Dyan - Shusie46@yahoo - Co.id: Keywords: Realistic Mathematics, Learning Achievement, Fractions

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

MODEL PEMBELAJARAN RME (REALISTICS MATHEMATIC EDUCATION)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


KELAS IV SD NEGERI KRAPYAK 2 TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
Oleh: , ,
FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret
e-mail: dyan_shusie46@yahoo.co.id

Abstrack : RME (Realistics Mathematic Education) Learning Model To Improve The


Students Achievement In Matehematics At Fourth Grade Students Of Krapyak 2
State Elementary School In Academic Years 2011/2012. This reseach aims to describe
the applyng of the RME (Realictic Matehematic Education) method in improving the
students achievement in mathematics lesson about fraction concept. This reseach used
classroom action research and it consisted three cycles. Each cycle consist of
planning, implementation, observation, and reflection. The reseach subjects was 15
students of the fourth grade in SD Negeri Krapyak 2 in accademic year 2011/201.They
consist of nine male students and six female students. The techniques of collecting
data were used by the reseacher were observation, test, and documentation. Data
validation which was used by the reseacher was triangulation techniques instrument. In
analyzing data, the reseacher two methods. They were quantitative and qualitative
methods. Employment indicators of this reseach is the classical mastery learning
which reached 80% and the applying model of RME well. Research procedures are
interrelated spiral model. The result shows that RME learning model is able to improve
the students achievement in matehrmatics lesson about fraction concept at the fouth of
Krapyak 2 state in academic Year 2011/2012.
Keywords: Realistic Mathematics, learning achievement, fractions.

Abstrak:Model Pembelajaran RME (Realistics Mathematic Education) Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Krapyak 2
Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan
model pembelajaran RME (Realictic Matehematic Education) dalam meningkatkan
hasil belajar matematika tentang konsep pecahan. Penelitian menggunakan metode
penelitian tindakan kelas dan dilaksanaka dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas
IV SD Negeri Krapyak 2 tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 15 siswa terdiri
atas 9 laki- laki dan 6 perempuan. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi,
tes, dan dokumentasi. Validasi data menggunakan teknik triangulasi instrument.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif data kuantitatif dan kualitatif.
Indikator kerja pada penelitian ini adalah ketuntasan belajar klasikal yang mencapai
80% dan penerapan model RME dengan baik. Prosedur penelitian adalah model spiral
yang saling berkaitan. Hasilnya menunjukkan model pembelajaran RME mampu
meningkatkan hasil belajar matematika tentang konsep pecahan siswa kelas IV SD
Negeri Krapyak 2 Tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: Realistik Matematik, hasil belajar, pecahan.

PENDAHULUAN Pada pelajaran Matematika di


sekolah dasar materi tentang pecahan
Dari beberapa mata pelajaran merupahan salah satu materi yang
yang disajikan pada sekolah dasar, dianggap sulit bagi siswa. Menurut
matematika adalah salah satu mata Sukayati (2003: 17), beberapa kesulitan
pelajaran yang menjadi kebutuhan sistem yang dialami oleh kebanyakan siswa
dalam melatih penalaran seseorang. kelas IV SD dalam mempelajari belajar
Karena melalui pengajaran matematika matematika tentang konsep pecahan
diharapkan siswa dapat menambah antara lain: (a) sulit mamahami tentang
kemampuan, mampu mengembangkan makna pecahan, (b) sulit mamahami
keterampilan serta dapat mengaplikasikan pecahan senilai dan menyederhanakan
ilmu matematika yang diperolehnya pecahan, (c) sulit untuk membandingkan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, serta mengurutkan pecahan, (d) sulit
matematika juga sebagai sarana berpikir melakukan operasi hitung pecahan, (e)
dalam menentukan dan mengembangkan merubah bentuk pecahan ke bentuk lain
berbagai macam ilmu pengetahuan dan yang berbeda, (f) sulit menerapkan
teknologi. Bahkan matematika konsep pecahan dalam soal cerita.
merupakan metode berpikir logis, Kesulitan yang dialami oleh
sistematis dan konsisten. Oleh karenanya, siswa dalam mempelajari konsep pecahan
semua masalah kehidupan yang juga diperparah dengan penggunaan
membutuhkan pemecahan secara cermat model dan media pembelajaran yang
dan teliti selalu merujuk pada monoton dan tidak menarik. Siswa
matematika. Dapat dikatakan bahwa cenderung pasif selama pembelajaran.
matematika memegang peranan yang Siswa hanya menerima konsep-konsep
sangat vital tidak hanya untuk dunia matematika yang telah jadi melalui
pendidikan tetapi juga sangat penting menghapal rumus atau konsep. Sehingga
untuk pengetahuan seseorang yang terkait siswa cenderung tidak menunjukkan
dengan kehidupan sosial seseorang. ketertarikan dan minat untuk belajar. Hal
Salah satu ruang lingkup pengajaran ini berdampak pada rendahnya hasil
matematika adalah tentang bilangan, belajar siswa pada mata pelajaran
termasuk didalamnya membahas tentang matematika. Berdasarkan hasil belajar
pecahan. Menurut Wahyudi (2008: 127), matematika siswa pada ulangan akhir
pecahan adalah suatu bilangan yang semester I tahun pelajaran 2011/2012
dapat ditulis melalui pasangan terurut dari dapat dilihat bahwa rata-rata skor siswa
a masih sangat rendah yakni 61 dengan
bilangan cacah , dimana b 0. Dalam ketuntasan belajar klasikal baru mencapai
b
notasi himpunan, himpunan pecahan 26,67%. Dari hasil prosentase tersebut
a mencerminkan bahwa perlu adanya upaya
adalah: F = { I a dan b adalah bilangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
b
dengan memperbaiki kualitas
cacah, b0}.
pembelajaran. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan baik dalam proses matematisasi
menerapkan model pembelajaran RME. horisontal ataupun vertikal.
Berbeda dengan model Menurut Soedjadi (dalam
pembelajaran matematika selama ini Fitriani Nur, 2008, berdasarkan prinsip
yang menganggap bahwa matematika dan karakteristik RME serta
adalah alat yang siap pakai, model memperhatikan pendapat tentang proses
pemelajaran RME cenderung memandang pembelajaran matematika dengan model
bahwa matematika sebagai suatu proses pembelajaran RME maka disusun
yang penting. langkah-langkah pembelajaran sebagai
Menurut (Daitin Tarigan, berikut: (1) memahami masalah
2006:4), secara garis besar RME adalah kontekstual; (2) menyelesaikan masalah
pendekatan yang orientasinya menuju kontektual; (3) membandingkan dan
kepada penalaran siswa yang bersifat mendiskusikan jawaban; dan (4)
realistik dan ditujukan kepada menimpulkan jawaban.
pengembangan pola pikir praktis, logis, Dengan melaksanakan langkah-
kritis dan jujur dengan berorientasi pada langkah pembelajaran yang disusun
penalaran matematika dalam berdasarkan karakteristik dan prinsip
menyelesaikan masalah. RME, siswa didukung untuk mencipta
Menurut Gravemeijer (dalam ulang matematika di bawah bimbingan
Daitin Tarigan, 2006: 6), model guru dan bahan pelajaran. Dan untuk
pembelajaran RME memiliki 5 mencipta ulang matematika menjadi
karakteristik, yaitu (1) penggunaan bentuk formal dan abstrak, siswa
konteks/masalah kontekstual, (2) diarahkan bergerak secara bertahap dari
pengguanaan instrumen vertikal, (3) penggunaan pengetahuan dan strategi
adanya kontribusi siswa, (4) kegiatannya penyelesaian informal, intuitif dan
interaktif, (5) adanya keterkaitan topik konkret menuju ke yang lebih formal,
dalam pembelajaran, abstrak, dan baku. Dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan pendapat pembelajaran terpusat pada siswa
Gravenmeijer (dalam Supinah 2008: 16), (Student Centered), Sehingga dapat
model pembelajaran RME memiliki 3 dipastikan bahwa kegiatan pembelajaran
prinsip utama yakni: (1) Guided re- yang menerapkan model pembelajaran
invention atau menemukan kembali RME akan jauh lebih menyenangkan
secara seimbang artinya siswa didorong untuk siswa. Siswa akan terlibat secara
atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan aktif dalam proses pembelajaran,
diharapkan dapat mengkonstruksi atau sehingga ketertarikkan dan motivasi serta
membangun sendiri pengetahuan yang minat mereka tumbuh dan berkembang.
akan diperolehnya; (2) didactical Dan sebagai dampak pengiringnya,
Phenemology atau fenomena didaktik kreatifitas dan efektivitas serta hasil
artinya pembelajaran berorientasi pada belajar dapat meningkat.
siswa dan bahkan pada penyelesaian Berdasarkan uraian tersebut
masalah; dan (3) self-developed models diatas maka peneliti menyusun rumusan
atau model dibangun sendiri oleh siswa, masalah sebagai berikut: (1) Apakah
artinya siswa membangun sendiri model model pembelajaran RME, mampu
meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas IV SD Negeri Krapyak 2 dengan jumlah 15 siswa yang terdiri dari
Kecamatan Ngemplak pada tahun 9 laki- laki dan 6 perempuan.
pelajaran 2011/2012, khususnya pada Sumber data berasal dari siswa
pokok bahasan pecahan?; (2) kelas IV, teman sejawat dan dokumen.
bagaimanakah penerapan model Proses pengumpulan data menggunakan
pembelajaran RME, di kelas IV SD teknik observasi, teknik tes, dan
Negeri Krapyak 2 pada pelajaran dokumentasi. Instrumen penelitian yang
metematika tentang konsep pecahan digunakan adalah lembar observasi
tahun pelajaran 2011/2012?; dan terhadap siswa, lembar observasi tehadap
(3) Apakah kelebihan dan kekurangan guru, dan lembar evaluasi tes. Analisis
pembelajaran RME?. data yang digunakan dalam penelitian ini
Tujuan penelitian berdasarkan analisis deskriptif kualitatif dan
rumusan masalah diatas, yaitu: (1) kuantitatif berdasarkan hasil observasi
mengembangkan model pembelajaran dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
yang lebih kreatif dan inovatif dengan Validitas data menggunakan teknik
mengaplikasikan model pembelajaran triangulasi instrument.
RME untuk meningkatkan keefektifan Penelitian ini merupakan
pembelajaran matematika; (2) penelitian tindakan kelas yang
Meningkatkan hasil belajar matematika dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap
siswa khususnya pada pokok bahasan siklus terdiri dari perencanaan,
pecahan siswa kelas IV SD Negeri pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Di
Krapyak 2 Kecamatan Ngemplak pada setiap tindakan, peneliti menerapkan
tahun pelajaran 2011/2012 dengan model pembelajaran RME denan tujuan
menerapkkan model pembelajaran RME, untuk meningkatkan kualitas
(3) Menemukan kelebihan dan pembelajaran yang nantinya akan
kelemahan model pembelajaran RME berdampak pada peningkatan hasil
dalam pelaksanaan penelitian pada siswa belajar siswa khususnya pada pelajaran
kelas IV SD Negeri Krapyak 2 Matematika tentang konsep pecahan.
Kecamatan Ngemplak pada tahun
pelajaran 2011/2012
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Berdasarkan pelaksanaan tindakan
selama 3 siklus yang dilakukan sebanyak
Penelitian tindakan kelas ini 7 kali pertemuan, diperoleh data bahwa
akan dilaksanakan di SD Negeri Krapyak proses pembelajaran dan hasil belajar
2, yang terletak di Desa Tegalrejo, siswa mengalami peningkatan.
Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Peningkatan proses pembelajaran
Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi diketahui dari pelaksanaan kegiatan
Dareh Istimewa Yogyakarta (DIY), dan belajar dengan menerapkan karakteristik
dilakukan pada bulan April 2012 sampai dan prinsip model RME yang disusun
bulan Mei 2012. Subjek penelitian ini dalam langkah-langkah yang sistematik.
yaitu seluruh siswa kelas IV SD Negeri Pembelajaran meliputi 4 langkah, yakni
Krapyak 2, tahun pelajaran 2011/2012 memahami masalah kontekstual,
menyelesaikan masalah kontekstual , proses akan dikelompokkan menjadi 3
membandingkan dan mendiskusikan, kategori yakni baik (skor 75-85), cukup
serta menyimpulkan. Untuk mengetahi (skor 64-74), dan kurang (skor 53-63).
peningkatan proses pembelajaran juga Berikut adalah hasil pengamatan proses
dilakukan observasi terhadap siswa, yang dilakukan oleh peneliti terhadap
observasi ini dilakukan oleh peneliti siswa selama 3 siklus.
sendiri. Sedangkan peningkatan hasil
belajar diketahui dari perbandingan hasil Tabel 2. Perbandingan Hasil Penilaian
tes yang dikerjakan oleh siswa selama 3 Proses Pembelajaran Siklus1-3
siklus.
Hasil observasi terhadap Rata-Rata
NO Siklus Ket
penerapan model RME dalam Skor
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1. 1 68 C
berikut: 2. 2 72 C
3. 3 78 B
Tabel 1. Perbandingan Hasil Observasi
Penggunaan Model RME Siklus 1-3 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa
Rata- pada siklus petama proses pembelajarn
NO Siklus Prosentase Ket
rata masuk dalam kategori cukup, dengan skor
1. 1 2.1 53% C rata-rata 68, siklus 2 skor rata-rata 72 dan
2. 2 2.8 71% B masuk pada kategori cukup, siklus skor
3. 3 3.2 81% B rata-ratanya 78 dan masuk pada kategori
baik.
Dari tabel diatas prosentasi Hasil belajar yang dicapai siswa
keberhasilan penerapan model juga mengalami peningkatan tiap
pembelajaran RME mengalalami siklusnya. Peningkatan hasil belajar
peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut;
siklus pertama prosentase keberhasilan
penerapanya baru mencapai 53% dengan Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar
skor rata-ratanya 2,1 dan masuk pada Siswa Siklus 1-3
kategori cukup, pada siklus 2 menjadi
skor rata-ratanya 2,8, dan prosentase Nilai Siswa (%)
No Siklus
keberhasilan mencapai 71% masuk pada RT2 Tuntas Tuntas
kategori baik dan pada siklus 3 rata- Kondisi
1. 61 4 26,67
Awal
ratanya 3,2 dengan prosentase 2. 1 69 10 66,67
keberhasilan 81% dan masuk pada 3. 2 73 11 73,33
kategori baik. 4. 3 80 13 86,67
Peningkatan proses pembelajaran Berdasarkan tabel diatas dapat
juga dapat dilihat dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata skor mulai dari
yang dilakukan peneliti terhadap siswa kondisi awal sampai siklus 3 mengalami
selama pembelajaran berlangsung. Ada 3 peningkatan. Pada kondisi awal rata-rata
aspek yang diamati yakni keaktifan, nilai siswa 61, siklus 1 naik menjadi 69,
kreativitas serta keterampilan siklus 2 menjadi 73, dan pada siklus 3
mengkomunikasikan. Hasil dari penilaian rata-ratanya mencapai 80. Sedangkan
prosentase ketuntasan belajar siswa juga model pembelajaran RME dalam
mengalami peningkatan, kondisi awal melaksanakan pembelajaran matematika
26,67%, Siklus1 66,67%, siklus 2 karena dapat menanamkan konsep atau
73,33%, dan siklus 3 86,67%. prinsip yang terkandung dalam pelajaran
matematika dengan masalah yang biasa
SIMPULAN DAN SARAN dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Guru juga perlu memberikan variasi
Berdasarkan hasil penelitian metode dan media dalam melaksanakan
yang dilaksanakan peneliti diperoleh pembelajaran, sehingga minat belajar
kesimpulan sebagai berikut: (1) Model siswa untuk belajar matematika dapat
pembelajaran RME mampu tumbuh dan hasil belajar siswa dapat
meningkatkan hasil belajar matematika meningkat.
siswa kelas IV SD Negeri Krapyak 2
Kecamatan Ngemplak pada tahun DAFTAR PUSTAKA
pelajaran 2011/2012, khususnya pada
pokok bahasan pecahan; (2) Dengan
melaksanakan 4 langkah pembelajaran, Daitin Tarigan. 2006. Pembelajaran
yang meliputi memahami masalah Matematika Realistik. Jakarta:
kontekstual, menyelesaikan masalah Departemen Pendidikan dan
kontekstual, membbandingkan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
mendiskusikan jawaban, dan Pendidkan Tinggi.
menyimpulkan jawaban yang disusun
berdasarkan karakteristik RME, mampu Fitriani Nur. 2008. Pendidikan
memperbaiki kualitas pembelajaran di SD Matematika Realistik. Diakses dari
Negeri Krapyak 2 khususnya pada :http://fitrianinur.blogblog.uej.ac.id/
pelajaraan Metematika tentang konsep wp-
pecahan tahun pelajaran 2011/2012; (3) content/uploads/PengembanganPem
kelebihan RME adalah, (a) mampu belajaran Matematika.pdf, tanggal
meningkatkan hasil belajar, (b) mampu 15 Februari 2012.
meningkatkan keaktifan, kreativitas dan
Sukayati. 2003. Bilangan Pecahan.
keterampilan mengkomunikasikan
jawaban, (c) mampu mengintregasikan Diakses dari
masalah sehari-hari dalam menyelesaikan http://neohosting.jalawave.net/deny/
soal, (d) pembelajaran berpusat pada matematika/SD/Pecahan.pdf, pada
siswa (student centered), (e) siswa tanggal 15 Februari 2012.
memiliki kebebasan dalam
mengkontruksikan pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki sedangkan
kelemahan RME adalah (a) memerlukan
waktu yang lama, (b) anak terlalu
bebas/bermain sendiri, dan (c) menuntut Supinah. 2008. Pembelajaran
keterampilan lebih dari guru. Matematika SD dengan
Berdasarkan hasil penelitian ini, Pendekatan Kotekstual dalam
maka diharapkan guru perlu menerapkan
Melaksanakan KTSP. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyudi. Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar. Surakarta: FKIP
Universitas Sebelas Maret.

Tim Penyusun. (2006). Kurikulum Satuan


Pendidikan (KTSP). Kebumen:
Dindikbud

You might also like