Pengembangan Model Realistic Mathematics Education Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Bagi Mahasiswa Pedidikan Guru Sekolah Dasar
Pengembangan Model Realistic Mathematics Education Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Bagi Mahasiswa Pedidikan Guru Sekolah Dasar
Pengembangan Model Realistic Mathematics Education Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Bagi Mahasiswa Pedidikan Guru Sekolah Dasar
Wahyudi
Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Kebumen
E-mail: wahyudi@fkip.uns.ac.id
47
48 Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 4 Nomor 1, Januari 2016, Hal. 47-57
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi modern di masa depan diperlukan
penguasaan metematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran matematika
mutlak diberikan kepada siswa, mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, realistis, analistis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Proses pembelajaran yang terorganisir memerlukan strategi pembelajaran yang efektif,
antara lain adanya media atau alat peraga yang memadai, yang sesuai dengan semua jenis
pokok bahasan, sebab tidak semua alat peraga cocok untuk semua jenis pokok bahasan.
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan penggunaan masalah yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Dengan
demikian peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika dari
yang dekat ke yang jauh, dari yang simpel ke yang kompleks, dan dari yang konkret ke yang
abstrak. Piaget berpendapat bahwa siswa yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap oprasi
konkret (sebaran umur dari sekitar 7 sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang
lebih), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi (logis)
dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda-benda konkret. Dari pernyataan tersebut
terlihat jelas betapa pentingnya pemilihan pendekatan pembelajaran yang berasal dari
lingkungan yang nyata yang berada pada keseharian mereka dalam pembelajaran matematika
khususnya pada anak usia SD sehingga sekecil mungkin guru dituntut dapat menghindari
materi-materi yang abstrak dan memvisualisasikan ke dalam kehidupan nyata yang mungkin
pernah atau bahkan sering dialami siswa itu sendiri. Pendekatan pembelajaran merupakan
salah satu faktor utama pendukung tercapainya hasil belajar yang optimal. Persoalannya
bukan terletak pada nama matematika atau berhitung, tetapi terletak pada materi yang harus
diajarkan dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Oleh kerena itu penting
Wahyudi, Pengembangan Model Realistic Mathematics Education (RME) 49
Utrecht University di negeri Belanda. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans
Freudenthal (1905 – 1990) bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan
ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa,
melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata. Di sini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula
dari pemecahan masalah. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi
harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah
bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui pembelajaran berbagai
persoalan dunia nyata (Hadi, 2005). Di sini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang
berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata
pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik
awal pembelajaran matematika. Untuk menemukan bahwa proses lebih penting daripada
hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah ”matematisasi” yaitu proses
mematematikan dunia nyata. Proses ini digambarkan oleh de Lange (dalam Hadi, 2005),
sebagai lingkaran yang tak berujung. Matematisasi dibedakan menjadi dua yaitu matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal.
Grevermeijer (1994: 82) berpendapat bahwa Pendidikan matematika realistik berakar
pada interpretasi Freudenthal, matematika sebagai suatu kegiatan. Freudenthal mengambilnya
titik awal dalam kegiatan matematika, baik metematika murni maupun terapan, mencari
masalah dan mengatur sebuah mata pelajaran matematika, apakah materi atau data dari
kenyataan. Kegiatan utama menurut Freudenthal, adalah mengorganisir atau mathematizing.
Menariknya, Freudenthal melihat ini sebagai kegiatan umum yang menjadi ciri khas baik
murni dan terapan matematika. Oleh karena itu, ketika mengatur mathematizing sebagai
tujuan untuk pendidikan matematika, hal ini dapat melihat mathematizing matematika dan
mathematizing kenyataan.
Hadi (2005: 7) menuturkan pendekatan RME menggabungkan pandangan tentang apa
itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus
diajarkan. Teori ini berangkat dari pendapat Freudenthal bahwa matematika merupakan
aktivitas realis dan harus dikaitkan dengan realitas (dunia nyata). Dalam pendekatan RME
dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan realistik
adalah suatu pendekatan yang menggunakan atau mengaitkan antara materi pelajaran dengan
masalah realistik dalam hal ini masalah yang dekat yaitu masalah yang benar-benar dialami
(aktivitas) manusia dalam kehidupan sehari-hari melalui proses matematisasi baik horisontal
maupun vertikal. Pembelajaran melalui pendekatan RME lebih menekankan pada konteks
nyata yang dikenal siswa (mahasiswa) dan dilakukan proses konstruksi pengetahuan
matematika oleh siswa (mahasiswa).
Menurut Grevermeijer (dalam Tarigan, 2006: 6) pembelajaran matematika realistik
memiliki 5 karakteristik sebagai berikut. (a) penggunaan konteks dari dunia nyata, (b)
instrumen vertikal (penggunaan model-model), (c) kontribusi siswa (penggunaan produksi
dan konstruksi), (d) kegiatan interaktif (penggunaan interaktivitas), (e) keterkaitan topik
(penggunaan keterkaitan). Karakteristik pendekatan pendidikan matematika realistik di atas
adalah bahwa pembelajaran matematika realistik termasuk: (a) “cara belajar siswa aktif”
Wahyudi, Pengembangan Model Realistic Mathematics Education (RME) 51
METODE
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK Model Siklus.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga
pertemuan. Setiap pertemuan melibatkan empat langkah secara simultan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen,
dengan alamat Jl. Kepodang 67A Kebumen 54312, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah. Kampus ini termasuk kampus FKIP UNS yang lokasinya berada di luar kampus
induk UNS Kentingan Surakarta. Kampus Kebumen merupakan bagian integral dari kampus
pusat Surakarta sejak adanya alih fungsi Sekolah Pendidikan Guru (SPG) menjadi Program
Diploma Dua (D-2 PGSD) pada tahun 1990/1991, dan hingga sekarang dikenal dengan
Kampus VI FKIP UNS.
52 Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, Jilid 4 Nomor 1, Januari 2016, Hal. 47-57
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua tahun), yaitu tahun akademik 2013/2014 dan
tahun akademik 2014/2015. Secara keseluruhan waktu yang diperlukan untuk penelitian ini
adalah 2 tahun, yaitu mulai bulan Januari 2014 sampai dengan November 2015. Pada tahun
ke-2 (lanjutan), penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan
November 2015.
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan subjek penelitian seluruh mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS
Kampus Kebumen Semester IV yang menempuh mata kuliah Pendidikan Matematika SD 2
(3 SKS) pada tahun akademik 2014/2015. Mahasiswa Semester IV berjumlah 71 mahasiswa,
terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas A = 34 mahasiswa, kelas B = 37 mahasiswa.
Penelitian ini akan menggunakan 3 jenis sumber data, yaitu (1) mahasiswa, (2) teman
sejawat/observer, dan (3) peneliti. Teknik pengumpulan data selama pelaksanaan penelitian
berlangsung yang digunakan yaitu (1) observasi, (2) tes, (3) wawancara, (4) dokumen. Untuk
menjaga keabsahan data atau validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan
triangulasi metode yang melibatkan mahasiswa, teman sejawat (rekan dosen), dan peneliti
sendiri. Cara yang dilakukan adalah dengan mencari informasi/diskusi dengan mahasiswa
dan teman sejawat (rekan dosen) untuk kemudian dijadikan kesimpulan yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif-
kualitatif yang meliputi tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dan terus
menerus selama dan setelah pengumpulan data yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan
(3) penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Moleong, 2007).
Prosedur penelitian ini diuraikan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama (Tahun I)
dan bagian II (Tahun II). Prosedur penelitian untuk Tahun II ini menggunakan prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 1998)
yang meliputi empat tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Tahapan tersebut menggunakan sistem spiral yang dilakukan secara terus-menerus
dan berkesinambungan sehingga ditemukan hasil yang optimal.
bahan ajar yang disajikan pada mata kuliah Pendidikan Matematika SD 1 dengan bobot 3
SKS pada semester III. Sedangkan Bab 13 sampai dengan Bab 17 membahas tentang bahan
ajar yang disajikan pada mata kuliah Pendidikan Matematika SD 2 dengan bobot 3 SKS pada
semester IV.
Dari hasil uji coba penerapan Model RME yang terdiri dari 2 siklus di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Hasil
yang dicapai dari penerapan model RME juga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
mahasiswa. Keaktifan dan keterlibatan mahasiswa meningkat sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. Dari hasil uji coba tersebut masih ditemui kendala baik dari dosen maupun dari
mahasiswa. Kendala yang dihadapi dosen adalah terbatasnya waktu diskusi dalam
penyusunan rencana pembelajaran. Kendala yang dihadapi mahasiswa adalah kurang
memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, analisis hasil dan pembahasan penelitian,
maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: (1) Penyusunan Model Realistic
Mathematics Education (RME) dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika bagi
Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen menggunakan skenario
pembelajaran dengan langkah-langkah: (a) memahami masalah/konteks sehari-hari, (b)
menjelaskan masalah kontekstual, (c) menyelesaikan masalah kontekstual, (d)
membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan (e) menyimpulkan; (2) Rekonstruksi
kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Matematika pada Program studi PGSD FKIP UNS
Kampus Kebumen berbasis Realistic Mathematics Education (RME), terdiri dari dua Mata
kuliah, yaitu (a) Mata kuliah Pendidikan Matematika SD 1 (3 SKS/ Semester III) membekali
mahasiswa untuk menguasai dan terampil menerapkan Teori belajar, strategi, pendekatan,
metode, media dan penilaian serta terampil melaksanakan pembelajaran matematika SD
tentang bilangan dan lambangnya bilangan asli, cacah, bulat, prima, komposit, FPB, KPK,
pecahan, dan bilangan rasional serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; dan (b)
Mata kuliah Pendidikan Matematika SD 2 (3 SKS / Semester IV) membekali mahasiswa
Wahyudi, Pengembangan Model Realistic Mathematics Education (RME) 57
DAFTAR RUJUKAN
Aisyah, N, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Ditjen Dikti
Depdiknas.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Edisi Revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Dolk, M. (2006). Realistik Mathematics Education. Makalah Kuliah Umum di Program Pasca
Sarjana Universitas Sriwijaya Palembang, Tanggal 29 Juli 2006.
Grevermeijer. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Nederlands: Fruedental
Institute.
Hadi, S, (2005). Pendidikan Matematika Realistik. Banjarmasin : Penerbit Tulip.
Heuvel, M. Van den; Panhuizen. (1996). Assesment and Realistic Mathematics Education.
Nederlands: Fruedental Institute.
Moleong, L, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, D. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Dirjen Dikti.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran-Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.