Keyword: SWOT, External and Internal Factors, MPKP, Diversified
Keyword: SWOT, External and Internal Factors, MPKP, Diversified
Keyword: SWOT, External and Internal Factors, MPKP, Diversified
ANALISIS SITUASI
PERSIAPAN IMPLEMENTASI
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Arikh Ratna Purwadi * Widyawati, SKp.MKes ** Nuryandari, SKM.MKes***
ABSTRAK
Latar belakang : Perawat adalah tenaga profesional yang memberikan pelayanan
keperawatan unik kepada masyarakat. Profesionalisme perawat Indonesia yang masih
dalam taraf perkembangan dihadapkan pada acaman pasar bebas, tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi dan tim kesehatan lain yang telah lebih dulu eksis. Managemen
RSMS memberikan dukungan kepada perawat untuk implementasi MPKP dengan
didasarkan pada perencanaan strategis sebagai salah satu upaya untuk menjawab
tantangan demi profesionalisme keperawatan dan citra rumah sakit.
Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor
internal pada setiap tahap managemen keperawatan IRNA sehingga akan mendapatkan
formula strategi untuk mengimplementasikan MPKP .
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Subyek penelitian kualitatif adalah 4 orang key person dengan total populasi,
meliputi Direktur, Kepala Bidang Perawatan, Kepala IRNA dan Ketua Komite Medis
serta 5 orang Kepala Ruang Perawatan. Sedangkan kuantitatif dengan total sampel pada
perawat fungsional, dan proporsional stratified random sampling pada mahasiswa
keperawatan dan klien. Penelitian dilakukan dengan dibantu alat tape recorder dan
pedoman wawancara mendalam, kuesioner serta didukung data dokumenter.
Hasil : kekuatan terbesar IRNA pada sumber daya perawat dengan pelatihan,
kelemahannya pada motivasi sebagian perawat lemah, peluang untuk mengembangkan
diklat keperawatan dan harapan dari masyarakat serta ancaman terbesar permintaan
pelayanan yang menurun..
Kesimpulan : Posisi IRNA RSMS pada posisi kuadran II (0.663;-0.438) yaitu memiliki
strategi diversifikasi. Untuk meningkatkan posisi IRNA dengan implementasi MPKP,
kerja tim, perbaikan sistem informasi managemen pada peningkatan profesionalisme
perawat, pendekatan managemen, metode pelayanan keperawatan, hubungnan profesional
dan reward dan kompensasi.
PENGANTAR
Perubahan telah terjadi pada dunia rumah sakit dimana telah menggunakan
perencanaan strategis dalam perencanaan bisnisnya untuk dapat mempertahankan pasar
dan upaya melebarkan sayap meraih pasar baru. Rencana bisinis rumah sakit perlu
dimiliki oleh unit yang menghasilkan uang misalnya Instalasi rawat inap, gawat darurat,
radiologi, laboratorium, rawat jalan, , bedah sentral, ICU/ICCU/NICU, rehabilitasi medis,
apotik dan lain-lain.
Sebagian besar sumber daya manusia di instalasi rawat inap terdiri dari perawat,
yang merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan keperawatan dituntut
kemampuannya
dalam
menghasilkan
kualitas
pelayanan
yang
profesional.
serta sangat
METODE PENELITIAN
proporsional stratified random sampling yang dibantu alat tape recorder dan
pedoman wawancara mendalam. Sedangkan kuantitatif dengan total sampel pada
74 orang perawat fungsional, proporsional stratified random sampling pada 242
orang pasien dan 110 mahasiswa dengan kuesioner. Penelitian juga didukung
data dokumenter. Penelitian dilakukan di 5 ruang rawat inap RSMS pada bulan
November 2003.
HASIL
Rumah Sakit Umum Daerah Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto (RSMS) adalah
rumah sakit milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah yang berada di kota
administratif Purwokerto, sejak tahun 2001 ditetapkan menjadi rumah sakit tipe B
Pendidikan dan pusat rujukan kesehatan. Secara geografis RSMS menempati posisi yang
sangat menguntungkan, dimana terletak di pusat pengembangan wilayah Jawa Tengah
bagian barat-selatan dan terletak di kota yang terus berkembang yang menjadi kota
perdagangan, pendidikan dan pariwisata. Sebagai rumah sakit milik Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah, maka organisasi dan tata kerja rumah sakit berpedoman pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri No 22 tahun 1994 dan tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Tengah No 4 tahun 1997.
Hasil penelitian pada berbagai tahap managemen perawatan adalah sebagai berikut :
A. Input
1. Manusia
Instalasi rawat inap dipimpin oleh seorang kepala dengan pendidikan DIII
Keperawatan dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Kepala IRNA
merangkap sebagai Kasi I Bidang Perawatan yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Bidang Perawatan yang di jabat oleh seorang dokter. 12 orang
Kepala Ruang Rawat sebagai pengelola ruang rawat inap berpendidikan DIII
keperawatan dan 3 orang diantaranya telah mengikuti pelatihan managemen
kepala bangsal, dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh seorang Wakil yang
membawahi 4 orang ketua tim. Ketua Tim dalam struktur organisasi sejajar
dengan perawat penanggung jawab pasien per kasus. Ketua tim mempunyai 1-2
orang anggota perawat pelaksana. Ruang rawat juga didukung oleh tenaga
administrasi dan pekarya.
bedah, 1 orang perawatan syaraf, 4 orang pelatihan PPGD dan 4 orang pelatihan.
Berdasar perhitungan Douglas (1984) ada kekurangan 5-7 perawat di 3 ruang
rawat inap dan di 2 ruang lainnya cukup.
Nilai-nilai profesional perawat didapatkan hasil sebagai berikut : Ruang
Teratai 82.18 %, Soka 84.90 %, Aster 83 %, Flamboyan 83.72 % dan PSR 88.36
% (N=74)
RSMS menjadi lahan praktek mahasiswa perawat 10 buah institusi
pendidikan yang tersebar di Propinsi Jawa Tengah. RSMS, dengan mahasiswa
praktek sebanyak + 1850 orang/tahun yang terbagi + 40-60 orang/bulan di setiap
ruang rawat.
Kapasitas tempat tidur IRNA 394 buat mendapat kunjungan
sebanyak
14.656 orang (2000) dan 14.305 orang (2002). Pada bulan Januari Oktober
2003 didapatkan 5.15 % klien menempati ruang VIP, 39.39 % menempati ruang
kelas I dan II, 48.31 % ruang kelas II A & B. sedangkan 13.89 % menggunakan
asuransi kesehatan dan 86.11 % menggunakan pembayaranan umum dan
10 kasus penyakit terbesar pada bulan Oktober 2003 :
Ruang rawat Teratai :
kasus.Cholelitiasis
Ruang rawat Aster
Febris
Ruang rawat Flamboyan : 85 Partus spontan, 56 Partus tak maju, 36 Sectio Caesaria, 20
Curetage, 18 Abortus incomplet, 12 Vacum ekstraksi, 10
Retensi placenta , 8 Cyste uteri, 8 Inpartu
Ruang rawat PSR
2. S umber dana
Sumber dana operasional ruang rawat inap berasal dari APBD Propinsi
Jateng berdasarkan RASK yang disampaikan RSMS
3. Sarana Prasarana
Jarak terjauh ruang jaga perawat dengan kamar pasien adalah + 7-10 m.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, ketua satgas dan beberapa
perawat pelaksana bahwa alat keperawatan dan kesehatan di ruang rawat kurang
terpenuhi di 4 ruang rawat dan di ruang PSR telah terpenuhi. Kelompok peralatan
keperawatan yang lain telah terpenuhi. Sesuai Daftar Inventaris Mesin di IRNA
bulan November 2003 : Sterilisator telah di miliki oleh 5 ruang, Suction pump
yang dimiliki ruang teratai (2 buah), Aster dan Flamboyan (1 buah) dan PSR
(3 buah). ECG dimiliki oleh Teratai, Aster dan PSR. Nebulaizer dan O2 sentral
hanya dimiliki oleh PSR. RSMS didukung dengan peralatan medis untuk
mendukung status rujukan, diantaranya : Whole Body CT-scan, Traedmill,
EEG/Ensefalografi,
EMG/Elektromiografi,
Hemodialisis,
Endoskopi,
Biometri,
Argon
laser
foto
koagulasi,
biomikroskopi
dan
pachoemulsifikasi
4. Metode
Standar asuhan keperawatan (SAK) di IRNA menggunakan Buku Pedoman
Pelayanan Asuhan Keperawatan. yang disusun oleh Bidang Perawatan dan SAK
10 kasus terbesar pada masing-masing ruang. Selain SAK ada pula protap Bidang
Perawatan sebagai pedoman kerja .
Tata tertib RSMS sebagai lahan praktek /penelitian tetapkan oleh Direktur.
Untuk pelaksanaan bimbingan mahasiswa dipakai acuan bimbingan dari Depkes
RI, yaitu terdiri dari pre-post confrence, bed side teaching, ronde keperawatan
dan seminar kasus keperawatan.
B. Proses
1. Perencanaan
Sesuai Buku Pedoman
dilaksanakan.
ruangan untuk pre confrence. Pada akhir stase dilaksanakan evaluasi. Setiap hari
selasa diadakan seminar asuhan keperawatan. Selama ini pembimbing kurang
melaksanakan bed side teaching dengan optimal dan ronde keperawatan .
C. Output
1. Efisieansi ruang rawat
Efisiensi ruang perawatan IRNA bulan Januari Oktober 2003 adalah BOR
73.55 %, LOS 4.97 %, BTO 44.67 % dan TOI 2.19 %.
2. Mutu Ruang Perawatan
a. Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pengkajian : belum dilaksanakan sesuai pedoman, data dikelompokan biopsiko-sosio-spiritual, data tidak selalu dikaji sejak pasien masuk sampai
pulang, perumusan masalah berdasarkan kesenjangan status kesehatan dan
norma dan pola fungsi hidup
Diagnosa Perawatan : belum semua berdasarkan rumusan masalah, belum
semua memuat PE/PES. Sering hanya Problem saja.
Perencanaan : Belum selalu di buat rencana perawatan, rumusan tujuan tidak
semua standar, belum semua rencana menggambarkan keterlibatan keluarga,
sebagian besar menggambarkan keterlibatan tim kesehatan lain
Implementasi : tidak semua berdasarkan rencana, respon tidak selalu di
observasi, belum ada revisi tindakan, tindakan ditulis ringkas, kadang
tulisan tidak jelas
Evaluasi : Belum semua mengacu pada tujuan, belum selalu menuliskan
evaluasi
Tindakan Perawatan : Format catatan perawatan sudah baku, belum
semua tindakan terdokumentasi, catatan ringkas dan kadang kurang jelas,
belum semua mencatat nama jelas sebagian besar hanya paraf, berkas
catatan disimpan bersama catatan medis lainnya..
Hasil observasi Kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Aspek yang Dinilai
Ruang Perawatan
Rata-rata
Teratai
Aster
Soka
Flamb
PSR
Pengkajian
31
57.25
53.25
55.25
47
48.75
Diagnosa Perawatan
32
53.33
72.67
60.67
40
51.9
Perencanaan
31.5
53.33
68.33
51.83
38.17
48.6
Tindakan perawatan
39.75
40
62.75
53.25
55.25
50.2
58
58.8
56.5
53.5
40.5
53.4
Catatan Perawatan
56.8
63.2
64.8
65.2
66
63.2
Rata-rata
41.51
54.32
63.05
56.62
47.82
52.66
Evaluasi
10
Jangan membiarkan pasien terlalu lama tidak ditangani, selalu sopan dan
menerima pendapat orang lain, dengan memberikan penjelasan yang masuk
akal atau rasio
3. Kepuasan perawat
Perawat juga merasakan kalau kinerja mereka yang diberikan
kepada klien RSMS belum merupakan kinerja yang sebaiknya. Seperti
kutipan :
Tapi memang kita juga merasa apa yang kita berikan belum sempurna..bukan
yang terbaik.
11
penentu arah profesionalisme perawat. Kepala Bidang Perawatan sampai saat ini
di jabat oleh seorang dokter. Keadaan ini belum sesuai dengan harapan perawat
RSMS dan profil manager keperawatan RSMS.
Kepala IRNA merangkap jabatan sebagai Kasi Perawatan 1. Keadaan ini
merupakan beban tugas yang relatif berat bagi pejabat tersebut dan cenderung
tidak menghasilkan kinerja yang optimal
Kepala ruang harus mempunyai ilmu managemen yang sesuai seperti yang di
sampaikan oleh Grant & Massey,1999, bahwa managemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
organisasi. Didalamnya mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Ketua Tim dan Perawat Penanggung jawab belum semua mendapat pelatihan
atau penyegaran tentang metode pelayanan perawatan. Walaupun dalam uraian
tugas terdapat kejelasan tugas masing-masing, namun kompetensi mereka relatif
sama, sehingga dalam pelaksanaan kerja seolah tidak ada perbedaan peran dan
tanggung jawab antara ketua dan anak buahnya.
Pendidikan perawat berkelanjutan, sistem reward dan kompensasi yang baik
penting untuk
motivasi tenaga. Hal ini akan dapat meningkatkan kinerja profesional mereka
sesuai Herzberg, 19664 bahwa dalam setiap pekerjaan ada dua kelompok yang
vital , yang maha penting yaitu higiene faktor (faktor pemeliharaan hidup) dan
kelompok motivational factor (faktor pemuas) Kekurangan tenaga perawat
mengurangi kualitas perawatan sebab perawat-perawat yang kelebihan beban
kerja akan kekurangan waktu untuk menunjukan ukuran-ukuran terapi dan
protektif yang penting. RSMS yang merupakan rumah sakit pemerintah
tergantung dari Pemda sebagai pihak yang memberikan gaji pegawai, sehingga
tidak bisa di penuhi langsung.
Menurut Direktur RSMS dan Pengelola perawatan bahwa pelayanan perawat
RSMS masih jauh dari harapan. Ini merupakan permasalahan kompleks perawat.
Selain motivasi internal dan ekternal perawat yang belum baik, juga karena
jumlah perawat sendiri kurang dari kebutuhan.
Bimbingan praktek akan mempengaruhi kualitas mahasiswa perawat yang
akan dihasilkan sehingga seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan,
IRNA harus menyesuaikan rasio mahasiswa dengan jumlah instruktur klinik yang
12
Karena pemeliharaan
13
B. Proses
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan kebutuhan tenaga belum dilaksanakan sepenuhnya, hal ini
terkait dengan status RSMS yang milik pemerintah sehingga dalam pemenuhan
tenaga harus mengikuti prosedur yang ada. Perencanaan pengadaan sarana
perawatan telah menjadi kegiatan rutin bulanan. Rencana harian-bulanan terkait
dengan pelayanan perawatan telah dilaksanakan
Perencanaan IRNA telah menggunakan rencana strategis yang mengacu pada
rencana strategis RSMS, dan pembuatannya telah melibatkan kepala ruang. Hal
ini telah sesuai bahwa perencanaan organisasi sosial adalah jenis khusus
pembuatan keputusan yang berisi penyelidikan lingkungan, analisa sistem dan
sub sistem organisasi, menjelaskan misi organisasi, menciptakan tujuan,
mengkaji kemampuan
pendidikan
master
untuk
dapat
mengimplementasikan
praktek
3. Pelaksanaan
Empat tim perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam dipimpin oleh
seorang ketua tim sebagai perawat profesional dan mempunyai anggota sebagai
pelaksana perawatan. Pada pelaksanaanya masing-masing shift terdiri atas 2-3
orang perawat dengan kompetensi relatif sama dan beban kerja tinggi, sehingga
memungkinkan fungsi ketua tim dan anggota tidak jelas, karena kekurangan
14
merupakan
bagian
terpenting
dalam
bagaimana
memperbaiki
pelayanan
keperawatan
yang
sedang
berlangsung.
output
1. Efisiensi ruang rawat
15
Efisiansi ruang rawat sejak Januari sampai Oktober 2003 adalah BOR di
ruang perawatan sekitar 76.11 %, LOS sekitar 5.3 %, BTO sebesar 50.2 % dan
TOI 2.38 % masih memenuhi standar nasional. 3
2. Mutu ruang rawat
-
pasien
akan
pelayanan
perawatan
dapat
menentukan
akan
berkualitas
dan
maksimal,
untuk
mewujudkannya
16
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Posisi strategis IRNA berada pada kuadran II yaitu mendukung strategi
diversifikasi, dimana selain mempunyai ancaman dari luar tetapi IRNA
mempunyai kekuatan internal untuk meraih peluang jangka panjang.
2. Rencana strategis yang bisa di laksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang semakin baik antara lain dengan mengimplementasikan
MPKP, meningkatkan kerja tim, memperbaiki sistem informasi managemen,
penekanan pada etika profesi SAK dan SOP yang semakin di sempurnakan.
3. Persiapan-persiapan yang dapat di laksanakan oleh IRNA untuk implementasi
MPKP adalah dengan meningkatkan profesionalisme perawat, pendekatan
managemen, penerapan metode pelayanan yang sesuai, meningkatkan
hubungan profesional perawat dan memperbaiki sistem reward dan
kompensasi perawat.
B.
Saran
Saran yang di sampaikan kepada IRNA adalah
17
18
Daftar Pustaka
20