
bagian mereka lebih
laksana, 2019:1).
Perspektif interaksi ant
antar penganut
cenderung pada klaim ke
kebenaran dari pada
agama merupakan bentuk tekni
teknis aplikatif
mencari
dari tema besar pluralisme aagama. (Evra
menurutnya hal seperti
ti iini menjadi pemicu
Willya,
konflik yang mengarah
ah kepada kekerasan
2008:
314-316)
316)
Diskursus
interaksi atau hubungan ant
antar penganut
kebenaran--ek
-eksklusif.
Bahkan
dan berbahaya. (Atho
ho M
Mudzhar, 19).
agama menjadi masalah yangg pe
penting yang
~ 271 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
Senada dengan catatan penyebab
konflik oleh Atho Mudzhar ini, John L.
dalam makna kesalehan (taqwa) (Q.s. alHujurât/49 : 13).
Esposito berpendapat bahwa gairah dan
orientasi
kaum
juga
menemukan kedalaman spiritual. Dalam
mempengaruhi status dan hak-hak non-
pengantar A History of God, Karen
Muslim. Eksisnya sekelompok masyarakat
Amstrong mengemukakan bahwa dirinya
yang
semacam menemukan jalan keluar dari
fanatic
revivalis
Jalan sufistik mengantar manusia
terhadap
satu
(eksklusif),
mengakibatkan
ketegangan,
konflik,
agama
berbagai
kekerasan,
kebuntuan
dan
keraguan
atas
mitos
dan
ketuhanan yang diterimanya sejak kecil
pembunuhan atas nama agama (John L.
dan dia menemukan hakikat di balik
Esposito, 1988: 192).
agama. Menurutnya, saya benar-benar
Kanal sufistik yang bisa digali dari
dikejutkan oleh beberapa penemuan saya.
tafsir al-Qur`ân terutama dalam tema
Seandainya saya telah mengetahui tiga
interaksi antar penganut agama, sekaligus
puluh tahun yang lalu, pengetahuan itu
sebagai rekonstruksi dasar sosial, adalah
tentu akan menyelamatkan saya dari
cara pandang bahwa manusia sebagai
ketegangan ketika mendengar dari para
eksistensi yang sama dalam menjalankan
monoteis terkemuka ketiga agama itu,
dan mengarungi kehidupan dengan segala
bahwa ketimbang menanti Tuhan turun
bentuk
yang
dari ketinggian, saya mesti secara sengaja
menautkan manusia, alam, dan Tuhan
menciptakan rasa tentang Dia di dalam diri
secara
pandangan
saya. Para rahib, pendeta, dan sufi yang
sufistik
lain menyalahkan saya karena mengasum-
dikemukakan bahwa realitas ini hanya
sikan Tuhan – dalam pengertian apa pun –
satu, tunggal. Secara mendalam kajian ini
adalah realitas yang “ada di luar sana”.
akan mengikis kepentingan rasial dan
Mereka dengan tegas memperingatkan
bahkan kepentingan agama. Yang ada
saya untuk tidak berharap mengalami
adalah mengadu cerdasnya kesalehan yang
Tuhan sebagai fakta objektif yang bisa
ditampakkan manusia, al-khairât. Karena
ditemukan melalui proses pemikiranra
realitas tunggal ini tidak menghendaki
sional biasa (Karen Amstrong, 2003: 20-
keseragaman dalam bentuk apapun. Tetapi
21).
sufistik.
aspeknya.
mendalam
Dalam
Pandangan
adalah
kajian
yang dikehendaki-Nya keberagaman itu
Masalah interaksi adalah masalah
harus dibiarkan apa adanya adalah untuk
perilaku. Perilaku pada seseorang atau
maksud berlomba (istibâq) dalam ke
sekelompok orang didasari oleh filosofi
~ 272 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
kehidupan
atau
diapresiasinya.
doktrin
Dalam
yang
keberagamaan
dikembangkan
menurut
spiritual
para
oleh
pengalaman
ahlinya
adalah
misalnya Islam, kaum muslimin bertindak
penerapan praktis dan perilaku Islam yang
atau berperilaku sesuai doktrin keyakinan
sebenarnya,
yang diterimanya. Agama adalah faktor
penyerahan diri secara total kepada Tuhan
yang
perilaku
semesta alam. Oleh karena itu, tasawuf
penganutnya. (H. M. Arifin, 1996: ix)
menempati posisi sentral di antara tiga
Model pemikiran yang diterima atau
aspek dasar Islam: tauhîd, syarî’at, dan
diapresiasi –terutama dari al-Quran-- oleh
akhlâq. Jika hakikat misi Islam adalah
kaum
mempengaruhi
penyempurnaan akhlâq dan moral (li
perilakunya dalam bersosial. Kaitannya
utammima makârima al-akhlâq), seperti
dengan penelitian ini adalah ruang gerak
dilukiskan dalam salah satu hadis Nabi
atau objek bidik tasawuf adalah akhlak,
saw., maka pelestarian tasawuf, baik dalam
sebagai satu bagian penting dari asas
taraf teoritis maupun praktis, merupakan
ajaran Islam.
pelestarian nilai-nilai Islam itu sendiri
sangat
mempengaruhi
muslimin
akan
Tasawuf adalah dimensi esoterik
yaitu
Islam
sebagai
(Alwi Shihab, 2001: xiii).
Islam. Islam itu sendiri hakekatnya sangat
Tafsir corak sufî disebut juga
memperhatikan aspek keseimbangan dan
dengan tafsîr isyârî (Muhammad Husain
keharmonisan, yang di dalamnya termasuk
al-Dzahabî, 2005: 222) Ialah tafsir dengan
keseimbangan dan keharmonisan lahir
mentakwil ayat kepada makna di balik
(eksoterik) dan batin (esoterik). Syaikh
zhahirnya
Fadhlallah
menampilkan sisi yang tersembunyi dan
Haeri
menyatakan,
bahwa
dengan
menunjukkan
atau
sufisme dan Islam adalah dua hal yang tak
kemungkinan
kesesuaiannya
atau
dapat dipisahkan, seperti halnya nurani dan
menggabungkan
makna
yang
kesadaran tertinggi yang juga tak dapat
tersembunyi itu dan yang zhahir seperti
dipisahkan dari agama tersebut. Islam
yang dimaksudkan ayat tersebut. Tafsir
adalah kesadaran abadi yang bermakna
yang demikian ini terdapat di kalangan
penyerahan diri dan ketundukan. Dengan
yang menempuh jalan sufi (Al-Dzahabî,
bahasa lain, sufisme adalah hati Islam,
222).
antara
yang sudah sangat tua, seusia dengan
adanya
kesadaran
manusia
(Shaykh
Fadhlalla Haeri, 1993: vii).
PEMBAHASAN
Moderasi Beragama
bahwa
Pengertian moderasi adalah suatu
tasawuf sebagaimana ditulis, dihayati, dan
kegiatan untuk melakukan peninjauan agar
Alwi
Shihab
menulis
~ 273 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
tidak
menyimpang
yang
yang sesuai dengan fitrah manusia. Oleh
berlaku yang telah ditetapkan. Definisi
karena itu, umat Islam disebut ummatan
moderasi adalah kegiatan untuk mengatur,
washathan,
memandu serta menengahi komunikasi
seimbang, karena mampu memadukan dua
interaktif baik yang berbentuk lisan atau
kutub agama terdahulu, yaitu Yahudi yang
pun tulis.
terlalu membumi dan Nashrani yang
Pengertian
dari
aturan
moderasi
menurut
umat
yang
serasi
dan
terlalu melangit.
KBBI adalah menengahi suatu masalah.
Al-Quran dalam surat al-Baqarah
Pemandu acara atau yang sering disebut
[2] ayat 143: “Dan demikian (pula) Kami
dengan moderator adalah orang yang
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
bertugas memandu Sebuah acara atau
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
kegiatan agar berjalan sesuai dengan yang
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
aturan
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
yang
kegiatan
atau
telah
acara
ditentukan.
yang
Suatu
diadakan
(perbuatan) kamu”.
biasanya memiliki alur dan aturan main
Dengan demikian, moderasi sama
sendiri yang bertujuan agar kegiatan
pengertiannya
berjalan lancar dan sesuai dengan aturan
sebagaimana diungkapkan dalam ayat di
yang bertujuan agar kegiatan memandu,
atas. Menurut Ibnu Faris, sebagaimana
mengarahkan, dan menengahi komunikasi
dikutip oleh Muchlis M. Hanafi (2009),
yang terjadi antara beberapa pihak baik
bahwa al-washatiyyah berasal
dalam bentuk lisan maupun tulisan disebut
wasath yang memiliki makna adil, baik,
juga dengan Moderasi. Persamaan kata
tengah dan seimbang. Bagian tengah dari
moderasi adalah meninjau.
kedua ujung sesuatu dalam bahasa Arab
Contohnya dalam sebuah acara
dengan al-washatiyyah –
disebut wasath. Kata
ini
dari
kata
mengandung
dialog atau debat yang melibatkan dua
makna baik seperti dalam ungkapan hadis,
pihak yang pro dan kontra terhadap suatu
‘Sebaik-baik
masalah. Di sini kehadiran moderator
(yang pertengahan)’, karena yang berada
sangat diperlukan untuk memandu dan
di tengah akan terlindungi dari cela atau
menengahi kedua belah pihak sehingga
aib (cacat) yang biasanya mengenai bagian
dialog berjalan dengan baik dan terkendali.
ujung atau pinggir.
Menurut Wahyudin Darmalaksana
urusan
Selanjutnya M.
adalah awsathuha
Hanafi
(2009)
2019:1 Moderasi adalah jalan pertengahan,
mengutip pendapat pakar tafsir Abu Su’ud,
dan ini sesuai dengan inti ajaran Islam
bahwa
~ 274 ~
kata wasath pada
mulanya
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
menunjuk pada sesuatu yang menjadi titik
harmonis
temu semua sisi seperti pusat lingkaran
diungkapkan dalam Alquran, “Dan Allah
(tengah). Kemudian berkembang makna-
telah meninggikan langit dan Dia telah
nya
meletakkan
menjadi
sifat-sifat
terpuji
yang
dan
serasi.
mizan
Sebagaimana
(keadilan),
supaya
dimiliki manusia karena sifat-sifat tersebut
kamu tidak melampaui batas tentang
merupakan tengah dari sifat-sifat tercela.
mizan itu” (QS. Ar-Rahman [55]:7-8).
Seperti sifat dermawan adalah pertengahan
Moderasi Islam ini tercermin dalam
antara kikir dan boros, berani pertengahan
seluruh ajarannya. Misalnya dalam bidang
antara takut dan sembrono.
Akidah, ajaran Islam sesuai dengan fitrah
Maka sejalan dengan ajaran Islam
kemanusiaan, berada di tengah antara
yang universal dan bercorak seimbang,
mereka yang tunduk pada khurafat dan
maka al-wasathiyyah didefinisikan sebagai
mitos, dan mereka yang mengingkari
sebuah metode berpikir, berinteraksi dan
segala sesuatu yang berwujud metafisik.
berperilaku
Selainmengajakberimankepada
yang
didasari
atas
yang
sikap tawazun (seimbang) dalam menyika-
ghaib, Islam pun mengajak akal manusia
pi dua keadaan perilaku yang dimung-
untuk
kinkan untuk dibandingkan dan dianalisis,
rasional. Dalam bidang ibadah, Islam
sehingga dapat ditemukan sikap yang
mewajibkan
sesuai
tidak
melakukan ibadah dalam bentuk dan
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran
jumlah yang sangat terbatas, misalnya
agama dan tradisi masyarakat.
shalat lima kali dalam sehari, puasa
dengan
kondisi
dan
membuktikan
ajarannya
penganutnya
secara
untuk
Menurut Yusuf Qardhawi (1995),
sebulan dalam setahun, dan haji sekali
bahwa di antara karakteristik ajaran Islam
dalam seumur hidup; selebihnya Allah
adalah
atau
mempersilakan manusia untuk berkarya
yakni
dan bekerja mencari rezeki Allah di muka
al-washatiyyah
tawazun
(moderat)
(keseimbangan),
keseimbangan di antara dua jalan atau dua
bumi.
atau
Kemudian dalam bidang akhlak,
bertentangan. Contoh dua arah yang
ajaran Islam mengakui dan memfasilitasi
bertentangan seperti spiritualisme dengan
adanya unsure jasad dan ruh pada diri
materialisme, individu dengan kolektif,
manusia. Dengan adanya unsure jasad
konstektual
manusia didorong untuk selalu menikmati
arah
yang
konsisten
saling
dengan
dengan
berhadapan
idealisme,
perubahan.
dan
Prinsip
kesenangan
dan
keindahan
yang
keseimbangan ini sejalan dengan fitrah
dikeluarkan oleh bumi, sementara unsure
penciptaan
ruh
manusia
dan
alam
yang
~ 275 ~
mendorongnya
untuk
menggapai
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
petujuk langit. Sehingga dengan konsep
tetapi hakiki dan benar-benar sesuai
ini, kehidupan dunia bukanlah penjara
dengan
tempat manusia disiksa, tapi sebuah
mewujudkan kebaikan di dunia dan di
nikmat yang harus disyukuri dan sebagai
akhirat serta dijauhkan dari malapetaka
lading untuk mencapai kehidupan yang
dan siksaan neraka. Hal ini sejalan dengan
lebih kekal di akhirat.
doa sapujagat yang selalu dipanjatkan, “Ya
yang
diharapkan,
yakni
Dalam Alquran ditegaskan, “Dan
Allah Tuhan kami, berikanlah kepada kami
carilah pada apa yang telah dianugerahkan
kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat,
Allah
serta jauhkanlah kami dari siksa api
kepadamu
(kebahagian)
negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan
neraka”.
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan
1. Kata “ummatan” berasal dari akar kata
berbuat
baiklah
(kepada
orang
lain)
bahasa
arab
amma-ya’ummu
yang
sebagaimana Allah telah berbuat baik
berarti “menuju”, “menjadi”, “ikutan”,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
dan “gerakan”.
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
sama, lahir antara lain kata “um” yang
Allah tidakmenyukai orang-orang yang
berarti
berbuatkerusakan”
maknanya
(QS.
Al-Qashash
[28]:77).
“ibu”,
Dari akar kata yang
dan
“imam”
“pemimpin”,
yang
karena
keduanya menjadi teladan, tumpuan
Selanjutnya
moderasi
mengenai
beragama,
dikemukakan
Tarmizi
cirri
sebagaimana
dan
harapan
anggota
masyarakat. Al-qur’an mnyebut kata
(2007)
ummah dan berbagai bentuk lainnya 51
memiliki dua ciri yang mandiri, yaitu
kali dan kata umam sebanyak 13 kali.
pertama, adanya hak kebebasan yang harus
Kedua kata tersebut digunakan di dalam
selalu
al-Qur’an
diimbangi
Kecerdasan
Taher
pandangan,
dengan
dalam
kewajiban.
menyeimbangkan
dengan
berbeda-beda,
pengertian
yaitu,
yang
pertama,
antara hak dan kewajiban akan sangat
Digunakan dalam arti binatang-binatang
menentukan terwujudnya keseimbangan
yang ada di bumi, seperti dalam Q.S. al-
dalam Islam.
An’am/6:38 yang menjelaskan tentang
Kedua,
adanya
keseimbangan
burung-burung yang terbang dengan
antara kehidupan dunawi dan ukhrawi,
kedua sayapnya, kedua, Makhluk Jin, di
serta material dan spiritual. Sehingga
dalam Q.S. al-A’raf/7:38, ketiga, waktu,
peradaban dan kemajuan yang dicapai oleh
di dalam Q.S. Hud/11: 8 dan Q.S.
umat Islam tidak semu dan fatamorgana,
Yusuf/12:
~ 276 ~
45,
pengertian
‘imam’
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
misalnya di dalam Q.S. al-Nahl/16: 120,
menengah di antara boros dan kikir.
kelima, berarti agama, seperti dalam
Kata wasath dalam berbagai bentuknya
Q.S.
al-Anbiya’/21:
Mu’minun/23:
52,
92,
Q.S.
al-
dalam al-Qur’an disebut lima kali,
dan
Q.S.
al-
masing-masing terdapat dalam Q.S. alBaqarah/2: 143 dan 238, Q.S. al-
Baqarah/2: 213.28.
Jadi secara tegas al-Qur’an tidak
Maidah/5:89, Q.S. al-Qalam/68: 28, dan
membatasi pengertian umat hanya pada
Q.S. al-‘Adiyat/100: 5. Pada dasarnya
kelompok manusia. Ini berarti semua
penggunaan istilah wasath dalam ayat-
kelompok yang terhimpun oleh sesuatu,
ayat
seperti agama, waktu, atau tempat yang
pengertian
sama.
“pilihan”.(M. Quraish Shihab, TT:1070-
Artinya
ada
suatu
ikatan
tersebut
dapat
“tengah”’,
merujuk pada
“adil”,
dan
1071).
persamaan yang menyatukan makhluk
Dari penjelasan di atas, maka bisa
hidup manusia, binatang, seperti jenis,
suku, bangsa, ideologi, atau agama, dan
diambil
sebagainya, maka ikatan itu telah
ummatan
menjadikan mereka satu umat. (M.
moderat yang posisinya berada di
Quraish Shihab, TT: 430-431). Karena
tengah, agar dilihat oleh semua pihak
itu kata “umat” adalah suatu istilah
dan dari segenap penjuru. Dengan
yang mengandung arti gerak dinamis,
menempatkan
arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya
tengah agar tidak seperti umat yang
dan carahidup. Untuk menuju pada satu
hanyut oleh materialisme, tidak pula
arah, harus jelas jalannya, serta harus
mengantarnya membumbung tinggi ke
bergerak maju dengan gaya dan cara
alam ruhani. Posisi tengah adalah
tertentu, dan pada saat yang sama
memadukan aspek rohani dan jasmani,
membutuhkan
untuk
material dan spiritual dalam segala
mencapainya (M. Quraish Shihab, TT:
sikap dan aktivitas (M. Quraish Shihab,
430-431).
TT: 433-434).
waktu
kesimpulan
wasathan
Islam
bahwa
adalah
sebagai
makna
umat
posisi
2. Kata wasath, berarti posisi menengah di
antara dua posisi yang berlawanan.
Aliansi Perspektif Tafsir Sufistik
Tema
Dapat juga dipahami sebagai segala
penelitian
ini
adalah
yang baik dan terpuji sesuai dengan
“moderasi berAgama aliansi presfektif
objeknya. Misalnya, keberanian adalah
tafsir sufistik”. Dalam kasus penelitian ini
pertengahan antara sifat ceroboh dan
adalah mengarah kepada sikap mufassir
takut, kedermawanan
sufistik
adalah posisi
~ 277 ~
terhadap
teks
yang hasilnya
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
berbentuk tafsir inklusif. Oleh karena itu,
Ketiga
bab ini ditujukan untuk menggambarkan
dipisahkan sebagai proses, alat dan hasil
dan menganalisis bibit munculnya tafsir
yang
inklusifisme, dengan memuat penelusuran
(Suryadilaga, 2010: 29).
munculnya
corak
sosiohistorisnya.
tafsir
dalam
Kemudian
secara
konsep
ingin
tersebut
dicapai
tidak
dalam
dapat
tafsir
Inklusifisme Tafsir Sufistik
eksplisit bab ini juga memberikan fakta
Tafsir sufistik adalah tafsir yang
dari corak dan sosio historis itu berupa
sering disebut sebagai tafsir yang secara
bentuk tafsir inklusif yang disertai dengan
diametral berbeda dengan tafsir fikih.
analisis tentang mengapa bisa demikian.
(Muhammad Husain al-Dzahabî, 261) Ini
Tafsir, secara harfiah kata “Tafsir”
tidak lepas dari ilmu dasar yang menjadi
yang berasal dari bahasa Arab dan
perangkat tafsir ini. Jika tafsir fikih
merupakan bentuk masdar dari kata fassara
perangkatnya mengacu pada ilmufikih,
yang berarti keadaan yang jelas (nyata dan
maka tafsir sufistik mengacu pada ilmu
terang)
penjelasan.
tasawuf, yang para mufassirnya adalah
Banyak ulama mengemukakan pengertian
sebagai sâlik dalam kesufian (Muhammad
tafsir
Husain al-Dzahabî, 186).
dan
yang
memberikan
pada
intinya
bermakna
menjelaskan hal-hal yang masih samar
Ada
pertanyaan
sehubungan
yang dikandung dalam ayat al-Qur’an
dengan kapan mulainya, apakah tafsir sufi
sehingga
dimengerti,
ini ada dasar syar’î yang dipegangi
mengeluarkan hukum yang terkandung di
pengampunya, atau memang merupakan
dalamnya
sesuatu yang datang belakangan setelah
dengan
untuk
mudah
diterapkan
dalam
kehidupan sebagai suatu ketentuan hukum.
munculnya
(Suryadilaga, 2010: 27).
tarekatnya? Al-Dzahabî mengemukakan
Dr.
Abd.
dan
praktek
Salim
jawaban, bahwa tafsir sufistik atau yang
mengemukakan bahwa ada tiga konsep
kerap disebut tafsir isyârî bukan hal baru
yang terkandung dalam istilah tafsir,
dalam penafsiran makna ayat-ayat al-
pertama, kegiatan ilmiah yang berfungsi
Qur`an al-Karîm, tetapi ia dikenal sejak
memahami dan menjelaskan kandungan al-
turunnya al-Qur`an kepada Nabi, demikian
Qur’an. Kedua, ilmu-ilmu (pengetahuan)
diisyaratkan al-Qur`an dan Nabi saw.
yang
Menyampaikan
dipergunakan
Muin
tasawuf
dalam
kegiatan
serta
mengajarkannya
tersebut. Ketiga, ilmu (pengetahuan) yang
kepada para para sahabat. Para sahabat
merupakan hasil kegiatan ilmiah tersebut.
menyatakan
~ 278 ~
bahwa
isyarat
al-Qur`an
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
mengenai hal tersebut seperti dalam Q.s.
‘ibâd” (Hadis marfû’ oleh al-Dailâmî dari
Q.s.
riwayat ‘Abd al-Rahmân bin ‘Auf), al-
al-Nisâ`/4:78,
al-Nisâ`/4:82,
dan
Qur‘an di bawah ‘arasy, ia memiliki sisi
Muhammad/47:24.
Ayat-ayat ini menunjukan bahwa
lahir
dan
batin
al-Qur`an itu mempunyai sisi lahir dan
(mujahadah)
batin.
(memahaminya).
Dengan
ayat-ayat
ini
Allah
yang
dibutuhkan
hamba
untuk
Kedua
hadis
ini
bermaksud untuk menunjukkan kekeliruan
menegaskan bahwa al-Qur`an memiliki
orang-orang kafir tentang mereka yang
sisi lahir dan sisi batin. Namun para ulama
hampir tidak sedikit pun memahami
berbeda dalam menerjemahkan apa yang
pembicaraan. Ajakan untuk memperha-
lahir dan apa yang batin. Al-Dzahabî
tikan ayat-ayat al-Qur`an itu bukan karena
menguraikan pendapat-pendapat seputar
mereka tidak paham terhadap pembicaraan
hal ini. Ada yang mengatakan bahwa yang
itu sendiri, bukan juga untuk memahami
lahir itu ialah lafazh ayat dan yang batin
sisi lahiriahnya ayat, sebab mereka adalah
ialah ta’wilnya. Abû ‘Abîdah mengatakan
orang Arab dan (secara lahiriah) bahasa al-
mengenai kisah-kisah yang diceritakan
Qur`an bukan bahasa asing bagi mereka,
Allah tentan gumat-umat terdahulu dan
oleh Karena itu mereka pasti memahami
akibat-akibat bagi mereka. Sisi lahir dari
makna lahiriah itu. Tetapi ajakan itu
cerita itu adalah berita dan kecelakaan atau
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kehancuran
mereka tidak memahami maksud khithâb
menceritakan tentang suatu kaum. Sedang
dari Allah itu, dan ajakan agar mereka
yang
memparhatikan ayat-ayat-Nya itu ialah
peringatan dari cerita itu agar pembaca
supaya mereka paham maksud yang
tidak melakukan seperti yang mereka
dikehendaki Allah, yaitu makna secara
lakuan dalam cerita itu, menghalalkan apa
batin di mana mereka tidak metahuinya (-
yang dihalalkan pada mereka. Tetapi hal
jahl)
ini
dan
akal
mereka
tidak
batin
khusus
mereka
adalah
kisah.
itu,
cerita
yang
pengajaran
Ibn
atau
al-Nuqaib
menjangkaunya (Muhammad Husain al-
mengemukakan bahwa
yang zhahir itu
Dzahabî, 262).
ialah apa yang tampak dari makna ayat
Dalam halini Nabi saw. bersabda
bagi ahl ilmu. Sedang yang batin adalah
“li kulli âyatin zhahr wa bathn” (Hadis ini
rahasia yang dikandung ayat di mana ahl
mursal diriwayatkan oleh al-Faryâbîdari
al-haqîqat man dapat sumber dari Allah
al-Hasan), setiap ayat memiliki sisi lahir
(Muhammad Husain al-Dzahabî, 262).
dan sisi batin. Hadis lain “al-Qur`ân tahta
Kalangan sahabat diklaim sebagai
al-‘arsy lahû zhahr wa bathn yahtâju al-
yang mengetahui tafsir isyârî ini. Banyak
~ 279 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
berita yang menjelaskan hal tersebut. Di
merasa (bahwa ayat itu) memberitahukan
antaranya ada riwayat oleh al-Bukhari dari
wafatnya Nabi saw. ( ﻣﺴﺘﺸﻌﺮا ﻧﻌﯿﮫ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺼﻼة
Ibn ‘Abbâs, ketika kelompok sahabat lain
) و ا ﻟ ﺴ ﻼ م. (Muhammad Husain al-Dzahabî,
ditanya tentang makna ayat “idzâjâa
263) Argumentasi ini menempatkan ‘Umar
nashrullâhi
mereka
sebagai sahabat yang memahami makna
mengatakan “kita diperintah untuk memuji
isyârî, dan ini dikokohkan oleh jawaban
Allah dan meminta ampun kepada-Nya,
Nabi saw. “shaddaqta”, versi riwayat di
jika Dia menolong kita maka kita akan
atas. Dan sekaligus sebagai bangunan atas
memperoleh
Sebagian
sebagian argumentasi bahwa tafsir sufistik
sahabat yang lain diam. Umar berkata
memiliki landasan syari’î, bahwa ia telah
“apakah anda berpendapat seperti itu
ada sejak diturunkannya al-Qur`an, di
wahai Ibn ‘Abbâs? Saya (Ibn ‘Abbâs)
mana Nabi saw. pun menguatkan isyarat
berkata, tidak. Lalu apa pendapat anda?
bahwa al-Qur`an memilliki sisi yang
Saya (Ibn ‘Abbâs) berkata “dia (ayat itu
menjadi lapangan tafsir sufistik, yaitu sisi
bermakna) ajal Rasulullah saw. yang Allah
batin
beritahu kepadanya, atau sama artinya
(mustanbath) dari balik lafazh lahiriah.
wa
al-fath”,
kemenangan.
atau
sisi
yang
bisa
digali
dengan “wadzâlika ‘alamatu ajlika”. Umar
Menurut Ibn ‘Athâillâh, bahwa
berkata, saya tidak mengetahuinya kecuali
tafsir ini (isyârî) adalah kelompok (tafsir)
dari
terhadap kalam Allah dan Rasul-Nya
apa
yang
anda
katakana
ini.
(Muhammad Husain al-Dzahabî, 263)
Menurut
bahwa
mengalihkan makna dari yang zhahir
sebagian sahabat tidak memahami makna
kepada yang zhahir, tetapi zhahir ayat
di balik zhahir surat, tetapi Umar dan Ibn
dipahami dari apa yang dikandungnya dan
‘Abbâs keduanya memahami makna lain
menunjukkan dalam pemahaman secara
di balik makna zhahir, yaitu makna batin
lisan, dan di sana terdapat pemahaman-
yang ditunjukkan suatu surah dengan cara
pemahaman batin bagi yang hatinya
isyarat.
diriwayatkan
dibukakan Allah. Ini seperti hadis bahwa,
ketika turun ayat terakhir, (Q.s. al-
al-Qur`an memiliki sisi lahir dan sisi batin
Mâidah/5:3) dia nangis, semenetara para
(Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân al-suyûthî,
sahabat yang lain bergembira. ‘Umar
475).
Tentang
berkata “ ,ﺺ
kesempurnaan
al-Dzahabî,
dengan makna-makna ‘Arabiyah bukan
‘Umar,
ﻣ ﺎ ﺑ ﻌ ﺪ ا ﻟ ﻜ ﻤ ﺎ ل ا ﻻ ا ﻟ ﻨ ﻘ, setelah
yang
ada
Terdapat beberapa sikap terhadap
hanya
fakta tafsir sufistik ini. Selain yang
kekurangan”, Umar adalah orang yang
menerima dengan beberapa argumentasi,
~ 280 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
Kesimpulan
baik ayat maupun hadis dan beberapa
awal
yang
dapat
analisa seperti di atas, terdapat pendapat
dibangun dari beberapa pandangan di atas,
yang bahkan meng-kafir-kan. Ibn Shalah
bahwa tafsir sufistik yang biasa disebut
misalnya, memuat satu pendapat dari Abî
tafsir isyârî adalah tafsir yang mufassirnya
al-Hasan al-Wâhidî, bahwa tafsir Haqâiq
tidak menafikan makna lahiriah bahkan
al-Tafsîr karangan al-Tustarî itu bukan
mereka memperdalam makna tersebut
tafsir, barang siapa yang meyakini itu
sehingga
sebagai tafsir maka dia telah kafir. (Jalâl
siapa yang mengaku memahami rahasia-
al-Dîn ‘Abd al-Rahmân al-suyûthî, 472)
rahasia al-Qur`an tetapi tidak menerima
Demikian
makna-makna lahiriah maka ia seperti
juga
al-Nasafî
menyatakan
mereka
menyatakan,
barang
harus
orang yang mengaku telah sampai masuk
Pengalihan
ke dalam rumah sebelum melalui pintu. Ini
pemahaman dari yang lahiriah menjadi
berbeda dengan tafsir bâthinî, di mana
makna batin yang dilakukan oleh ahl al-
menurut al-Zarqanî bahwa tafsir yang
bâthil adalah penyimpangan. (Muhammad
ilhâd (menyimpang) itu menapikan sama
‘Abd al-‘Azhîm al-Zarqânî, 67-68)
sekali makna lahir. (Muhammad ‘Abd al-
bahwa
nash-nash
dipahami
secara
al-Qur`an
lahiriah.
Menurut al-Taftâzânî, tafsir bâthinî
‘Azhîm al-Zarqânî, 69)
Al-Ghazalî tidak setuju dengan
yang disebut kafir itu adalah mereka yang
menyatakan bahwa nash-nash al-Qur`an
pola
tidak memiliki sisi lahiriah, tetapi (hanya)
menafsir al-Qur`an secara sufistik dan
memiliki makna-makna batin yang hanya
mengabaikan makna lahiriah. Menurutnya,
diketahui oleh al-mu’allim, dan (dengan
penafsiran yang menafikan makna lahiriah
itu) maksud mereka adalah menafikan
adalah madzhab penafsiran bâthiniyah,
syari’ah
secara
umum.
adapun
sebagian
ahl
Menurutnya,
haqîqat
yang
penafsiran
bâthinî
yang
hanya
sementara yang menafikan makna batin
adalah
madzhab
berpendapat bahwa nash itu memiliki sisi
sedangkan
lahiriah dan bersamaan dengan itu terdapat
memadukan makna lahir dan batin adalah
isyarat
yang
diungkap
tersembunyi
melalui
jalan
pola
al-Haysawiyyah,
penafsiran
yang
yang
bisa
pola penafsiran yang sempurna (kâmil)
suluk
dan
(Musthafâ Ibrâhîm al-Mâsyî, 1986: 640).
Variasi
memungkinkan ada kesesuaian antara yang
pandangan
sepertinya
merupakan
syarat tertentu untuk diterimanya tafsir
iman
dan
sebuah
dipenuhinya
kedalaman ‘irfân. (Jalâl al-Dîn ‘Abd al-
sufistik
Rahmân al-suyûthî, 472-473)
Beberapa syarat yang dikemukakan ulama
~ 281 ~
sebagai
agar
atas
batin dan yang zhahir itu, maka hal itu
kesempurnaan
memicu
di
karya
tafsir.
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
‘ulûm al-tafsîr untuk bisa diterimanya
dihapuskan (makna zhahir), tetapi bukan
tafsir sufistik sebagai tafsir atas ayat-ayat
syarat wajib yang harus diikuti dan
al-Qur`an
hendaknya
diambil. Mengapa tidak wajib, karena
pemikiran tasfir sufistik menjadi bagian
tafsir isyârî tidak bisa disamakan alias
dalam keterangan lafazh Arab al-Qur`an,
berbeda dengan tafsir zhahir. (Muhammad
tidak
‘Abd al-‘Azhîm al-Zarqânî, 70).
ialah:
Pertama,
bertentangan
dengan
al-Qur`an.
Kedua, hendaknya ada ayat lain (syâhid)
Beberapa
keterangan
mengenai
yang menguatkanya. Ketiga, Tidak keluar
tafsir sufistik di atas, memberikan peluang
dari atau bertentangan dengan syar’î dan
untuk ditarik pengertian bahwa letak bisa
akal
masuknya
(Muhammad
Husain
al-Dzahabî,
pemikiran
inklusif
dalam
278). Keempat, tidak mengaku bahwa
penafsirannya
tafsir isyârî adalah tafsir isyârî semata
memiliki sisi batin dengan tidak menolak
tanpa zhahir (Muhammad ‘Abd al-‘Azhîm
sisi lahir. Tafsir ini bisa dikatakan
al-Zarqânî, 69), tetapi harus mengakui
memiliki system atau instrument untuk
makna zhahir lebih dahulu, jika tidak ia
melihat makna di balik yang lahir yaitu
dinilai gegabah untuk sampai pada makna
makna tersembunyi di balik teks lahiriah.
batin sebelum pengokohan yang zhahir.
Pandangan-pandangan
Barang siapa mengaku memahami rahasia-
mengisyaratkan
rahasia al-Qur`an sebelum mengokohkan
memiliki karakteristik penting yaitu sisi di
tafsir zhahir maka dia seperti orang yang
balik lahiriah yang memungkinkan untuk
mengaku telah sampai masuk ke dalam
menumbuhkan sisi-sisi yang lebih banyak
rumah
sehingga
sebelum
melalui
pintu.
ialah
karena
bahwa
dapat
tafsir ini
di
tafsir
melahirkan
atas
sufistik
banyak
(Muhammad Husain al-Dzahabî, 280) Dan
kemungkinan. Di sinilah, penulis ulangi,
kelima, hendaknya ta’wilnya tidak (terlalu)
letaknya untuk menyuburkan tumbuhnya
jauh lagi lemah (argumentasinya), seprti
pintu-pintu inklusifisme tafsir.
Peluang seperti yang ditengarai di
menjadikan kata “ ” ﻟ ﻤ ﻊsebagai fi’il dan
“ ”اﻟﻤﺤﺴﻨﯿﻦmenjadi maf’ûl dalam ayat “ و إ ن
atas, lebih memungkinkan lagi karena
”ﷲ ﻟﻤﻊ اﻟﻤﺤﺴﻨﯿﻦ, (Q.s.al-‘Ankabût: 69).
memang al-Qur`an, seperti yang dituturkan
(Muhammad ‘Abd al-‘Azhîm al-Zarqânî,
Ibn ‘Abbâs, memiliki banyak sisi itu.
69)
Menurut Ibn ‘Abbâs, al-Qur`an memiliki
Syarat-syarat
ini,
menurut
al-
banyak dahan atau cabang dan ranting,
Zarqanî, adalah hanya untuk diterimanya
lahir dan batin, keajibannya tidak akan
tafsir isyârî dalam arti hanya agar tidak
habis,
~ 282 ~
dan
puncaknya
tidak
akan
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
terjangkau, barang siapa yang menaikinya
as., diperintah Allah agar kaumnya
dengan hati-hati maka ia akan berhasil,
menyembelih
barang siapa yang menaikinya secara
Baqarah/2:67) Ayat ini jika dibiarkan
gegabah maka akan celaka. Di dalam al-
secara zhahir, bisa saja akan usang.
Qur`an terdapat akhbâr, amtsâl, halâl
Karena, apa makna menyembelih sapi?
harâm,
Untuk apa? Kalau untuk perintah
nâsikh
mansûkh,
muhkam,
sapi.
telaah
(Q.s.
ayat
lain
al-
mutasyâbih, zhâhir dan bâthin. Zhahirnya
kurban,
yang
adalah bacaannya, sedang batinnya adalah
mensyari’atkannya dan tidak harus sapi.
takwilnya. Maka dekatilah para ulama
Menurut al-Naisabûrî menafsiri
untuk memahami ta`wilnya dan jauhilah
bahwa
“dzabh
al-baqarah”
adalah
pemahaman ta`wil orang-orang jahil. (Al-
isyarat
untuk
menyembelih
nafsu
Alûsî, 7).
kebinatangan.
Sesungguhnya
dalam
Karakteristik lain selain di atas,
ini
juga
yang membedakan
tafsir
penyembelihannya
itu
(untuk)
menghidupkan
yang
sifatnya
sufistik dengan tafsir corak lain, adalah
ruhani,
dari sisi tradisi para sufi sang pengampu
perjuangan (jihâd) yang besar, seperti
tafsir, bahwa mereka berpandangan atas
ungkapan
segala sesuatu berdasar atas isyarat.
matilah sebelum kalian mati”, (artinya)
Isyarat yang dimaksud adalah suatu
bunuhlah keinginan (nafsu) maka batin
ilmu yang didapat dari pemahaman al-
akan hidup, bunuhlah tabi’at maka
Qur`an,
yang
hakikat akan hidup. (Muhammad ‘Abd
amal
al-‘Azhîm
yaitu
merupakan
rahasia-rahasia
buah
dari
dan
hati
hal
“mûtû
itu
merupakan
qabla
al-Zarqânî,
70)
antamûtû,
Dengan
(riyadlahnya). Mereka ini disebut ahl
ta’wil “baqarah” menjadi nafsu ini
al-shafwah dalam upaya istinbâth yang
membuka makna lain yang tidak kaku,
sahih dalam
al-Qur`an.
kemudian menjadi lebih dekat dengan
(Khâlid Abd al-Rahmân al-‘Ak, 1986:
diri pembaca dan lebih realistis serta
210)
lebih bermanfaat.
memahami
Tafsir sufistik bersama sisi-
Dalam hal pluralisme agama
serta
misalnya, Ibn ‘Arabî menafsir ayat
karakteristiknya yang demikian ini,
“( ”وإﻟﮭﻜﻢ إﻟﮫ واﺣﺪQ.s. al-Baqarah/2:163),
memungkinkan
suatu
bahwa menurutnya, di dalam ayat ini
maksimalisasi fungsi al-Qur`an sebagai
yang dikhithab atau yang diajak bicara
hidayah.
adalah,
oleh Allah adalah kaum muslimin dan
misalnya, satu ayat di mana Nabi Musa
orang-orang yang menyembah selain
sisinya
yang
Yang
banyak
untuk
dimaksud
~ 283 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
Allah, mereka adalah dekat dengan
sekeliling diri itu ialah nafsu. Dan jika
Allah, maka mereka (sesungguhnya)
dikonfirm dengan hadis jihad bahwa
tidak menyembah kecuali Allah, ketika
jihad yang paling besar ialah melawan
mereka berkata “ ِﷲ
ﻣَﺎ ﻧَ ْﻌﺒُ ُﺪھُ ْﻢ إ ﱠِﻻ ﻟِﯿُﻘَ ﱢﺮﺑُﻮﻧَﺎ إِﻟَﻰ ﱠ
hawa nafsu. (Al-Qusyairî, 453).
( ” ُ ز ْﻟ ﻔَ ﻰQ.s. al-Zumar/:3) Kami tidak
Tafsir senada juga oleh al-
menyembah mereka melainkan supaya
Sulamî, bahwa nafsu adalah kekafiran,
mereka
mendekatkan
kepada
maka bunuh atau perangilah ia dengan
Allah
dengan
sedekat-dekatnya.
melakukan hal-hal kebalikan dari kufr
(dengan
perkataan
kami
ini)
mereka
yaitu dengan membawa nafsu itu taat
menguatkan penyebutan ‘illat, maka
kepada Allah, bersungguh-sungguh di
Allah
kami:
jalan-Nya seperti makan dari yang
sesungguhnya Tuhanmu, dan Tuhan
halal, berkata jujur, dan melakukan
orang mengundang syirik dekat dengan
yang diperintahkan Allah. (Al-Sulamî,
ibadah yang syirik ini adalah satu,
292)
sebagaimana
berbeda-beda
menjelaskan bahwa kâfir adalah musuh
(tetapi) berada dalam kesatuan Dzat-
yang paling dekat (al-aqrab) bagi orang
Nya. (Muhammad Husain al-Dzahabî,
Islam
52, 56, 71, 103, 431)
merupakan musuh yang menular, ialah
berfirman
kepada
kalian
Masih dalam hal yang berkaitan
Demikian
itu,
nafsunya
juga
yang
al-Qusyairî
wajib
sendiri.
Maka
dilawan,
wajib
dengan pluralisme dan tafsir inklusif.
memeranginya, seperti hadis di atas.
Satu ayat lagi tentang perang, terdapat
(Al-Qusyairî, 453).
potongan ayat “”ﻗَﺎﺗِﻠُﻮا اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَﻠُﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﻣِﻦَ ا ْﻟ ُﻜﻔﱠﺎ ِر
perangilah orang-orang kafir yang di
sekitarkamuitu. (Q.s. al-Taubah/9:123)
menurut Ibn ‘Arabî, potongan ayat
MODERASI
PRESPEKTIF
menular.
dengan
Hendaklah
syiddah
ia
hingga
diperangi
(kamu)
mencapai derajat takwa kemudian turun
pertolongan dari sisi Allah.” (Ibn
‘Arabî, 298) Seakan dikatakan dengan
tafsir ini, bahwa yang terdekat di
ALIANSI
TAFSIR
SUFISTK.
tersebut bermakna “kekuatan nafsunafsumu yang menjadi musuhmu yang
BERAGAMA
Al-Qur’an telah disepakati secara
consensus (Ijma’) oleh para Ulama Islam
setiap generasi dari masa Rasulullah SAW
sampai kiamat, bahwa dia adalah referensi
utama dan tertinggi dalam Islam, baik
secara akidah dan syar’at maupun secara
ilmiah.
Al-Qur’an
telah
menjelaskan
dengan mendasar, akuratif dan relevan
~ 284 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
tentang
hakikat
pemikiran
Bahasa, 2002: 1242). Kata “ummah”
washathiyah dalam kehidupan umat Islam
yang berbentuk tunggal, dan “umam”
pada banyak ayat dalam Al-Qur’an. Dari
yang bentuk jamaknya berasal dari
isyarat Al-Qur’an ini lahirlah pandangan-
akar kata bahasa arab (amma-yaummu-
pandangan dan konsep serta manhaj
ammam)
moderasi
menjadi, ikutan, dan gerakan. Secara
Islam
kehidupan
umat.
pengertian
dan
arah
dalam
setiap
Lalu
aspek
bagaimana
yang
leksikal,
kata
berarti
ini
“menuju,
mengandung
washathiyah
beberapa arti, antara lain; pertama,
menurut Al-Qur’an ?. Muhammad Ali As-
suatu golongan manusia, kedua, setiap
Shalabiy (2007M) telah menulis dengan
kelompok manusia yang dinisbatkan
baik dan mumpuni tentang manhaj Al-
kepada seorang nabi, misalnya umat
Washathiyah
lewat
nabi Muhammadsaw., umat nabi Musa
Thesis Magisternya di Universitas Ummu
a.s., ketiga, setiap generasi manusia
Darman Sudan yang diterbitkan oleh
yang menjadi umat yang satu. M.
Mu’assasah Iqro, Mesir tahun 2007,
(Quraish Shihab, 2007: 429). Dari akar
dengan Judul “Al-Washathiyah fil Qur’an
kata yang sama, lahir antara lain kata
Al-Karim”. Menurut As-Shalabi bahwa
“um” yang berarti “ibu”, dan “imam”
akar kata Washathiyah terdapat dalam 4
yang maknanya “pemimpin”, karena
(empat) kata dalam Al-Qur’an dengan arti
keduanya menjadi teladan, tumpuan
yang hampir mirip. (As-Shalabiy, TT:16-
pandangan,
25).
masyarakat. (M. Quraish Shihab, 2007:
hakikat
dalam
Mengenai
Al-Qur’an
ummatan
wasathan,
dan
harapan
anggota
429).
penulis akan mengurai pengertian dari
Namun pengertian umat juga
kedua kata tersebut. Dengan member
tidak dibatasi pada manusia saja, umat
penjelasan tentang makna kata ummatan
dalam hal ini memiliki pengertian yang
dan mengurai penjelasan tentang makna
sangat luas. Pertama, umat bisa dalam
kata wasathan.
arti binatang-binatang seperti dalam
1. Makna Kata Ummah
Q.S. al-An’am/6: 38 yang menjelaskan
Dalam Kamus Besar Bahasa
tentang burung-burung yang terbang
Indonesia (KBBI), kata ummah atau
dengan kedua sayapnya, kedua, umat
umat
dalam pengertian makhluk Jin, di
di
artikan
sebagai
“para
penganut, pemeluk, pengikut suatu
dalam
agama” dan juga berarti “makhluk
dalam pengertian waktu, di dalam Q.S.
manusia”.(Tim
Hud/11: 8 dan Q.S. Yusuf/12: 45,
Penyusun
Pusat
~ 285 ~
Q.S.al-A’
raf/7:38,
ketiga,
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
keempat, dalam pengertian ‘imam’
mencakup aneka makna, dan dengan
misalnya di dalam Q.S. an-Nah|l/16:
demikian dapat menampung dalam
120, kelima, berarti agama, seperti
kebersamaannya aneka perbedaan. (M.
dalam Q.S. al- Anbiya’/21: 92, Q.S. al-
Quraish Shihab, 2007: 432). Rasyid
Mu’minun/23:
al-
rida juga menyimpulkan kata “ummah”
Baqarah/2: 213. (M. Quraish Shihab,
dengan pengertian “jama’ah,” yaitu
TT: 1035).
segolongan manusia yang dipersatukan
tidak
52,
dan
Q.S.
Jadi secara tegas al-Qur’an
oleh ikatan sosial sehingga mereka
membatasi
dapat dikatakan umat yang satu. (M.
pengertian
umat
hanya pada kelompok manusia. Ini
berarti
semua
kelompok
Quraish Shihab, TT: 1036).
yang
Secara khusus kata ummah dan
terhimpun oleh sesuatu, seperti agama,
umam
waktu, atau tempat yang sama. Artinya
penggunaannya
ada suatu ikatan persamaan yang
manusia juga mengandung beberapa
menyatukan makhluk hidup manusia,
pengertian. Pertama, bermakna setiap
binatang, seperti jenis, suku, bangsa,
generasi manusia yang kepada mereka
ideologi, atau agama, dan sebagainya,
diutus seorang nabi atau rasul adalah
maka ikatan itu telah menjadikan
umat yang satu, seperti umat nabi Nuh
mereka satu umat (M. Quraish Shihab,
a.s., umat nabi Ibrahim a.s., umat nabi
2007:
Al-Damigani
Musa a.s., umat nabi Isa a.s., dan umat
menjelaskan bahwa kata “ummah”
nabi Muhammad Saw. Di antara umat
dalam bentuk tunggal terulang 52 kali
rasul ini ada yang beriman dan ada
dalam
menyebutkan
juga yang ingkar. Dengan demikian
Sembilan arti untuk kata tersebut,
manusia terbagi menjadi beberapa
yaitu;
umat berdasarkan nabi atau rasul yang
430-431).
al-Qur’an,
kelompok,
ia
agama
(tauhid),
di
dalam
al-Qur’an
ditujukan
yang
kepada
waktu yang panjang, kaum, pemimpin,
diutus
generasi lalu,umat Islam, orang-orang
antara lain dinyatakan dalam Q.S. al-
kafir, dan manusia seluruhnya. (M.
An’am/6: 42, Q.S. Yunus/10: 47, Q.S.
Quraish Shihab, 2007: 432). Meskipun
al-Nahl/16: 36 dan 63, Q.S. al-
mempunyai banyak makna, namun
Mu’minun/23:
benang merah
menggabung-
Qashash/28: 75. Kedua, bermakna
kannya adalah “himpunan”. Kata ini
suatu jamaah atau golongan manusia
sangatlahlentur, luwes, sehingga dapat
yang
yang
~ 286 ~
kepada
mereka.
44,
menganut
serta
agama
Maknaini,
Q.S.
al-
tertentu,
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
misalnya umat Yahudi, umat Nasrani,
menghindarkan
dan
pengungkapan
umat
Islam.
Makna
ini
di
perilaku
yang
atau
ekstrim,
antaranya dalam Q.S. al-A’raf/7: 159
kecenderungan ke arah dimensi atau
dan 181, Q.S. Hud/11: 48, Q.S. al-
jalan tengah, dapat mempertimbangkan
Nahl/16: 36, serta Q.S. Ali-Imran/3:
pandangan pihak lain. (Tim Penyusun
104 dan 110. Ketiga, kata ummah atau
Pusat Bahasa, 2104: 751). Sementara
umam
itu,
dapat
pula
berarti
suatu
dalam
bahasa
Arab
moderat
berbagai
mempunyai arti tersendiri, yaitu i’tidal.
lapisan sosial yang diikat oleh ikatan
(Adib Bisri dan Munawwir, 1999;
sosial
214).
kumpulan
manusia
terstentu
dari
sehingga
mereka
Secara
menjadi umat yang satu, misalnya
etimologi,
kata
dalam Q.S. al-Anbiya’/21: 92, dan
“wasathan” bermakna adil, pilihan/
Q.S. al- Mu’minun/23: 52, Keempat,
terbaik, tengahdanseimbang. Seseorang
kedua kata di atas juga bermakna
yang adil akan berada di tengah dan
seluruh golongan atau bangsa manusia.
menjaga
Pengertian ini, antara lain ditemukan
menghadapi
pada Q.S. Yunus/10: 19, dan Q.S. al-
tengah dari kedua ujung sesuatu dalam
Baqarah/2: 213. (M. Quraish Shihab,
bahasa Arab disebut wasathh, seperti
TT: 1035).
dalam sebuah hadits, “Sebaik-sebaik
urusan
2. Makna Kata Wasath
keseimbangan
dua
adalah
keadaan.
ausatuha
dalam
Bagian
(yang
Wasath di dalam bahasa Arab
pertengahan)” karena yang berada di
berarti ‘tengah-tengah’ (Adib Bisri dan
tengah akan terlindungi dari celaat
Munawwir, 1999; 777). Sementara
auaib yang biasanya mengenai bagian
wasath juga seringkali disepadankan
ujung atau pinggir. Kebanyakan sifat-
pula dengan istilah ‘Moderat’ yang
sifat baik adalah pertengahan antara
secara etimologi berasal dari bahasa
dua sifat buruk, seperti sifat berani
Inggris ‘moderation’ artinya sikap
yang menengahi antara takut dan
sedang, tidak berlebih-lebihan. Adapun
sembrono, dermawan yang menengahi
‘moderate’
antara kikir dan boros dan lainnya.
berarti
orang moderat,
yang
(Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2104:
sekedarnya, sedang, dan cukupan.
751). Secara terminologi kata wasath,
(http://m.nabawiya.com/read47).
berarti posisi menengah di antara dua
orang
yang
lunak,
layak,
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,
moderat
berarti
selalu
~ 287 ~
posisi yang berlawanan. Dapat juga
dipahami sebagai segala yang baik dan
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
terpuji
sesuai
Misalnya,
dengan
objeknya.
keberanian
adalah
tengah dan seimbang. Juga, Mukhis
Jamil
menerangkan
bahwa
Islam
pertengahan antara sifat ceroboh dan
moderat dalam bahasa Arab modern,
takut, kedermawanan adalah posisi
disebut sebagai al-Islam al-wasath,
menengah di antara boros dan kikir.
sedangkan
(M. Quraish Shihab, TT: 1070-1071).
diungkapkan dengan frasa wasathiyyat
moderasi
Islam
Terkait dengan kajian di atas,
al-Islam. Istilah tersebut bukanlah
tentang persamaan makna antara kata
tanpa konsep dan landasan. Justru,
wasath}dengan moderat, seperti dalam
istilah itu muncul dengan landasan
buku
Moderat,
teologis dan ontologis. Istilah Islam
moderat
moderat ialah bagian dari ajaran Islam
dalam bahasa Arab dikenal dengan al-
yang universal. Istilah Islam moderat
wasathiyyah.
moderat
memiliki padanan dengan istilah Arab
dalam buku tersebut adalah tidak
ummatan wasath}an atau al-din al-
terlalu ekstrim kekakanan, yakni over
wasath}.
tekstual, dan tidak juga terlalu ekstrim
demikianlah
ke
kalian umat yang “wasath” (adil,
Konstruksi
menjelaskan
kiri,
Moderat
Islam
bahwa
kata
Pengertian
yakni
over
selalu
kontekstual.
mengedepankan
keseimbangan antara teks dan konteks,
antara
wahyu
keduanya
dan
adalah
bersumber
dari
akal.
Karena
Allah
berfirman
“Dan
Aku (Tuhan) jadikan
tengah-tengah,
terbaik).
(Mukhsin
Jamil, diakses 20/12/2013).
Namun,
moderat
ini
juga
kebenaran
yang
menjadi perdebatan bagi kalangan
Allah
swt.
muslimin, dikarenakan
alasan dan
Mengabaikan salah satunya berarti
landasan tertentu. Salah satunya karena
meninggalkan
kata moderat berasal dari Barat yang
sebagian
kebenaran
Tuhan (Nursamad Kamba, 2012: viii).
Senada dengan pandangan M.
Mukhsin
Jamil
dalam
harus ditolak karena moderat dalam
Barat memiliki pemaknaan khusus,
artikelnya
juga memiliki ciri-ciri khusus bagi
tentang “Meneguhkan Islam Moderat
seseorang untuk layak dijuluki sebagai
untuk Indonesia yang Demokratis dan
seorang
moderat.
Pemicu
bahwa
penolakan tersebut dikarenakan hampir
dalam bahasa Arab modern, padanan
semua orang yang mengatasnamakan
untuk kata moderat adalah wasath atau
dirinya sebagai muslim moderat adalah
wasathiyyah, yang berarti adil, baik,
mereka yang pro atau melindungi
Berkeadaban”.
Menjelaskan
muslim
~ 288 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
proyek-proyek Barat di hampir semua
term
wasathan,
adapun
referensi
Negara muslim (Banua, dkk, TT: 63-
rujukan penulis yang menggunakan
64).
term moderat. (Lih: buku Konstruksi
H.
Islam Moderat yang menggunakan
merupakan abad kebangkitan Islam.
term moderat dan beberapa artikel dari
Hal tersebut memicu Barat untuk
internet), maka penulis menggantinya
memupusnya, mereka pun mendirikan
dengan kata wasathan.
Di
awal
pusat-pusat
abad
kajian
ke-15
strategis
dalam
menahan kebangkitan Islam. Adapun
3. Makna ummatan wasathan
Berdasarkan
strateginya adalah membangun Islam
uraian
tentang
moderat dalam rangka menghadapi
term ummatan dan wasathan di atas,
gerakan
maka
umat
Islam
dengan
dapat
disimpulkan
bahwa
menggunakan istilah Islam moderat,
ummatan wasathan adalah umat Islam
dengan
belah
yang dipilih sebagai umat yang berada
Islam.
di posisi tengah, adil dalam menangani
(http://bud1prasety0.wordpress. com/,
sesuatu hal sehingga menjadi yang
Diakses:
terbaik dan paling sempurna. Dalam
tujuan
persatuan
memecah
umat
25/11/2010).
Berdasarkan
keterangan di atas, bahwa moderat
hadis,
memiliki dua makna dengan melihat
persoalan adalah berada di tengah-
dari dua persepsi, yaitu moderat dalam
tengah”. Artinya, dalam melihat dan
pengertian barat dan moderat dalam
menyelesaikan suatu persoalan, umat
pengertian agama Islam. Tentunya hal
wasath
ini perlu penegasan bahwa moderat
pendekatan kompromi dan berada di
yang dimaksud bukan dari pengertian
tengah-tengah.
atau moderat dalam pandangan barat,
menyikapi perbedaan, baik perbedaan
akan tetapi moderat yang dimaksud
agama maupun perbedaan mazhab,
adalah
konteks
umat wasath selalu mengedepankan
Islam, yakni makna moderat yang
sikap toleransi, saling menghargai,
dimaksud
dengan
pengertian
mengacu
dalam
pada
makna
dijelaskan
“sebaik-baik
mencoba
tetap
Begitu
melakukan
pula
meyakini
dalam
kebenaran
wasathan. (Lih. Terjemah, Q.S. al-
masing-masing agama dan mazhab
baqarah/2:143). Karena judul utama
yang sesuai dengan dasar atau landasan
penelitian
ummatan
baik naqli maupun aqli. Sehingga
wasathan, maka term yang penulis
semuanya dapat menerima keputusan
gunakan dalam penulisan ini adalah
dengan kepala dingin, tanpa harus
ini
mengenai
~ 289 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
menyalahkan antara satu dengan yang
hakiki. Sebaliknya, kecenderungan
lain sehingga terlibat dalam aksi yang
pada spiritualisme, dan melupakan
anarkis. (Banuadkk, 2007: 144.).
fungsinya sebagai khalifah Allah
Dalam pembahasan ini, peneliti
dibumi, maka yang terjadi adalah
akan memaparkan ciri-ciri ummatan
keterbelakangan
wasathan
permainan orang lain. Maka dari
untuk
memudahkan
dan
menjadi
pemahaman terhadap subtansi dari
hal
ummatan wasathan. Ada pun ciri-ciri
Qashash/28:77 mengingatkan agar
sebagai berikut:
tidak terlalu cenderung pada salah
a. Adanya hak kebebasan yang harus
satunya:
selalu
diimbangi
kewajiaban.
dengan
Artinya
setiap
manusia, umat muslim khususnya
harus
cerdas
menyeimbangkan
antara hak dan kewajiaban, yaitu
adanya kesadaran akan hak dan
kewajiban secara seimbang untuk
menentukan terwujudnya ummatan
wasathan. (Taher, 2007: 144).
b. Keseimbangan antara kehidupan
duniawi dan ukhrawi, serta material
dan spiritual. Di dunia ini ada dua
kecenderungan yang terjadi pada
kehidupan umat manusia. Mereka
yang cenderung materialistic atau
terlalu keduniaan, dalam artian
adanya sebagian manusia yang jika
telah mencapai kemajuan material
sehingga
yang
terjadi
ialah
kerusakan akhlak, keserakahan, dan
kegelisaan nurani. Akibatnya, apa
yang di capainya hanya sebatas itu
saja,
bukan
kebahagiaan
yang
~ 290 ~
itu
dalam
Q.S.
al-
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah
kamu
melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana
Allah
Telah
berbuat
baik,
kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya
Allah
tidak
menyukai
orang-orang
yang
berbuat kerusakan.”. (Departemen
Agama RI, TT: 623).
Maka dalam hal tersebut
umat
Islam
harus
betul-betul
menguasai dan memahami apa
yang datang sebagai hal yang baru,
seperti teknologi sebagai alat yang
diperlukan
untuk
membangun
dunia. Sehingga dengan itu, umat
Islam dapat menjadi syuhada atau
memiliki andil yang berarti dalam
pembangunan peradaban manusia
khususnya umat Islam itu sendiri.
Atas dasar itulah kesesimbangan
antara materi dan spiritual menjadi
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
syarat
terwujudnya
umat
yang
criminal karena tidak adanya arah
tujuan ditambah dengan keputus-asa-
wasathan (Taher, 2007: 145-146).
an. (Sucipto, 2007: 216).
Sebaliknya,
c. Keseimbangan yang terwujud pada
yang
diimbangi
oleh
pentingnya kemampuan akal dan
tinggi
moral. Kemampuan akal manusia
penguasaan ilmu pengetahuan dan
tercermin dalam kemajuan ilmu
teknologi, hanya akan menghasilkan
pengetahuan dan teknologi hanya
bangsa yang diperbudak dan tidak
akan
menyelesaikan
akan pernah tampil sebagai pemimpin.
sebagian persoalan manusia, jadi
Oleh karena itu, harus dipahami
bukan keseluruhannya. Jika ilmu
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
pengetahuan dan teknologi sebagai
dan
produk kecerdasan akal berada di
seimbang dengan kemajuaniman dan
tangan orang-orang yang tidak
taqwa. (Taher, 2007: 146).
mampu
tanpa
moralitas
teknologi
harus
bergerak
Mereka inilah orang-orang yang
memiliki moral yang luhur, juga
malapetaka
di dalam hatinya terdapat penyakit,
(Taher, 2007: 146). Artinya, jika
yang setiap kali terjadi suatu persoalan
hanya dengan ilmu pengetahuan
timbullah keraguan dalam hatinya.
tanpa adanya moral maka akan
Berbeda dengan orang-orang yang
terjadi suatu kesenjangan.
beriman yang diberi petunjuk oleh
bisa
menimbulkan
yang
Allah. Bahwa Allahswt. Dapat berbuat
atas
apa saja yang dia kehendaki dan
dengan melakukan peraktek korupsi,
memberi keputusan sesuai apa yang
kolusi, dan nepotisme yang akibatnya
Diainginkan. Dia berhak membebani
berdampak pada masyarakat, sehingga
hamba-hamba-Nya dengan apa yang
timbullah
Dia
Penyimpangan
dilakukan
semakin
oleh
kaum
anekdot
kaya
moral
dan
kelas
“yang
yang
kaya
miskin
kehendaki
menghapuskan
dan
apa
yang
juga
Dia
semakin miskin”. Hal itu dikarenakan
kehendaki. Dia mempunyai hikmah
tidak adanya moral. Begitu pula
yang sangat sempurna dan hujjah yang
dengan orang yang miskin yang tanpa
sangat kuat dalam semua itu. (al-
didasari moral dalam dirinya, lebih-
Mubarak, tt: 494-495).
lebih jika keduanya tidak dimiliki
Moderasi (Wasathiyah) adalah
(moral dan ilmu pengetahuan) maka
ajaran
yang terjadi adalah adanya kasus
umatnya
~ 291 ~
Islam
agar
yang
adil,
mengarahkan
seimbang,
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
bermaslahat dan proporsional, atau
sepak
sering disebut dengan kata “moderat”
dakwah Islamiyah di seluruh dunia,
dalam semua dimensi
seluruhnya berlandaskan konsep Islam
kehidupan.
terjangnya
dalam
gerakan
Wasathiyah atau moderasi saat ini
moderat
telah menjadi diskursus dan wacana
sehingga para Ulama dunia dan
keIslaman
masyarakat
yang
diyakini
mampu
atau
Islam
membawa umat Islam lebih unggul
menerimanya
dan lebih adil serta lebih relevan
menjadikannya
dalam berinteraksi dengan peradaban
pemikiran baru.
modern di era globalisasi dan revolusi
wasathiyatul
Konsep
Islam,
internasional
dengan
baik
dan
sebagai
konsep
pemikiran
moderasi
industri, informasi dan komunikasi.
beragama
Moderasi beragama bukanlah ajaran
menjadi
impian
semua
entitas,
baru atau ijtihad baru yang muncul di
gerakan
dakwah
Islam
bahkan
abad 20 masehi atau 14 hijriyah. Tapi
Negara-negara Islam, setelah dunia
Moderasi beragama telah ada seiring
Islam dirisaukan dengan munculnya
dengan turunnya wahyu. Hal ini dapat
dua arus pemikiran dan gerakan yang
dilihat dan dirasakan oleh umat Islam
mengatas-namakan Islam. Pemikiran
yang mampu memahami dan menjiwai
dan gerakan pertama, mengusung
Islam
model pemikiran dan gerakan yang
sesuai
dengan
orisinalitas
nashnya.
menjadi
menarik
dan
kaku dan keras, atau sering disebut
Arah
pemikiran
Islam
dengan Al-Khawarij al-judud (New
“moderasi” ini menjadi sesuatu yang
Khawarij). Paham dan pemikiran ini
baru dan fenomenal dalam narasi dan
telah menimbulkan kesan negative
pemikiran Islam, karena disegarkan
terhadap Islam, bahkan melahirkan
kembali dan diperkenalkan kembali
stigma buruk terhadap Islam sebagai
oleh seorang mujtahid abad 21, yaitu
agama yang keras, tertutup, radikal
yang mulia Al-Imam Profesor Doktor
intoleran dan tidak humanis. Gerakan
Yusuf Al-Qaradhawi, seorang ulama
kedua yang juga mengatasnamakan
besardari
Islam, adalah pemikiran dan gerakan
Qatar
kelahiran
alumni
Universitas
dunia,
Al-Azhar
Mesir,
terkemuka
di
liberasi Islam, atau sering disebut
Karya-
dengan Muktazilah al-judud (new
karyanya baik dalam bentuk buku,
muktazilah), Sehingga Islam harus
makalah ilmiah, ceramah ataupun
berubah dan mengikuti perkembangan
Mesir.
~ 292 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
zaman dalam syari’ah, kaifiyat ibadah,
Ghazali, Yusuf Al-Qardhawi, Wahbah
hukum, muamalat bahkan sebagian
Ad-dzuhaili, Ramadhan Al-Buthiy dan
akidahnya. (Lihat pikiran-pikiranFuad
lainnya. Para ulama ini mulai berusaha
Zakaria, Husain Ahmad Amin, Said
mengarahkan
Al-Asymawi dan Faraj Faudah). Bila
memahami dan mengimplementasikan
arus pemikiran pertama kaku, keras
ajaran Islam yang moderat (wasathiy).
umat
Islam
untuk
dan tidak mudah menerima hal-hal
baru
dalam
agama,
maka
arus
KESIMPULAN
Uraian-uraian di atas berusaha
pemikiran atau arah pemikiran kedua
mereka
mempelajari dan menjelaskan aspek-aspek
perubahan,
pemikiran dalam tafsir tentang hal yang
membolehkan semua hal-hal baru ke
berhubungan dengan moderasi beragama
dalam Islam termasuk pemikiran,
aliansi perspektif sufistik.
berpendapat
sebaliknya,
menerima
semua
budaya dan kehidupan barat. Aliran
Moderasi beragama tidak terlepas
ini berani memastikan bahwa ada
dari Revolusi shalat yang ditulis oleh Ibnu
nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah
Arabi,
yang
perkembangan shalat, azan, kiblat, gerakan
tidak
lagi
releven
dalam
yang
menjelaskan
bagaimana
shalat, kondisi shalat dan lain-lainnya
kehidupan manusia modern.
modern,
secara komprehensif dengan latarbelakang
menyadari kondisi benturan dua arus
ilmu yang lebih kental ke arah kajian
pemikiran yang saling bertentangan
filsafat-tasawuf sehingga membuka rahasia
ini, antara arus pemikiran ekstrim
yang terkandung di dalam pokok-pokok
kanan
kajian
Para
Ulama
(tafrith)
(ifrath),
dan
sangat
peradaban
Islam
ekstrim
dan
tersebut,
akan
tetapi
tidak
bagi
mengabaikan syariat sebagaimana yang
kehidupan
dituduhkan oleh kebanyakan tokoh, yang
berbahaya
Islam
kiri
umatnya dalam persaingan peradaban
mengatakan tasawuf mengabaikan syariat.
Al-Ghazali
dunia. Oleh karenaitu ulama-ulama
melihat
bahwa
Islam wasathhiy (moderat), seperti
kehidupan ideal dalam mengaktualisasikan
Rasyid
ajaran
Ridha
murid
Muhammad
Islam
adalah
dengan
jalan
Abduh, Hasan Al-Banna, Abu Zahrah,
pertengahan, seimbang dan adil atau
Mahmud
Syekh
proporsional antara dunia dan akhirat,
Muhammad Al-Madani, Syekh At-
antara rohani dan jasmani dan antara
Thahir
materi dan spiritual.
Syalthout,
Ibnu
Asyur,
Muhammad
Abdullah Darraz, Muhammad Al-
~ 293 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
At-thabari menjelaskan umat Islam
yang wasathiyah adalah “Umat Islam
sufistik moderasi beragama, secara sangat
inklusif.
adalah umat moderat, karena mereka
berada pada posisi tengah dalam semua
DAFTAR PUSTAKA
agama, mereka bukanlah kelompok yang
Abu Hamid Al-Ghazali, IhyaUlumiddin,
Kairo: Al-Maktabah A-taufiqiyah,
2003
ekstrem dan berlebihan seperti sikap
ekstremnya
nashrani
dengan
ajaran
kerahibannya yang menolak dunia dan
Abu
Ishaq
As-Syatibi,
AlMuwafaqatfiiUshul As-Syariah,
Kairo: al- maktabah at-taufiqiyah,
2003
Ali
Muhammad
As-Shalabiy,
AlWasathiyah fil Qur’an Al-Karim,
Kairo:
Mu’assasahIqra’
Linasyriwatauziwattarjamah, 2007
kodratnya sebagai manusia. Umat Islam
juga bukan seperti bebasnya dan lalainya
kaum yahudi yang mengganti kitab-kitab
Allah, membunuh para Nabi, mendustai
Tuhan dan kafir pada-Nya. Akan tetapi
umat Islam adalah umat pertengahan dan
Hasan
seimbang dalam agama, maka karena
inilah Allah menamakan mereka dengan
umat moderat.
Ibnu
Katsir
menjelaskan
wasathan/moderat maksudnya paling baik
dan
paling
menjelaskan
berkualitas.
bahwa
Al-Qurthubi
Allah
swt
menginginkan umat Islam menjadi umat
yang moderat, paling adil dan paling
cerdas. Bahwa umat Islam harus menjadi
umat yang selalu pada posisi pertengahan
dan moderat tidak pada posisi ekstrem atau
berlebihan”.
Pada bagian akhir ini dikemukakan
kesimpulan sebagai temuan penelitian ini,
yaitu
hasil
temuan
penelitian
ini
menunjukkan, bahwa di dalam tafsir
sufistik,
menafsir
ayat-ayat
yang
Al-Banna’, Majmu’ahAr-Rsail,
Kairo: Daar At-tauzi’ wa AnNasyrAlIslamiy, 1992
IbnuJarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari,
Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah,
2004
IbnuKatsir, Tafsir Al-Quran Al-adzim,
Beirut: Daar Al-Fikri, 1994)
IbnuTaimiyah, Majmu’ah Al-Fatawa Li
Syaikhil Islam Ahmad bin
Taimiyah,Al-Manshurah: Daar AlWafa, cet-3, 2005)
IshamTalimah,
Al-QardhawiFaqihan,
Kairo: Daar At-Tauziwa AnNasyrAlIslamiy, 2000
Mahmud
Syaltuth,
Al-Islam
AkidahwaSyari’ah, Kairo: Daar
As-Syuruq, cet. ke-18, 2001
Muhammad Abu Zahrah, Zahrah AtTafasir, Daar Al-Fikr Al-Arabiy,
2000
Muhammad Al-Khair Abdul Qadir,
IttijahaatHaditsah fi Al-Fikr AlAlmani,Khurtum: Ad-Daar AsSudaniyah Lil Kutub, 1999
berhubungan dengan aliansi perspektif
~ 294 ~
Syarif Syarif;
Moderasi Beragama: Perspektif Aliansi Tafsir Sufistik
Muhammad bin Ahmad Al-Anshari AlQuthubi, Al-Jami’ Li Ahkam AlQuran
(Tafsir
Al-Qurthubi),
Kairo: Maktabah Al-Iman, tt
Umar Abdul Karim Sa’dawi, Qadhaya Almar’ah fi Fiqh Al-Qardhawi,
Ghiza: Qathrun An-nada, 2006
Yusuf
Al-Qardhawi,
Fiqh
AlWasathiyahWa
at-tajdid,
Ma’limWamanaraat,Doha:
Markaz
AlQardhawiLilwashathiyah
AlIslamiyah wa At-Tajdid, 2009
al-Mubarak,
SyaikhShafiyyur,
Tafsir
IbnuKatsir, terj. Abu Ihsan alAtsari,
ShahiTafsirIbnuKatsir,
Cet. I; Jakarta : PustakaIbnuKatsir,
2011
Wahyudin
Darmalaksana,
Dekan, KolomPimpinan /
Oleh
Redaksi / 28
Agustus
2019
Widyaiswara
Balai
Diklat
Keagamaan Bandung
~ 295 ~
AL-HIKMAH: Jurnal Dakwah, Volume 15, Nomor II, Tahun 2021 [P. 271-296]
LembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat&FakultasUshuluddin, AdabdanDakwah (FUAD) IAIN Pontianak
Jl. Letjen. Soeprapto, No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat 78121Phone: (0561) 734170 Mobile: 085741561121
~ 296 ~