Seni

Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini yang dapat dipergunakan dalam memperoleh informasi yang akurat, relevan serta tepat waktu. Perkembangan teknologi telah merubah bagaimana cara kita hidup dan bekerja. Perkembangan teknologi informasi dunia yang begitu pesat sekarang ini telah merambah ke berbagai sektor. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, kita juga dituntut untuk dapat memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Salah satu cara memanfaatkan perkembangan teknologi informasi adalah penggunaan komputer di berbagai bidang kehidupan.

Seni Islam telah menjadi objek studi para sarjana Barat sejak abad kesembilan belas dan para sarjana Muslim yang berpendidikan Barat selama beberapa dekade. Setelah itu, seni Islam menarik perhatian masyarakat luas sejak dua atau tiga dekade yang lalu. Seyyed Hossein Nasr sendiri dalam "Spiritualitas dan Seni Islam" menggambarkan betapa tertariknya ia untuk melihat sekilas aspek-aspek khusus Seni Islam. Ia membahasnya melalui sudut pandang spiritualitas islam, yang berkaitan dengan prinsip-prinsip wahyu islam. Dalam karya tersebut, ia membahas setiap hasil karya seni islam. Mulai dari kaligrafi Islam, arsitektur Islam, dan sastra. Tentunya membahas pesan spiritual karya-karya tersebut. Ketika berbicara tentang arsitektur islam, tidak dapat dipungkiri bahwa model arsitektur itu telah menjadi pusat dari karya-karya berkualitas yang mewarnai seluruh lingkungan perkotaan. Ruang dan bentuk desa atau perkotaan Muslim tradisional dalam suatu pengertian khusus merupakan perluasan dari masjid.1 Mengutip perkataan Seyyed Hosein Nasr bahwa masjid menjadi penting bukan sekadar menjadi tempat orang-orang beriman menundukkan diri.2 Ia lebih banyak menggambarkan seni Islam yang berkembang di Persia. Lalu, bagaimana seni Islam yang berkembang di Spanyol/Andalusia? mengingat Persia lebih dulu dikuasai Islam daripada Spanyol.  Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang.3 Bahkan hingga membawa Eropa dan dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam intelektual. Tak heran jika di Cordova sampai saat ini terdapat banyak perpustakaan dan Universitasuniversitasnya yang mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Jika Seni Islam dipandang begitu menarik oleh Seyyed Hosein Nasr dan Islam di Spanyol juga membawa hal besar bagi umat manusia, lalu bagaimana perkembangan seni Islam di masa Muawiyah II? Karena keterbatasan ilmu, maka perlu bagi penulis khususnya dan pembaca untuk mengetahui bagaimana seni Islam di masa Muawiyyah II yang daerah kekuasaanya adalah Spanyol/Andalusia.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, dalam pengiriman pesan tersebut ada beberapa langkah yang ditempuh agar pesan tersebut dapat sampai kepada si penerima dengan jelas, yaitu dengan verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi seni terdapat bebetapa syarat untuk dapat membentuk sebuah komunikasi yaitu mulai dari peserta, media dan pesan. Pembeda antara komunikasi seni dengan yang lainnya adalah terletak pada media yang digunakan, perbedaan tersebut dapat terlihat dengan jelas. Tujuan dari artikel ini adalah penulis ingin menganalisis hubungan antara komunikasi dengan seni sehingga ditemukan point point yang menjadi acuan dalam syarat terjadinya komunikasi seni. Dalam menulis artikel ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan teknik kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal, dan karya tulis ilmiah lainnya. Dari analisa penulis sehingga menjadi sebuah artikel didapat perbandingan antara perebedaan antara komunikasi pada umumnya dengan komunukasi seni dan syarat terjadinya sebuah komunikasi seni serta unsur unsur apa saja yang harus terpenuhi ketika melakukan komunikasi seni. Kata Kunci : Komunikasi,Seni,Syarat, Media Absract Communication is the process of delivering a message from the sender to the recipient, in sending the message there are several steps taken so that the message can reach the recipient clearly, namely verbal and non verbal. In art communication there are several requirements to form a communication that starts from the participant, the media and the message. The difference between art communication with others is that it lies in the media used, the difference can be clearly seen. The purpose of this article is the author wants to analyze the relationship between communication and art so that points are found as a reference in terms of the occurrence of art communication. In writing this article the author uses qualitative methods with literature review techniques sourced from books, journals, and other scientific papers. From the author's analysis so that it becomes an article to get a comparison between the differences between communication in general with art communication and the conditions for the occurrence of an art communication and what elements must be met when conducting art communication.

ABSTRAK

Penelitian yang bertema konsep kesenian profetik dan implementasinya dalam pendidikan Islam ini didasarkan atas latar belakang maraknya kreasi seni yang dipengaruhi oleh konsep dan atau teori seni untuk seni (L’art pour L’art) yang condong menampilkan kreasi seni bebas nilai yang cenderung menegasikan nilai-nilai etika, estetika dan kebenaran. Penelitian ini mencoba menggagas konsep seni profetik yang akan lebih memberi manfaat dan tujuan jelas ke mana seni harus dibawa, yaitu tetap bersinergi dengan kepentingan etika, estetika dan kebenaran.

Kalangan agamawan maupun sosial mencoba mencari pendasaran ontologis, epistemologis maupun axiologis. Pendasaran ini berangkat dari misi profetis agama-agama yang juga mempunyai kepedulian terhadap tegaknya etika, estetika dan kebenaran.  Misi profetis agama merupakan gerakan profetis melalui teologi yang menjadi ideologi revolusioner yang selalu mengusung perubahan peradaban. Disinilah gerakan etika profetik dalam agama-agama membumi menjadi implementasi sosial termasuk di dalamnya seni. Penelitian ini juga untuk mengetahui dan memahami praksis seni profetik dalam pendidikan Islam. Islam sebagai rahmatan lil alamin tentu tidak menutup mata dalam ikut serta ber-fastabiqul khairat mengembangkan kemajuan peradaban lewat kesenian dan pendidikan.

Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan  pendekatan metode analisa Heuristik; yaitu mencari pemahaman baru dengan melakukan pendeskripsian, refleksi kritik dan penyimpulan terhadap kesenian dan gagasan seni profetik.

Kesimpulan penelitian ini adalah kesenian profetik sebagai sebuah konsep yang positif terhadap perkembangan paradigma berkesenian terbukti diperlukan untuk dikembangkan sebagai konsep tujuan dan nilai berkesenian. Penelitian ini juga membuat resep teoritis implementasi seni profetik dalam pendidikan Islam. Seni profetik dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang mesti dipentingkan sebagai tawaran kreativitas metode syiar. Seni yang Islami dan profetis akan membuat kehidupan umat menjadi lebih indah dalam syariat Islam yang telah ditentukan.

Kata Kunci : Seni, Seni Profetik, Seni Islam, Pendidikan Islam

Anak gaih jolong gadang Bungo kambang dalam nagari Katurunan puti sunduik basunduik Mandeh kayo bapak katuah Titi : Assalamualaikum kak o kak , lai ko ado kakak dirumah kini ? (Assalamualaikuk, kak o kak. Ada tidak kakak dirumah sekarang?) Amak : Lai kak, e kakak naiak lah karumah (Ada kak, e kakak naik lah kerumah kak) Titi : Jadih kak (Baik kak) Amak : Duduak lah kak. Apo tu makasuik kakak datang musim bak kini? Curaih papah kan lah, buliah ndak sanang hati ambo (Duduk lah kak. Apakah maksud kakak datang kerumah? Katakanlah kepada saya, biar senang hati saya kak) Titi : Ooh. Jadi baiko kak. Kanari indak kanari sajo, batangnyo dijadikan papan. Kamari indak kamari sajo do kak. Gadang mukasuik nan ka ambo sampaikan. Mujua ko kak, kok lai saparetongan awak. Kakak juo nan jo ambo kak. Ambo ko utusan dek si Gampo Bumi. Kamanakan dek datuak Malindo. Ndak manyampaikan niek di hati. Ndak mampasuntiang si Reno Pinang, (Oo, jadi begini kak. Kenari tidak kenari saja, batangnya dijadikan papan. Kemari tidak kemari saja. Besar maksud yang akan saya sampaikan. Mudah-mudahan kita satu perhitungan. Bagi saya tetap kakak juga. Saya ini, utusan si Gampo Bumi. Kemenakan Datuak Malindo. Akan menyampaikan niat di hati untuk mempersunting si Reno Pinang)

Saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada ITM, khasnya kepada Biro Penye1idikan dan Perundingan (BRC) kerena memberikan kerjasama dalam penyelidikan yang telah dilaksanakan ini. Tanpa bantuan tersebut penyelidikan ini mungkin tidak menjadi kenyataan. Terima kasih juga kepada staf Fakulti Seni Lukis Dan Senireka terhadap segal a dorongan dan sokongan untuk saya menghasilkan penyelidikan ini.

Teater Kampus selalu menjadi fenomena menarik di dalam perkembangan dunia seni peran di Indonesia. Keberadaannya mau tidak mau merupakan bagian dari denyut nadi kehidupan kampus. Tetapi, bagaimanakah sesungguhnya dinamika kehidupan teater kampus?

Seni sebagai produk dari culture adalah yang dibudidayakan dan diolah sebagai ungkapan atau ekspresi kekaguman terhadap sesuatu, dimana ada dua penggolongan culture, yaitu high culture dan low culture ( mass culture ). Seni mengandung nilai estetika yang tinggi dan biasanya terdapat pada masyarakat high culture dan low culture atau visual mass culture dianggap kultur yang inferior dari sudut ekonomi, estetika dan sosiologis. Yang membedakannya adalah penonton, taste, estetika, kualitasnya saja.

The wake of imagologies signifies the turn to image, and the turn to image in art will raise the materiality of art to the surface. In other words, the ways we perceive the works of art are now being questioned once more in face of the fact that the works of art are first of all material images. However, this epistemological questioning is one good step ahead in order to find the way back to the imageriality of art. Since art is about images. And images are reality itself embodied in the forms of art. Thus, being imagerial means taking into account the superficiality and the materiality of reality. Being faithfal to images means doing justice to reality! In the end, aesthetic hermeneutic in its truthfalness to reality should move us all from logocentrism to imagocentrism in art: the emancipation of the image.