Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil Dan Pengguna Energi Terbarukan
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil Dan Pengguna Energi Terbarukan
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil Dan Pengguna Energi Terbarukan
Hal 84 - 92
ISSN: 1412-8004
BAMBANG PRASTOWO
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Indonesian Center for Estate Crops Research and Development
Jl. Tentara Pelajar No.1 Bogor 16111
prastowo@deptan.go.id; bprastowo@gmail.com
RINGKASAN ABSTRACT
Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis Potency of Agrriculture Sector as the Producer
di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil and the User of Renewble Energy
serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
hidup, menyebabkan perhatian terhadap energi Development of a dynamic world energy consumption
terbarukan semakin meningkat, terutama pada within the limitation of fossil energy reserve as well as
the awareness on the environmental conservation
sumber-sumber energi terbarukan di sektor pertanian
evoke the increase of interest on a renewable energy,
seperti komoditi tanaman pangan, hortikultura,
especially a renewable energy resources from
perkebunan dan peternakan. Secara lebih sempit lagi,
agriculture sector such as food crops, horticulture,
diungkapkan komoditas-komoditas utamanya, yaitu
estate commodities and animal husbandry. To be more
padi, jagung, ubikayu, kelapa, kelapa sawit, tebu, jarak specific, the main commodities are paddy, maize,
pagar, sagu serta ternak besar (sapi/kotoran sapi). cassava, coconut, palm oil, sugarcane, Jatropha curcas,
Potensi bioenergi asal residu biomassa tanaman dari sago, and large livestock (Cow/Cow waste). The
sektor pertanian (tanpa industri kayu kehutanan, potency of bio-energy derived from plant biomass
jagung) adalah sekitar 441,1 juta GJ. Pada kondisi sama residue of agriculture sector (without wood industry,
pada tahun 2000 diperhitungan sekitar 430 juta GJ, maize) is around 441.1 GJ. At the same condition, in
atau sekitar 470 juta GJ jika residu industri kayu 2000, it is estimated roughly 430 million GJ or just
dimasukkan. Jika diperhitungkan tersedianya bio- about 470 million GJ if the residue of wood industry is
energi dari hasil pokok komoditas pertanian (nira, included. Estimated that if the availability of bio-
gula, minyaknya dll), maka diperkirakan Indonesia energy derived from the main production of
dapat menyediakan bioenergi secara potensial agriculture commodity is calculated, so that Indonesia
sejumlah 360,99 juta GJ, sehingga jumlah totalnya could provide bio-energy potentially amounted to
sekitar 802,09 juta GJ. Sebagai perbandingan, nilai 360.99 million GJ, therefore, the total amount would be
tersebut kira-kira setara dengan pengoperasian terus around 802.09 million GJ. In contrast, the value is
approximately equal to the continuous operating of
menerus lebih dari 25 ribu unit pembangkit listrik
more than 25 thousand units of electric power of
tenaga energi terbarukan skala menengah ukuran 10
renewable energy power for middle scale of 10 MW
MW yang saat ini sedang dikampanyekan. Sektor
which is now being campaign. Agriculture sector is not
pertanian selain sebagai penghasil energi terbarukan
only plays the role as the producer of a renewable
sekaligus merupakan pengguna potensial. Perhitungan energy, but also forms as a potential user. Alongside
keseimbangan antara produksi dan penggunaan energi technology development of energy and agriculture
terbarukan di sektor pertanian, perlu dikaji secara sectors, the equivalent estimation between the
terus menerus, seiring dengan perkembangan production and the usage of renewable energy in
teknologi di bidang energi dan pertanian. Evaluasi ini agricultural sector need to be studied continuously.
akan bermanfaat untuk menilai efisiensi kegiatan This evaluation is useful to analyze the efficiency of
agribisnis di Indonesia dari segi peningkatan agribusiness activities in Indonesia based on the
produktivitas pertanian nasional dan pelestarian improvement of national agriculture productivity and
lingkungan melalui energi terbarukan. environmental conservation through renewable
energy.
Kata kunci: Pertanian, potensi, energi terbarukan, bio- Key words: Agriculture, potency, renewable energy,
energi. bioenergy.
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan (BAMBANG PRASTOWO) 85
PENDAHULUAN penggunaan energi asal minyak bumi masih
sekitar 54,4%, gas bumi 26,5%, batubara 14,1%,
Perkembangan kebutuhan energi dunia tenaga air 3,4%, panas bumi 1,4%, sedangkan
yang dinamis di tengah semakin terbatasnya penggunaan energi lainnya termasuk bahan
cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap bakar nabati atau biofuel hanya sekitar 0,2%
kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan (Menko Perekonomian, 2006; Menteri ESDM,
perhatian terhadap energi terbarukan semakin 2006). Diupayakan agar elastisitas energi
meningkat, terutama terhadap sumber-sumber Indonesia turun di bawah satu pada tahun 2025
energi terbarukan dari sektor pertanian. Hampir mendatang. Porsi penggunaan bahan bakar
seluruh komoditas budidaya di sektor pertanian minyak juga akan diturunkan menjadi kurang
dapat menghasilkan biomassa, sebagai sumber dari 20%, sedangkan penggunaan bahan bakar
bahan yang dapat diubah menjadi energi nabati dapat mencapai sekitar 5%.
terbarukan. Biomassa adalah semua bahan-bahan Bioenergi memang bukanlah alternatif
organik berumur relatif muda dan berasal dari terbaik bagi semua negara, baik karena
tumbuhan/hewan; produk dan limbah industri keterbatasan lahan maupun kompetisi
budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, penggunaannya untuk keperluan lain. Namun
peternakan, perikanan), yang dapat diproses demikian, duniapun tahu bahwa hal-hal seperti
menjadi bioenergi (Reksowardojo dan ini tampaknya tidak terlalu berlaku bagi negara-
Soeriawidjaja. 2006). Salah satu bentuk bioenergi negara seperti Brazil, Thailand, Indonesia dan
yang dihasilkan adalah berupa bahan bakar Nigeria, yang memiliki banyak alternatif dalam
nabati. menghasilkan biomassa untuk bioenergi (Silveria,
Menurut Dewan Energi Dunia, saat ini porsi 2005). Oleh karena itu, tidak salah jika dalam
pemanfaatan sumber daya energi primer selain agenda nasional mengenai pengembangan ilmu
asal biomassa semakin menurun. Peningkatan pengetahuan dan teknologi dalam jangka pendek
sumber energi primer asal biomassa, mulai 5 tahun ke depan, masih menyinggung masalah
terlihat sebelum tahun 2000an, sementara energi, terutama pada pengembangan energi
batubara sudah menurun sebelum tahun 1950an, terbarukan (Kadiman, 2006). Hal ini tentu sejalan
terutama sejak berkembangnya bahan bakar dengan langkah-langkah strategis untuk
minyak (asal fosil). Penurunan porsi penggunaan mengatasi masalah energi nasional. Jika
bahan bakar minyak ini seiring dengan disinggung masalah energi terbarukan, maka
meningkatnya penggunaan sumber energi asal sumber energi alternatif selain angin, surya,
gas, air, solar (matahari), maupun energi nuklir. gelombang, tentu juga akan mengarah kepada
Kelestarian lingkungan hidup dengan segala sumber alternatif lainnya terutama komoditas-
permasalahannya, semakin menyadarkan komiditas pertanian. Seperti juga saat Indonesia
perlunya sumber-sumber energi alternatif yang mengalami krisis moneter beberapa tahun yang
terbarukan dengan dampak persoalan lalu, maka pertanian juga masih menjadi
lingkungan yang minimal. perhatian dalam mengatasi masalah energi secara
Penggunaan energi nasional termasuk nasional.
katagori sangat boros. Hal ini ditunjukkan oleh
tingginya nilai perbandingan antara tingkat BIOENERGI DARI KOMODITAS UTAMA
pertumbuhan konsumsi energi dengan tingkat PERTANIAN
pertumbuhan ekonomi nasional, atau biasa
disebut elastisitas energi. Dibandingkan dengan Sektor pertanian meliputi subsektor
negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
yang hanya 0,10 dan 0,26, elastisitas energi peternakan. Pertanian secara lebih umum yang
nasional Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar mencakup kehutanan dan perikanan, tidak
1,84. Paling tidak sampai tahun 2003, dibahas di sini tetapi akan lebih menyinggung
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan (BAMBANG PRASTOWO) 87
Tabel 1. Produksi beberapa komoditas pertanian di indonesia tahun 2005
No. Komoditas Produksi Kenaikan terhadap tahun 2004
( ton ) (%)
1. Padi 54.663.594 0,95
2. Jagung 12.136.789 -3,09
3. Ubikayu 19.907.304 3,03
4. Kelapa 3.156.876 1,94
5. Kelapa Sawit 15.392.526 8,54
6. Karet 2.367.064 4,24
7. Tebu 2.239.584 0,97
8. Tetes tebu 1.186.000 -
9. Sagu 15.000.000* -
10. Ternak besar efektif 13.680.000** -
Sumber : Deptan, 2006.
Keterangan : * Diperhitungkan rata-rata 10 ton pati/ha (Jong, 2007)
** Struktur ternak efektif : anak, muda, dewasa ; satuan ekor
Jumlah kotoran 12 kg/ekor/hari atau total kotoran 59.918.400 kg (Syamsuddin dan Iskandar, 2005)
pasaran yang cukup menarik diharapkan dapat ton tetes (Ditjenbun, 2006). Sekitar 40% dari
mendorong pemanfaatan sagu sebagai sumber produksi tetes tersebut sudah digunakan untuk
energi alternatif. Namun kendala yang perlu pembuatan bioetanol, sedangkan 60% sisanya
diperhatikan, antara lain tersebarnya populasi untuk MSG, dll. Pengembangan pertanaman tebu
pertanaman, apalagi umumnya terdapat di untuk tujuan produksi membutuhkan areal
daerah yang sulit dijangkau. Tetapi untuk khusus (edicated area), namun tidak mudah
keperluan lokal dapat dijadikan pertimbangan merealisasikannya karena keterbatasan lahan
pemerintah daerah setempat untuk meman- yang ada.
faatkan potensi sagu tersebut. Secara global, biomassa mampu menye-
Tanaman perkebunan lainnya sebagai diakan 11% energi primer dunia (Dobermann,
sumber bioetanol potensial adalah tebu. Kendala 2007). Diungkapkan juga bahwa potensi bio-
pengembangan bioetanol asal tebu, antara lain energi global dari sektor pertanian diperkirakan
areal yang terbatas dan belum adanya tata ruang sebesar 2-22 EJ (Exajoule), dan produksi energi
khusus untuk pengembangan produksi etanol. kotor minyak kelapa sawit di Indonesia bisa
Saat ini, selain pengembangan tebu cenderung ke mencapai 168 GJ (Gegajoule)/ha. Sisa biomassa
lahan yang kurang sesuai, biaya investasinya kelapa sawit diper-hitungkan menghasilkan
juga sangat besar. Produksi gula saat ini sekitar sekitar 67 juta GJ, karet sekitar 120 juta GJ, padi
2,3 juta ton, dan masih kekurangan sekitar sekitar 150 juta GJ (Abdullah, 2001). Untuk
200.000 ton gula. Sementara upaya perluasan kelapa, hasil bioenergi kotor diperkirakan sekitar
industri gula ke luar Jawa menghadapi kendala 3168,1 MJ (Megajoule)/pohon (Soerawidjaja,
sumber tenaga kerja. Beberapa ketentuan dalam 2006). Jagung tidak menjadi bahan perhitungan
kebijakan yang belum jelas seperti pemasaran karena dinilai masih belum mampu memenuhi
dan harga, juga menambah masalah. Saat ini kebutuhan untuk konsumsi pangan dan pakan
telah tersedia sejumlah varietas tebu unggul baru dalam negeri. Pertanaman kelapa yang dapat
untuk lahan sawah maupun tegalan, termasuk dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi,
varitas genjah (PSCO 90-2411) yang berpotensi diperhitungkan sekitar 25% dari areal tanam
untuk bioetanol. yang ada, yaitu sekitar 3,8 juta ha. Dari areal
Areal pertanaman tebu saat ini mencapai pertanaman ini, sekitar 25% memerlukan
382.354 ha, dengan produksi 31.140 ton, atau peremajaan, karena sudah tua, rusak, dan kurang
setara dengan 2.244.000 ton gula dan 1.186.000 terawat. Produksi CPO di Indonesia saat ini
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan (BAMBANG PRASTOWO) 89
bioenergi asal jagung, ubikayu, dan tebu jagung) adalah sekitar 441,1 juta GJ (Tabel 2).
sebaiknya dikembangkan pada areal khusus, Sementara Abdullah (2003) memperkirakan pada
setelah kebutuhan untuk konsumsi (pangan dan tahun 2000 tersedia bioenergi sekitar 430 juta GJ,
pakan) dalam negeri terpenuhi. Konsep bioenergi atau sekitar 470 juta GJ jika residu industri kayu
asal ketiga komoditas tersebut sampai saat ini dimasukkan. Berdasarkan ketersediaan bioenergi
masih menjadi bahan perdebatan, apalagi ada asal komoditas pertanian (nira, gula, minyak,
kecenderungan peningkatan harga pada dll), diperkirakan Indonesia dapat menyediakan
komoditas tersebut. Mungkin hanya ubikayu bioenergi secara potensial sebesar 0,36099 EJ atau
yang masih leluasa dikembangkan atau diting- 360,99 juta GJ, sehingga jumlah totalnya sekitar
katkan luasannya di Indonesia. Sejumlah 14 802,09 juta GJ. Sebagai perbandingan, nilai
propinsi yang sudah teridentifikasi dapat tersebut adalah setara dengan pengoperasian
menjadi acuan awal dalam meningkatkan terus menerus lebih dari 25.000 unit pembangkit
pertanaman ubikayu di masa mendatang. listrik tenaga energi terbarukan skala menengah
Populasi ternak ruminansia besar (sapi, ukuran 10 MW, seperti yang dimaksud dalam
kerbau) pada tahun 2004 adalah 13.680.000 ekor Kepmen ESDM No. 1122K/30/MEM/2002 (Ariati,
dengan menghasilkan kotoran segar setara 2006).
164.160.000 ton/hari (Syamsudin dan Iskandar, Untuk pemanfaatan potensi bioenergi
2005). Dengan perhitungan 0,031 m3/kg kotoran tersebut, perlu upaya menghilangkan atau
(Haryati, 2007) dan tiap 2 m3 biogas setara mengurangi kendala seperti distribusi dan
dengan 36 MJ ( Reksowardojo dan Soerawidjaja, keajegan (continuity) pasokan bahannya. Aspek
2006), maka biogas yang dihasilkan setara teknologi dinilai tidak menjadi kendala serius,
dengan 0,033 EJ atau 33 juta GJ. Faktor koreksi walaupun di antaranya harus meng-gunakan
diperlukan, karena tidak seluruh kotoran ternak teknologi negara lain. Dengan terbitnya Perpres
besar dikonversi ke biogas. Berdasarkan data No 5 tahun 2006 dan Inpres No 1 tahun 2006,
kapasitas terpasang dan potensinya, pemanfaatan maka kebijakan pemerintah sudah cukup
biogas di Indonesia hanya sekitar satu persen mendukung pengembangan bioenergi ini,
Widodo et al. (2006). walaupun dalam implementasinya tetap
Secara keseluruhan bioenergi asal biomassa memerlukan masukan dari para pemangku
residu yang mampu disediakan dari sektor kepentingan, termasuk para ahli energi terbaru-
pertanian (tanpa industri kayu kehutanan, kan.
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan (BAMBANG PRASTOWO) 91
Renewable Energy Society (IRES). comercialization of the sago industries. In
http://www.repp.org/discussion- Karafir, Jong and Fere (ed). Proc. Of the
groups/resources/stoves/Fuels/msoB2D82 Eight Intern. Symp. On Sago Palm
.pdf Development and Utilization. Jayapura,
Ariati, R. 2006. Kebijakan pengembangan 2005. p25-34
bioenergi. Makalah pada Seminar bio- _______. 2007. The Commercial potential of sago
energi: Prospek Bisnis dan Peluang palm and methods of commercial sago
Investasi. Jakarta, 6 Desember 2006. palm (Metroxylon sagu Rottb.) plantation
Darmosarkoro. 2006. Dukungan teknologi establishment. Makalah Lokakarya Inter-
mutakhir Pusat Penelitian Kelapa Sawit nasional Pengembangan Sagu di Indo-
(PPKS) bagi pengembangan perkebunan nesia. Batam 25-26 Juli 2007.
kelapa sawit. Makalah pada Seminar Kadiman, K. 2006. Perspektif Teknologi untuk
Inovasi Teknologi Perkebunan 2006 Energi Alternatif. Kementerian Riset dan
untuk Menunjang Revitalisasi Perkebun- Teknologi. Jakarta.
an. Legian, Bali 22-23 Nopember 2006. Luhulima. F, Karyoto SA, Y. Abdullah dan D.
Darmosarkoro. 2006. Dukungan teknologi Dampa. 2005. Feasibility study of natural
mutakhir pusat penelitian kelapa sawit sago forest for the establishment of
(PPKS) bagi pengembangan perkebunan commercial sago plantation in South
kelapa sawit. Makalah pada Seminar Sorong, Irian Jaya Barat, Indonesia. In
Inovasi Teknologi Perkebunan 2006 Karafir, Jong and Fere (ed). Proc. Of the
untuk Menunjang Revitalisasi Perkebun-
Eight Intern. Symp. On Sago Palm
an. Legian, Bali 22-23 Nopember 2006
Development and Utilization. Jayapura,
Deptan. 2006. Statistik Pertanian 2006. Depar-
2005. p.57-64
temen Pertanian. Jakarta.
Mirsawan P.D.N., Nahdodin dan Isro Ismail.
Ditjenbun. 2006. Program Aksi Pengembangan
2006. Dukungan teknologi mutakhir bagi
Bahan Bakar Nabati. Bahan Rakortas pengembangan agribisnis perkebunan
Energi di Losari. tebu. Makalah pada Seminar Inovasi
Dobermann, A. 2007. Integrated Food Biofuel Teknologi Perkebunan 2006 untuk
Systems. Depart. of Agronomy and Menunjang Revitalisasi Perkebunan.
Horticuture. Univ. of Nesbraska, Lincoln. Legian, Bali 22-23 Nopember 2006.
Flach, M. 1984. The Sago Palm. AGPC/MISC/80. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006.
FAO. Rome. FAO Food and Potection Kebijakan Energi Nasional dan Pengem-
Paper (47). p85. bangan Biofuel. Losari. Jabar.
Haryati, T. 2007. Biogas : Limbah Peternakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2006.
Yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. Program Aksi Penyediaan dan Peman-
Harsono, S.S. 2006. Performance mesin diesel faatan Energi Alternatif. Jakarta.
melalui pemanfaatan biodiesel dari Murdiyatmo, U. 2006. Pengembangan industri
minyak biji karet dan bekatul padi. In ethanol dengan bahan baku tanaman
Agung H., Sardjono, TW Widodo, P berpati : Prospek dan tantangan. Makalah
Nugroho dan Cicik S. Proc. Seminar pada Lokakarya Pengembangan Ubijayu :
Nasional Bioenergi dan Mekanisasi Prospek, Strategi dan Teknologi
Pertanian untuk Pembangunan Industri Pengembangan Ubikayu untuk Agro-
Pertanian. Bogor 29-30 Nov 2006. Industri dan Ketahanan Pangan. Malang,
IEABioenergy. 2007. Biomass Pyrolysis. T34:2007: 7 September 2006.
01 March 2007. http://www.dynamotive. Pramuhadi, G. 2006. Konsumsi energi untuk
com/assets/articles/2007/Task_24_Booklet pengolahan lahan pada budidaya tebu
.pdf lahan kering. . In Agung H., Sardjono,
Jong, F.S. 2005. An urgent need to expedite the TW Widodo, P Nugroho dan Cicik S.
Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan (BAMBANG PRASTOWO) 93